”Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar” (Studi kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Disusun Oleh : TOTO PRIYANTO 106011000197
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
”Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar” (Studi kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Disusun Oleh : TOTO PRIYANTO 106011000197
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE QIRAATI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN YANG BAIK DAN BENAR” (Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Toto Priyanto NIM. 106011000197
Dibawah Bimbingan :
Abdul Ghofur, M.Ag NIP. 19681209 199703 1 003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Toto Priyanto
NIM
: 106011000197
Jurusan/Fakultas
: Pendidikan Agama Islam/Tarbiyah
Angkatan Tahun
: 2006
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE QIRAATI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN YANG BAIK DAN BENAR (Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
: Abdul Ghofur, M.Ag
NIP
: 19681209 199703 1 003
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 10 Desember 2010 Yang menyatakan
Toto Priyanto
iii
ABSTRAK
Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar. Taman Pendidikan Al-Qur’an merupakan Lembaga Pendidikan non formal yang eksistensinya sangat besar dan memberikan sumbangsih yang berpengaruh terhadap pembekalan dan pengenalan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam terutama dalam membaca Al-Qur’an serta pembentukan moral peserta didik. Perkembangan Taman Pedidikan Al-Qur’an dirasa cukup pesat dan berkembang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Sejarah perkembngan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Indonesia sudah cukup familiar di telinga masyarakat, berawal dari munculnya metode al-Baghdadi dari Baghdad, Irak sebagai metode yang pertama kali muncul dan berkembang di Indonesia dan dipakai hampir di setiap Lembaga Pendidikan Al-Qur’an. Kurikulum yang diterapkan di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an pada umumnya mengacu pada pengetahuan dasar Islam, namun lebih menekankan pada aspek pembelajaran Al-Qur’an yang merupakan tujuan utamanya yaitu mencetak generasi Qur’ani yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula pemikiran, ide-ide dan gagasan baru. Dari situlah banyak bermunculan metode-metode baru yang dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan bertujuan mempermudah peserta didik dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an. Paska muncul dan berkembangnya metode al-Baghdadi di Indonesia, muncul pula metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yang bertujuan sebagai perbaikan dan penyempurna metode yang muncul sebelumnya serta disesuaikan dengan keadaan masyarakat tertentu. Banyak sekali metode yang berkembang di Indonesia, dari sekian banyak metode yang ada sudah barang tentu masing-masing mempunyai ciri khas serta kekurangan dan kelebihan. Salah satu metode yang berkembang di Indonesia adalah Metode Qiraati yang muncul di Semarang pada tahun 1963 yang dicetuskan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang pada waktu itu berprofesi sebagai guru ngaji dan pedagang. Munculnya Metode Qiraati tidak secara tiba-tiba, melainkan melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu melalui eksperimen, studi banding, dan silaturahmi ke pesantren-pesantren yang dianggap maju dan berhasil dalam mengajarkan bacaan Al-Qura’an. Seiring dengan berkembangnya zaman, pada saat sekarang Metode Qiraati sudah berkembang di berbagai daerah di Indonesia terutama di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Hadza min Fadhli Rabbi, puji dan syukur kehadirat Tuhan semesta alam, Allah SWT yang telah mencurahkan rahamatnya kepada kita semua Tanpa kasih sayang-Mu penulis tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini
Karya ilmiah ini ku hadiahkan untuk orang tuaku tercinta “Ibu Waidah dan Bapak Kustoyo” yang tidak pernah henti-hentinya mengurus dan selalu memberikan motivasi hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Kakak ku Mba Rozanah, dan Adik-adik ku tercinta Yudianto & Nur Azizah, serta keponakanku Hafidz & Zidan yang selalu mendukung dan mendoakan penulis Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk kita semua. … Amiin
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah mencurahkan Taufik, Hidayah, serta Inayahnya. Hanya kata ini yang patut penulis ucapkan sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Shalawat
beserta
salam
semoga
tetap
tercurahkan
kepada
Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita selaku umatnya mendapatkan syafa’atul ‘udma di yaumil qiyamah nanti, amin. Dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa skripsi yang penulis buat jauh dari kesempurnaan, namun berkat pertolongan Allah SWT, kerja keras, serta motivasi dari berbagai pihak, hingga semua hambatan dapat penulis lalui dan akhirnya dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan walaupun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sepantasnyalah penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu. 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta seluruh staf Fakultas Tarbiyah yang telah membantu secara administratif sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Bahrissalim M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Bapak Sapiudin Siddiq M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terutama yang ada di jurusan PAI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membimbing dan memberikan ilmunya dengan ikhlas, semoga amal baik bapak/ibu dosen mendapatkan pahala dari Allah SWT, amin. 3. Bapak Abdul Ghafur M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi sekaligus sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing dan selalu memberikan nasehat serta arahan kepada penulis sehingga mempermudah penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan baik.
vi
4. Seluruh pegawai dan staf perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan utama, yang telah
menfasilitasi
penulis
terutama
dalam
peminjaman
buku,
sehingga
mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi. 5. Kedua orangtuaku tercinta, ibunda Waidah dan ayahanda Kustoyo, ananda hadiahkan skripsi ini sebagai rasa bakti ananda serta ucapan terima kasih yang tidak terhingga atas jerih payah dan kesabarannya yang senantiasa mengurus dan memberikan nasihat kepada ananda dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, hingga ananda mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Tanpa
bapak
dan
ibu
berdua,
mustahil ananda mampu
menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat ananda panjatkan, semoga Allah membalas atas segala amal yang telah bapak dan ibu perbuat dengan pahala yang berlipat ganda, amin. 6. Buat kakak ku, Mba Rozanah, adik-adikku, Yudianto dan Nur Azizah dan keponakanku tersayang Zidan dan Hafidz yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 7. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pengelola, kepala lembaga, tata usaha serta dewan asatidz/ah yang telah meluangkan waktunya serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 8. Terima kasih kepada teman-teman PAI, terutama kelas E yang telah menemani penulis selama ± 3 tahun, serta bersama-sama mengukir kenangan dan mewarnai hari-hari dengan penuh keceriaan. 9. Kepada sahabat-sahabatku, WG Collection: Uzang, Ayub, Surya, Jamil, Salaf, Ocem, Suryadi, Jimi, Wahyu, Welly, Sule, Acak, Sarli, dan Acul yang selalu berbagi kebersamaan baik suka maupun duka. Pengurus serta guru TPQ al Muhajirun, Ibu Agus, Ibu Ika, Maulana, Qosim, Ombi, Mimi, Bpk Mukti, Subli, Eka, Syam, Rofik, Sri, Sugeng, Sugi, Ziah, Iim, Zuhri, Rina, dan Ruway yang telah bersama-sama menghabiskan waktu sore dalam rangka mengajarkan ilmu Al-Qur’an. Kawan-kawan IMPP (Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang), dan HIKMAH (Himpunan Komunikasi Alumni Salafiyah).
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL .....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .........................................................
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ..............................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................
11
KAJIAN TEORI ..........................................................................
12
A. Metode Qiraati .........................................................................
12
1. Pengertian Metode Qiraati ................................................
12
2. Sejarah Metode Qiraati ......................................................
15
3. Dasar Hukum .....................................................................
16
4. Sistem Pengajaran Metode Qiraati......................................
17
5. Isi buku Metode Qiraati .....................................................
19
6. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati
23
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an ...............
25
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an ..................
31
D. Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil) ................
38
E. Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ......................
41
F. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Efektivitas
Proses
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .........................................
viii
42
G. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran Membaca Al-
BAB III
BAB IV
BAB V
Qur’an ......................................................................................
43
H. Kerangka Berfikir ....................................................................
46
METODOLOGI PENELITIAN ................................................
48
A. Metodologi Penelitian .............................................................
48
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
49
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
49
D. Populasi dan Sampel .................................................................
49
E. Variabel Penelitian ....................................................................
50
F. Setting Penelitian.......................................................................
50
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
51
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................
53
HASIL PENELITIAN .................................................................
55
A. Gambaran Umum LPQ Masjid Fathullah ...............................
55
1.
Sejarah Berdirinya ............................................................
55
2.
Visi, Misi, dan Moto .........................................................
56
3.
Letak Geografis ...............................................................
57
4.
Keadaan Guru dan Murid .................................................
57
5.
Sarana dan Prasarana ........................................................
59
6.
Kegiatan Belajar Mengajar ...............................................
59
7.
Struktur Organisasi ...........................................................
61
B. Analisis Hasil Penelitian .........................................................
62
C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah .............................
72
PENUTUP ...................................................................................
74
A. Kesimpulan ..............................................................................
74
B. Saran ........................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Isi Buku Metode Qiraati .......................................................
19
2. Tabel 2
Data Guru LPQ Masjid Fathullah ........................................
57
3. Tabel 3
Data Santri LPQ Masjid Fathullah .......................................
58
4. Tabel 4
Sarana dan Prasarana LPQ Masjid Fathullah .......................
59
5. Tabel 5
Peta Pendidikan LPQ Masjid Fathullah ...............................
60
6. Tabel 6
Daftar Nilai Hasil Test Santri LPQ Masjid Fathullah Kelas Finishing ...............................................................................
x
67
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1
Kantor LPQ Masjid Fathullah ..........................................
2. Gambar 2
Kegiatan Shalat Ashar Berjama’ah ..................................
3. Gambar 3
Kegiatan Klasikal Besar ...................................................
4. Gambar 4
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Pra Qiraati ..............
5. Gambar 5
Kagiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 1 .................
6. Gambar 6
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 2 .................
7. Gambar 7
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 3 .................
8. Gambar 8
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 4 .................
9. Gambar 9
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 5 .................
10. Gambar 10
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 6&Juz 27.....
11. Gambar 11
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Tadarus dan Finishing ...........................................................................
12. Gambar 12
Kegiatan Belajar Jam Tambahan Kelas Finishing ...........
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara Pengelola 2. Daftar Pedoman Wawancara Kepala Lembaga 3. Daftar Pedoman Wawancara Wali Kelas Qiraati 3 4. Berita Hasil Wawancara Pengelola 5. Berita Hasil Wawancara Kepala Lembaga 6. Berita Wawancara Wali Kelas Qiraati 3 7. Berita Hasil Tes Baca Al-Qur’an Kelas Finishing 8. Berita Hasil Observasi di LPQ Masjid Fathullah 9. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi 10. Surat Keterangan Izin Penelitian 11. Surat Keterangan Riset/Wawancara 12. Surat Keterangan Penelitian dari LPQ Masjid Fathullah 13. Pengesahan Panitia Ujian
xii
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ”Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum mina Allah wa hablum minanNas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. ”1 Al-Qur’an merupakan Kalam/Firman Allah yang dijadikan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi umat Islam. Allah SWT telah berfirman dalam surat al-Isra ayat 9, yang berbunyi:
)٩ : (االسزاء “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar.”2
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah dengan perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan 1 Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. 1, h. 25. 2 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang, CV. Toha Semarang, 1988), Edisi Revisi, h. 45.
1
2
kepada umat manusia. Al-Qur’an dianjurkan untuk di baca, dipelajari, dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, karena setiap sikap, perbuatan dan ucapan manusia harus merujuk kepada Al-Qur’an, karena AlQur’an sebagai pedoman hidup yang memberikan petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Ia menjadi cahaya petunjuk yang mengantarkan
pemeluknya memerangi kejumudan serta mengangkat realitas peradaban ke tingkatan cahaya Rabbani. “Perkembangan dunia saat ini berujung tombak sains dan teknologi serta informasi global, kesemuanya telah merasuki lingkungan umat manusia sampai kepada hal- hal yang sifatnya sangat pribadi. Para generasi muda telah diobang-ambingkan oleh tawaran-tawaran yang berada di luar jangkauan dirinya, sehingga mereka mudah tercerabut dari akar yang menumbuhkan tradisi dan realitas kesehariannya.”3 Selain itu, “Al-Qur’an juga merupakan Firman Allah yang agung yang dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.”4 Mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia. Untuk dapat mengamalkan isi kandungan yang terdapat di dalam Al-Qur’an setidaknya harus melalui beberapa tahapan yaitu (1) membaca dengan baik dan benar, (2) menghafal, (3) mengetahui arti, (4) memahami isi kandungan serta tafsirnya. Menghafal Al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal. ”Dalam suatu proses penelitian besar yang dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an,
3 Ahmad Syarbasyi, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Qur’an, (Yogyakarta: Penerb it Ababil. 1996), Cet. 1, h. 5. 4 Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. (Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2007), Cet. 10, h. 5.
3
mempelajari dan memahami kandungan ilmu- ilmu Al-Qur’an, tentunya setelah proses dasar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.”5 Setiap Muslim diwajibkan agar membaca Al-Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah ilmu tajwid, karena mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca AlQur’an dengan menggunakan ilmu tajwid adalah fardhu ’ain. Untuk membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, tentunya dibutuhkan seorang pembimbing atau guru yang kompeten dalam membaca Al-Qur’an, karena kualitas seorang guru akan berpengaruh terhadap kualitas bacaan muridnya. Karena Nabi Muhammad sendiri ketika menyuruh para sahabatnya untuk membaca dan mengajarkan Al-Qur’an, beliau menyuruh kepada para sahabat yang memang ahli dibidang membaca dan mengajarkan Al-Qur’an, diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim Maulana abi Khudaifah, Muad bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab. Peranan guru Al-Qur’an dalam membaca sangatlah penting, karena pada saat Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama, Allah memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk membimbingnya karena tanpa bimbingan, Rasulullah akan mengalami kesulitan dalam memahami wahyu yang diberikan oleh Allah SWT. Begitu sangat pentingnya peranan seorang guru dalam me ngajarkan Al-Qur’an, sehingga Allah memberikan pujian yang terbaik kepada orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an:
ُ َْخيْ ُز ُك ْم َم ْه ت َ َعل َّ َم اْلقُز ُ آن َو َعل َّ َمه
)(رواه البخاري والتزمذي واحمذ وابوداود وابه ماجه
5
1, h. 19
Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta, Bu mi Aksara, 1994), Cet.
4
”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang belajar membaca Al-Qur’an (mempelajari bacaan dan kandungannya) dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). ”Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anakanak.”6 Pada realitanya banyak orang Islam yang hanya sekedar dapat membaca saja tanpa memperhatikan hukum bacaan dalam membaca AlQur’an, dimana keadaan ini tidak hanya terjadi dikalangan umat Islam yang awam saja, selain itu para pelajar, kaum intelektual, bahkan tokoh agamapun banyak diantara mereka yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hal ini cukup memprihatinkan, karena mereka merupakan generasi penerus agama, bangsa, dan negara yang nantinya akan melanjutkan risalah ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. “Imam al-Ghozali berpendapat, bahwa ”Al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak dan paling kerap dibaca dan didengar orang seluruh dunia. Setidak-tidaknya lima kali dalam sehari semalam umat Islam baik sebagai pribadi maupun sebagai jamaah, selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an dalam shalat mereka. Kadar pembacaan Al-Qur’an dikalangan Muslimin beraneka ragam. Ada yang dapat membacanya dengan fasih sempurna, tetapi adapula yang masih sederhana, bahkan ada yang terbelakang sekali.”7 Dengan demikian sebagai umat Islam, seharusnya berusaha untuk mempelajari dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, tidak hanya sekedar, memahami, mengkaji serta mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari- hari saja. Hal tersebut memang penting, namun alangkah 6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), Cet.
7
Syaifu llah Mahyudi, Permata Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. 1,
3, hal. 3 hal. 5.
5
lebih sempurnanya lagi jika dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hal inilah yang disadari oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat yang salah satunya adalah KH. Dachlan Salim Zarkasyi, pria kelahiran semarang, 28 Agustus 1928 dan wafat 20 Januari 2001 sebagai pencetus Metode Qiraati. Usaha memberantas buta huruf Al-Qur.an, sudah mulai disadari oleh pemerintah dan sebagian masyarakat kita. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah, para tokoh masyarakat dan pemuka agama tersebut, diantaranya
lahirlah Taman Kanak-kanak
Al-Qur’an (TKQ) Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ), dan Perda Banten dan Aceh yang mensyaratkan bahwa siswa harus bisa membaca Al-Qur’an sebelum lulus SD. Taman Pendidikan Al-Qur’an atau Lembaga Pendidikan Al-Qur’an merupakan lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) jenis keagamaan. Muatan pengajaran TKQ/TPA/LPQ lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Pertumbuhan dan perkembangan TKQ/TPA/LPQ cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. ”Berdasarkan hasil penelitian dari badan LITBANG Departemen Agama RI tahun 1990, bahwa perkembangan TPA dan LPQ dari tahun 1995 ke tahun 2000 mencapai 30 %, yaitu pada tahun 1998 jumlah TPA yang terdaftar di Departemen Agama sebanyak 40.000 buah, pada tahun 2000 jumlah TPA diseluruh Indonesia meningkat menjadi 41.600 buah.”8 Hal ini sebagai indikasi adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan adanya kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai- nilai keimanan dan ketaqwaan.
Bagi generasi
mendatang keberadaan dan pertumbuhan unit- unit pendidikan non formal jenis keagamaan itu pun cukup strategis untuk menunjang dan membantu anak
dalam
meraih
prestasi
belajar
di
pendidikan
formal.
TKQ/TPA/TPQ/LPQ mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan 8
Hasan Muarif dan Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichthiar Baru, 1996)
6
keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua, agama dan bangsa. Demikian pula TKQ/TPA/TPQ/LPQ yang kini mulai marak tersebar, berbagai metode pun digunakan dalam mencetak generasi Muslim Qur’ani yang berilmu dan berakhlaqul karimah dengan pemahaman dan pengamalan al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Untuk merangsang minat belajar sekaligus mempermudah belajar membaca Al-Qur’an khususnya bagi anak-anak, diperlukan metode yang tepat, efektif dan efisien. Penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang optimal, di samping guru yang profesional dan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses KBM tersebut. Seiring dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan akan tercapainya tujuan KBM yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan, berbagai upaya yang dilakukan oleh individu maupun lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan, sehingga bermunculan metode- metode baru yang digunakan di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Diantara metode yang sering digunakan di TKQ/TPA/TPQ/LPQ, adalah: Metode Qiraati, Baghdadiyah, al-Barqy, Iqra, Aba Ta Tsa, al- Ummi, al-Itqan, al-Bayan, al-Islah, Arkoun, dan lain sebagainya. Berbagai metode tersebut yang digunakan di lembaga- lembaga pengajaran Al-Qur’an seperti TKQ/TPA/TPQ/LPQ tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Munculnya metode- metode tersebut didasari oleh perbedaan latar belakang dan tuntutan masyarakat yang mengharapkan anak-anak mereka mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid dalam waktu yang tidak terlalu lama.
7
Dari berbagai metode yang sudah berkembang terutama di Indonesia, metode Qiraati merupakan metode yang cukup lama, dimana sejarah metode pembelajaran Al-Qur’an yang pertama kali berkembang di Indonesia yaitu metode Baghdadiyah, sedangkan metode Qiraati muncul setelah itu yang di pelopori oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang menganggap pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia dinilai cukup lamban dan anak belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tanggal 1 Juli tahun 1986. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Qur’an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan qaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pe ngajaran Metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid (Student Centre) dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Meskipun dalam pembelajaran, metode bukan segala-galanya, akan tetapi metode mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung kepada dua faktor utama, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, sebagai mana dijelaskan oleh Nana Sudjana sebagai berikut : ”Keberhasilan seorang siswa dalam belajar bergantung kepada dua faktor, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa erat kaitannya dengan psikologi, mencakup minat dan motivasi. Sedangkan faktor yang datang dari luar meliputi lingkungan dan sarana prasarana, kurikulum, guru, teknik (metode) mengajar serta fasilitas pendukung lainnya.”9 9
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Argesindo, 1995), Cet. 3, h. 39
8
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas tentang Metode Qiraati dengan judul: “Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar”. Alasan penulis memilih judul tersebut adalah: 1. Metode Qiraati adalah Metode Pembelajaran Al-Qur’an yang langsung mempraktekan bacaan tajwid dalam membaca Al-Qur’an. 2. Penulis ingin mengetehui lebih jauh efektivitas Metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur’an. 3. Organisasi Metode Qiraati yang yang terstruktur dari mulai koordinator pusat, wilayah, sampai kecamatan dan lembaga. 4. Metode Qiraati sudah berkembang tidak hanya di pendidikan non formal saja, melainkan sudah berkembang pula di pedidikan formal baik negeri maupun swasta.
9
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1.
Identifikasi Masalah Identifikasi
masalah
pada
umumnya
mendeteksi,
melacak,
menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul penelitian, masalah atau variabel yang akan diteliti terkait dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Al-Qur’an dan efektivitas metode pembelajaran Al-Qur’an dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Minimnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran AlQur’an. b. Kurang memadainya sarana dan prasarana
yang mendukung
terlaksananya program pembelajaran Al-Qur’an. c. Metode pembelajaran Al-Qur’an yang digunakan kurang menarik dan tidak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik. d. Metode pembelajaran Al-Qur’an kurang praktis, sehingga materi pembelajaran Al-Qur’an sulit diingat dan dipahami oleh peserta didik. e. Sistem pengajaran Al-Qur’an kurang baik dan belum mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif. f. Masih rendahnya prestasi peserta didik dalam membaca Al-Qur’an serta masih banyak peserta didik yang belum mampu membaca AlQur’an dengan baik dan benar. g. Kurikulum Lembaga Pendidikan Al-Qur’an kurang memadai dan bersifat parsial. h. Ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya belajar Al-Qur’an.
2.
Pembatasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan sebagai
berikut: a. Proses pelaksanakan dan penggunaan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
b. Adapun yang dijadikan objek penelitian ini adalah: Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah kelas finishing . c. Hasil dari penggunaan metode Qiraati. Adapun yang dimaksud dengan Metode Qiraati disini adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan sistem klasikal, individual, dan peraga serta menekankan pada aspek bacaan Al-Qur’an secara baik dan benar. LPQ yang penulis maksud adalah Lembaga Pendidikan Al-Qur’an sederajat dengan TKQ/TPA/TPQ yang mengajarkan anak didik mulai dari membaca Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek, doa-doa harian, bacaan dan praktek shalat. Akan tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi pada tingkat efektivitas dalam penggunakan metode Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Mengenai istilah efektivitas yang dimaksud penulis ialah tercapainya tujuan dan target dari pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiraati dalam waktu kurang lebih dua tahun dengan hasil anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
3.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar pembatasan di atas, penulis mebuat rumusan
masalah sebagai berikut: a. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah? b. Apakah Metode Qiraati efektif diterapkan dalam pembelajaran AlQur’an di LPQ Masjid Fathullah? c. Apakah penerapan metode Qiraati dapat membuat santri LPQ Masjid Fathullah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (Mujawwad-Murattal)?
11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui lebih dalam proses penerapan Metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur’an. b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Metode Qiraati. c. Untuk mengetahi efektivitas metode Qiraati dalam pembelajaran AlQur’an. d. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar strata satu (S.1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan PAI.
2.
Kegunaan Penelitian Adapun kajian ini sangat berguna untuk: 1. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi para pengajar di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (TKQ/TPA/TPQ/LPQ) untuk memilih metode yang lebih efektif dalam pembelajaran AlQur’an. 2. Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan belajar Al-Qur’an di kalangan anak-anak. 3. Untuk menambah wawasan para Guru Al-Qur’an baik lembaga formal maupun non formal, serta masyarakat umumnya dalam rangka memberantas buta huruf Al-Qur’an di Indonesia.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Qiraati 1.
Pengertian Metode Qiraati Metode
merupakan
salah
satu
cara
yang
digunakan
dalam
melaksanakan suatu kegiatan yang nantinya akan membantu terlaksanannya kegiatan dengan hasil yang baik dan maksimal. Dalam dunia penddidikan, metode mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta suasana yang kondusif baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam kegiatan pembelajaran, metode juga membantu seorang guru dalam menyampaikan materi serta mempermudah peserta didik dalam menerimanya. Pengertian metode menurut arti Etimologi sebagaimana termaktub dalam buku sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode (method) adalah: “Cara Kerja.”1 Sedangkan secara Semantik, “metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.”2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki; “Cara
kerja yang bersistem untuk
1 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 20, h. 48 2 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Da’wah Islamiyah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu), 1979, h. 90
12
13
memudahkan
pelaksanaan
suatu
kegiatan
guna
mencapai tujuan yang
ditentukan.3 Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur dan sistematis dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang diinginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang efektif dan efisien. Kata metode dapat diartikan dengan kata “metodologi, yang secara ringkas berarti pembahasan tentang metode atau metode-metode.”4 Dengan kata lain metodologi adalah: “ilmu tentang metode-metode yang mengkaji/membahas mengenai bermacam-macam metode mengajar, tentang keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat/serasi untuk penyajian pelajaran apa, bagaimana penerapannya dan sebagainya. ”5 Banyak macam jenis metode tersebut, disebabkan oleh karena metode tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor berikut: 1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing- masing bidang studi. 2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik atau murid. 3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian atau kemampuan dari masingmasing guru. 4. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung. Termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan faktor geografis yang berbeda-beda. 5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.6
3
Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h. 12. 5 Tayar Yusuf&Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Cet. 1, h. 1-2 6 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya, 1983), h. 80. 4
14
Dalam
penerapan
suatu
metode
dalam
kegiatan
pembelajaran,
setidaknya memperhatikan beberapa faktor sebagai seperti: tujuan masingmasing bidang studi, latar belakang kemampuan peserta didik, orientasi serata kepribadian
dan
kemampuan
guru,
situasi dan kondisi serta fasilitas
pengajaran. Dari berbagai macam pengertian metode di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematis dalam rangka mempermudah proses penyampaian materi pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik agar materi tersebut dapat dipahami dengan cepat dan mudah. Sedangkan Qiraati artinya “Bacaanku” secara bahasa arab merupakan kata dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada Ya Mutakalim, artinya bacaanku. Secara ilmu nahwu, dapat menakdirkan atau dapat menyembunyikan. Contoh: (1) Iqra Qiraati artinya: “bacalah bacaanku”, (2) Itba‟ Qiraati: “Ikutilah Bacaanku”. Dapat juga diartikan khobar dari mubtada yang disembunyikan seperti hadzihi qiraati (inilah bacaanku),
dan dapat juga dijadikan mubtada,
khobarnya dibuang seperti qiroati hadzihi (bacaanku, ini bukunya). Mengapa bacaanku? Dan mengapa bukan bacaan kita? Bacaanku mempunyai arti, sudah saya gurukan, sudah saya ijazahkan pada beberapa ahli Al-Qur‟an.7 Meskipun Qiraati berarti bacaanku, namun secara lebih jelasnya bahwa Qiraati merupakan nama salah satu metode membaca Al-Qur‟an yang tujuann utamanya sama dengan metode-metode yang lain, namun ciri khas metode ini adalah lebih menekankan kepada bacaan. Dari pengertian metode dan Qiraati di atas dapat disimpulkan, bahwa Metode Qiraati adalah suatu cara yang teratur dan sistematis dalam proses pembelajaran
7
Al-Qur‟an
yang
menekankan
pada
aspek
bacaan
dan
Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin), Cet. 1, h. 61-62
15
disampaikan dengan sistem klasikal dan individual yang nantinya akan dihasilkan kemampuan membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar.
2.
Sejarah Metode Qiraati Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar
mengajar Al-Qur‟an di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
benar,
Almarhum KH.
Dachlan
Salim Zarkasyi tergugah untuk
melakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga pembelajaran Al-Qur‟an dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al-Qur‟an dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (Ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al-Qur‟an sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Hal itulah yang mendorong Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an sering melakukan Studi Banding keberbagai pesantren dan madrasah Al-Qur‟an hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram KH. Muhammad. KH. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan Studi Banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al-Qur‟an balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh KH. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al-Qur‟an Sedayu adalah TK Al-Qur‟an pertama di Indonesia bahkan di dunia. Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK AlQur‟an
yang
sekaligus
mempraktekan
dan
mengujikan
metode
yang
disusunnya sendiri dengan target rencana 4 tahun seluruh muridnya akan
16
khatam Al-Qur‟an.
Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam
perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah mengkhatamkan AlQur‟an dan mampu membaca dengan baik dan benar (Mujawwad Murattal). TK Al-Qur‟an yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena
keberhasilan
mendidik
siswa-siswinya.
banyak
yang melakukan Studi Banding
Dari keberhasilan
inilah
dan meminta petunjuk
cara
mengajarkan metode yang diciptakannya. KH. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dari para Kyai AlQur‟an atas motode yang diciptakannya. Atas usul dari Ustadz A. Juned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada sepuluh jilid). Memperhatikan
perjalanan
sejarah
penyusunan
Metode
Qiraati,
tampaknya KH. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para kyai ummul Qur‟an, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya salalu dekat dengan para kyai sehingga tampak tawadhu, mukhtish dan berwibawa. Atas restu para Kyai, Metode Qiraati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al-Qur‟an di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum. ”8
3.
Dasar Hukum a. Surat al-Qiyamah/75, Ayat 16-18
. . )٧١- ٧١ : (القيامت
8
http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.ht ml
17
“Jangan kamu gerakan lidahmu (dalam membaca Al-Qur’an) karena terburu-buru.
Sesungguhnya
mengumpulkannya
(di
dadamu)
atas dan
tanggungan (membuatmu
kamilah pandai)
membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.”
Maksud dari ayat di atas ialah Nabi Muhammad dilarang oleh Allah menirukan bacaan Malaikat Jibril as. Kalimat-demi kalimat sebelum Malaikat Jibril membacakannya agar Nabi Muhammad dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar serta dapat menghafalkan ayat yang diturunkan oleh Allah SWT.
b. Surat al-Qomar/54, Ayat 17
)٧١ : (القمر “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an (bagi manusia) untuk jadi pengajaran. Adakah orang yang mengambil pengajaran (dari padanya)? "
Ayat ini merupakan janji Allah yang ditawarkan kepada manusia, bahwa Allah telah memudahkan bagi manusia yang mau belajar membaca AlQur‟an.
4.
Sistem Pengajaran Metode Qiraati a. Klasikal Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan klasikal individual. 1) Klasikal Besar Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya masing-masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk
18
membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit. Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian (dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.
2) Klasikal Peraga Klasikal
peraga
ialah
pembelajaran
Al-Qur‟an
yang
dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain menyimak dan mengoreksi. b. Kegiatan Pembelajaran di Kelas Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut: 1) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama) Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun (daktun). 2) Individual (30 Menit) Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri membaca jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara
19
yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di depan guru sebagai persiapan. 3) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir) Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman), sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur‟an dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal. Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur‟an Metode Qiraati adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat
belajar
sebab
dituntut
untuk
membaca
secara
serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.
5.
Isi Buku Metode Qiraati Pertama kali muncul, buku Qiraati terdiri dari 10 jilid kemudian
mengalami dua kali revisi hingga sekarang buku Qiraati terdiri dari 6 jilid.
TABEL I ISI BUKU METODE QIRAATI
NO
1.
JILID/ KELAS
MATERI
MISI
PRA TK
Huruf Hijaiyah
Memberantas bacaan
(41 Pokok
berharakat fathah
yang kurang jelas
TERGET
40 hari
20
Bahasan)
dengan mulut terbuka 1. Huruf Hijaiyah
1 2.
berharakat fathah
(39 Pokok
2. Bunyi huruf
Bahasan)
hijaiyah asli
Memberantas bacaan yang kurang jelas
A: 45 hari
(nggremeng) dengan
B: 40 hari
mulut terbuka
C: 28 hari
3. Huruf sambung 1. Mad Thabi‟i
II
3.
1. Meberantas bacaan
2. Harakat ٌ ٍ ً ُ ِ ََ
yang kurang jelas
3. Fathah Panjang
(nggremeng)
(13 Pokok
(fathah berdiri
dengan mulut
Bahasan):
yang dibaca
terbuka
Halaman 1, 6, 11,
panjang)
2. Meberantas bacaan
13, 16, 20, 23, 24,
4. Angka 1-99
yang asal-asalan,
28, 29, 33, 36, 40
5. Huruf م د، ب،س
dengan membaca
6. Ta‟ Marbuthah ( ٌت
harakat ٌ ٍ ً ُ ِ ََ
ٌ)= ـةٌ = ة
A: 30 hari B: 45 hari
dengan benar
1. Mad Shilat Qashirah 2. Al Qamariah III (13 Pokok 4.
Bahasan):
3. Huruf berharakat sukun 4. Idzhar Syafawi
Halaman 1, 2, 4,
5. Layyin
6, 10, 15, 19, 26,
6. Hukum “Ra”
28, 31, 35, 38, 41
Tafkhim dan Tarqiq 7. Huruf : ع+ ء 8. Angka 21- 976 1. Ikhfa ( ٌ ٍ ً / ْ) ن 2. Ahruf Al
Memberantas bacaan yang tawallud (ndlewer)
A: 30 hari B: 45 hari
21
Muqatha‟ah 3. Mad Wajib Muttasil 4. Mad Jaiz Munfasil 5. Huruf: خ- ح- ش- س IV
5.
6. Huruf bertasydid
(14 Pokok
7. Tanda sukun ( ْ )
Bahasan):
8. Al Syamsiyah
Memberantas bacaan
A: 38 hari
9. Huruf wawu yang
yang tidak bertajwid
B: 33 hari
Halaman 1, 5, 7, 10, 12, 13, 16, 18,
tidak dibaca
19, 23, 25, 30, 32, 10. Idgham Mimi 36, 39.
11. Ghunnah 12. Idgham Bighunnah (bertemu dengan mim) 13. Idgham bila ghunnah 1. Idgham Bighunnah (yang bertemu dengan وdan ) ى 2. Waqaf
V (18 Pokok Bahasan): 6.
Halaman 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 16, 18, 20, 23, 24, 26, 28, 34, 38.
3. Mad „Arid Lis sukun 4. Mad „Iwadh 5. Tanda tasydid ( ْ) 6. Huruf : ث- هـ- غ 7. Lafdzhu Jalalah 8. Iqlab 9. Ikhfa Syafawi 10. Qalqalah
Memberantas
bacaan
yang tidak bertajwid dan tartil
A: 36 hari B: 21 hari
22
11. Idzhar Syafawi 12. Mad Lazim Mutsaqal Kalimi 1. Tanaffus 7.
JUZ 27
2. Ibtida wan Nihayah 3. Kelancaran
Memberantas
bacaan
yang tidak bertajwid 30 hari dan tidak tartil
VI (10 Pokok 8.
Bahasan): Halaman 1, 5, 8,
Memberantas Idzhar Halqi
bacaan
yang tidak bertajwid 24 hari dan tidak tartil
12, 15, 18, 19, 21, 22.9
1. Fashahah Al-Qur‟an
a. Mura‟atul Huruf
(Juz 1-10)
b. Mura‟atul Harakat c. Mura‟atus
Al-Qur‟an&Gharib (Juz 11-20) 9.
TADARUS
Shifat d. Volume 2. Tartil
90 hari
a. Mura‟atut Tajwid b. Mura‟atul Al-Qur‟an&Tajwid (Juz 21-30)
Kalimah c. Waqaf-Ibtida d. Tanaffus e. Kelancaran
1. Al-Qur‟an 9
Pengulangan dan
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin, 1990), Jilid 1-6.
23
10.
FINISHING
2. Gharib
pemantapan bacaan
3. Tajwid
Al-Qur‟an, materi
4. Materi Tambahan
Gharib dan Tajwid,
(cheking hafalan)
serta materi tambahan dalam rangka persiapan Imtihan Akhir Santri (IMTAS)
6.
Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentunya menggunakan beberapa
tahapan dan langkah-langkah agar pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tingkat dan kemampuan peserta didik. Adapun tahapan dan langkah-langkah penerapan Metode Qiraati adalah sebagai berikut: a.
Pra Qiraati Kelas Pra Qiraati atau yang biasa disebut Pra TK, dikhususkan
untuk anak-anak yang berusia di bawah 4 tahun (Play Group). Kegiatan pembelajaran di kelas Pra TK, diawali dengan nyanyian dan tepuk Islami, hal ini bertujuan untuk menarik perhatian anak agar kegiatan belajar mengajar terlihat menyenangkan. Setelah itu
guru mengenalkan
huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan alat peraga yang berbentuk kertas
kotak
dan
bertuliskan
huruf
hijaiyah
dengan
cara
guru
memperlihatkan satu, dua atau tiga huruf tanpa mengurai dengan bacaan secara cepat, tepat, lancar, dan benar. Kemudian santri megikuti bacaan guru dengan serempak, sesekali guru menyuruh salah satu santri untuk membaca sendiri. Setelah pembelajaran dengan peraga selesai, santri membaca Jilid/ Buku Qiraati satu-persatu secara bergantian, sementara yang lainnya diberi tugas mewarnai atau merangkai titik-titik menjadi huruf hijaiyah yang sudah dipersiapkan oleh guru.
24
Setelah semua murid membaca jilid secara bergiliran, diakhir pembelajaran
guru
mengajarkan materi penunjang yaitu surat-surat
pendek, doa-doa harian, dan bacaan sekitar shalat yang disesuaikan dengan jadwal dan dilaksanakan secara bersama-sama, kemudian ditutup dengan membaca doa dan guru memberikan nasihat.
b.
Jilid 1-6 Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas jlid 1-6 dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama murid belajar membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan alat peraga selama 15 menit (peraga awal). Tahap kedua,
santri membaca
Jilid/Buku
Qiraati satu-persatu (individual)
selama 30 menit, sementari santri yang lainnya menulis. Tahap ketiga, santri membaca peraga untuk kedua kalinya (peraga akhir) selama 15 menit, kemudian diakhir pembelajaran guru dan murid menutup kegiatan belajar-mengajar dengan membaca surat al-Asr dan doa kafarotul majelis, kemudian guru memberikan nasehat.
c.
Al-Qur‟an Pada kelas Al-Qur‟an dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
tingkatan Tadarus (Juz 1-10), tingkatan Tadarus Gharib (Juz 11-20), dan Tadarus Tajwid (Juz 21-30). Adapun pelaksanaan pembelajarannya dibagi menjadi 4 tahap: 1) Guru mengajarkan santri dengan alat peraga gharib kemudian menguraikan materi yang ada diperaga. 2) Murid membaca tadarus Al-Qur‟an sementara guru menyimak dan membanarkan
bacaan
yang
salah
kemudian
menyuruh
untuk
diulang/disempurnakan. 3) Santri membaca buku gharib/tajwid satu persatu, sementara santri yang lainnya membaca dan menghafal materi gharib/tajwid secara individual sebagai persiapan.
25
4) Guru mengajarkan santri dengan peraga untuk kedua kalinya, setelah selesai guru dan murid menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa dan memberikan nasehat. d.
Finishing Kelas Finishing terdiri dari santri yang sudah menghatamkan
Al-Qur‟an sampai 30 juz dan sudah menguasai materi gharib dan tajwid, serta materi penunjang/tambahan. Kegiatan pembelajaran pada kelas finishing sifatnya adalah ricek dan penyempurnaan materi-materi yang sudah disampaikan sebelumya, hal ini bertujuan agar santri tidak lupa dan sebagai persiapan dalam menghadapi Imtihan Akhir Santri (IMTAS).
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menganugrahkan kepada umat Islam kitab suci AlQur‟an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal dan sebagai pendidik pertama, Nabi Muhammad SAW pada awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur‟an sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri. “Abd
al-Rahman
al-Nahlawi
mencoba
menggali
prinsip-prinsip
metode mengajar dalam Al-Qur‟an. Dan hasil penggaliannya itu, ia temukan berbagai metode dalam Al-Qur‟an yang dapat mengubah perasaan dalam rangka menanamkan rasa iman dan cinta kepada Allah SWT. Rasa nikmatnya beribadah, rasa hormat kepada orang tua dan sebagainya.”10 a. Metode Qur‟ani Adapun prinsip
metode mengajar Qur‟ani menurut Alnahlawi
adalah sebagai berikut: 1) Metode Hiwar Qur‟ani dan Nabawi Hiwar adalah percakapan antara dua orang atau lebih melalui tanya-jawab mengenai sebuah topik yang mengarah kepada suatu tujuan. 10
4, h. 216
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
26
Hiwar mempunyai dampak yang sangat dalam terhadap jiwa, pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Menurut Alnahlawi, dalam Al-Qur‟an dan sunah Nabi SAW terdapat berbagai jenis hiwar seperti: a) Hiwar Khitabi atau Ta‟abudi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan hambanya. b) Hiwar Washfi ialah dialog antara tuhan dengan malaikat atau makhluk ghaib lainnya. c) Hiwar Qishasi terdapat dalam Al-Qur‟an, yang baik berbentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, maupun bagian dari ushlub kisah Al-Qur‟an. d) Hiwar Jadali bertujuan untuk memantapkan hujjah (alasan) e) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang dilakukan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. 2) Metode Kisah Qur‟ani dan Nabawi “Metode kisah Qur‟ani bukanlah hanya semata kisah atau semata-mata seni yang indah, kisah Qur‟ani juga merupakan suatu cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadan-Nya. Sedangkan kisah Nabawi menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan dalam beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.”11 3) Metode Amtsal “Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali terdapat ayat-ayat dalam bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya.”12 Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah, ayat 17:
)٧١ : (البقرة
11 12
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 217-221 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 223-224
27
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” 4) Metode Keteladanan Dalam metode keteladanan ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad
SAW agar menjadi teladan bagi seluruh umat dalam
merealisasikan sebuah sistem pendidikan Islam. Sedangkan dalam contoh yang lain yaitu, cenderung
meneladani
gurunya
dan
menjadikannya
seorang siswa sebagai contoh
identifikasi dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru yang ulung. 5) Metode Ibrah dan Mau‟idzah Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk kepadanya, lalu hal itu mendorongnya kepada perilaku berfikir dan sosial yang sesuai. Sedangkan mau‟idzah (peringatan) adalah yang memberi nasihat hendaknya berulang kali sehingga orang yang dinasehati itu tergerak untuk mengikuti nasihat tersebut. 6) Metode Targhib dan Tarhib “Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang
disertai
bujukan.
Tarhib
ialah
ancaman
karena
dosa
yang
dilakukan.”13 Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah, demikian pula dengan tarhib, akan tetapi targhib lebih menekankan agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib lebih menekankan untuk menjauhi kejahatan.
13
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 227
28
Disamping berbagai metode Qur‟ani tersebut di atas, Al-Qur‟an juga mengemukakan prinsip-prinsip tentang bahasa yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran.
Al-Qur‟an
menggunakan bahasa yang indah,
menuntun
lemah lembut,
kita
agar
selalu
jelas, tegas, dan
menyentuh jiwa. b. Bahasa Qur‟ani Adapun
bahasa
yang
seharusnya
dipakai
dalam
proses
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Qaulun Ma‟rufun Merupakan ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan kebaikan,
tidak
mengandung
kemungkaran,
kekejian
dan
tidak
bertentangan dari ketentuan Allah SWT. Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 8:
)٨ : ) النساء “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
2) Qaulan Kariman Merupakan ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat dan baik dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemulian. Dalam proses pembelajaran, kata-kata yang mulia sebagai salah satu cara yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa.
Firman Allah dalam Q.S. al-Isra ayat 23:
29
)٣٢ : (االسراء “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan " Ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
3) Qaulan Maisuran Merupakan tutur kata yang mudah dipahami, ringan, berisi penghargaan sebagai penawar hati. Dalam hal ini seorang guru harus menyampaikan materi kepada peserta didik dengan bahasa yang ringan, jelas, dan mudah dipahami oleh peserta didik. Firman Allah Q.S. al-Isra ayat 28:
)٣٨ : (االسراء “Dan
jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”
4) Qaulan Layyinan
30
Merupakan perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus, mudah dicerna dan ramah agar berbekas di jiwa dan berkesan serta bermanfaat. Firman Allah Q.S. Thaha ayat 44:
)٤٤ : (طه “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
5) Qaulan Balighan Merupakan perkataan yang membekas di dalam hati sebelumnya tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Jadi bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mengesankan membekas di hati sehingga peserta didik dapat menerima kebenaran dan merubah tingkah lakunya kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 63:
)١٢ : (النساء “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
6) Qaulan Sadidan Merupakan perkataan yang benar dan segala sesuatu yang baik. Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab ayat 70:
)١٧ : (االحزاب
31
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dibawah ini akan disebutkan beberapa metode pembelajaran Al-Qur‟an yang berkembang di Indonesia14 , sebagai berikut: a. Metode Al-Baghdadi Metode Al-Baghdadi atau yang sering dikenal dengan baghdadiyah adalah metode yang pertama kali muncul dan merupakan metode tertua di Indenesia yang berasal dari baghdad, irak. Metode ini tersusun (tarkibiyah), maksudnya
yaitu
suatu
metode
yang
tersusun
secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. 1) Cara pembelajaran metode ini adalah: a) Hafalan b) Eja c) Modul d) Tidak variatif e) Pemberian contoh yang absolute 2) Kelebihan dan kekurangan metode al-Baghdadi a) Kelebihan i. Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
14
Qur‟an.pdf
http://www.wahdah.or.id/wis/images/stories/Metode%20baca%20tulis%20al-
32
ii. Santri
yang
lancar
akan
cepat
melanjutkan
pada
materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain. b) Kekurangan i. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja. ii. Santri kurang aktif karena harus mengikuti guru dalam membaca. iii. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja. 2. Metode Qiraati Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Qur‟an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pengajaran metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat
pada
murid
dan
kenaikan
kelas/jilid
tidak
ditentukan
oleh
bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan). Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat: 1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas 2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA a. Prinsip-prinsip Dasar Qiraati 1) Prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu: i. Tiwasgas (teliti, waspada dan tegas) ii. Daktun (tidak boleh menuntun) 2) Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik: i. CBSA : Cara Belajar Santri Aktif ii. LCTB : Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar
b. Visi, Misi dan Ciri-ciri Metode Qiraati
33
Dalam suatu metode pembelajaran membaca Al-Qur‟an, tentunya mempunyai Visi, Misi, dan Moto, tidak terkecuaili Metode Qiraati sebagai berikut:15 1) Visi Qira‟ati Membudayakan membaca al-Qur‟an dengan tartil. 2) Misi Qira‟ati i. Mengadakan pendidikan al-Qur‟an untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesesuaian al-Qur‟an dari segi bacaan yang tartil. ii. Menyebarkan Qira‟ati
ilmu
hanya
dengan
bagi
memberi ujian
memakai buku
lembaga-lembaga/guru-guru
yang
taat,
patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator. iii. Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan alQur‟an. iv. Mengadakan
pembinaan
para
guru/calon
guru
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pengajar-an al-Qur‟an. v. Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif. vi. Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih. vii. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh kordinator. viii. Menunjuk/memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/profesional dan berakhlakul karimah. ix. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan per-tolongan kepada Allah demi kemajuan lembaga-nya dan mencari keridhaan-Nya. c. Ciri-ciri Qiraati 1) Tidak dijual secara bebas 15
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/
34
2) Guru-guru lewat tashih dan pembinaan 3) Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama d. Strategi Mengajar dalam Qiraati Dalam mengajar Al-Qur‟an dikenal beberapa macam stategi, yaitu: 1) Strategi Mengajar Umum (Global) i. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. ii. Klasikal Individu
yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz
untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal. iii. Klasikal
baca
simak
yaitu
strategi
ini
digunakan
untuk
mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur‟an orang lain. 2) Strategi Mengajar Khusus (Detil) Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat-syaratnya, karena strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. e. Tahapan dalam mengajarkan Metode Qiraati ada I sampai VI yaitu: 1) Jilid I Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca AlQur‟an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri. 2) Jilid II Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I. 3) Jilid III Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad). 4) Jilid IV Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid. 5) Jilid V
35
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan santri sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar. 6) Jilid VI Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27. Jilid I sampai jilid VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar targettarget itu tercapai.
f. Kelebihan dan kekurangan Metode Qiraati 1) Kelebihannya : a) Siswa walaupun belum mengenal tajwid
tetapi sudah bisa
membaca Al-Qur‟an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur‟an dengan tajwidnya itu fardlu ain. b) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid. c) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib. d) Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test. 2) Kekurangannya: Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun, melainkan kemampuan membaca seseorang.
3. Metode Iqra Metode
Iqra adalah suatu Metode membaca Al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqra terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
36
Metode Iqra ini disusun oleh Ustadz As‟ad Humam yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqra dari keenam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang
berisi
tentang
doa-doa.
Dalam
setiap
jilid
terdapat
petunjuk
pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur‟an. Metode Iqra ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf AlQur‟an dengan fasih).
Bacaan langsung tanpa di eja.
Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqra 1) Kelebihan a) Menggunakan Metode CBSA,
jadi bukan guru yang aktif
melainkan santri yang dituntut aktif. b) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama), prifat (penyimakan secara individual), maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah). c) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar
guru
dapat
memberikan
sanjungan,
perhatian
dan
penghargaan. d) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak. e) Bukunya mudah di dapat di toko-toko. 2) Kekurangan a) Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini. b) Tidak ada media belajar c) Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4. An-Nahdliyah
37
Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur‟an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdadi maka materi pembelajaran Al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan Metode Qiraati dan Iqra. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur‟an pada metode ini lebih menekankan pada kode “Ketukan”. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
metode ini mempunyai dua
program yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu: a. Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembekalan untuk mengenal dan memahami serta mempraktekan membaca AlQur‟an. b. Program sorogan Al-Qur‟an yaitu progam lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk mengantarkan santri mampu membaca Al-Qur‟an sampai khatam. Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdliyah. Dalam
program
sorogan
Al-Qur‟an
ini santri akan
diajarkan
bagaimana cara-cara membaca Al-Qur‟an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca Al-Qur‟an. Dimana santri langsung praktek membaca AlQur‟an besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghani.
5. Metode Jibril Terminology (istilah) Metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-Qur‟an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah di latar belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. untuk mengikuti bacaan Al-Qur‟an yang telah diwahyukan melalui Malaikat Jibril.
38
Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqurrahman) sebagai pencetus Metode Jibril, bahwa teknik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orangorang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. Metode Jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil. D. Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil) 1. Pengertian Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil) Dalam ilmu bacaanAl-Qur‟an, dapat dikatakan bahwa membaca tartil adalah membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, makhorijul huruf, dan sifatul huruf. Jadi dalam hirarki membaca Al-Qur‟an, tartil menduduki tingkat paling tinggi karena dikatakan orang yang membaca dengan tartil berarti dia sudah menguasai tajwid dan makhorijul huruf serta sifatul huruf. Adapun tingkatan bacaan yang diakui oleh Ulama Qiraat ada empat tingkatan: a. At Tartil, yaitu bacaan lambat dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan mentadabburkan. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an:
)٤ : (المزمل … “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” b. At Tarqiq, yaitu bacaan yang lebih lambat dari pada tartil, yang lazim digunakan untuk mengajarkan Al-Qur‟an dengan sempurna. c. Al
Hard,
yaitu
bacaan
yang
dilakukan
dengan
cepat
tetapi
mempraktekan tajwidnya. d. At Tadwir, yaitu bacaan yang tidak telalu cepat dan tidak terlalu lambat, pertengahan antara al hard dan at tartil.16
2. Langkah-langkah Membaca Tartil
16
6, h. 8-9.
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Al-Qur’an, (Jakarta, Dzilal Press, 1997), Cet.
39
Ada beberapa tahap membaca secara tartil, yaitu dengan menguasai ilmu tajwid dan makharijul huruf (fasohah) terlebih dahulu. a. Tajwid Lafadz tajwid menurut bahasa artinya membaguskan, sedangkan menurut istilah ialah mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan haknya dan mustahiknya. Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya, seperti sifat al-jahr, isti‟la, istifal, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahik huruf adalah sifat yang nampak
sewaktu-waktu
seperti
tafkhim,
tarqiq,
ikhfa
dan
lain
sebagainya.17
b. Makharijul Huruf Makhraj di tinjau dari morfologi berasal dari fiil madhi Kha Ra Ja yang artinya keluar. Sedangkan menurut istilah makhraj adalah Suatu nama tempat yang padanya huruf dibentuk (diucapkan). Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan. Ketika membaca al-Qur‟an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhraj hurufnya. Kesalahan dalam mengucapkan huruf atau makhraj bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar. Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup dibelakangnya, lalu bacalah! Tatkala suara tertahan, maka tampaklah makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan. Terjadi perbedaan
pendapat
dikalangan
para
ulama
tentang
pembagian makhraj huruf. Imam Syibaweh dan Asy-Syatibi berpendapat
17
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Al-Qur’an,… h. 5.
40
bahwa makhraj huruf terbagi atas 16 makahraj, sementara menurut Imam al-Fara‟ terbagi atas 14 makhraj. Namun, pendapat yang paling masyhur dalam perkara ini adalah yang menyatakan bahwa makhraj huruf terbagai atas 17 makhraj. Imam Khalil bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh para qari–termasuk Imam Jazari–seta para ahli nahwu. Selanjutnya 17 makhraj ini diklasifikasikan ke dalam lima tempat (Maudli). Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari setiap huruf.18 Lima tempat yang dimaksudkan dalam mahkrijul huruf ialah: 1) Al-Jauf, ialah makhraj huruf yamg terletak pada rongga mulut. Dari tempat ini muncul satu makhraj. 2) Al-Halaq, ialah makhraj huruf yang terletak pda tenggorokan. Dari tempat ini muncul tiga makhraj. 3) Al-Lisan, ialah makhraj huruf yang teretak pada lidah. Dari tempat ini muncul sepuluh makhraj. 4) Asy-Syafatain, ialah makhraj huruf yang terletak pada dua bibir. Dari tempat ini muncul dua makhraj. 5) Al-Khoisyum, ialah makhraj huruf yang terletak pada pangkal hidung. Ditempat ini muncul satu makhraj. Dengan demikian total makhraj yang muncul adalah tujuh belas makhraj. Pembahasan dibawah ini akan merinci ke tujuh belas makhraj tersebut yang terbagi ke dalam lima tempat: al-jauf, al-halaq, al-lisan, asysyafatain, dan al-khaisyum.
E. Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas merupakan kata sifat dari efetktif yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, pesan), manjur, atau mujarab, dapat membawa 18
Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung, CV Penerbit Diponogoro, 2007), Cet. 10, h. 20-22.
41
hasil, berhasil guna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif diartikan (1) mempunyai efek, pengaruh, atau akibat, (2) manjur atau mujarab, (3) dapat membawa hasil, dan (4) mulai berlaku. 19 Efektivitas merupakan salah satu kriteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Hal ini didukung oleh pendapat Etzioni (1964) bahwa:
Efektivitas dapat dinyatakan dalam tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.20 Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika dapat berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai (telah direncanakan) sebelum melakukan hal tersebut. Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tesebut dapat disimpulkan bahwa secara umum efektivitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat direncanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah ditempuh. 21 Sejalan
dengan
pendapat
di atas,
tim Pembina
mata
kuliah
didaktik/metodik/kurikulum IKIP Surabaya (1988) mengemukakan bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini seorang yang hendak mencapai tujuan tertentu adalah siswa dan guru, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembelajaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan efektivitas dalam pembelajaran Al-Qur‟an adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran dalam waktu yang singkat.
19
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. 3, h. 284 20 www. Sisdiknas. Co. id 21 Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Effset, 1990), Cet. 1, h. 63
42
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Proses Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Untuk menciptakan suatu sistem proses belajar mengajar yang baik tidaklah mudah, hal ini disebabkan permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar yang begitu kompleks, dalam arti untuk menciptakan kondisi yang efektif sangatlah dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam proses belajar-mengajar itu sendiri baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Secara
global,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mangajar adalah: a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa; b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa; c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Selain dari beberapa hal di atas sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu sekolah, beberapa faktor tersebut di atas dapat mempengaruhi efektif tidaknya dalam proses belajar mangajar, untuk lebih jelasnya sebagian faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Faktor Murid Murid
atau
peserta
didik
merupakan
potensi
yang
harus
dikembangkan. Didalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensipotensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula. b. Faktor Guru “Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya.”22
22
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), Cet. 4, h. 9.
43
Belajar mengajar adalah interaksi antara guru dan murid. Dimana interaksi tersebut tidak hanya melibatkan murid saja melainkan juga keterlibatan dari guru, sehingga tidak berat sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terjadi feed back (timbal balik) diantara keduanya. Gurupun harus menjadi suri tauladan dan dapat mengantarkan anak didiknya
ke
arah
tujuan
yang
telah
ditentukan,
melalui kegiatan
bimbingan, pendidikan, latihan, dan pengarahan maka sikap, prilaku dan pengetahuannya dapat terbentuk dengan baik yang kemudian menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. c. Faktor Lingkungan Sekolah Adapun bagaimana
yang
dimaksud
menciptakan
situasi
dengan dan
lingkungan sekolah adalah
kondisi
yang
menyenangkan
dilingkungan sekolah tempat siswa belajar, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar, seperti rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.
F. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Untuk mngetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai secara efektif atau tidak, maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi (hasil) yang telah dicapai. Tingkat keberhasilan dapat dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu
istimewa
(maksimal),
baik
sekali (optimal),
baik
(minimal),
dan
kurang.23 1. Istimewa/maksimal:
apabila
seluruh
(100%)
bahan
pelajaran
yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik sekali/ optimal: apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/ minimal: apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 23
h. 121
Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
44
4. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang baik sekali bila dapat mencapai 80% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suatu proses belajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui beberapa
kriteria efektivitas,
sebagaimana telah dikemukakan oleh tim
penyusun didaktik metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan penelitian terhadap proses belajar mengajar seorang guru maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut: a. Persiapan: seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya. b. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam mengajar harus keras dan jelas. c. Perumusan kompetensi dasar harus dirumuskan secara kongkrit. d. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. e. Menguasai bahan pelajaran. f. Penguasaan situasi kelas. g. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar. h. Penggunaan alat pengajaran. i. Jalan pengajaran atau proses pembelajaran harus efektif dan efisien. j. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku murid yang diharapkan.24 Menurut
Nana
Sudjana
(1989),
indikator-indikator
efektivitas
pembelajaran meliputi: 24
Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 5, h. 164-166
45
1. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru. 2. Kesesuain proses pembelajaran dengan kurikulum. 3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa. 4. Interaksi antara guru dan siswa. 5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. 6. Motivasi siswa meningkat. 7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi. 8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.25 Sedangkan indikator-indikator efektivitas dalam pembelajaran AlQur‟an adalah: 1. Anak didik dapat membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar (MujawwadMurattal). 2. Siswa mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar dalam waktu ± 2 Tahun. 3. Siswa mampu membaca Al-Qur‟an tanpa dituntun dalam waktu yang singkat. Dari
penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa,
metode
pembelajaran Al-Qur‟an dapat dikatakan efektif apabila, guru menguasai kelas, guru menguasai materi pelajaran, guru menguasai metode pengajaran, target kurikulum tercapai dan nilai kemampuan baca siswa secara baik dan benar dalam waktu yang tidak terlalu lama.
G. Kerangka Berfikir Keberadaan TKQ/TPA/TPQ/LPQ sebagai Lembaga Pendidikan non formal
yang
mempunyai peranan
yang
cukup
penting
dalam rangka
mengenalkan dan memberikan pembelajaran Al-Qur‟an serta pendidikan dasar Islam kepada anak-anak, selain itu juga berperan dalam mengembangkan serta mengajarkan nilai-nilai dasar keislaman.
25
Nana Sudjana, Penilaian Proses Balajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosda Karya, 1991), Cet. 3, h. 60-63
46
Materi dari yang diajarkan menitik beratkan kepada membaca AlQur‟an karena sesuai dengan visi dan misinya yaitu mencetak generasi Qur‟ani yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam pembelajaran Al-Qur‟an yang dipakai oleh TKQ/TPA/LPQ yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, hal ini dikarenakan banyak sekali muncul dan
berkembang metode pembelajaran Al-Qur‟an yang
tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihan. Di
Indonesia
sendiri
banyak
sekali
muncul
metode-metode
pembelajaran Al-Qur‟an yang diawali oleh metode Baghdadiyyah sebagai suatu metode yang pertama kali muncul dan berkembang di setiap wilayah bahkan pelosok daerah di Indonesia yang mengajarkan pembelajaran AlQur‟an dengan menggunakan sistem eja. Metode Qiraati merupakan salah satu metode yang muncul dan berkembang paska metode Baghdadiyyah. Metode Qiraati
dicetuskan oleh
KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang beranggapan bahwa pembelajaran AlQur‟an pada waktu itu dinilai sangat lamban dan anak belum menerapkan bacaan secara baik dan benar. Metode Qiraati sudah berkembang di setiap wilayah di berbagai daerah di Indonesia tak terkecuali wilayah JABODETABAKA. Metode Qiraati tidak hanya berkembang di pendidikan non formal saja seperti TKQ/TPA/TPQ/LPQ/Pondok
Pesantren,
selain itu Metode Qiraati juga
berkembang di pendidikan formal seperti SDIT, MI/MIN, SMP/MTS, SMA/MA, hal ini mengindikasikan adanya respon dan
penilaian masyarakat
tentang hasil dari penerapan Metode Qiraati yang mampu mengantarkan anakanak atau orang yang mempelajarinya mampu membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar. LPQ Masjid Fathullah adalah salah satu Lembaga Pendidikan AlQur‟an yang menggunakan Metode Qiraati dan sudah berjalan selama ± 5 tahun. LPQ Masjid Fathullah sudah 3 kali mengantarkan santrinya khotmul Qur‟an/wisuda yang di uji oleh kordinator dan perwakilan dari guru dan
47
kepala lembaga yang menggunakan Metode Qiraati serta disaksikan oleh masyarakat dan wali santri. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Metode Qiraati merupakan metode pembelajaran yang sudah cukup lama berkembang di wilayah di Indonesia dan diterapkan di lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang mampu mengantarkan generasi Qur‟ani untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Teknik
penelitian
sebagai
salah
satu
bagian
penelitian
yang
merupakan unsur yang paling penting. Uraian pada bab ini mencakup enam bagian dan dicatat secara sistematis yaitu sumber dan jenis data, manusia sebagai instrumen dan pengamatan, wawancara, test, catatan lapangan, penggunaan dokumen dan cara lainnya.
A. Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif analitik atau penelitian yang ditunjang dengan data yang diperoleh dari penelitian lapangan (Field Research). “Metode
penelitian
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berdasarkan pada filsafat posrpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 1 ” Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti dalam pencarian data adalah sebagai berikut: 1. Peneliti mencari buku, mengambil teori yang berkaitan dengan metode pembelajaran Al-Qur’an. Fungsi teori dalam penelitian kualitatif lebih ditunjukan untuk kerangka dalam mencari dinamika masalah, karena 1
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D,( Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 9, h. 9.
48
49
dalam penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses dari pada hasil. 2. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk gambaran
dan
hasil
pembelajaran
Al-Qur’an
mengetahui bagaimana dengan
menggunakan
Metode Qiraati dengan cara terjun langsung ke lapangan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di LPQ Masjid Fathullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 3 sampai 26 November 2010.
C. Tujuan Penelitian Penelitian (Research) ini dilakukan untuk menemukan data yang berkaitan
dengan
“Efektivitas
penggunaan
Metode
Qiraati
terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar” di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tegasnya penelitian ini dilakukan untuk: 1. Menjelaskan bentuk-bentuk pembelajaran Metode Qiraati yang diterapkan di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Mengetahui hasil dari penggunaan Metode Qiraati.
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek penelitian yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan penelitian. Adapun target dalam populasi ini adalah keseluruhan santri LPQ Masjid Fathullah kelas finishing pada tahun ajaran 2010/2011. “Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang harus diteliti, yang dipilih atau ditetapkan sebagai analisa.”2 Maka untuk memudahkan penelitian
2
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 12, h. 266
50
dan juga keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil sampel dari kelas finishing yang terdiri dari 5 santri. Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah santri LPQ Masjid
Fathullah
kelas
finishing.
Namun dalam penelitian ini peneliti
cenderung meneliti guru dan santri LPQ Masjid Fathullah karena mereka sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dengan Metode Qiraati.
E. Variabel Penelitian Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris, maka ditentukan variabelnya. “Variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi.”3 Atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian. Suharismi
Arikunto
menyebutkan
“variabel
adalah
gejala
yang
bervariasi yang menjadi objek dalam penelitian.”4 Penelitian yang berjudul, “Efektivitas penggunaan Metode Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar”, variabelnya sebagai berikut: a. Variabel Bebas (X) adalah: Efektivitas penggunaan Metode Qiraati. b. Variabel Terikat (Y) adalah: Kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar.
F. Setting Penelitian Setting
yang
dipilih
dalam penelitian ini adalah setting kelas.
Penentuan setting ini membantu peneliti dalam merencanakan serta untuk mendekati subjek penelitian. Peneliti menggunakan kelas finishing sebagai subjek utama dalam penelitian. Kriteria yang dilakukan dalam penelitian ini, subjek mempunyai kualitas membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, hal ini dapat dilihat dari 3 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 1, h. 216 4 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), Cet. 10, h. 111
51
raport, kemampuan membaca buku gharib dengan mengetahui materi dan menerapkannya dalam bacaan Al-Qur’an, mampu menghafal, memahami dan menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an, dan mampu membaca Al-Qur’an
dengan
baik
dan
benar/mujawwad
murattal
pada
tingkat
permulaaan (Lilmubtadi).
G. Teknik Pengumpulan Data Instrumen adalah
peneliti.
penelitian
yang
digunakan
dalam
Dalam hal ini peneliti juga
penelitian
bertindak
kualitatif
sebagai guru
pendamping pada pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode Qiraati kelas finishing. Menurut Moleong “Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencanaan, pelaksana, pengumpul data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.5 Dengan demikian peneliti sebagai instrumen penelitian berperan dari keseluruhan proses penelitian. Adapun pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Observasi adalah: “Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara
sistematik
gejala-gejala yang
diselidiki.”6 Dalam hal ini penulis melakukan observasi dengan cara meneliti tentang gambaran umum LPQ Masjid Fathullah yang menjadi objek penelitian. b. Test Yaitu penulis melakukan pengetesan langsung selama 3 hari kepada
santri-santri
LPQ
Masjid
Fathullah
kelas
Finishing
untuk
mengetahui kemampuan dan kualitas mereka dalam membaca Al-Qur’an.
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 26, h. 168.
52
c. Wawancara (Interview) Interview adalah: ”Suatu teknik yang menghendaki komunikasi langsung
antara
pelaksanaan
penyelidik
interview,
dengan
penulis
subjek
sampel.”7
atau
berbincang-bincang
dengan
Dalam
pengelola,
kepala sekolah, tata usaha (TU), dan salah satu guru atau wali kelas LPQ Masjid Fathullah. Dalam penelitian, penulis melakukan wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun. d. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang administrasi, data guru, data santri, seta pembelajaran Al-Qur’an di LPQ Masjid Fathullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Komplek UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Teknik
dokumentasi
digunakan
pula
untuk
memperoleh data yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti atau yang dibahas. Dokumentasi yang digunakan peneliti berupa arsip (data guru, data santri, dan data LPQ Masjid Fathullah), raport siswa, dan foto kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. e. Catatan Lapangan Catatan
lapangan
merupakan
yang
paling
penting
dalam
pengumpulan data pada penelitian kualitatif. Sebelum menyusun catatan lapangan yang lengkap, peneliti menggunakan abstraksi berupa coretan yang berisi inti dari pengamatan dan hasil wawancara ketika di lapangan. Penyusunan catatan lapangan dilakukan secara langsung setelah peneliti selesai pengamatan atau wawancara agar tidak lupa dan tercampur dengan informasi yang lain.
7
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik , (Bandung, Tarsito, 1998), Cet. 8, h. 174
53
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data “Menurut Potton dan Biklen dalam buku Moleong yang berjudul penelitian kualitatif, analisis data kualitatif”8 , adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan adanya data, hasil penelitian dapat digunakan sebagai suatu informasi baru yang mempunyai sifat ilmiah. Sedangkan “analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui
keadaan
yang
sebenarnya.”9
Adapun
data
adalah
keterangan yang benar dan nyata yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, Test, dokumentasi, ataupun catatan lapangan. Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya, berdasarkan bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan masalah yang sedang diuji. Tahapan analisis data yang digunakan didasari oleh pendapat Milles dan Hubberman, yaitu redaksi data, dan penarikan kesimpulan. Proses analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, kemudian data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas dirubah menjadi kalimat-kalimat bermakna dan ilmiah. Analisa
data
akan
dilakukan
(mengelompokan
jawaban-jawaban
pengelompokan
jawaban
melalui
dari responden).
berdasarkan
aspek-aspek
proses
klasifikasi
Proses kategorisasi masalah.
Proses
interpretasi data dengan cara mencari persamaan dan perbedaan yang mengacu kepada kerangka berfikir. Untuk mengolah data, agar mendapatkan hasil yang komparatif, penulis menganalisa dokumen-dokumen prestasi santri di LPQ Masjid Fathullah, melihat hasil test sanri, melakukan analisa hasil observasi dan hasil 8
DR. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,…, h. 248 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 37. 9
54
wawancara yang mengacu kepada indkator-indikator efektivitas pembelajaran Al-Qur’an
dengan
menggunakan
Metode
Qiraati
kemudian
ditarik
kesimpulan. Sebagaimana bagan di bawah ini: 1. Fokus masalah 2. Indikator 3. Efektivitas 4. Pengamatan 5. Test dan 6. Bukti analisis kesimpulan wawancara Penganalisaan hasil wawancara, observasi dan test, serta cacatatan lapangan bertujuan untuk mengungkapkan dua hal: 1. Profil Lembaga 2. Efektivitas penggunaan Metode Qiraati
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum LPQ Masjid Fathullah 1.
Sejarah Berdirinya LPQ Masjid Fathullah merupakan pengembangan Taman Pendidikan
Al-Qur‟an (TPQ) yang berawal dari sebuah pengajian biasa yang dipelopori oleh Alm. Bapak Drs. H. Muallimi, MA dan kawan-kawan, kemudian dikembangkan oleh Bapak Drs. Bahroin Suryantara dan kawan-kawan dari senat Fakultas Tarbiyah. Berawal dari mengadakan pelatihan calon guru dan pengelola TKQ/TPQ tahun 1992, yang kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka didirikan TKQ/TPQ Masjid Fathullah yang kemudian dikukuhkan oleh LPPTKA-BKPRMI DKI JAYA dengan nomer unit 555 pada tanggal 7 Februari 1996. Lalu berdasarkan rapat kerja tahunan periode 2004-2006 di Jombang Jawa Timur, nama TKQ/TPQ Masjid Fathullah unit 555, berubah nama menjadi LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seiring dengan perubahan nama dari TPQ menjadi LPQ, berubah pula metode yang dipakai oleh LPQ Masjid Fathullah yang awalnya menggunakan metode Iqra kemudian pada tahun 2005 metode pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah berganti menjadi Metode Qiraati yang sekaligus sebagai kurikulum dalam program pembelajaran. Kini meningkatkan
14
tahun
kualitas
sudah
LPQ
pengajaran
Masjid
baca-tulis
Fathullah Al-Qur‟an.
terus Salah
berhias satu
pembenahan dan pengembangan yang dilakukan adalah perubahan dari TKQ/TPQ menjadi LPQ, diharapkan LPQ tidak hanya dimonopoli peserta
55
56
didik dari usia pra TK, TK, dan SD saja, melainkan lebih meningkatkan pada usia remaja dan dewasapun dapat menikmati asyiknya menimba ilmu baca Al-Qur‟an dengan baik dan benar di LPQ Masjid Fathullah.
2.
Visi, Misi, dan Moto Dalam suatu Lembaga Pendidikan, tentunya mempunyai Visi, Misi,
dan Moto, tidak terkecuali LPQ Masjid Fathullah yang mempunyai Visi, Misi, dan Moto sebagai berikut: a. Visi 1) Menyiapkan generasi Qur‟ani 2) Mencerdaskan kehidupan bangsa b. Misi 1) Menyelenggarakan pendidikan Al-Qur‟an bagi anak, remaja, dan dewasa. 2) Dakwah sosial melalui kegiatan sosial keagamaan. 3) Mengadakan
kerjasama
dengan
pihak
lain
dalam
usaha
meningkatkan pendidikan dan kegiatan sosial keagamaan. 4) Mengadakan unit usaha profid maupun non profid yang sah. 5) Mengadakan privat, pelatihan, dan pebinaan Al-Qur‟an. 6) Mengadakan
penelitian-penelitan
yang
berhubungan
dengan
perkembangan anak dan remaja dalam usaha pendidikan. 7) Membantu
badan
pengurus
Masjid
Fathullah
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat melalui pendidikan Al-Qur‟an. 8) Memberantas buta huruf Al-Qur‟an dan mencetak generasi Qur‟ani yang mampu membaca Al-Qur‟an secara Mujawwad dan Murattal. c. Moto 1) “Jangan wariskan bacaan Al-Qur‟an yang salah, karena yang benar itu mudah” 2) “Menuju Qiraat Mujawwad-Murattal”
57
3.
Letak Geografis Lembaga
Hidayatullah
Pendidikan
Jakarta
Al-Qur‟an
bertempat
di
Masjid
lantai dua
Fathullah Masjid
UIN
Syarif
Fathullah
dan
beralamatkan di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan. Telepon: 021 74711728, 0815 1444 5828
4.
Keadaan Guru dan Murid Guru mempunyai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan,
selain sebagai seorang pendidik, guru mempunyai peran sebagai fasilitator dan
motivator
serta
orang
yang
mempunyai tanggung
jawab
dalam
pelaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan. Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Fathullah mempunyai tenaga pengajar berjumlah 9 orang dan 1 orang tata usaha dengan data sebagaimana tabel di bawah ini: TABEL 2 DATA GURU LPQ MASJID FATHULLAH
NO NAMA GURU
JABATAN
KELAS
1.
Abdul Mufid
Wali kelas
Qiraati 5
2.
Abdullah Hadlir
Pengelola&Wali kelas
Tadarus
3.
Agung Hidayat
Wali kelas
Qiraati 1
4.
Saeful Mu‟min
Qiraati juz 27&6
5.
Zulfatul „Ulumiyyah
Kepala lembaga&Wali kelas Wali kelas
6.
Shufairok
Wali kelas
Qiraati 3
7.
Roghibah
Wali kelas
Qiraati 4
8.
Siti Rasyidah
Wali kelas
Pra Qiraati A
9.
Rahma
Wali kelas
Qiraati 2
10.
Rini Agustini
Tata Usaha
-
Pra Qiraati B
58
Guru
atau
dewan asatidz/ah di LPQ
Masjid
Fathullah harus
mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, dengan mengikuti pembinaan dan tashih billisan yang diadakan oleh kordinator Qiraati tashih JABODETABEKA. 2. Mengikuti metodologi yang dilaksanakan oleh kordinator Metodologi JABODETABEKA. 3. Mengikuti PPL. 4. diharuskan mengikuti MMQ yang diadakan oleh Lembaga, Kecamatan, dan JABODETABEKA. Santri LPQ
Masjid
Fathullah dari tahun ke tahun mengalami
perubahan, hal ini dikarenakan banyaknya santri yang keluar dan masuk. Adapun jumlah santri LPQ Masjid Fathullah pada tahun ajaran 2010/2011 tercatat secara keseluruhan berjumlah 104, namun yang aktif hadir mengikuti kegiatan pembelajaran ± 80 santri, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini: TABEL 3 DATA SANTRI LPQ MASJID FATHULLAH NO KELAS
JUMLAH
1.
Pra Qiraati A dan B
21
2.
Qiraati 1
8
3.
Qiraati 2
22
4.
Qiraati 3
19
5.
Qiraati 4
8
6.
Qiraati 5
7
7.
Juz 27
7
8.
Qiraati 6
3
9.
Tadarus (Al-Qur‟an)
4
10.
Tadarus Gharib-Tajwid/Finishing
5
Jumlah Keseluruhan
104
59
5.
Sarana dan Prasarana Dalam institusi pendidikan baik formal maupun non formal, sarana
dan prasarana merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting sebagai penunjang
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
sehingga
tujuan
pendidikan akan tercapai. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut:
TABEL 4 SARANA DAN PRASARANA LPQ MASJID FATHULLAH
6.
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Kantor
1 buah
Meja
100 buah
Peraga Qiraati
11 buah
Komputer
1 buah
TV
1 buah
Papan tulis
8 buah
Stik penunjuk
4 buah
Ruang kelas
9 buah
Buku Qiraati
Tidak terhitung
Absen santri
10 buah
Telepon
1 buah
Kegiatan Belajar Mengajar Proses pembelajaran merupakan salah satu proses pentransferan ilmu
dari seorang guru kepada murid atau santri. Kegiatan belajar mengajar di LPQ Masjid Fathullah 100 % mengacu pada kurikulum Metode Qiraati dan waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin sampai Jum‟at pukul 15.30–17.10. Materi yang diterapkan adalah materi yang berkaitan dengan bacaan Al-Qur‟an dengan berpedoman pada buku Qiraati, peraga
60
Qiraati, Al-Qur‟an, Gharib dan Tajwid. Selain itu materi tambahan yang diajarakan adalah surat-surat pendek (ad-Dhuha–an-Nash), doa-doa harian, dan bacaan dan praktek shalat. Waktu kegiatan belajar mengajar adalah 1 jam 40 menit, adapun peta pendidikan LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut:
TABEL 5 PETA PENDIDIKAN LPQ MASJID FATHULLAH WAKTU 15.30 – 15.40
KEGIATAN Jama‟ah shalat ashar
KETERANGAN Semua santri dan bertempat di aula Semua santri dan bertempat di aula,
15.40 – 16.00
Klasikal besar
16.00 – 16.15
Klasikal awal
Membaca peraga secara bersama-sama
16.15 – 16.45
Privat
Membaca buku sacara individu
16.45 – 17.00
Klasikal akhir
Membaca peraga secara bersama-sama
17.00 – 17.10
Materi tambahan
membaca materi-materi tambahan*
Individual/Satu per satu+doa penutup
* Keterangan Jadwal materi tambahan sebagai berikut: o Hari Senin
=
Doa-doa Harian
o Hari Selasa
=
Surat-surat Pendek
o Hari Rabu
=
Doa-doa dalam Shalat dan Praktek Ibadah
o Hari Kamis
=
Doa-doa Harian
o Hari Jum‟at
=
Surat-surat Pendek
Peta pendidikan di LPQ Masjid Fathullah merupakan kegiatan yang mengacu pada kurikulum Metode Qiraati, oleh karenanya kegiatan tersebut di atas dilaksaanakan setiap kegiatan pembebelajaran.
61
7.
Struktur Organisasi LPQ Masjid Fathullah Sebagai
suatu
lembaga,
tentunya
LPQ
Masjid
Fathullah
mempunyai struktur organisasi. Adapun struktur organisasi LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut: STRUKTUR LEMBAGA PENDIDIKAN AL-QUR’AN (LPQ) MASJID FATHULLAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERIODE 2010/ 2011 PELINDUNG Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENANGGUNG JAWAB Badan Pengurus Masjid Fathullah (Bpk. Prof. Dr. Abdul Aziz Dachlan ) Kordinator Qiraati Wilayah Jakarta (Kyai Drs. Abu Bakar Dachlan Zarkasyi )
DEWAN PEMBINA Ketua IV Kordinator Bidang Kelembagaan, Pendidikan, dan Sosial (Dr. Hj. Isnawati Rais, MA) Sesepuh LPQ Masjid Fathullah Kak Abah Suryantara Ibu Siti Amyani Bpk Abdul Wahid Basyir
PENGELOLA WAKIL KEPALA
POS
Abdullah Hadlir, S. Th.I
(Persatuan Orang Tua Santri )
Usth. Siti Rasyidah Salman Al-Farisi, S. Th.I
KEPALA LEMBAGA Ust. Saeful Mu’min
TATA USAHA Rini Agustini
Pra A&B
Q.1
Q.2
Q.3
Q.4
Q.5
Q.6
AL-QUR’AN Tadarus-Gharib-Tajwid-Finishing
62
B. Analisis Hasil Penelitian Pada
bab III sudah dijelaskan bahwa dalam pencarian data penulis
menggunakan
beberapa
teknik,
yaitu:
observasi,
test,
wawancara,
dokumentasi, dan catatan lapangan. Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Melalui Observasi Untuk
mengetahui efektivitas Metode Qiraati yang berpengaruh
terhadap kemampuan santri LPQ Masjid Fathullah dalam membaca AlQur‟an, penulis melakukan observasi dengan berpedoman pada indikator. Adapun hasil dari observasi yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: a. Pada Indikator A, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Guru. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru di LPQ Masjid Fathullah secara garis besar sudah tercapai, hal ini dapat dibuktikan dari kemampuan guru dalam mengkondisikan santri baik ketika kegiatan shalat ashar berjama‟ah, klasikal besar, dan kegiatan di kelas walaupun ada beberapa murid yang bermain dan berlari-larian, hal itu wajar karena secara psikologi anak usia TK dan SD cenderung suka bermain dengan teman, namun guru selalu mengingatkan santrinya dengan menegur atau memberikan nasihat agar anak berhenti bermain dan berlari-larian. Demikain pula kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah sudah terlaksana sesuai dengan program pembelajaran, hal tersebut dapat dibuktikan mulai dari kegiatan shalat berjama‟ah yang sudah berjalan dengan baik walaupun ada beberapa santri dan guru yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kegiatan klasikal besar, guru mampu mengkondisikan santri dengan baik, hal ini dapat dibuktikan hampir semua santri mengikuti intrupsi dari guru dalam membaca materi klasikal dengan kompak dan antusias walaupun ada salah satu santri yang tidak ikut membaca, namun guru yang berada pada posisi paling dekat selalu
63
mengingatkan
agar
tidak
bercanda
dan
menyuruhnya
untuk
ikut
membaca. Pada kegiatan di kelas guru berhasil melaksanakan program pembelajaran
dengan
baik,
hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan
keterlaksanaan kegiatan klasikal awal, individual, dan klasikal akhir, serta hafalan dan ricek materi tambahan yang sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan program pendidikan.
b. Pada
Indikator
B,
Kesesuaian
Proses
Pembelajaran
dengan
kegiatan pembelajaran di LPQ
Masjid
Kurikulum. Secara
keseluruhan
Fathullah sudah sesuai dengan kurikulum Metode Qiraati, hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan klasikal besar yang sudah terlaksana dengan baik
walupun
dilihat
dari
waktu
tidak
sesuai dengan
program
pembelajaran yang harusnya dilaksanakan selama 30 menit, sedangkan pelaksanaan di LPQ Masjid Fathullah 20 menit karena 10 menit sebelum klasikal besar digunakan untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah. Dalam kegiatan di kelas, guru sudah melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kurikulum, hal ini dibuktikan sebagian besar guru menerapkan sistem 15 menit pertama klasikal peraga awal, 30 menit individual, 15 menit akhir klasikal peraga akhir, dan 10 menit terakhir digunakan
untuk
menghafal/mericek
kembali
hafalan
materi
penunjang/tambahan. Namun pada kelas Al-Qur‟an, klasikal peraga akhir tidak digunakan dikarenakan kelas Al-Qur‟an dipegang oleh 1 guru, sehingga kelompok tadarus Al-Qur‟an dipulangkan lebih awal, sementara kelas Al-Qur‟an tajwid/finishing pulangnya lebih akhir karena mereka harus hafalan dan mericek kembali materi gharib, tajwid, dan materi tambahan.
64
c. Pada Indikator C, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Siswa. Secara umum keterlaksanaan program pembelajaran siswa/santri LPQ Masjid Fathullah sudah terlaksana, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka dalam mengukuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang sudah ditetapkan. Santri mengikuti kegiatan shalat berjama‟ah walaupun tidak semua santri mengikutinya dikarenakan ada yang sudah shalat dan ada yang belum hadir ke aula LPQ, namun ketika kegiatan klasikal besar sudah terlihat keikutsertaan santri mengikuti program pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri saat kegiatan klasikal yang mencapai 80 % yang mengikuti klasikal dengan kompak dan semangat. Demikian juga kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka membaca peraga pada klasikal awal, baca buku Qiraati secara individual, dan hafalan/ricek materi tambahan sebelum pulang dan ditutup dengan doa.
d. Pada Indikator D, Interaksi Antara Guru dan Siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tentunya harus ada interaksi antara guru dan siswa/santri.
Di LPQ
Masjid Fathullah dalam kegiatan
pembelajaran sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan santri, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti kegiatan klasikal besar, yaitu guru memberikan aba-aba dan semua santri mengikuti aba-aba dari guru secara kompak dan bersama-sama. Interaksi antara guru dengan santri juga dapat dilihat di kelas, hal ini dapat dibuktikan pada saat mereka mengikuti kegiatan klasikal awal dengan menggunakan peraga, yaitu guru mencontohkan materi inti yang ada
di
halaman
peraga,
sementara
anak
memperhatikan
dan
mencontohkan bacaan guru, kemudian guru memberikan aba-aba dengan stik penunjuk dan anak-anak langsung membaca secara kompak dengan
65
bacaaan
cepat,
tepat,
lancar,
dan
benar,
namun
sesekali guru
membenarkan bacaan anak yang salah dan anak disuruh membaca kembali sampai benar, hal ini juga dilakukan pada kegiatan klasikal akhir. Pada kegiatan individual juga terjadi interaksi antara guru dan santri, hal ini dapat dibuktikan setelah kegiatan klasikal awal guru menyuruh
santri menulis/menggambar/membaca buku Qiraati sendiri,
sementara salah satu dari mereka maju ke hadapan guru untuk membaca buku qiraati secara bergantian. Demikian pula pada saat kegiatan hafalan/ricek materi penunjang, satu persatu santri setoran hafalan kepada guru dan gurupun memberikan arahan dan membenarkan bacaan santri yang lupa atau salah, kemudian menutup
kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa secara
bersama-sama.
e. Pada Indikator E, Keikutsertaan Siswa dalam Proses Pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terlihat keikutsertaan santri, hal ini dapat dibuktikan pada saat mengikuti kegiatan klasikal besar sebagian besar dari mereka mengikutinya dengan baik dari awal sampai akhir. Demikian pula kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib, walaupun ada beberapa santri yang terkadang bermain atau lari-larian, hal tersebut wajar karena secara psikologi anak usia TK/SD cenderung suka bermain, namun guru selalu menegur dan memberikan arahan atau nasehat agar santri tidak bermainmain.
f. Pada Indikator F, Motivasi Siswa Meningkat. Setelah mengkuti kegitan belajar mengajar, terlihat peningkatan motivasi siswa walaupun tidak secara signifikan, hal ini dapat dibuktikan pada saat guru mengajar, guru selalu memberikan motivasi dengan memberikan nasihat pada akhir kegiatan pembelajaran.
66
g. Pada Indikator G, Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi. Keterampilan guru terlihat mulai dari kegiatan klasikal besar, hal ini dapat dibuktikan ketika guru mampu mengkondisikan santri dan sesekali diselingi dengan kata-kata yang membuat santri senang dan termotivasi, ucapan
dan
terkadang
“kompak/bagus”,
guru
memberikan
namun
guru
penghargaan
tidak
dengan
bosan-bosannya
mengingatkan kepada santri yang tidak mengikuti kegiatan klasikal agar mereka bersama-sama mengikuti kegiatan tersebut. Demikian pula pada saat kegiatan di kelas, keterampilan guru terlihat pada saat mengkondisikan santri selama 2 menit, setelah santri sudah terkondisikan guru langsung membuka kegiatan belajar mengajar dengan
membaca
surat
alfatihah
secara
bersama-sama
kemudian
dilanjutkan pembelajaran dengan menggunakan peraga. Keterampilan
guru
juga
dapat
dilihat
pada
saat
mereka
mengajarkan materi peraga. disaat guru menunjuk materi yang ada di peraga dengan menggunakan stik penunjuk dan anak-anak membaca secara klasikal, guru selalu memberikan penghargaan kepada santri dengan ucapan “bagus/kompak”, namun pada saat bacaan santri salah atau
kurang
sempurna,
guru
membenarkan
dengan
kata-kata
“ulangi/sempurnakan/baca sekali lagi”. Terkadang guru juga menyuruh salah satu santri membaca materi peraga, sementara santri yang lain disuruh menyimak dan membenarkan bacaan yang salah.
2.
Melalui Test Dalam pelaksanaan test yang penulis lakukan yaitu dengan menyuruh
santri kelas finishing membaca Al-Qur‟an surat al-Mu‟minun, masing-masing anak membaca 5 ayat, adapun media
atau alat yang penulis pakai dalam
melakukan test yaitu melalui rekaman dengan menggunakan vidio kamera digital, hal ini untuk mempermudah peneliti sekaligus sebagai bukti dan sampel kualitas membaca Al-Qur‟an di LPQ Masjid Fathullah.
67
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
TABEL 6 DAFTAR NILAI HASIL TEST BACAAN AL-QUR’AN SANTRI LPQ MASJID FATHULLAH KELAS FINISHING
FASHAHAH No
Nama
TARTIL Mean (X)
1.
Akmal
85
85
80
85
85
85
85
80
Kela ncara n 75
2.
Aulia
70
75
70
80
70
80
80
80
80
77
3.
Cira
70
80
70
75
80
80
85
80
85
78
4.
Clara
85
80
85
85
80
80
80
80
75
81
5.
Naila
85
85
75
65
85
80
85
80
85
81
405
405
380
390
405
405
415
400
400
400
81
81
76
78
81
81
83
80
80
80
JUMLAH RATARATA
Mura’atul Huruf
Mura’atul Harakat
Mura’atus Shifat
Volume
Mura’atut Tajwid
Mura’atul Kalimat
Waqaf -Ibtida
79
Tanaffu s
81
Berdasarkan nilai hasil test baca Al-Qur‟an santri LPQ Masjid Fathullah pada tabel di atas, menggambarkan bahwa kemampuan fashahah tergolong baik hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata santri kelas
finishing
pada
materi fashah
yang
mencapai 79.
Adapun
kemampuan materi tartil santri tergolong sangat baik karena nilai rataratanya adalah 81, hal ini mengindikasikan bahwa efektivitas Metode Qiraati berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an santri LPQ Masjid Fathullah dengan baik dan benar (Mujawwad-Murattal).
3.
Melalui Wawancara (Interview) Untuk melengkapi data penelitian, penulis melakukan wawancara
dengan 3 orang yang dianggap mewakili LPQ Masjid Fathullah. Adapun orang-orang yang penulis wawancarai adalah Pengelola, Kepala Lembaga, Tata Usaha, dan Guru kelas, dengan hasil wawancara sebagai berikut:
83
68
1. Pengelola LPQ Masjid Fathullah adalah perubahan dari TKA/TPQ yang dirubah pada tanggal 31 Juli 2005, seiring dengan perubahan TPQ menjadi LPQ, berubah pula metode yang dipakai LPQ Masjid Fathullah yang awalnya menggunalan Metode Iqra kemudian berganti dengan Metode Qiraati sampai sekarang. LPQ Masjid Fathullah terdiri dari 9 guru (8 sudah bersyahadah dan 1 belum syahadah), ditambah satu orang sebagai tata usaha (TU). Usaha yang dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah adalah melakukan pembinaan guru, yaitu dengan mengikuti MMQ baik tingkat lembaga, kecamatan, maupun Jabodetabeka, Silaturrahim ke kordinator Qiraati Jabodetabeka (H. Drs. Abu Bakar Salim Zarkasyi).1
2. Kepala Lembaga LPQ sudah menggunakan Metode Qiraati selama
5 tahun dan
sudah melaksankan Khatmul Qur‟an santri (Wisuda) sebanyak 4 kali. Kesulitan
yang
sering
dihadapi
oleh
guru
adalah
ketika
mengkondisikan anak-anak pada saat klasikal besar, mengkondisikan anak saat di kelas, pembelajaran dengan mengunakan alat peraga. Kesulitan tersebut dihadapi oleh seorang guru ketika dia tidak menguasai metodologi dan tidak memahami psikologi anak.2
3. Wali Kelas Secara garis besar penerapan Metode Qiraati sudah cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari penerapan kurikulum yang dipakai oleh guru dengan baik dari awal sampai kegiatan pembelajaran sampai akhir. Kendala yang sering terjadi di LPQ Masjid Fathullah yaitu berkaitan dengan masalah kedisiplinan (guru/santri tidak hadir atau 1
Abdullah, Hadlir, Wawancara, Jakarta, 18 November 2010
2
Saeful, Mu‟min, Wawancara, Jakarta, 10 November 2010
69
datang terlambat), guru tidak menguasai metodologi dan psikologi anak, karismatik guru kurang terlihat dimata santri dikarenakan sebagian besar guru LPQ Masjid Fathullah berstatus sebagai mahasiswa. Adapun Persiapan yang dilakukan guru LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui Visi Misi kelas (target perkelas), dan mengetahui serta menguasai materi kelas. 2) Persiapan
harian,
meliputi:
mengetahui
kemampuan
anak
dan
efektivitas waktu. Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah 100% sesuai dengan apa yang ada dalam kurikulum Metode Qiraati. Dalam
kegiatan
belajar
mengajar,
guru
dan
santri selalu
menggunakan alat bantu. Alat yang di pakai guru dalam mengajar adalah: Peraga Qiraati, Stik penunjuk, Papan tulis, Absensi, Buku Qiraati, Buku materi tabahan, Spidol, Penghapus. Sedangkan alat yang dipakai santri dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah: Buku Qiraati, Materi tamabahan, Buku prestasi, dan Buku tulis.3
4.
Melalui Dokumentasi Pencarian data melalui teknik dokumentasi yang penulis lakukan
melalui beberapa cara, yaitu sebagi berikut: a. Administrasi, Data Guru dan Santri Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Masjid Fathullah mempunyai tenaga pengajar berjumlah 9 orang dan 1 orang tata usaha dengan data sebagaimana terlampir. Adapun Santri LPQ Masjid Fathullah tahun ajaran 2010/2011 tercatat secara keseluruhan berjumlah 104, namun yang aktif hadir ± 80 santri.
3
Sufairok, Wawancara, Jakarta, 19 November 2010
70
b. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah 1) Klasikal Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan klasikal individual. a) Klasikal Besar Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya masing-masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit. Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian (dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat. b) Klasikal Peraga Klasikal
peraga
ialah
pembelajaran
Al-Qur‟an
yang
dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain menyimak dan mengoreksi.
2) Kegiatan Pembelajaran di Kelas Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut: a) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama) Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama
71
dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun (daktun). b) Individual (30 Menit) Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri membaca jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di depan guru sebagai persiapan. c) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir) Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman), sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur‟an dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal. Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur‟an Metode Qiraati adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat
belajar
sebab
dituntut
untuk
membaca
secara
serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.
5.
Melalui Catatan Lapangan Dari Hasil penelitian melalui catatan lapangan dapat diidentifikasi
bahwa program pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah yang berpedoman pada kurikulum Metode Qiraati, secara garis besar sudah terlaksana, namun
72
ada
2
kelas
yang belum menerapkan program pembelajaran secara
keseluruhan, yaitu kelas Al-Qur‟an dan kelas Pra Qiraati. Pada kelas AlQur‟an pembacaan peraga yang harusnya dilakukan 2 kali yaitu pada 15 menit awal dan 15 menit akhir, di LPQ Masjid Fathullah hanya dilaksanakan satu kali hal ini mengingat banyaknya jumlah kelompok santri pada kelas AlQur‟an, sementara gurunya hanya satu. Pada kelas Pra Qiraatipun demikian, pembelajaran dengan menggunakan alat peraga hanya dilaksanakan satu kali dengan alasan santri kelas Pra Qiraati masih sangat kecil antara usia 3-4 tahun yang secara psikologi anak seusia itu cenderung bosan dan suka bermain. Dalam pelaksanaan shalat ashar berjama‟ah, tidak semua guru dan santri mengikutinya dikarenkan keterlambatan atau sudah melakukan shalat duluan, hal ini menunjukan tidak semua guru dan santri mengikuti kegiatan pembelajaran yang sudah ditetapkan di LPQ Masjid Fathullah. Dalam kegiatan pembelajaranpun terkadang ada santri yang lari-larian atau bercanda, walaupun guru meberikan teguran atau nasihat namun santri enggan mengikuti apa yang diperintahkan guru, hal ini menunjukan ada beberapa guru yang kurang bahkan tidak memahami psikologi anak. Adapun dalam membaca materi penunjang pada saat klasikal besar dan pembelajaran dengan peraga, santri terlihat sangat antusias dan semangat, hal ini menunjukan bahwa guru mampu mengkondisikan dan menerepkan program pembelajaran dengan baik.
C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah Dalam usaha meningkatkan kualitas lembaga, LPQ Masjid Fathullah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1.
Menyediakan Guru yang Profesional Untuk membentuk guru yang profesional, LPQ Masjid Fathullah
mengadakan kegiatan-kegitan, sebagai berikut: a. MMQ (Majelis Mu‟alimil Qur‟an) baik tingkat lembaga, Korcam, maupun JABODETABEKA. b. Khataman Al-Qur‟an yang diadakan setiap 1 minggu sekali.
73
c. Mengadakan pembinaan metodologi qiraati. d. Mengadakan pengajian sore dalam bentuk kajian sesuai bidang keilmuan. 2.
Kegiatan di Luar Pembelajaran Kegiatan diluar pembelajaran merupakan kegiatan yang disepakati
bersama oleh pengelola dan guru LPQ Masjid Fathullah berdasarkan keputusan rapat. Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Mengadakan MMQ lembaga yang diadakan 1 minggu sekali. b. Mengadakan kegiatan evaluasi mingguan, bulanan, dan semester. c. Membuka pengajian Qiraati untuk remaja dan mahasiswa. d. Mengadakan kegiatan peringatan hari besar islam (PHBI), dan peringatan hari besar nasional (PHBN). e. Mengadakan kegiatan Pesanteren kilat/Quantum Kids setiap awal bulan Ramadhan. f. Setiap 1 tahun sekali belajar di luar kelas g. Bersilaturrahmi ke sesepuh LPQ Masjid Fathullah dan koordinator Qiraati.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian tentang efektivitas penggunaan Metode Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar di LPQ Masjid Fathullah, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah mengacu pada kurikulum qiraati, di mulai dari jam 15.30-17.10 dengan pebagian waktu sebagai berikut: a. Pukul 15.30-15.40 : Pelaksanaan shalat ashar berjama’ah. b. Pukul 15.40-16.00 : Pelaksanaan klasikal besar di aula TPQ. c. Pukul 16.00-17.00 : Kegiatan di kelas, yaitu pelaksanaan klasikal awal, baca buku/jilid qiraati secara individual, dan klasikal akhir. d. Pukul 17.00-17.10 : Hafalan dan ricek materi penunjang/tambahan dan membaca doa penutup secara bersama-sama. 2. Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah, tergolong sangat efektif karena guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum secara baik dari awal kegiatan pembelajaran dilaksanakan sampai akhir, walaupun ada beberapa kelas yang belum dapat terkondisikan dikarenakan guru kurang menguasai metodologi pembelajaran dan kurang memahami psikologi anak. Selain itu, dalam hal kedisiplinan juga perlu ditingkatkan agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan program yang telah tetapkan. 3. Kemampuan membaca Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah terutama kelas finishing tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil tes baca Al-Qur’an kelas finishing yang mencapai nilai rata-rata fashohah
74
75
mencapai 79, dan nilai tajwid 81. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bacaan Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah terutama kelas finishing
tergolong
baik,
namun
peningkatan
kualitas
pembelajaran
kiranya perlu ditingkatkan lagi, supaya kualitas membaca Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah lebih baik.
B. Saran 1. Bagi Pengelola, hendaknya lebih meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan
sumber
daya
manusia
(SDM),
yaitu
melalui kegiatan
pembinaan guru, pelatihan, serta piningkatan dalam hal sarana dan prasarana
supaya
kegiatan
pembelajaran
lebih
baik
serta
tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai program yang sudah direncanakan. 2. Bagi Kepala Lembaga, hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan guru serta menfasilitasi dalam mengikuti pembinann, penyuluhan atau traningtraining, agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru lebih menguasai metodologi dan psikologi anak. 3. Bagi masyarakat, terutama wali santri hendaknya memberikan dukungan baik moril maupun materil terhadap eksistensi Lembaga Pendidikan AlQur’an dan memberikan motivasi kepada anaknya dalam belajar membaca Al-Qur’an. 4. Bagi Lembaga, baik formal maupun non formal yang mengajarkan pembelajaran metode
Al-Qur’an,
pembelajaran
hendaknya Al-Qur’an,
lebih karena
selektif pemilihan
dalam pemilihan metode
akan
berpengaruh terhadap kualitas membaca Al-Qur’an anak. 5. Kepada para Guru Al-Qur’an, hendaknya mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengajaran anak agar kualitas dalam pengajaran lebih baik serta mempu memahami psikologi anak. 6. Bagi para santri yang sedang belajar membaca Al-Qur’an baik di Lembaga Pendidikan formal maupun non formal hendaknya lebih tekun lagi dalam belajar membaca Al-Qur’an agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (Mujawwad-Murattal) sebagai bekal di masa depan.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara Pengelola 2. Daftar Pedoman Wawancara Kepala Lembaga 3. Daftar Pedoman Wawancara Wali Kelas Qiraati 3 4. Berita Hasil Wawancara Pengelola 5. Berita Hasil Wawancara Kepala Lembaga 6. Berita Wawancara Wali Kelas Qiraati 3 7. Berita Hasil Tes Baca Al-Qur’an Kelas Finishing 8. Berita Hasil Observasi di LPQ Masjid Fathullah 9. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi 10. Surat Keterangan Izin Penelitian 11. Surat Keterangan Riset/Wawancara 12. Surat Keterangan Penelitian dari LPQ Masjid Fathullah 13. Pengesahan Panitia Ujian
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohim, Acep Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2007 Ahmad
Tafsir,
Metodologi Pengajaran
Agama
Islam,
Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997. Ahsin, W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. Artmanda, Frista W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Lintas Media Jombang, t.t. Aziz, Abdul dan Rauf, Abdul, Pedoman Tahsin Al-Qur’an, Jakarta: Dzilal Press, 1997. Dachlan, Abu Bakar, Pak Dahlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, t.t. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Semarang, 1988. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995 Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Hadhiri, Choirudin, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Hadlir, Abdullah, Wawancara, Jakarta, 18 November 2010 Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/ http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html. Mahyudi, Syaifullah, Permata Al-Qur’an, Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Moleong,
Lexy
J,
Metodologi
Penelitian
Kualitatif,
Rosdakarya, 2006. Mu’min, Saeful, Wawancara, Jakarta, 10 November 2010
Bandung: Remaja
Muarif, Hasan dan Ambari, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichthiar Baru, 1996). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Shihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1996. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sudjana, Nana, Penilaian Proses Balajar Mengajar, Bandung: PT. Rosda karya, 1991. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Argesindo, 1995. Sufairok, Wawancara, Jakarta, 19 November 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik, Bandung: Tarsito, 1998. Susilo Eko, Madya, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Effset, 1990. Syarbasyi, Ahmad, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Qur’an, Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996. Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Da’wah Islamiyah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979. Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya: Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. www. Sisdiknas. Co. id. Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t.t. Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990. Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005.
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: t.p, 1983H.
Gambar 1 Kantor LPQ Masjid Fathullah
Gambar 2 Kegiatan Shalat Ashar Berjama’ah Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah
Gambar 3 Kegitan Klasikal Besar di Aula LPQ Masjid Fathullah
Gambar 4 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Pra Qiraati (Pra TK)
Gambar 5 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 1
Gambar 6 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 2
Gambar 7 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 3
Gambar 8 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 4
Gambar 9 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 5
Gambar 10 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Qiraati 6 dan Juz 27
Gambar 11 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Tadarus dan Finishing
Gambar 12 Kegiatan Belajar Mengajar Jam Tambahan Kelas Finishing sebagai persiapan menghadapi Pra TAS dan IMTAS
HASIL OBSERVASI DI LPQ MASJID FATHULLAH
Indikator Aspek Penilaian Tiap Indikator Hasil Observasi A. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru. 1. Guru dapat mengkondisikan kelas 2. Waktu pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran 3. Guru dapat menyampaikan materi sesuai dengan target pembelajaran B. Kesesuain proses pembelajaran dengan kurikulum. 1. Materi sesuai dengan kurikulum 2. Program pembelajaran sesuai dengan kurikulum C. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa. 1. Siswa mampu menerima materi yang disampaikan oleh guru 2. Siswa mampu membaca Al-Qur’an lebih baik dari sebelumnya 3. Siswa mampu menghafal dan mempraktekan materi penunjang D. Interaksi antara guru dan siswa. 1. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru 2. Guru mencontohkan dan siswa menirukan 3. Siswa mengikuti intrupsi dari guru pada saat pembacaan peraga E. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. 1. Siswa mengikuti shalat berjamaah 2. Siswa mengikuti klasikal besar 3. Siswa bersama-sama belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan alat peraga 4. Siswa membaca buku qiraati F. Motivasi siswa meningkat. 1. Siswa sangat semangat dalam membaca materi penunjang saat klasikal besar 2. Siswa membaca alat peraga dengan kompak baik secara klasikal maupun individual
G. Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi. 1. Guru mampu mengkondisikan kelas sebelum kegitan belajar mengajar dimulai 2. Guru mampu mengkondisikan santri pada saat kegiatan klasikal 3. Guru mampu menyanyikan nyanyian Islami pada saat kegiatan klasikal
HASIL WAWANCARA
Hari/ Tgl
: Kamis, 18 November 2010
Interview
: Ust. Abdullah Hadlir
Jabatan
: Pengelola LPQ Masjid Fathullah
Pokok Pembicaraan: 1.
Latar belakang berdirinya
2.
Kapan dan siapa pendirinya
3.
Keadaan Guru dan Murid
4.
Sarana dan prasarana
5.
Proses kegiatan belajar mengajar
6.
Metode yang digunakan
7.
Usaha-usaha peningkatan
Pokok Pertanyaan: 1.
Apa latarbelakang berdirinya Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Masjid Fathullah?
2.
Kapan perubahan TPQ menjadi LPQ?
3.
Berapa jumlah Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah pada saat sekarang?
4.
Bagaimana tingkatan kelas di LPQ Masjid Fathullah?
5.
Materi apa saja yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah?
6.
Apa syarat-syarat pengajar di LPQ Masjid Fathullah?
7.
Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia?
8.
Usaha apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah?
Jawaban 1.
LPQ Masjid Fathullah merupakan pengembangan dari Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) yang berawal dari sebuah pengajian biasa yang dipelopori oleh (alm) Drs. H. Muallimi, M.A. dan kawan-kawan kemudian dikembangkan
oleh bapak. Drs. Bahroin Suryantara dari senat Fakultas Tarbiyah yang bermula mengadakan pelatihan calon guru dan pengelola TK/ TPQ, yang kemudian untuk menindaklanjuti hal tersebut maka didirikan
TK/ TPQ
Masjid Fathullah yang kemudian dikukuhkan oleh LPPTK-BKPRMI DKI JAYA dengan nomor unit 555. Alasan dirubahnya TPQ menjadi LPQ adalah karena Taman Pendidika AlQur’An (TPQ) berorientasi pada pendidikan anak saja, sedangkan Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) orientasinya lebih luas, yaitu anak-anak, remaja, dan orang tua. 2.
Pada tanggal 31 Juli 2005, di rumah Sekna Ramadhan (nama salah satu guru pada waktu itu) di Jombang, Jawa Timur.
3.
Jumlah Guru ada 9, Santri 104, sedangkan santri yang aktif ada ± 80 santri.
4.
Tingkatan kelas LPQ Masjid Fathullah sebagai berikut: a. Qiraati jilid 1-6 b. Tadarrus c. Gharubul Qur’an d. Tajwid Qur’an e. Finishing
5.
Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah yaitu berupa paket Qiraati, yang terdiri dari: a. Peraga (inti dari pengajaran qiraati) b. Materi tambahan yang terdiri dari: surat-surat pendek dari ad-Dhuha sampai an-Nash, doa-doa harian, bacaan sekitar shalat dan praktek shalat.
6.
Kantor, ruang kelas, peraga, buku Qiraati, buku materi penunjang, Al-Qur’an, buku prestasi/ penghubung, papan tulis, peraga, spidol, stik penunjuk, absen santri, telefon, meja, computer, TV.
7.
Usaha yang dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah adalah melakukan pembinaan guru, MMQ baik tingkat lembaga, kecamatan, mapupun Jabodetabeka, silaturrahim ke kordinator Qiraati JABODETABEKA (H. Drs. Abu Bakar Salim Zarkasyi).
Hari/ Tgl
: Rabu, 10 November 2010
Interview
: Ust. Saeful Mu’min
Jabatan
: Kepala Lembaga
Pokok Pembicaraan 1. Profil kepala lembaga 2. Penerapan metode pembelajaran Al-Qur’an di LPQ Masjid Fathullah 3. Sejarah penerapan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah 4. Respon awal penerapan Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah 5. Perbedaan Metode Qiraati dengan metode yang lain 6. Kegitan pembelajaran Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah 7. Kesulitan Penerapan metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah 8. Ciri khas Metode Qiraati 9. Syarat guru Qiraati 10. Kelebihan dan Kelemahan metode Qiraati 11. Efektivitas waktu pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah 12. Fungsi metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur’an 13. Syarat Guru Qiraati 14. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru Qiraati
Isi Pembicaraan 1. Siapakah nama anda? 2. Sudah berapa tahun anda mengajar di LPQ Masjid Fathullah? 3. Metode apa yang diterapkan di LPQ Masjid Fathullah? 4. Kapan pertama kali LPQ Masjid Fathullah menerapkan Metode Qiraati? 5. Adakah respon dari pihak wali santri saat pertama kali diterapkannya Metode Qiraati? 6. Bagaimanakah proses pembelajaran Metode Qiraati? 7. Adakah kesulitan dalam menerapkan Metode Qiraati? 8. Adakah perbedaan antara Metode Qiraati dengan metode yang lain? 9. Apa ciri khas dari Metode Qiraati?
10. Apakah Metode Qiraati berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar? 11. Kelemahan dan atau kelebihan apa saja yang dihadapi dalam penerapan Metode Qiraati? 12. Berapa lama seorang anak menyelesaikan pembelajaran Al-Qur’an dengan mengunakan Metode Qiraati? 13. Apakah Metode Qiraati mempermudah anak dalam belajar membaca AlQuran? 14. Adakah syarat menjadi guru Qiraati? 15. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh guru Qiraati?
Jawaban 1. Saeful Mu’min 2. 4 tahun 3. Metode Qiraati 4. Tahun ajaran 2004-2005, tepatnya ketika dirubahnya TKQ/ TPQ menjadi LPQ Masjid Fathullah, berubah pula metode pembelajaran yang dipakai LPQ Masjid Fathullah dari metode Iqra ke metode Qiraati. 5. Banyak santri yang keluar 6. Peta kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah: a. 30 menit klasikal besar (sesuai jadwal) b. Jam 4 masuk kelas, Membaca alfatihah untuk pengarang Metode Qiraati (alm. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi) c. Baca peraga awal (15 menit pertama) d. Membaca buku/ jilid Qiraati secara individual (30 menit) e. Membaca peraga akhir (15 menit terakhir) f. Evaluasi materi penunjang, pemberian nasehat, dan baca doa sebelum pulang. 7. Pada dasarnya dalam penerapan metode qiraati tidak ada yang sulit, adapan kesulitan yang terkadang dihadapai oleh guru yaitu pada teknis pelaksanaannya
dalam
hal
mengkondisikan
anak
dikarenakan
guru
kurang
menguasai
metodologi dan tidak memahami psikologi anak. 8. Ciri khas Metode Qiraati: a. Dilihat dari metodologi b. Buku/ Jilid Qiraati yag tidak diperjual belikan bebas c. Guru Qiraati harus mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar (Mujawwad-Murattal), diuji dengan tashih billisan dan bersyahadah. 9. Ya, namun dalam Qiraati seorang anak dikatakan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dapat dilihat dari: a. Hasil tashih, baik tashih korcam maupun JABODETABEKA b. Khatmul Qur’an/ Wisuda yang diuji oleh perwakilan korcam, kepala lembaga, guru qiraati, serta disaksikan oleh masyarakat sekitar dan seluruh wali santri. c. Kegiatan Khatmul Qur’an merupakan laporan pertanggungjawaban (LPJ) dari lembaga dan sosialisasi lembaga kepada koordinator dan masyarakat. 10. Kelemahan dan kelebihan Metode Qiraati a. Kelebihan 1) Klasikal besar, dalam klasikal besar semua santri dikumpulkan
di
aula untuk membaca materi penunjang seperti: surat-surat pendek, doa harian, dan bacaan sekitar shalat, dengan membaca secara bersamasama dipimpin oleh salah satu guru, anak-anak sudah dibiasakan membaca materi penunjang dengan menggunakan bacaan bertajwid. 2) Qiraati dapat diterapkan pada anak usia dini (±usia 3 tahun) 3) Pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan alat peraga, kegiatan ini adalah inti dari pembelajarann Qiraati. 4) Guru yang mengajar bukan sembarang orang (harus bersyahadah Qiraati) b. Kekurangan Dilihat dari sejarah munculnya, Metode Qiraati tidak secara tibatiba, melainkan sudah diuji coba (eksperimen), studi banding ke berbagai Lembaga Pendidikan Al-Qur’an serta melakukan perbaikan dan inovasi-
inovasi namun tidak keluar dari inti pembelajaran Metode Qiraati yang di buat oleh pengarang (KH. Dachlan Salim Zarkasyi). Adapun kelemahan dari Metode Qiraati di lapangan adalah ketika seorang guru tidak menguasai metodologi, kreatifitas dan psikoogi anak. 11. Seorang anak mampu menyelesaikan pembelajaran Al-Qur’an di Fathullah dan mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dibutuhkan waktu ± 2-3 tahun, cepat tidaknya seorang anak mmenguasai materi dan mampu membaca Al-Qur’an dapat dilihat dari intesitas kehadirannya, karena semakin sering anak hadir, semakin ia mampu menguasai materi karena materi yang disampaikan oleh guru terapkan secara berulang-ulang sehingga santri mampu hafal tanpa menghafal, adapun kecerdasan kurang berpengaruh. 12. Metode Qiraati sangat mempermudah anak dalam membaca Al-Qur’an 13. Syarat Guru Qiraati: a. Harus
menguasai
materi
Qiraati,
yaitu
dengan
belajar
dengan
menggunakan buku/ Jilid Qiraati dari jilid 1 sampai gharib. b. Harus mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, hal ini dapat dibuktikan dengan lulus TAS, baik melalui ketua korcam, maupun ketua tashih JABODETABEKA. c. Harus mengikuti dan menguasai metodologi qiraati yang diadaka kord. JABODETABEKA. d. Menguasai psikologi anak. e. Mengikuti MMQ baik yang diadakan oleh lembaga, korcam, maupun kord. JABODETABEKA. 14. Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru LPQ Masjid fathullah: a. Khataman setiap 1 minggu sekali b. Ngaji sore sesuai bidang (kajian) c. Mengadakan kegiatan evaluasi mingguan, bulanan, maupun semester. d. Membuka pengajian Qiraati untuk remaja dan mahasiswa. e. PHBI dan PHBN f. Pesanteren kilat (Quantum Kids) g. 1 tahun sekali belajar di luar kelas
15. Pemecahan masalah ketika lembaga mengalami kesulitan dalam KBM: a. Dipecahkan secara intern lembaga b. Sowan ke Drs. Bahroin Suryantara c. Sowan ke Bapak Abu Bakar Salim Zarkasyi d. Sowan ke Bapak Erwanto
Hari/ Tgl
: Jum’at, 19 November 2010
Interview
: Usth. Sufairok
Jabatan
: Wali Kelas jilid 3+Kord. Tashih Lembaga
Pokok Pembicaraan: 1. Persiapan mengajar 2. Kesesuaian materi dengan kurikulum 3. Penggunaan alat bantu dalam mengajar 4. Lama waktu yang dibutuhkan dalam penerapan Metode Qiraati 5. Teknik evaluasi pengajaran 6. Kendala-kendala dalam penerapan Metode Qiraati 7. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut
Isi Pembicaraan: 1. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum mengajar? 2. Apakah yang diajarkan sesuai dengan kurikulum? 3. Apakah dalam mengajar mengunakan alat bantu? 4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mengajar dengan menggunakan Metode Qiraati? 5. Bagaimana teknik evaluasinya? 6. Apa saja yang menjadi kendala pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah? 7. Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?
Jawaban 1. Persiapan yang dilakukan guru LPQ masjid fathullah adalah sebagai berikut: a. Mengetahui Visi Misi kelas (target perkelas), dan mengetahui serta menguasai materi kelas. b. Persiapan harian, meliputi: mengetahui kemampuan anak, efektivitas waktu. 2. Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah 100% sesuai dengan apa yang ada dalam kurikulum Metode Qiraati
3. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan murid selalu menggunakan alat bantu, a. Alat yang dipakai guru dalam KBM: 1) Peraga Qiraati 2) Stik penunjuk 3) Papan tulis 4) Absensi 5) Buku Qiraati 6) Buku materi tabahan 7) Spidol 8) Penghapus b. Alat yang dipakai santri dalam KBM: 1) Buku Qiraati 2) Materi tamabahan 3) Buku prestasi 4) Buku tulis 4. Waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar di LPQ Masjid Fathullah adalah 1 jam 40 menit mulai dari 15.30– 17.10, adapun pebagian waktunya adalah sebagai berikut:
Waktu
Kegiatan
Keterangan
15.30 – 15.40 Jama’ah shalat ashar 15.40 – 16.00 Klasikal Besar
Semua santri dan bertempat si aula Semua
santri
dan
bertepat
di
membaca materi-materi tambahan*
16.00 – 16.15 Klasikal awal
Membaca peraga secara bersama-sama
16.15 – 16.45 Privat
Membaca buku sacara individu
16.45 – 17.00 Klasikal akhir
Membaca peraga secara bersama-sama
17.00 – 17.10
Hafalan+Ricek Penunjang
aula,
Materi Satu persatu santri setoran hafalan kepada guru
* Keterangan Jadwal materi tambahan sebagai berikut: o Hari Senin
=
Doa-doa Harian
o Hari Selasa
=
Surat-surat Pendek
o Hari Rabu
=
Doa-doa dalam Shalat dan Praktek Ibadah
o Hari Kamis
=
Doa-doa Harian
o Hari Jum’at
=
Surat-surat Pendek
5. Teknik evaluasi yang dilaksanakan di LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut: a. Materi pokok dilaksanakan setiap hari/pertemuan b. Materi penunjang/ tambahan dilaksanakan setiap habis semester (1 tahun 2 kali evaluasi). 6. Yang menjadi kendala di LPQ Masjid Fathullah adalah masalah kedisiplinan, seperti ketidakhadiran guru/santri, keterlambatan guru/ santri
dikarenakan
sebagian besar guru di LPQ Masjid Fathullah berstatus sebagai mahasiswa dan sebagian kecil santri banyak yang mengikuti les/bimbel. 7. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kendala atau permasalahan yang terkait dengan kedisiplinan adalah: a. Guru 1) Mengadakan evaluasi guru setiap 1 minggu sekali 2) Pemotongan gaji bagi guru yang terlambat b. Santri 1) Sms ke orang tua atau wali santri 2) Memberikan surat kepada orang tua/wali santri 3) Memanggil orang tua atau wali santri
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Toto Priyanto
NIM
: 106011000197
Jurusan
: PAI
Semester
: IX
Program
: Strata 1/S.1
Benar telah melaksanakan Test Of English as Foreign Language (TOEFL) dan Test Of Arabic as Foreign Language (TOAFL), sebanyak 3 (tiga) kali sehingga mahasiswa yang bersangkutan berhak untuk menempuh ujian skripsi (Munaqasyah) dan mendaftar wisuda, dan pihak jurusan bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Jakarta, 10 Desember 2010
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307.199803.1.002
Mahasiswa ybs,
Toto Priyanto NIM. 106011000197
Uji Referensi Seluruh referensi pada skripsi yang berjudul “Efektivitas penggunaan Metode Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar (studi kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).” yang disusun oleh Toto Priyanto, NIM: 106011000197, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, telah diujikan oleh dosen pembimbing skripsi.
Jakarta, 24 Desember 2010
Pembimbing skripsi
Abdul Ghofur, M.Ag NIP. 19681209 199703 1 003
Uji Referensi
No
Referensi
Halaman
Abdurohim, Acep Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. 1.
5
Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2007. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
2.
12
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Ahsin, W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an,
3.
Arikunto, 4.
Suharismi,
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. Artmanda,
5.
19
Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Frista
W,
Kamus
Lengkap
111
Bahasa 19
Indonesia, Jakarta: Lintas Media Jombang, t.t. Aziz, Abdul dan Rauf, Abdul, Pedoman Tahsin Al-
6.
8-9
Qur’an, Jakarta: Dzilal Press, 1997. Dachlan, Abu Bakar, Pak Dachlan Pembaharu dan
7.
Bapak Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Al- 61-62 Qur’an Raudhatul Mujawwidin, t.t. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang:
8.
Departemen 9.
45
CV. Toha Semarang, 1988. Pendidikan
Dan
Kebudayaan,
Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995
37
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, 10.
121
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Hadhiri, Choirudin, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an,
11.
Hajar, 12.
25
Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Ibnu,
Dasar-dasar
Metodologi
Penelitian
Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja 216 Grafindo Persada, 1996.
13.
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-
internet
Keterangan Ya Tidak
kh-dachlan-salim-zarkasyi/ 14.
http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html.
Internet
Mahyudi, Syaifullah, Permata Al-Qur’an, Jakarta: CV. 15.
5
Rajawali, 1985. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
16.
168&248
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Muarif, Hasan dan Ambari, Ensiklopedi Islam, Jakarta:
17.
64
PT. Ichthiar Baru, 1996). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
18.
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Ramayulis,
19.
Metodologi
Pendidikan
Agama
284
Islam, 216, 223224&227
Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Shihab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung:
20.
Soekanto, 21.
Soerjono,
Sosiologi
Suatu
Pengantar, 48
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Sudijono,
22.
3
Penerbit Mizan, 1996.
Anas,
Pengantar
Statistik
Pendidikan, 266
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sudjana, Nana, Penilaian Proses Balajar Mengajar,
23.
60-63
Bandung: PT. Rosda karya, 1991. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
24.
39
Bandung: Argesindo, 1995. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan
25.
9
R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-penelitian
26.
Ilmiah Dasar Metoda Teknik, Bandung: Tarsito, 1998. Susilo
27.
Eko,
Madya,
Dasar-dasar
174
Pendidikan,
Semarang: Effhar Effset, 1990.
63
Syarbasyi, Ahmad, Dimensi-dimensi Kesejatian Al28.
Qur’an, Yogyakarta: Penerbit Ababil, 1996.
5
Syukir, 29.
Asmuni,
Dasar-Dasar
Strategi
Da’wah 90
Islamiyah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979. Tim Penyusun Dikdaktik Kurikulum IKIP Surabaya:
30.
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: 164-166 PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
31.
www. Sisdiknas. Co. id. Yusuf,
32.
Tayar
dan
Internet
Anwar,
Syaiful,
Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja 1-2 Grafindo Persada, t.t. Dachlan
33.
Salim Zarkasyi,
Metode Praktis Belajar
Membaca Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Jilid 1-6 Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990. Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan
34.
9
Bintang, 2005. Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,
35.
Surabaya: t.p, 1983H.
80
Jakarta, 24 Desember 2010
Pembimbing skripsi
Abdul Ghofur, M.Ag NIP. 19681209 199703 1 003