BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS DENGAN METODE ABJAD
A. Membaca dan Menulis 1. Pengertian Membaca dan Menulis Membaca merupakan satu dari empat ketrampilan berbahasa. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet latihn. Membaca ialah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikanoleh penulis kepada pembaca.1 Membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Usaha untuk memberantas buta huruf telah dilakukan di berbagai negara, terutama negara yang sedang berkembang agar orang mampu menerima informasi melalui bahan bacaan. Dilihat dari segi bahasa membaca diartikan sebagai “melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis”.2 Sedangkan pengertian secara istilah membaca dapat diartikan sebagai
“kecakapan untuk memahami pengertian-pengertian
yang
dimaksud oleh seseorang pengarang”.3
1
Ahcmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kendana Prenada Media Group, 2010), hlm. 74. 2 Samsunuwiyati Mar’at, Psikolingusitik Suatu Pengantar (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm. 79. 3 J.A. Battle and R.I. Shannun, Gagasan Baru dalam Pendidikan (Jakarta: Mutiara, 2003), hlm. 178.
19
20
Membaca pada ahkikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.4 Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. 5 Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang
4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 2. 5
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rieka Cipta, 2003), hlm. 157.
21
bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan,maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalamn penafsirannya. Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Permasalahan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis. Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca.6 Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan menengarkan, berbicara dan membaca. Menulis yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
6
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien (Yogyakarta: Liberty, 2004), hlm. 27.
22
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Pada dasarnya kedua ahli tersebut mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi dengan menggunakan lambang grafis. Menulis arti pertamanya semula ialah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Dalam pengertian luas menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti yang sama seperti mengarang.7 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh. Sedangkan menulis adalah mengekspresikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan yang dimiliki ke dalam lambang-lambang kebahasaan berbentuk tulisan ataupun karangan yang dapat dipahami oleh orang lain. Tulisan dilandasi fakta, pengamatan, penelitian, pemikiran, atau analisis suatu masalah.
7
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm. 248.
23
2. Tujuan Membaca dan Menulis Tujuan umum orang membaca ialah untuk mendapatkan informasi baru. Namun, menurut Poul dalam bukunya yang dikutip oleh Elly Damaiwati dalam kenyataannya terdapat tiga tujuan yang lebih khusus, yaitu membaca untuk kesenangan, membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. a. Membaca untuk kesenangan (iseng-iseng saja). Termasuk dalam kategori ini misalnya, membaca novel, surat kabar, majalah dan komik. Tujuan membaca jenis ini sebagai “Reading for pleasure”, bacaan dijadikan sebagai suatu kesenangan. b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran. Tujuan membaca jenis ini sebagai “Reading for intellectual profit”. c. Membaca untuk dapat melakukan pekerjaan. Misalnya, para mekanik, membaca buku resep dan lain-lain. Dalam hal ini, membaca mempunyai tujuan “Reading for work”. 8
Berbeda tujuan kita membaca maka akan berbeda pula hasil yang akan kita peroleh. Kalau kita membaca sekedar membaca untuk menghabiskan waktu Luang, maka selesai membaca tidak ada yang tertinggal di ingatan. Tetapi kalau kita membaca untuk mencoba mengkritik suatu pendapat dari buku yang kita baca maka akan lebih kritis membaca. Kita akan memperhatiakan hal yang detail. Membaca yang baik adalah membaca dengan kiritis.9
Sedangkan tujuan menulis yaitu: memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan dan 8
Elly Damaiwati, Karena Buku Senikmat Susu (Solo: Indiva Media Kreasi, 2007), hlm. 46. Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 80. 9
24
mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Adapun tujuan pengajaran menulis yaitu:10 a. Merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelek siswa b. Siswa mampu menyusun berbagai bentuk karangan. c. Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas. d. Mengembangkan kebiasaan menulis yang akurat, singkat dan jelas serta menarik. e. Siswa mampu menyusun sebuah buah pikiran, perasaan dan pengalaman ke dalam susunan atau komposisi yang baik. 11
3. Unsur-unsur yang terkandung dalam membaca dan menulis Unsur-unsur
kemampuan
membaca
dan
menulis
dapat
dikemukakan, yaitu: a. Membaca dan menulis merupakan interaksi dengan bahasa yang telah diubah menjadi cetakan, maka kemampuan memahami lambanglambang bunyi merupakan penentu utama keberhasilan membaca. b. Hasil interaksi dengan bahasa cetak merupakan pemahaman, maka kemampuan memaknai susunan lambang-lambang bunyi juga merupakan unsur penentu keberhasilan membaca. c. Kemampuan membaca dan menulis berhubungan erat dengan kemampuan berbahasa lisan dan tulisan, maka unsur-unsur kemampuan fisik, misalnya kemampuan mata dan kemampuan mengendalikan gerak bibir juga mempengaruhi keberhasilan membaca. d. Membaca dan menulis merupakan proses aktif dan berlanjut yang dipengaruhi langsung oleh interaksi seseorang dengan lingkungannya, maka keberhasilan membaca juga dipengaruhi oleh unsur kecerdasan serta pengalaman membaca yang dimiliki.12
4. Jenis-Jenis Membaca
10
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 17. Iskandarwassid, op.cit., hlm. 248. 12 Samsunuwiyati Mar’at, op.cit., hlm. 79. 11
25
Bermacam-macam kelakuan dan tujuan manusia dalam membaca, semua tergantung kepada niat dan sikap dari si pembaca. Dalam hal ini ada 2 jenis membaca yang didasarkan kepada tingkat dan kemauan berdasarkan kepada tujuan dan kecepatan. a. Membaca Berdasarkan Tingkatnya Membaca berdasarkan tingkatnya dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Membaca Permulaan. Membaca permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar. Hal ini lebih mengutamakan kegiatan jasamani atau fisik. Kesanggupan menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada dibalik lambanglambang tersebut adalah sebagian kegiatan yang dilakukannya. 2) Membaca Inspeksional. Membaca inspeksional berkaitan degan masalah waktu yang tersedia untuk membaca. Pembaca hanya mempunyai waktu yang relatif singkat sedangkan pembaca harus menyelesaikan. 3) Membaca Analitis. Membaca analitis merupakan membaca lengkap, baik dan sempurna yang dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas dengan tujuan menganalisa tentang bacaan yang dibaca. 4) Membaca Sintopikal. Membaca sintopikal ini menuntut pebaca untuk mempunyai waktu lebih banyak lagi, karena dalam membaca sintopikal pembaca harus menganalisis lebih dari 1 buku. b. Membaca Berdasarkan Kecapatan dan Tujuannya Membaca berdasarkan kecapatan dan tujuannya dibagi 4 jenis, yaitu: 1) Membaca Kilat (Skimming). Membaca kilat (Skimming) merupakan salah satu cara, membaca yang lebih mengutamakan penangkapan esensi bacaan, tanpa membaca keseluruhan dari materi bacaan tersebut. 2) Membaca Cepat (Speed reading). Membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi kalimat dan paragraf tetapi tidak membaca kata demi kata. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama dan penjelasan dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat. 3) Membaca Studi (Careful reading). Membaca studi dilakukan untuk memahami, mempelajari dan meneliti suatu persoalan. Kadangkadang dituntut pula untuk menghadapkannya dalam ingatan. 4) Membaca Reflektif (Reflektive reading). Membaca reflektif adalah membaca untuk menangkap informasi dengan terperinci dan kemudian melahirkannya kembali atau melaksanakannya dengan tepat sesuai dengan keterangan yang diperoleh.
26
5. Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis Menurut Mulyono Abdul Rahman kemampuan membaca dan menulis secara umum dipengaruhi oleh adanya faktor internal maupun faktor eksternal.13 a. Faktor Internal Merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. faktor ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa khususnya pula kemampuan membaca. Adapun yang termasuk faktor internal adalah sebagai berikut: 1) Bakat Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian bakat adalah kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan yang sudah ada sejak manusia itu ada. Atau secara sederhana bakat merupakan kemampuan/ potensi yang dimiliki oleh setiap orang sejak dia lahir. Walaupun demikian bakat setiap orang tidaklah sama. Setiap orang mempunyai bakat sendiri-sendiri yang berbeda dan ini merupakan anugerah dari Tuhan. Dalam hal belajar bakat mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap proses pencapaian prestasi seseorang. 2) Minat
13
Farida Rahim, op.cit., hlm. 16.
27
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuatu kebutuhan.14 3) Inteligensi Inteligensi
adalah
kemampuan
untuk
memudahkan
penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang.15 kemampuan/inteligensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu: a) Cepat menangkap isi pelajaran b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif d) Cepat memahami prinsip dan pengertian e) Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak f) Memiliki minat yang luas.16 Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar, karena dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan lebih cepat menerima pelajaran yang diberikan.
b. Faktor Eksternal 14
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 133. 15 Omar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2002), hlm. 89. 16 Zakiyah Darajat, Op.Cit., hlm. 119.
28
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis adalah sebagai berikut: 1) Guru Guru adalah seorang tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan mengumpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah mempunyai cita-cita yang tinggi, berpendidikan
luas,
berkepribadian
kuat
dan
tegar
serta
berkeprikemanusiaan yang mendalam.17 Dengan kepribadian seorang guru maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bimbingan belajar terutama masalah belajar. 2) Kurikulum Sekolah Kurikulum adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan
yang
diinginkan
melalui
akumulasi
sejumlah
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental.18 Dalam proses belajarnya, siswa akan dengan santai dan gembira melakukan aktivitas belajar. Apalagi proses pembelajaran membaca yang merupakan kesulitan bagi siswa apabila penetapan kurikulum
17
M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, hlm. 8 18 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 56
29
yang tidak sesuai maka akan malah menjadi faktor penghambat kemajuan prestasi belajar siswa. 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat yang dimaksud disini adalah lingkungan di luar sekolah, lingkungan masyarakat dapat berarti lingkungan keluarga dan lingkungan sekelilingnya. Lingkungan masyarakat ini sangat besar sekali pengaruhnya dalam ikut serta menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena lingkungan masyarakat lingkungan yang secara langsung bersinggungan dengan aktivitas sehari-hari siswa setelah pulang dari sekolah. Sehingga peran serta lingkungan masyarakat dalam ikut meningkatkan prestasi di bidang pendidikan sangat diperlukan sekali. 6. Strategi Mengembangkan Kemampuan Membaca dan Menulis Kemampuan bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang begitu saja, bukan pula dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang dikembangkan. Menurut Elly Damaiwati, strategi mengembangkan kemampuan membaca dan menulis mencakup tiga dimensi. Dimensi tersebut meliputi dimensi edukatif pedagogik, dimensi sosiokultural dan dimensi psikologik.19 a. Dimensi Edukatif Pedagogik Strategi mengembangkan kemampuan membaca dan menulis dari dimensi ini antara lain:
19
Elly Damaiwati, Op.Cit., hlm. 50.
30
1) Perlu diajarkan dan dilatih metode serta teknik-teknik membaca yang tepat. 2) Perlu diprogramkan tugas membaca disertai keharusan membuat laporan, baik bidang studi, bacaan wajib per-mata pelajaran, bacaan bebas memilih, maupun bacaan yang hanya untuk kesenangan. 3) Interaksi kelas perlu diselingi dengan membaca tanpa bersuara tentang bahan pelajaran yang sedang dibahas. 4) Perlu dijadwalkan program membaca wajib yang bersifat ekstrakurikuler. 5) Perlu diprogramkan lomba penulisan karangan antar siswa sebagai wahana pembentuk kebiasaan dan kemampuan membaca. Siswa membaca agar dapat menulis dengan baik. b. Dimensi Sosiokultural Strategi mengembangkan kemampuan membaca dan menulis dari dimensi ini antara lain: 1) Para orang tua, guru dan pembimbing perlu membentuk kebiasaan membaca pada dirinya terlebih dahulu sehingga siswa atau anak dapat mengikuti kebiasaan dan kegemaran tersebut. 2) Dibentuk kelompok baca berdasarkan minatnya. c. Dimensi Psikologik Strategi mengembangkan kemampuan membaca dan menulis pada dimensi ini yaitu:
31
1) Perlu disediakan buku dan bahan bacaan yang selaras dengan kebutuhan serta tingkat anak dalam jumlah yang besar dan mutu yang tinggi. 2) Perlu digalakkan penulisan buku dan bahan bacaan, penerjemahan atau pengimporan buku yang mampu merangsang fungsi pengamatan dan penalaran anak. Kemampuan membaca dan menulis akan berkembang dengan baik manakala ketiga dimensi itu dikembangkan bersama-sama secara selaras dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Apabila orangtua di rumah menjejali anak-anak dengan berbagai bacaan-bacaan, tetapi lingkungan di luar lebih familiar degan playstation maka usaha orangtua akan mengalami kendala yang cukup berarti. Jadi, masing-masing pihak terkait harus merasa terpanggil, memikirkan serta mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengembangkannya.20 Menurut Sutarno NS dalam bukunya Manajemen Perpustakaan: Suatu
Pendekatan
Praktik,
menyebutkan
bahwa
cara
untuk
membangkitkan kemampuan membaca dan menulis yaitu sebagai berikut: a. Mulai sejak anak-anak (dini) b. Dilakukan secara terus-menerus c. Tersedia bahan bacaan yang mencukupi, baik jumlah, jenis dan mutu d. Ditanamkan suatu kebiasaan e. Lingkungan yang mendukung
20
Ibid., hlm. 50.
32
f. Adanya suatu kebutuhan g. Menghadapi tantangan target dan penyelesaian masalah (ujian, testing, tugas) h. Tersedia fasilitas dan kemudahan seperti teknologi informasi dan peralatan yang lain.21 Jadi, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memotivasi serta mengembangkan kemampuan membaca dan menulis yang tentunya harus ada kerjasama antara pihak-pihak terkait sehingga usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan membaca akan terwujud.
B. Metode Abjad 1. Pengertian Metode Abjad Menurut M. Subana, metode abjad adalah metode merangkai huruf menjadi kata, selanjutnya merangkai kata menjadi kalimat. Metode ini di Indonesia yaitu di sekolah-sekolah desa sampai kira-kira tahun 1925. pemberantasan buta huruf pada waktu itu disebut kursus Abece. Adapun pembelajaran menulis dimulai setelah anak-anak dapat membaca beberapa huruf secara terpisah, yaitu dimulai dari huruf yang paling mudah. Bentuk huruf yang ditulis berbeda dengan huruf yang dibaca. Jadi dalam waktu bersamaan mereka mempelajari dua bentuk huruf, yaitu huruf cetak dan huruf tulis. Seperti halnya pelajaran membaca, setelah anak-anak dapat menulis huruf secara terpisah, mereka diajarkan untuk merangkaikan huruf 21
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Sagung Seto, 2006), hlm. 261-264.
33
tersebut menjadi suku kata, lalu menjadi kata. Dalam kalimat, rangkaian kata yang merupakan kata dengan hruuf dirangkaikan menjadi kalimat.22 Metode abjad merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP) dengan metode abjad mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat. Metode mengajar membaca yang disebut dengan metode abjad mempunyai kekurangan yaitu anak-anak menjadi kurang menyadari prinsip-prinsip alphabetic, karena anak terlatih melihat perkataan sebagai suatu gambar keseluruhan.23 2. Tahapan Metode Abjad Tahapan metode abjad dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:24 a. Menampilkan gambar sambil bercerita Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Misalnya :
ini
ibu
Ibu memasak di dapur
22
M. Subana, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 237. 23 Samsunuwiyati Mar’at, Psikolingusitik Suatu Pengantar (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), hlm. 81. 24 Rinerlis Sitomorang, http://rinerlis.blogspot.com/2011/12/metode-abjad.html, diposting pada tanggal 11 Desember 2011. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.
34
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan cerita. b. Membaca Gambar Misalnya : guru
memperlihatkan gambar seorang anak sedang
memegang sapu sambil mengucapkan kalimat “ Nino menyapu kelas” c. Membaca gambar dengan kartu kalimat Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, guru menempatkan kartu kalimat dibawah gambar untuk memudahkan pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah. d. Membaca kalimat Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, gambar dilepas sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar. Dengan dilepaskannya gambar maka yang dibaca siswa kalimat atau tulisan. Misalnya: ibu memasak di dapur e. Proses mengeja Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf Misalnya: Ibu memasak di dapur Ibu – memasak – di – dapur
35
I – bu - me – ma – sak - di – da – pur I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r f. Proses merangkai huruf Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat seperti semula. Misalnya: I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r I – bu - me – ma – sak - di – da – pur Ibu – memasak – di – dapur Ibu memasak di dapur Secara utuh proses metode abjad tersebut sebagai berikut : Ibu memasak di dapur Ibu – memasak – di – dapur I – bu - me – ma – sak - di – da – pur I – b – u –m – e – m – a - s – a – k - d – i- d – a – p – u – r I – bu - me – ma – sak - di – da – pur Ibu – memasak – di – dapur Ibu memasak di dapur
36
3. Kelebihan dan kelemahan Penggunaan Metode Abjad Kelebihan penggunaan Metode abjad antara lain:25 a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis. b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya. c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan membantu anak menguasai bacaan dengan lancar. Kebaikan metode ini adalah siswa mengenal tingkatan bentuk bahasa yang paling sederhana. Siswa dapat menghafal bunyi huruf yang ada dalam abjad bahasa yang dipelajari. Di samping kebaikan metode ini juga memiliki kelemahan sebagai berikut. a. Siswa mengalami kesulitan apabila menghadapi huruf yang baru karena terbiasa menghafal. b. Siswa mengalami kesulitan dalam membunyikan diftong dan kluster karena kedua bunyi itu tidak terdapat dalam abjad. c. Metode ini bertentangan dengan metode inkuiri yang justru sangat ditekankan dalam pembelajaran.26
25
Massofa, http:// Massofa Wordpress.com/2008/06/29/ Metode abjad, diposting pada tanggal 29 Juni 2008. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014. 26 Supardi, http://supardi-uncen.blogspot.com/2010/01/bab-2-membaca-permulaan.html, diposting pada tanggal 1 Januari 2010. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.
37
Selain memiliki kelebihan penggunaan metode abjad juga memiliki kelemahan, antara lain: a. Metode abjad mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif, terampil dan sabar. b. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, untuk sekolah-sekolah tertentu dirasa sukar. c. Metode abjad hanya untuk konsumen pembelajaran diperkotaan dan tidak di pedesaan. d. Oleh karena agak sukar mengajarkan metode abjad banyak para pengajar yang tidak menggunakan metode ini.