BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS
2.1 Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mempunyai relevansi terhadap penelitian ini. Hasil – hasil penelitian tersebut diuraikan secara singkat guna melengkapi penelitian ini, adapun penelitian sebelumnya yaitu: Penelitian dari Widyatmaja (2004) yang berjudul “Keberadaan Fotografer Sebagai Penunjang Kepariwisataan di Daya Tarik Wisata Sangeh Kabupaten Badung Provinsi Bali”. Dalam hasil laporan akhir tersebut menunjukkan bahwa keberadaan fotografer sebagai penunjang kepariwisataan di Daya Tarik Wisata Sangeh ditinjau dari dua faktor yaitu faktor internal meliputi manajemen organisasi, dan sistem pelayanan jasa fotografer sedangkan faktor eksternalnya ditinjau dari dukungan masyarakat setempat, dukungan instansi terkait, serta hubungan dengan komponen-komponen kepariwisataan yang ada di Daya Tarik Wisata Sangeh seperti kios penjual barang kerajinan, dan guide lokal. Ngurah Widyatmaja juga menambahkan, pengembangan terhadap fotografer telah dilakukan secara internal dengan pembenahan manajemen organisasi yang melibatkan Desa Adat Sangeh, memberikan sangsi kepada pihak fotografer yang melanggar aturan. Sedangkan dalam faktor eksternal dengan meningkatkan hubungan dengan Desa Adat Sangeh, mengadakan hubungan dengan instansi terkait untuk pembinaan khususnya dan mempromosikan Daya Tarik Wisata Sangeh.
Kaitan penelitian sekarang dengan penelitian sebelunnya adalah sama-sama membahas mengenai fotografer. Namun perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya lebih fokus terhadap keberadaan fotografer di Daya Tarik Wisata Sangeh sedangkan penelitian ini lebih fokus mengenai praktek kerja pekerja fotografer. Penelitian sebelumnya mengambil lokasi di Daya Tarik Wisata Sangeh Kabupaten Badung sedangkan penelitian ini berlokasi di Daya Tarik Wisata Tanah Lot Kabupaten Tabanan. Penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari (2014) yang berjudul "Eksistensi Objek Wisata Waduk Gajah Mungkur Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Sandeng Kabupaten Wonogiri". Melihat hasil dari penelitian tentang pengelolaan pengembangan Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur hingga tercapai industri pariwisata dimulai dari perencanaan progam pengembangan, pelaksanaan progam dan keberhasilan dari progam pengembangan Obyek Wisata. Keberhasilan pengembangan tersebut tergantung pada tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities). Keberadaan Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur mampu memberikan lapangan pekerjaan baru ataupun usaha sampingan bagi masyarakat Desa Sendang, Sehingga adanya obyek wisata ini dapat mengurangi pengangguran yang ada di Desa Sendang dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Sendang. Masyarakat Desa Sendang bisa membuka usaha berjualan makanan, pernak-pernik oleh-oleh khas wonogiri, menjadi tukang parkir, membuka usaha jasa seperti penyewaan perahu, mendirikan penginapan yang semuanya itu mampu memberikan pendapatan kepada masyarakat Desa Sendang. Dalam jurnal yang berjudul eksisitensi obyek wisata waduk gajah mungkur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Persamaan penelitian yang dilakukan yunitasari (2014) adalah sama-sama membahas tentang eksistensi. Perbedaannya penelitan sebelumnya lebih menekankan atau lebih konsentrasi kepada pengembangan desa wisata dan kehidupan sosial ekonomi sedang dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi kepada persepsi wisatawan domestik. penelitian sebelumnya berlokasi di Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri sedangkan penelitian ini mengambil lokasi di desa beraban kabupaten Tabanan. 2.2 Konsep Persepsi Persepsi dalam bahasa inggris “Perception” yang diartikan sebagai suatu tanggapan atau pendapat yang dimiliki oleh seseorang dalam menilai sesuatu yang dilihat. Beberapa ahli medefinisikan persepsi sebagai berikut: Echol mengemukakan tentang persepsi yaitu penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu (Echol & hasan Sadily, 1982). Dalam hal ini yang dimaksud adalah bagaimana kita dapat memahami atau menilai sesuatu dengan alat indra, agar dapat menemukan hasil yang tidak bertentangan dengan tanggapan yang diterima. Lancaster, berpendapat bahwa konsumen tidak melihat barang yang dibeli, namun melihat ciri – ciri yang memiliki oleh barang tersebut, konsumen mengunakan persepsi yang dimiliki untuk menilai kegunaan barang yang diinginkan (Ross, 1998). Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, persepsi merupakan sesuatu proses penerjemahan akibat adanya penglihatan, tanggapan rasa ingin tahu terhadap apa yang ada di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk suatu kepentingan.
2.3 Konsep Wisatawan Wisatawan berasal dari kata wisa yang berarti, berpergian bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Wisatawan adalah orang yang berwisata, pelancong, turis (Departemen pendidikan dan kebudayaan,2001). Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu daerah atau Negara tanpa memandang kewarganegaraannya, untuk berkunjung ke Negara atau daerah yang sama atau berbeda dengan jangka waktu 24 jam yang bertujuaan untuk: berekreasi, liburan, kesehatan, keagamaan dan olah raga (Marpaung, 2002). Menurut UU RI No.10 Tahun 2009, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan perjanaan dari suatu tempat ke tempat lain dengan bertujuan untuk bersenang-senang. Menurut Yoeti, 1985 ada beberapa ciri-ciri seseorang dapat disebut sebagai wisatawan, yaitu: 1. Perjalanan yang dilakukan lebih dari 24 jam. 2. Perjalanan yang dilakukan hanya untuk sementara waktu 3. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak bertujuaan mencari nafkah di tempat atau Negara yang dikunjunginya. Bila salah satu dari ciri - ciri tersebut tidak terpenuhi, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai wisatawan. (Karyono, 1997) istilah wisatawan diartikan sebagai seseorang, tanpa berdasarkan ras, kelamin, bahasa, dan agama, dimana biasanya orang itu tinggal dan berada di tempat tersebut lebih dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan seperti perjanan wisata, rekreasi, olah raga, kesehatan, alasan keluarga, studi atau urusan usaha.
2.4 Konsep Pariwisata Secara umum pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, untuk mengantur mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. Secara lebih teknis parawisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia maupun perorangan atau kelompok, kegiatan tersebut dengan menggunakan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah atau masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan (Karyono, 1997). Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Menurut Pendit (2003) “Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha objek dan Daya Tarik Wisata serta usaha- usaha yang terkait dibidang tersebut”. Sesuai dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata, kawasan wisata. serta didukung oleh berbagai sarana dan fasilitas yang ada dikawasan tersebut dan masyarakat ikut berpartispasi dalam pengembangan pariwisata di kawasan tersebut. 2.5 Konsep Daya Tarik Wisata Menurut undang – undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan berdasarkan pasal 4 antara lain disebutkan bahwa objek dan Daya Tarik Wisata terdiri atas; 1. Objek dan Daya Tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam flora dan fauna.
2. Objek dan Daya Tarik Wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya. 3. Agro, wisata tirta, wisata pertualangan alam, taman rekreasi dan taman hiburan. Menurut Suwantoro (1997), dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar pariwisata mengatakan bahwa batasan mengenai Daya Tarik Wisata adalah sebagai berikut. Daya Tarik Wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Menurut Maryoti, definisi Daya Tarik Wisata adalah sesuatu yang terdapat di daerah wisata yang merupakan daya tarik sehingga orang mau berkunjung. Adapun hal-hal tersebut antara lain : 1. Benda-benda yang tersedia di dalam (natural amenities) yang berupa iklim, pemandangan alam, flora dan fauna, hutan belukar, sumber air dan lain-lainnya 2. Hasil ciptaan manusia (man made supply) yang berupa peninggalan sejarah, kebudayaan dan keagaman. 3. Tata cara hidup masyarakat ( the way of life ) yang berupa adat-istiadat dan konsep hidup masyarakat Yoeti,(1993) Tourist objects pada garis besarnya berwujud objek, benda-benda mati atau statis baik yang diciptakan manusia sebagai hasil seni dan budaya, ataupun yang merupakan gejala alam yang memiliki daya tarik kepada wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati sehingga terpenuhilah rasa-rasa kepuasan wisatawan itu sesuai dengan motif kunjungannya Darmadjati, (2001).
Sedangkan menurut Marpaung, (2002) objek dan Daya Tarik Wisata adalah suatu bentuk atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa yang di maksud dengan Daya Tarik Wisata adalah tempat atau wilayah yang memiliki suatu keunikan yang hanya ada di daerah tersebut sehingga, dapat menarik kedatangan wisatawan yang dapat berwujud keindahan alam atau hasil ciptaan manusia yang menjadi daerah tujuan wisata. 2.6 Konsep eksistensi Menurut arti kata dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003), eksistensi berarti hal berada dan keberadaan. Sesuatu dikatakan eksis apabila bisa dibuktikan dengan dilihat atau dirasakan dengan indra atau tidak, tetapi bisa dilihat melalui bukti – bukti keberadaannya. Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi – potensinya Zaenal (2007). Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah sesuatu yang mengalami perkembangan atau sebaliknya mengalami kemunduran. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan eksistensi fotografer di Daya Tarik Wisata Tanah Lot adalah dimana perkembangan kamera yang sudah sangat maju dan pekerja fotografer di Daya Tarik Wisata Tanah Lot terus mengalami perkembang.
2.7 Konsep Fotografer Fotografer dalam bahasa inggris disebut photographer yaitu orang yang mengambil gambar dengan cara menangkap cahaya dengan menggunakan kamera dan pada umumnya menggunakan teknik dan seni untuk dapat menghasilkan foto yang lebih bagus. Fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu phot untuk ringan dan graphos untuk menggambar adalah seni, ilmu pengetahuan, dan praktek menciptakan gambar. Fotografer yang dimaksud disini adalah orang yang mengambil foto. Dalam buku “The Complete Photografer” dijelaskan bahwa fotografi adalah bahasa gambar, hasil terakhir dari bentuk tertua komunikasi percetakan sedangkan orang yang melakukan kegiatan fotografi disebut sebagai fotografer. Dalam penelitian fotografer menawarkan jasa foto kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Adapun foto dari fotografer di Daya Tarik Wisata Tanah Lot adalah foto yang di cetak langsung di tempat. 2.8 Konsep Jasa Menurut Philip Kotler yang dikutip Supranto (2001) jasa ialah setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Jadi kesimpulannya jasa adalah merupakan suatu kegiatan yang tidak berwujud dan cepat hilang serta tidak dapat dimiliki. Dan secara umum jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dimana produk yang ditawarkan bisa
dalam bentuk fisik. Dimana jika produk itu berupa fisik yang didalamnya tahapannya akan melalui beberapa perubahan sehingga nantinya akan memuaskan keinginan konsumen tersebut. Philip Kotler juga menjelaskan bahwa jasa memiliki empat ciri pokok yaitu: 1. Tidak berwujud adalah pelayanan jasa yang tidak berwujud, tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli atau dimanfaatkan oleh konsumen. 2. Tidak terpisahkan adalah pelayanan jasa yang tidak dapat dipisahkan dari penyediaannya. Jasa diproduksi oleh penyedia untuk langsung dikonsumsi pada waktu dan pada saat disediakan, maka terjadilah interaksi langsung antara penyedia dengan konsumen. 3. Keragaman adalah jasa yang sangat beragam tergantung pada siapa dan kapan serta dimana jasa tersebut disediakan. 4. Tidak dapat disimpan atau tidak tahan lama adalah suatu jasa yang pelayanan jasanya hanya berlaku dan dimaanfaatkan saat disediakan. 2.9 Konsep Sarana Pariwisata Wisata adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempat dan daerah atau tempat yang masih asing baginya, jauh dari tempat tinggalnya. Maka diperlukan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginananya, yaitu semenjak wisatawan itu berangkat sampai ke tempat tujuannya sampai dia kembali kerumahnya. Oleh karena itu sebelum wisatawan ingin melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu harus mengetahui tentang: 1. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ketempat tujuan wisata yang ingin dikunjungi.
2. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara ditempat atau daerah tujuan yang dikunjungi. 3. Objek dan atraksi wisata yang ada didaerah tujuan wisata yang dikunjungi. 4. Fasilitas perbelanjaan dimana dapat membeli barang yang merupakan ciri khas dari daerah yang dikunjungi. Semua ini menyangkut sarana pariwisata yang harus diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata. Dalam dunia pariwisata ada 3 macam sarana yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Ketiga sarana yang di maksud: A. Sarana pokok pariwisata Adapun yang dimaksud dengan sarana pokok pariwisata adalah perusahaan – perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan kehidupannya bergantung pada kedatangan wisatawan. Fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi wisatawan. Sarana – sarana ini harus diadakan, pembangunan harus diarahkan, apalagi dalam rangka menarik banyak wisatawan. Pariwisata sebagai suatu industri mutlak memberikan sarana pokok semacam ini. Bila tidak, sulit mengharapkan pariwisata sebagai penghasilan devisi negara. Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1) Perusahaan yang yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan. Dalam literatur kepariwisataan disebut dengan receptive tourist plan arinya perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan mempersiapkan tour, rekreasi bagi wisatawan, seperti tour travel agent, tour operator, tourist traportation.
2) Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan pergi. Dalam istilah kepariwisataan perusahaan ini biasa disebut dengan resident tourist plant arinya perusahaan yang memberikan pelayanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman didaerah tujuan wisata. B. Sarana pelengkap pariwisata Sarana pelengkap pariwisata adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok pariwisata, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat agar wisatawan dapat lebih lama tinggal di daerah tujuan wisata, seperti : kolam renang, lapangan tenis, lapangan golf. C. Sarana penunjang pariwisata Sarana penunjang pariwisata adalah peruasahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata. Tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengunakan uang di tempat yang di kunjungi.Yang termasuk dalam kelompok ini adalah night clup, souvenir shop, jasa fotografer, pedagang jagung, pedagang post crad.