BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Usaha kecil dan menengah (UKM) 2.1.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah, UKM didefinisikan sebagai berikut: 1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.2 Klasifikasi UKM Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima 2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan 3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). 2.1.3 Kelebihan UKM Dengan ukurannya yang kecil dan fleksibilitas yang tinggi, usaha kecil menengah memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan dan operasional. Berikut adalah beberapa kelebihan UKM: 1. Fleksibilitas Operasional Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masingmasing anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat definisi UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk, dll.) cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif.
2. Kecepatan Inovasi Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam Definisi UKM, produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang itu berasal dari pemikiran karyawan kedekatan diantara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah didengar dan diterima. 3. Struktur Biaya Rendah Kebanyakan usaha kecil menengah tidak punya ruang kerja khusus di kompleks-kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam operasinya. Lebih jauh lagi, usaha menengah kecil juga menerima sokongan dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi, maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan dalam pembentukan definisi UKM dan operasional mereka. 4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik Definisi UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk atau pasar yang spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu jenis dan model kerajinan tertentu dan cukup melayani permintaan konsumen tertentu untuk bisa mencapai laba. Berbeda dengan industri kerajinan skala besar yang diharuskan membayar biaya sewa gedung dan gaji sejumlah besar
karyawan sehingga harus selalu mampu menjual sekian kontainer kerajinan untuk menutup biaya operasional bulanannya saja. 2.1.4 Kelemahan UKM Ukuran usaha kecil menengah selain memiliki kelebihan juga mengandung kekurangan yang membuat pengelolanya mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mengelola usaha kecil menengah antara lain: 1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan Sebab sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam usaha kecil menengah, mereka kerap terpaksa harus pontang-panting berusaha memenuhi kebutuhan pokok bisnisnya, yakni: produksi, sales, dan marketing. Hal ini bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar, membuat mereka tidak bisa fokus menyelesaikan permasalahan satu persatu. Tekanan semacam ini bisa muncul tiba-tiba ketika bisnis mereka memperoleh order dalam jumlah yang besar, atau beberapa order yang masuk dalam waktu hampir bersamaan. Lebih dahsyat lagi jika suatu ketika ada lembaga bisnis besar yang merasa terancam dan mulai melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya. 2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan Usaha skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia kerap kali dipaksakan membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien mungkin. Ketidakmampuan untuk mengumpulkan modal yang lebih besar juga memaksa usaha kecil
menengah menjalankan kebijakan penghematan yang ketat, terutama untuk mencegah kekurangan pembiayaan operasional sekecil apapun. Kekurangan
pembiayaan
operasional
yang
tidak
dicegah
bisa
mengakibatkan kebangkrutan, sebab kapasitas UKM untuk membayar hutang biasanya hampir tidak ada. 3. Kurangnya Tenaga Ahli Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan usaha kecil menengah yang sangat serius. Apalagi jika dibandingkan dengan lembaga bisnis besar yang mampu mempekerjakan banyak tenaga ahli. Kualitas produk barang atau jasa yang bisa dihasilkan tanpa tenaga ahli sangat mungkin berada di bawah standar tertentu. Akibatnya, kemampuan persaingan bisnis skala kecil ini di pasar yang luas bisa sangat kecil. 2.2 Bisnis Ritel Bisnis ritel pada dasarnya adalah kegiatan bisnis dengan cara menjual produk secara langsung kepada konsumen. Kotler. P (1999) menjelaskan bahwa perdagangan ritel meliputi semua kegiatan penjualan produk kepada kosumen pribadi. Perdagang ritel merupakan mata rantai terakhir dalam suatu saluran pemasaran. Pedagang ritel memegang peranan penting dalam melakukan penjualan suatu produk, serta dalam memberikan pelayanan kepada konsumennya. Pemasaran retail atau eceran adalah segala kegiatan jual-beli yang bertujuan menjual produk dalam skala reltif kecil kepada konsumen akhir.
Bisnis retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir ( Gilbert 2004). Bisnis ritel mempunyai peluang pasar yang paling potensial datang dari konsumen akhir, yang rata-rata membeli suatu produk untuk keperluan mereka sehari-hari. Saat ini perkembangan bisnis retail sangat pesat, dari bisnis retail kecil, sedang dan besar. a. Retail Kecil Bisnis Retail kecil kebanyakan dilakukan oleh pemilik toko/warung kecil/kios dan secara individu serta biasanya tidak berbadan hukum, dengan penghasilan relatip kecil. Pada retail kecil ini biasanya berlokasi di pasar tradisional, rumah tinggal pada umumnya, dan di kios kecil pada umumnya. b. Retail Sedang Bisnis Retail sedang kebanyakan dilakukan oleh pemilik toko yang relatif besar dan secara individu atau kelompok serta biasanya tidak berbadan hukum, dengan penghasilan relatip besar dan persedian dan jaringan relatip beasar dan luas. Pada retail sedang ini biasanya berlokasi di pertokoan sepanjang jalan utama. c. Retail Besar Bisnis Retail besar biasanya sudah berbadan hukum dan kebanyakan dilakukan oleh perusahaan besar. Pada masa kini banyak dijumpai bisnis ritel besar, misalnya mereka menamai dengan istilah Departement Store,
Supermarket, dan Online Store. Bisnis ini biasanya di kelola dengan manajemen yang modern dan jaringan relatip besar dan luas. 2.2.1 Bauran pemasaran ritel Pemasaran retail atau eceran adalah segala kegiatan jual-beli yang bertujuan menjual produk dalam skala relatif kecil kepada konsumen akhir. Bisnis retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir. Pemasaran ritel merupakan mata rantai terakhir dalam suatu saluran pemasaran. Buran pemasaran ritel adalah kombinasi faktor-faktor : pasar, produk, harga, lokasi, promosi ketersediaan, kelengkapan , tata-letak, dan pelayanan. a. Pasar Bisnis retail biasanya menawarkan berbagai produk untuk kebutuhan masyarakat konsumen. Penawaran berbagai macam produk, tak lain untuk memberikan kepuasan kepada para konsumenya. Tetapi tidaklah mudah untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan semua konsumennya. Maka para peritel harus bisa membagi-bagi pasar, mengindentifikasi dan menyusun profil kelompok pembeli yang lebih mungkin, membutuhkan produk yang berbeda-beda. Sejumlah segment pasar dapat diiindetifikasi dengan mengamati perbedaan demografis, psikografis dan perilaku pembeli. Pemilihan segment target pasar, penentuan format ritel, pengembangan keunggulan bersaing akan mengurangi tingkat kompetisi. Peritel harus dapat menentukan segment pasar yang paling berpeluang menjadi pasar sasarannya. Selain itu juga
perlu diperhatikan pasar sasaran sekitar bisnis ritel berada. Bisa memilih kelas ekonomi konsumen menengah kebawah atau menengah keatas. b. Produk Bisnis ritel akan dipandu oleh konsep produk, dan berpendapat konsumen akan menyukai produk yang menawarkan fitur yang bermutu dengan harga terjangkau. Para peritel akan menawarkan produk yang berkwalitas dan memperbaiki dari waktu ke waktu. Peritel harus harus mampu menjaga kontinyunitas produk yang ditawarkan. Produk merupakan unsur yang paling penting, oleh karena itu peritel akan berusaha memenuhi para konsumen melalui produk. Produk akan berkaitan erat terhadap bebrapa hal , yaitu : mutu, merk, kemasan, daya tahan, manfaat, spesifik, estetika, inovasi, dan warna. Kwalitas produk dalam hal binis retail perlu menjadikan perhatian penting, jangan sampai terjadi kwalitas yang ada dibawah standar dari harga standar yang telah ditentukan. Untuk jenis produk yang sudah ber merk ataupun yang umum, kwalitas harus standard sesuai dengan merknya, hindarkan kwalitas yang tidak baik , karena akan mengecewakan pihak konsumen. c. Lokasi Lokasi bisnis retail akan mempengaruhi kecepatan bisnis berkembang,
memudahkan
para
konsumen
menghampirinya,
mengenalnya , dan membeli produknya. Pemilihan lokasi dapat disuaikan jenis produk ritel yang akan perjual-belikan. Tetapi untuk memilih lokasi yang baik dan strategis tidaklah mudah, karena akan berkaitan investasi yang tinggi. Pemilihan lokasi akan sangat
mempengaruhi tingkat kesuksesan pada bisnis retail. Lokasi dalam bisnis retail akan ikut menentukan potensi pasar. Lokasi yang strategis akan menentukan kelangsungan hidup, perkembangan ,dan ketahanan bersaing. d. Harga Harga dari produk berhubungan erat dengan kwalitasnya, kepercayaan, fanatisne, produsen, purna jual, kemasan, Penetapan harga harus tepat dan wajar serta dapat memberikan keuntungan diinginkan. Harga produk yang pantas akan menjadi salah satu dipertimbangan oleh konsumen membelinya. Peritel yang cerdas, tidak menetapkan harga lebih tinggi dari para pesaingannya, untuk produk yang sama. Minimal dengan harga yang sama atau kalau bisa dengan harga lebih rendah. Dalam hal ini pemilihan margin harus baik dan benar , dalam arti dibuat skala margin tertentu. Misal produk yang sangat laku ditetapkan margin dengan prosentase rendah. Produk yang lakunya sedang ditetapkan dengan prosentase margin sedang. Produk agak lambat, ditetapkan prosentase margin tinggi. Tetapi dalam penetuan margin harus sipertimbangkan harga yang wajar pada umumnya. e. Kelengkapan Produk Kelengkapan produk menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk mengujungi bisnis ritel. Makin lengkap produk yang ditawarkan makin menarik bagi konsumen. Kalau bisnis retail jenis umum, dalam arti bahwa produk yang diwarkan jenisnya bermacam-macam, seperti mini market, super market dan toserba, maka diusahakan sebisa mungkin
memenuhi apapun kebutuhan para konsumen, sehingga jenis produk yang ditawarkan selengkap mungkin.. Tetapi kalau jenis bisnis retail sudah dipilih menyediakan produk khusus atau fokus pada jenis tertentu, maka produk khusus tersebut harus lengkap dan fokus dalan jenis yang telah dipilih. Misalkan produk yang ditawarkan jenis khusus dan fokus, stationery maka segala macan produk stationery harus tersedia. f. Ketersediaan Stok Ketersediaan stok adalah ketersediaan jumlah barang yang relative cukup, dalam arti bahwa kecukupan bagi konsumen/pembeli yang akan membutuhkan/membeli dalam jumlah banyak. Hal ini menjadikan pertimbangan bagi konsumen jika akan pergi ketempat toko/retail, apakah jumlah barang cukup memadai jika akan berbelanja banyak ketemapat tersebut. Ketersediaan memang bisa menjadi kendala dengan kecukupan modal dan gudang serta manajemen stok. Memang untuk produk yang harganya relative mahal ketersediaan tidak harus dipenuhi mengingat modal menjadi yang paling penting. g. Promosi Banyak bisnis ritel telah buka tetapi tidak melakukan promosi, padahal promosi akan menentukan tingkat keberhasilan bisnis retail. Sudah menjadi keharusan untuk peritel melakukan promosi, meskipun binisnya telah sukses, apalagi kalau belum sukses. Untuk melakukan promosi, hal yang perlu diperhatikan adalah : tujuan melakukan promosi, bagaimana promosi dilakukan, mengukur keberhasilan promosi yang dilakukan. Tujuan promosi dalam bisnis ritel untuk meningkatkan
volume penjualan. Margin secara prosen kecil tetapi kalau omset besar, maka pendapat keuntungan akan besar. Promosi dapat dilakukan melalui media masa, dilakukan secara langsung kepada konsumen, diskon khusus bagi konsumen, potongan kupon, program hdiah, sampel secara gratis, demo suatu produk, pameran, kalender, lomba dsb. Umumnya promosi dinilai berhasil jika penjualan selama periode promosi meningkat, tetapi seringkali dilupakan apakah peningkatan penjulan tersebut mampu menutupi biaya-biaya tambahan yang timbul akibat promosi yang dilakukan. Secara umum efektifitas promosi dapat diukur melalui meningkatnya pejualan dan keuntungan. Promosi yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan perusahaan dan diperhitungkan jumlah dana yang tersedia dengan besarnya manfaat yang diperoleh kegiatan promosi ini. Produk yang ditawarkan dalam bnisnis ritel tidak mungkin dapat dikenal seluruhnya oleh konsumen/ pembeli. Oleh karena itu, pemasar harus mengenalkan produknya kepada konsumen melalui kegiatan promosi. Promosi adalah salah satu faktor yang diperlukan bagi keberhasilan dan strategi pemasaran yang diterapkan dalam bnisnis. Promosi
adalah
salah
satu
cara
untuk
mengembangkan
dan
mempertahankan bisnis. Produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen tidak mengetahui kegunaannya, dan keunggulannya. h. Pelayanan Pelayanan yang baik kepada konsumen adalah hal yang sangat penting, jadikan pembeli raja, jadilah pelayan yang baik untuk mencari
keuntungan. Etika pelayanan dengan standard yang baku , misal dengan: sambut, senyum, sapa, terimakasih. Sehingga menjadikan kosumen merasa dihargai ketika berbelanja dan akan senang datang berbelanja kembali. Pelayanan konsumen dapat pula dilakukan dengan penyediaan fasilitas, seperti penitipan barang, pengaduan konsumen, kemudahan pembayaran, kemudahan pencarian barang, penempatan pramuniaga yang tersebar disekitar area, keamanan dan tempat parkir yang memadai. i. Tata Letak Produk Tata letak etalase dan interior dalam bisnis ritel toko adalah suatu hal yang perlu perhatian khusus, karena harys disesuaikan dengan jenis produk yang ditawarkan, luas area, sistem pelayanan, dan pasar konsumen. Tata-letak dan enterior yang efektif dan bagus dapat menarik para pengunjung bisnis retail. Penempatan etalase ataupun gondola harus direncanakan dengan matang, dengan memperhatikan akses konsumen , kemudaahan pencarian barang, dan keamanan. Pengelompokan dan penempatan barang yang sejenis, informasi etiket harga, informasi lain yang berkaitan produk perlu dibuat sebaik atau seindah mungkin , sehingga memudahkan konsumen mencarinya. Ritel dengan sistem terbuka lebih rumit dalan hal penataan produk dibandingkan sistem tertutup. Biasanya sistem terbuka pemilihan etalase dan gondola harus lebih bagus, karena akan dihadapkan langsung dengan konsumen. Ritel dengan sistem tertutup penempatan etalase dan gondola cukup menyesuaikan dengan jenis barang dan luas area. Ritel sistem tertutup biasanya untuk ritel yang mempunyai luas tempat yang
relative kecil, dengan jenis produk yang ditawarkan tidak luas dan konsumen perlu dilayani secara langsung. 2.2.2 Jenis-Jenis Pedagang Eceran (Retailers) Menurut Kotler (2000:593) jenis-jenis pengecer toko utama dapat dibedakan menjadi : 1. Toko khusus (specialty store), yaitu toko yang menjual lini produk yang sempit dengan ragam pilihan yang dalam, seperti toko pakaian, toko alatalat olahraga, toko bunga & toko buku. 2. Toko serba ada (departement store), yaitu toko yang menjual beberapa lini produk (biasanya pakaian dan perlengkapan rumah tangga), dan tiap lini produk tersebut beroperasi sebagai departement tersendiri yang dikelola oleh pembeli spesialis atau pedagang khusus. 3. Pasar swalayan (supermarket), yaitu toko dimana usaha/operasi penjualan yang dilakukan relatif besar, berbiaya rendah, bermargin rendah, bervolume tinggi, swalayan, yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti makanan, pencucian & produk perawatan rumah tangga. Pasar swalayan ini memperoleh laba operasi hanya sekitar 1 % dari penjualannya dan 10 % dari nilai kekayaan bersihnya. 4. Toko kelontong, kebutuhan sehari-hari (convinience store), yaitu toko yang relatif kecil dan terletak didaerah pemukiman, memiliki jam buka yang panjang selama tujuh hari dalam seminggu, dan menjual lini produk bahan pangan yang terbatas dengan tingkat perputaran tinggi.
5. Toko diskon (discount store), yaitu toko yang menjual barang-barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil margin yang lebih rendah dan menjual dengan volume tinggi. 6. Pengecer potongan harga (0ff-price retailer), yaitu toko dimana membeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga pedagang besar dan menetapkan harga untuk konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Sering merupakan barang sisa, berlebih dan tidak reguler, yang diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau pengecer lain. Pengecer potongan harga dapat dibedakan menjadi : 1) Toko pabrik (factory outlet) dimiliki dan dioperasikan oleh produsen dan biasanya menjual barang yang berlebih, tidak diproduksi lagi atau tidak reguler. 2) Pengecer potongan harga independen
(independent off-price
retailers), dimiliki dan dijalankan oleh pengusaha atau divisi dari perusahaan pengecer besar. 3) Klub gudang/klub grosir (warehouse clubs/wholesale clubs), menjual dengan pilihan yang terbatas tentang produk makanan yang bermerek, perlengkapan rumah tangga, pakaian dan beragam barang lain dengan diskon besar bagi anggota yang membayar iuran tahunan. Toko ini melayani usaha kecil dan para anggota kelompok dari lembaga pemerintah, organisasi nirlaba, serta beberapa perusahaan besar. Klub gudang ini beroperasi dalam bangunan seperti gudang yang besar, berbiaya rendah, dan hanya sedikit
hiasan. Mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah, biasanya 20 % sampai 40 % dibawah harga pasar swalayan dan toko diskon. 7. Toko super (super store), adalah toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang luas, bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk makanan, dan bukan makanan yang dibeli secara rutin. Biasanya toko ini menawarkan pelayanan seperti binatu, penguangan cek dan pembayaran tagihan. Toko super dapat dibedakan menjadi : 1) Toko kombinasi (combination depot), merupakan diversifikasi usaha pasar swalayan ke bidang obat-obatan. 2) Pasar hiper (hypermarket), adalah toko yang menggabungkan prinsip-prinsip pasar swalayan, toko diskon serta pengeceran gudang. Ragam produknya lebih dari sekedar barang-barang yang rutin dibeli tetapi meliputi mebel, peralatan besar dan kecil, pakaian dan berbagai jenis lainnya. 8. Ruang pameran, untuk penjualan dengan banyak pilihan produk bermerek, margin tinggi, perputaran cepat, dengan harga diskon, pelanggan memesan barang dari katalog diruang pamer, kemudian mengambil barang tersebut dari suatu area pengambilan barang di toko itu. Masih menurut Kotler (2000:594) jenis-jenis pengecer toko dapat dibedakan berdasarkan tingkat pelayanannya, adalah sebagai berikut :
1. Swalayan (self service), merupakan dasar dari semua operasi diskon. Banyaknya pelanggan yang bersedia melakukan sendiri proses menemukan, membandingkan, memilih guna menghemat uang. 2. Swapilih (self-selection), para pelanggan mencari barang sendiri, walaupun
mereka
dapat
meminta
bantuan.
Para
pelanggan
menyelesaikan transaksi mereka setelah membayar kepada pramuniaga. 3. Pelayanan terbatas (limited-service), pengecer ini menjual lebih banyak barang shopping, dan pelanggan memerlukan lebih banyak informasi serta bantuan. Toko-toko ini juga menawarkan jasa seperti kredit dan hak pengembalian barang. Pelayanan penuh (full-service), pramuniaga siap untuk membantu dalam tiap tahap dari proses menemukanmembandingkan-memilih. Pelanggan yang suka dilayani akan memilih toko jenis ini. Biaya pegawai yang tinggi, ditambah dengan proporsi yang tinggi atas barang khusus dan barang yang perputarannya lambat serta jasa yang banyak, menyebabkan terjadinya eceran yang berbiaya tinggi. 2.3 Toko Swalayan 2.3.1 Pengertian Toko Swalayan Toko swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan sehari-hari. Barang barang yang dijual di toko swalayan biasanya adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan barang kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya.
2.3.2 Jenis-jenis Toko Swalayan Toko swalayan dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Minimarket Sebuah
minimarket
sebenarnya
adalah
semacam
"toko
kelontong" atau yang menjual segala macam barang dan makanan, perbedaan nya disini biasa nya minimarket menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk penjualan nya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak minimarket dan membayarnya di meja mesin kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Minimarket yang ada di Indonesia adalah Alfamart, Indomaret, Ceriamart, Starmart, Circle K, dan banyak minimarket yang dikelola individu perorangan lain nya. Hal paling penting dalam usaha minimarket adalah pemilihan rak minimarket yang tepat. 2. Midimarket Ukuran lebih besar sedikit dari minimarket adalah midimarket, di sini sudah dijual daging dan buah-buahan. Buka bisa 24 jam atau hanya sampai jam 24 saja. Sebagai contoh adalah Alfa Midi, dan sebagian dari jaringan Giant yang dulunya bernama Hero. 3. Supermarket Kalau Supermarket semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera, furnitur, baju, ikan dan daging, buah-buahan, minuman,
pokoknya
serba
ada
kebutuhan
sehari-hari.
Contohnya
Giant
Supermarket, Toserba Yogya (Jawa Barat), Carrefour Express, Sri Ratu (Jawa Tengah), Mirota (Yogyakarta), Macan Yaohan (Sumatera Utara), Foodmart Gourmet, Super Indo, TipTop Supermarket, Puncak Supermarket (Bangka Belitung) dan lain-lain. 4. Hypermarket Di sini hypermarket adalah supermarket yang besar termasuk lahan
parkirnya.
Sebagai
contoh
Carrefour,
Hypermart,
Giant
Hypermarket, Lotte Mart dan lain-lain. 5. Grosir Disini semua barang tersedia sehingga ada bongkar muat di dalam pusat grosir. Contoh Indo Grosir, Makro (sekarang Lotte Mart), dan lain-lain 2.4 Strategi Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan (Lawrence R. Jauch 1998:12). Fokus pada strategi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam berbisnis. Fokus pada strategi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan selalu berusaha mencari cara yang sulit untuk ditiru pesaing sehingga bersaing dengan seefektif mungkin.
2.4.1
Tipe-tipe Strategi Menurut Rangkuti (2013) strategi dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis. Strategi manajemen merupakan strategi yang dilakukan langsung
oleh
divisi
manajemen
dengan
berorientasi
pada
pengembangan strategi secara lebih luas atau makro. Strategi investasi adalah strategi yang berfokus dalam hal investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi bertahan atau strategi pembangunan kembali suatu divisi baru dan sebagainya. Strategi bisnis sering juga disebut dengan strategi bisnis fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen. Misalnya, strategi organisasi dan strategistrategi yang berhubungan dengan keuangan. 2.4.2
Formulasi Strategi Formulasi strategi merupakan pemilihan segala kegiatan atau aktivitas yang memiliki kaitan dengan pencapaian tujuan. Terdapat beberapa tahapan dalam formulasi strategi yaitu menentukan visi dan misi, analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, dan menentukan strategi alternatif.
2.4.3
Menentukan Visi dan Misi a. Visi Visi merupakan suatu harapan atau impian mengenai keadaan
masa
mendatang
yang
ingin
diwujudkan
oleh
perusahaan. Visi ini sendiri dapat terwujud dengan baik jika semua lapisan personel di dalam perusahaan mulai dari lapisan yang paling atas sampai bawah menanamkan dalam benaknya untuk berusaha meraih cita-cita perusahaan tersebut (Umar 2005:23). b. Misi Misi adalah penjabaran dari visi agar visi lebih mudah dipahami oleh seluruh staff perusahaan. Misi merupakan sebuah deskripsi
alasan
bagi
eksistensi
suatu
organisasi,
yang
mencerminkan tujuan fundamentalnya (Winardi 1997:117). Dalam hal ini, misi merupakan prinsip yang mengarahkan proses perumusan tujuan dan strategi perusahaan ataupun organisasi. Banyak
perusahaan
menetapkan
landasan
dasar
keberadaannya melalui pernyataan misi perusahaan. Misi tersebut sering dipandang sebagai mata rantai antara melakukan fungsi sosial dan tujuan yang khas dari organisasi itu. Jadi, misi ini dapat dipergunakan sebagai legitimasi adanya keberadaan suatu organisasi ataupun perusahaan. Jika misi perusahaan dilakukan dengan efektif maka akan menjadi suatu hal yang dapat menunjukkan citra dan ciri khas perusahaan tersebut.
2.4.4
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Menurut Situmorang (2008), lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Cakupan dari analisis lingkungan internal yaitu : 1. Sumber Daya (Resources) Sumber daya manusia bersifat khusus sehingga yang dibutuhkan
perusahaan
dari
sumber
daya
ini
hanyalah
kemampuan (skill), pemikiran ataupun ilmu pengetahuan yang ada serta keterampilan. 2. Kapabilitas (Capability) Kapabilitas merupakan bagian-bagian sumber daya yang memaparkan tugas dan kegiatan organisasi secara integratif. 3. Kompetisi Inti (Core Competence) Kompetisi inti merupakan kumpulan keterampilan dan teknologi yang memungkinkan suatu perusahaan menyediakan manfaat khusus bagi konsumen dan pelanggan. Aspek internal perusahaan meliputi aspek pemasaran, aspek teknis dan aspek teknologi, aspek sumber daya manusia, aspek manajemen, aspek sistem informasi dan aspek keuangan. Menurut Umar (2005), lingkungan eksternal merupakan kondisi-kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi-kondisi yang dimaksud yaitu kondisi yuridis formal, kondisi birokrasi, iklim politik, situasi ekonomi,
system nilai masyarakat, perkembangan teknologi, situasi persaingan bisnis, serta lingkungan hidup lainnya (kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan). Menurut Situmorang (2008), lingkungan eksternal terdiri dari: 1. Lingkungan Umum Lingkungan umum merupakan suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Faktorfaktor tersebut diantaranya faktor ekonomi, faktor social, faktor politik dan hokum, faktor teknologi, faktor demografi. 2. Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan klasifikasi dari lingkungan eksternal yang memiliki output berupa komponen-komponen secara normal dengan adanya implikasi yang lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan. Selanjutnya Hitt (2001:50) mendeskripsikan
mengenai
lingkungan eksternal dan lingkungan internal sebagai berikut : 1. Lingkungan Eksternal perusahaan dibagi dalam tiga wilayah utama, yaitu : A. Lingkungan Umum Lingkungan Umum adalah sekumpulan elemenelemen
dalam
masyarakat
yang
lebih
luas
yang
mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya (Hitt, 2001 : 50). Elemen-elemen tersebut dikelompokkan ke dalam enam segmen lingkungan, yaitu: a. Segmen Demografis, berkaitan dengan ukuran populasi, struktur usia, distribusi geografis, bauran etnis, dan distribusi pendapatan. b. Segmen Ekonomi, merujuk ke hakikat dan arah ekonomi di mana suatu perusahaan bersaing atau akan bersaing. c. Segmen Politik/Hukum, suatu arena di mana organisasi dan kelompok-kelompok yang berkepentingan bersaing untuk sumber daya yang diinginkan, dan terdapat pengawasan terhadap badan-badan hukum dan undangundang yang mengatur interaksi di antara bangsa-bangsa. d. Segmen Sosiokultural, berkaitan dengan sikap-sikap dan nilai cultural suatu masyarakat. e. Segmen
Teknologi,
meliputi
institusi-institusi
dan
aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam menciptakan pengetahuan baru dan menerjemahkan pengetahuan itu ke output, produk, dan materi-materi baru. f. Segmen Global, meliputi pasar global baru yang relevan, pasar global yang sedang berubah, peristiwa-peristiwa politik internasional yang penting, dan karakteristik kultural dan institusional yang menentukan pasar global.
B. Lingkungan Industri Lingkungan Industri adalah serangkaian faktor-faktor ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan dan tindakan dan tanggapan kompetitifnya. Secara keseluruhan, interaksi di antara lima faktor ini menempatkan suatu posisi dalam suatu industri, di mana perusahaan dapat secara menguntungkan mempengaruhi faktor-faktor itu, atau di mana perusahaan itu dapat dengan sukses mempertahankan diri dari pengaruh-pengaruh mereka. Semakin besar kapasitas perusahaan untuk lebih mempengaruhi lingkungan industri, semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menghasilkan laba di atas rata-rata (Hitt, 2001 : 50-52). C. Lingkungan Pesaing Lingkungan Pesaing memusatkan perhatiannya pada setiap perusahaan yang bersaing secara langsung dengan sebuah perusahaan. Analisis pesaing dilakukan dengan penuh semangat oleh perusahaan- perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri dengan hanya sedikit perusahaan yang memiliki kapabilitas yang relatif seimbang (Hitt, 2001 : 83). 2. Lingkungan Internal Lingkungan Internal terdiri dari tiga aspek- aspek internal, yaitu :
A. Sumber Daya Sumber daya adalah input-input dalam proses produksi perusahaan, seperti misalnya peralatan modal, keahlian pegawai individual, hak paten, keuangan, dan manajer yang berpengalaman (Hitt, 2001:23). Sumber daya dapat berwujud, sementara sebagian sumber daya lainnya tidak berwujud : a. Sumber daya berwujud (tangible assets) adalah aktivaaktiva yang dapat dilihat dan dapat diukur (Hitt, 2001 : 110). Sumber daya berwujud terdiri atas empat jenis, yaitu : 1. Sumber daya Keuangan, yaitu kapasitas perusahaan untuk meminjam dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dana internal. 2. Sumber daya Organisasi, yaitu struktur pelaporan formal perusahaan dan perencanaan formalnya, sistem kontrol dan sistem koordinasi. 3. Sumber daya Fisik, yaitu kecanggihan, lokasi pabrik, peralatan perusahaan dan akses ke bahan mentah. 4. Sumber daya Teknologi, yaitu persediaan teknologi, seperti hak paten, hak cipta, merek dagang dan rahasia dagang. b. Sumber daya tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva-aktiva yang berurat akar dalam sejarah perusahaan
dan telah terakumulasi sepanjang waktu (Hitt, 2001 : 111). Sumber daya tidak berwujud terdiri atas tiga jenis, yaitu : 1. Sumber daya Manusia, yaitu ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kapabilitas
manajerial
dan
rutin
organisasi. 2. Sumber daya Inovasi, yaitu gagasan, kapabilitas saintifik dan kapasitas untuk melakukan inovasi. 3. Sumber daya Reputasi, yaitu reputasi dengan para pelanggan, nama merek, persepsi terhadap kualitas, daya tahan, reliabilitas produk dan reputasi dengan para supplier. B. Kapabilitas Kapabilitas
adalah
kapasitas
perusahaan
untuk
menggunakan sumberdaya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan (Hitt, 2001 : 112). Perusahaan harus menciptakan dan mengeksploitasi peluang-peluang eksternal dan mengembangkan keunggulan dengan daya tahan yang baik ketika digunakan dengan wawasan perusahaan
dan
ketangkasan.
mampu
Dengan
menciptakan
dan
kapabilitas
suatu
mengeksploitasi
peluang-peluang eksternal dan keunggulan tersebut.
C. Kompetensi Inti Kompetensi inti adalah sumber daya dan kapabilitas yang
menjadi
sumber
keunggulan
kompetitif
bagi
perusahaan, melebihi para pesaingnya. Kompetensi inti membedakan
perusahaan
secara
kompetitif
dan
merefleksikan kepribadiannya. Tidak semua sumber daya dan kapabilitas perusahaan adalah aktiva-aktiva strategis, yaitu aktiva-aktiva yang memiliki nilai kompetitif dan berpotensi untuk menjadi sumber keunggulan kompetitif. Sebagian sumber daya dan kapabilitas mungkin tidak kompeten, karena mewakili area-area kompetitif perusahaan yang lemah dibandingkan dengan para pesaingnya sehingga dapat menghambat atau mencegah pengembangan kompetensi inti perusahaan. 2.4.5
Menentukan Strategi Alternatif Menurut Situmorang (2008), ada tujuh strategi alternatif, yaitu : 1. Strategi Integrasi a. Integrasi kedepan, yaitu strategi yang arahnya untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kendali pada distributor atau pengecer. b. Integrasi ke belakang, yaitu strategi yang berusaha merujuk kepada kepemilikan atau kendali yang lebih besar berasal pada perusahaan pemasok.
c. Integrasi horizontal, yaitu integrasi yang mengutamakan strategi dalam mencari kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas perusahaan pesaing. 2. Strategi Intensif a. Penetrasi pasar, merupakan upaya untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah tersedia sebelumnya di pasar baik dalam memberikan promosi maupun menambah iklan atau publisitas. b. Pengembangan pasar, merupakan proses pengenalan produk maupun jasa yang telah ada sebelumnya menuju wilayah yang baru dan belum terjangkau. c. Pengembangan produk, yaitu upaya meningkatkan penjualan dengan membuat inovasi atau mengubah produk ataupun jasa yang telah ada. 3. Strategi Diversifikasi a. Diversivikasi konsentrik, yaitu mengangkat jumlah produk atau jasa yang telah dimodifikasi dan memiliki keterkaitan secara luas, dengan kata lain strategi melebarkan sayap usaha dengan inovasi yang baru. b. Diversivikasi horizontal, merupakan upaya menambahkan produk atau jasa yang baru dengan tidak memiliki kaitan kepada pelanggan. c. Diversivikasi konglomerat, merupakan penambahan produk atau jasa dimana perusahaan membuka cabang baru atau anak
perusahaan yang bergerak dalam menghasilkan produk atau jasa yang berbeda. 4. Strategi Defensif a. Usaha patungan, merupakan upaya yang dilakukan jika ada beberapa perusahaan membentuk mitra usaha untuk membuat suatu peluang. b. Penghematan/penciutan, terjadi jika organisasi berupaya untuk melakukan penghematan biaya untuk mengangkat penjualannya dan mendapatkan laba untuk memperkuat kompetisi khas mendasar dari organisasi. c. Divestasi, merupakan peningkatan modal untuk investasi strategi selanjutnya. d. Likuidasi, menjual seluruh asset perusahaan agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar pada perusahaan sehingga kemungkinan besar operasi perusahaan berhenti. e. Strategi kombinasi, organisasi mengusahakan kombinasi dari berbagai strategi yang ada secara simultan dan membawa resiko yang besar jika dilakukan terlalu jauh. 5. Strategi Adaptif a. Strategi protektor, merupakan suatu usaha perusahaan dalam membuat inovasi dan penemuan baru serta membentuk peluang pasar yang baru. b. Strategi penganalisis, merupakan upaya menganalisa ide baru yang dilakukan perusahaan sebelum memasuki suatu bisnis.
c. Strategi reaktor, suatu usaha perusahaan dalam hal membuat perubahan jika ada tekanan yang datang dari lingkungannya. 6. Merger dan Leverage Buyout a. Akusisi dan merger, merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk melakukan strategi. Akusisi terjadi jika perusahaan besar membeli perusahaan yang lebih kecil dan merger terjadi jika dua perusahaan
yang hamper sama bersatu membentuk suatu
perusahaan. b. Leverage buyout, membuat korporasi menjadi milik perseorangan akibat dari pembelian saham keseluruhan untuk menghindari pengambilalihan paksa dan penjualan saham dilakukan untuk menambah modal usaha. 7. Strategi Michael Porter a. Strategi keunggulan biaya, strategi yang dilakukan dalam gabungan diferensiasi dengan upaya efisiensi segala bentuk biaya yang ada di perusahaan. Resiko strategi ini adalah kemungkinan pesaing untuk meniru strategi ini. b. Strategi diferensiasi, strategi dengan tingkat pembedaan dan tidak menjamin keunggulan bersaing, dikatakan sukses jika fleksibilitas produk yang lebih besar dan biaya yang lebih rendah. c. Strategi fokus, merupakan strategi yang memusatkan perhatian pada pelanggan tertentu dan melayani segmen pasar yang lebih kecil dengan hati-hati. Strategi ini dikatakan sukses tergantung
pada potensi pertumbuhan yang baik dan segmen industri yang ukurannya memadai. 2.5 Analisis SWOT SWOT singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppurtunity (peluang), Threats (tantangan). Analisis SWOT berisi evaluasi faktor internal berupa kekuatan dan kelemahannya dan faktor eksternal berupa peluang dan tantangan. Strategi yang dipilih harus sesuai dan cocok dengan kapabilitas internal perusahaan dengan situasi eksternalnya. Analisis SWOT banyak digunakan oleh perusahaan yang sedang berkembang untuk menentukan kearah mana bisnis perusahaan akan beroperasi, tujuan utama perusahaan dan bagaimana cara menuju kearah tujuan dan indikator apa yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam mewujudkan visi dan misinya. Hasil dari analisis SWOT ini akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan meneyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3-5 tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder (Situmorang 200:253). Apabila eksternal dan internal telah dirangkum maka akan dipetakanlah hasil analisis matriks posisi perusahaan dengan cara berikut : •
Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertical (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
•
Posisi perusahaan ditentukan dengan analisis sebagai berikut :
a. Kalau peluang lebih besar dari pada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilai y < 0.
b. Kalau kekuatan lebih besar dari kelemahan maka x > 0 dan sebaliknya apabila kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x < 0.
Opportunity
Kuadran III :
(+)
Kuadran I :
Strategi Turn around
Strategi Agresif (-)
Weakness
(+)
Kuadran IV :
Strenght
Kuadran II :
Strategi Defensif
(-)
Strategi Diversifikasi
Threat
Gambar 2.1 Diagram Cartesius Analisis SWOT Kuadran I : 1. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan. 2. Perusahaan mempunyai kekuatan dan peluang sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Kuadran II : 1. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya. 2. Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
3. Dilakukan melalui penggunaan strategi diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber dayanya lemah. Karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal
fokus
strategi
perusahaan
pada
posisi
seperti
ini
ialah
meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan. Kuadran IV : 1. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan. 2. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.