BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Apartemen Definisi Apartemen Menurut Stein (1967), sebuah ruangan atau beberapa susunan dalam beberapa jenis yang memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal. Menurut Endy Marlina (2008: 86) dalam bukunya yang berjudul Perancangan Bangunan Komersial mengatakan bahwa, apartemen adalah bangunan yang membuat beberapa grup hunian, yang berupa rumah flat atau petak bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dari keterbatasan lahan dengan harga yang terjangkau di perkotaan. Menurut Neufert (1980), apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal, agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat rendah atau bertingkat tinggi, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Tetapi Ciri-ciri umum bangunan apartemen, sebagai berikut : -
Memiliki jumlah lantai lebih dari satu
-
Terdiri atas beberapa unit hunian dalam satu lantai
-
Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur, dapur dan kamar mandi
-
Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen
-
Sirkulasi vertikal berupa tangga atau lift, sedangkan sirkulasi horizontalnya berupa koridor
11
12 -
Setiap unit mendapatkan jendela yang menghadap ke luar bangunan
-
Pada apartemen mewah, terdapa penambahan ruang-ruang seperti ruang kerja, ruang tamu, foyer, ruang khusus pembantu, ruang rias, dll
2.1.2 Klasifikasi dan Jenis Apartemen Klasifikasi Apartemen berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal,2007) Apartemen terdiri atas : 1. High-rise Apartemen Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai yang dilengkapi area parkir bawah tanah, sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih komples. 2. Mid-Rise Apartemen Bangunan apartemen yang terdiri dari 7-10 lantai 3. Low-Rise Apartemen Apartemen dengan ketinggian kurang dari 7 lantai dan penggunaan tangga sebagai sirkulasi transportasi vertikal 4. Walked-Up Apartemen Apartemen yang terdiri dari 3 sampai 6 lantai, terkadang memiliki lift. Apartemen ini lebih disukai oleh keluarga besar dan biasanya 1 gedung apartemen hanya terdiri dari 2-3 unit apartemen.
5. Garden Apartemen Bangunan Apartemen 2-4 lantai. Apartemen ini memiliki halaman dan taman disekitar bangunan. Berdasarkan buku Apartements:Their Design and Development (1967: 44-47), Garden Apartemen juga termasuk dalam kategori Apartemen Low-Rise karena memiliki ketinggian antara 2-4 lantai. Ciri-ciri lainnya adalah:
13 -
Tiap unit hunian memiliki teras dan balkon tersendiri.
-
Memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parkir yang dekat dengan bangunan.
-
Antara Massa Bangunan satu dengan bangunan lain terdapat ruang terbuka yang
-
cukup luas.
Biasanya dibangun didaerah kepadatan rendah dan memiliki maksimal 30 keluarga per hektar.
Menurut Endy Marline (2008: 86), klasifikasi apartemen menurut jumlah kamarnya adalah sebagai berikut : 1. Tipe Studio (18 m² - 45 m²) Tipe ini mengutamakan efisiensi penggunaan ruang-ruang. Hanya tersedia ruangan tanpa sekat. 2. Tipe dua ruang tidur (45 m²-90 m²) Apartemen ini berkapasitas 3-4 orang, misalnya keluarga dengan satu atau dua anak. Pada tipe ini biasanya ruang keluarga dan ruang makan dipisah. 3. Tipe tiga ruang tidur (54 m²-108 m²) Apartemen ini berkapasitas 4-5 orang, misalnya keluarga besar dengan tiga anak atau lebih. Klasifikasi apartemen berdasarkan pelayanannya (Chiara, 1986), dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Apartemen Fully Service Apartemen yang menyediakan layanan standar hotel bagi penghuninya, seperti laundry, catering, kebersihan, dan sebagainya. 2. Apartemen Fully Furnished
14 Apartemen yang menyediakan furniture dalam unit apartemen. 3. Apartemen Fully Furnished and Fully Service Gabungan kedua diatas. 4. Apartemen Building Only Apartemen yang hanya menyediakan ruangannya saja.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori Tentang Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001) Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan tersendiri karena banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami. Pada kebanyakan iklim dan tipe bangunan, pencahayaan alami dapat menghemat energi. Contohnya, gedung perkantoran khas di selatan California dapat menekan pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen dengan menggunakan cahaya alami.(Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001), Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architects) Menurut Satwiko (2004) Cahaya alami merupakan cahaya yang didapatkan dari sinar matahari secara langsung dari awal matahari terbit hingga terbenam (Satwiko :2004). Pencahayaan adalah proses lengkap dalam mendesain bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami secara maksimal. Hal itu meliputi aktifitas berikut (Karlen, 2007 : 31) : •
Menempati bangunan, yaitu mengorientasikan bangunan untuk memperoleh cahaya matahari secara optimal
•
Pembentukan massa bangunan, menampilkan permukaan bangunan yang secara optimum menghadap ke arah matahari.
15 •
Memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang cukup masuk ke dalam bangunan, dengan memperhitungkan siklus matahari, musim, dan cuaca.
•
Menambahkan peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti kerai atau tirai, untuk memungkinkan penghuni bangunan untuk mengontrol cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan. Tabel 2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan (SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan, 2001)
Sumber : SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan, 2001
16 2.2.2 Cahaya dan Terang Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001) Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari beberapa sumber sinar matahari langsung, langit cerah , awan atau pantulan permukaan bawah dan bangunan sekitarnya.
Gambar 2.1 Beberapa Sumber Cahaya Alami. Sumber : buku Lechner, Norbert. (2001)
Cahaya dari masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah dan panas yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya, seperti warna ,penyebaran dan penghematan. 2.2.3 Strategi Dasar Pencahayaan Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001) penting
untuk
menggunakan
strategi
pencahayaan
alami
untuk
mengumpulkan dan menyiapkan desain pencahayaan alami. Berikut adalah beberapa strategi dasar pencahayaan alami : •
Orientasi
Banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi kearah selatan biasanya merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami. Sisi selatan sebuah bangunan mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepnajang hari dan tahun. Tambahan sinar matahari ini akan sangat dinanti pada musiim dingin ketika efek pemanasan memang diharapkan.
17 •
Bentuk
bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal dan vertical, tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses terhadap cahaya alami. •
Perencanaan Ruang
Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya ke dalam ruangan. •
Warna
Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan lebih banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti dalam penyebaran cahaya. •
Gunakan bukaan terpisah
Bukaan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami. Gunakan jendela tinggi, clerestory atau skylight untuk pencahayaan alami yang baik dan gunakan jendela rendah untuk pemandangan. 2.2.4 Strategi Skylight Menurut Lechner, Norbert. (2001) Skylight adalah bukaan berlapis kaca horinzontal atau miring pada atap. Dari bukaan tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak berbatas dan akibatnya memancarkan iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar matahari tidak diinginkan pada beberapa objek visual, masuknya sinar matahari harus disebar dalam beberapa cara. Berikut ini beberpa strategi umum untuk skylight :
18 •
Skylight untuk keseragaman cahaya. Dengaan jendela skylight dapat ditempatkan jauh dari parimeter.
•
Jarak antara yang disarankan untuk skylight tanapa jendela sebagai fungsi ukuran ketinggian langit-langit.
•
Gunakan penyebaran bukaan untuk meningkatkan ukuran skylight. Distribusi cahaya yang lebih baik dan sedikt silau dihasilkan ketika dinding tenpat light well miring.
•
Bukaan melengkung lebih baik dalam mendistribusikan cahaya dan juga lebih sedikit silau disbanding dengan bukaan kotak.
Gambar 2.2Ruangan yang Tinggi Sempit, Silau hanya Sedikit karena Sumber Cahaya yang Tinggi berada di luar Ruang Pandang. Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
•
Tempatkan skylight didekat dinding. Letakkan skylight di depan dinding yang menghadap utara untuk mendapatkan pencahyaan yang lebih merata dengan silau yang lebh sedikit.
19 •
Gunakan pemantul interior untuk menyebarkan sinar matahari. Skylight dapat mengantarkan cahaya yang tersebar dan sangat seragam ketika di bawah bukaan untuk memantulkan cahaya sampai plafon.
•
Gunakan pelindung interior dan pemantul untuk memperbaiki keseimbangan musim panas.
•
Gunakan
skylight
dengan
kemiringan
curam
untuk
memperbaiki
keseimbangan musim panas. •
Gunakan skylight untuk efek dramatis.
2.2.5 Clesrestory, Monitor dan Serokan Cahaya Menurut Lechner, Norbert. (2001) Clesrestory, monitor dan serokan cahaya merupakan bagian ruang besar yang diangkat ke atas atap utama untuk memasukan cahaya ke pusat ruang. Beberapa strategi umum untuk clerestory, monitor, dan serokan cahaya antara lain. •
Orientasi. Bukaan yang menghadap selatan mendapatkan cahaya paling konstan sepanjang tahun.
•
Pemebentukan ruang. Pembentukan ruang untuk tipikal clerestory. Gunakan atap yang sangat memantulkan untuk memaksimalkan penyebaran cahaya yang memasuki bangunan.
20
Gambar 2.3 Tipe Jarak antara Cletesory Sebagai Sungsi dari Langit-langit.. Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
•
Atap yang memantul. Gunakan atap berwarna putih atau terang untuk memantulkan cahaya ke dalam clesetory di mana permukaan putih yang tidak mengkilap akan menyebarkan cahaya.
•
Penghalang penangkap matahari. Gunakan penghalang penangkap cahaya matahari di luar cleretory utara. Pengahalang pengumpul matahari di luar sebuah jendela di bagian utara akan mampu meningkatkan pencahayaan alami di hari yang cerah.
Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya Clestory pada Sebuah Dinding Interior Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001)
21
•
Pantulan cahaya kedinding interior.
•
Penghalang penyebar. Gunakan penghalang penyebar sinar matahari pada permukaan kerja.
2.2.6 Teknik Pencahayaan Alami Khusus Sumber Lechner, Norbert. (2001) Berikut adalah strategi pencahayaan almi yang paling inovatif dan berpotensi memiliki manfaat bagi masalah pencahayaan khusus : •
Lubang (shaft) cahaya. Lubang cahaya menjadi semakin tidak efisien sebagai peningkatan rasio dlaam hingga lebar.Lubang/cerobong (shaft) cahaya dengan permukaan pemantul yang baik membawa cahaya matahari melalui lantai dua hingga galeri lantai dasar.
•
Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara komersil dengan pantulan permukaan dalam tinggi memancarkan 50 persen cahaya luar melalui lantai atas.
•
Serat optik dan pipa cahaya. Untuk mengumpulkan cahaya, maka serta optik dan pipa cahaya lebih banyak digukan sebagai fenomena efisien total pematulan cahaya.
•
Sistem prismatik. Untuk mendapatkan kualitas cahaya yang masuk ke dalam interior bangunan dari dinding jendela. Prisma kaca atau plastic dapat ditempatkan di atas jendela untuk merefraksi cahaya ke plafon seperti light shelves.
•
Lantai kaca digunakan untuk memebiarkan cahaya masuk kedalam ruang bawah tanah.
22 2.2.7 Strategi Dasar Pencapaian Pencahayaan Menurut “Sunlighting as Formgiver For architecture” oleh William M.C Lam yaitu : •
Shading/Pembayangan Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan selatan dalam pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih efisien, serta lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah tranmisi (low transmission glass). Dikarenakan dengan menggunakan kaca rendah tranmisi tidak dapt menghilangkan kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen dari penerangan matahri dari kaca rendah transmisi terlalu besar. Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang permanen tidak dapat mengontrol silau fajar dan saat senja.
Gambar 2.5 Pembayangan dan kaca Transmisi Rendah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
•
Redirection/Pengalihan Pencahayaan Alami Penyebaran cahaya ditempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir kebutuhan cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisein bila tidak disebar atau didistribusikan dengan baik.
23
Gambar 2.6Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
•
Framing Of View/Pengambilan penglihatan Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak bagus dengan
memanfaatkan
Memaksimalkan
juga
elemen view
bayangan
yang
kedalam/interior
besar dengan
atau
kecil.
menciptakan
pemandangan yang baik untuk dilihat.
Gambar 2.7Optimalisasi View Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
2.2.8 Letak Sumber Cahaya Pada Jendela Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari masuk ke dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam fasade yang membentuk komposisi tampak dan bukaan menjadi faktor penting untuk membuat cahaya matahri masuk ke dalam bangunan, yaitu contohnya dengan jendela. Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah dan tinggi. Orientasi
24 sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit diasumsikan sama dengan kasus ini. •
Jendela Rendah Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata
dapat
mendistribusikan
pantulan
cahaya
kedalam
bangunan.
Dengan
menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas dan langit-langit akn terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan meminimalisir daerah depan dengan memiringkan langit-langit kebawah menuju kepala jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus. Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut, terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela rendah yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan. Dengan demikian unsure privasi merupakan masalah untuk penggunaan jendela rendah, sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view dan cahaya dibangunan rendah dengan jendela rendah.
Gambar 2.8Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
25
Gambar 2.9Contoh Jendela Rendah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architecture (1986)
•
Jendela Tinggi
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik saat langit mendung, selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat privasi dan keamanan yang baik dari jendela lainnya.Kerugian jendela tinggi adalah pendistribusian cahayanya kurang menguntungkan untuk langit-langit dari pantulan cahaya dari bawah tanah. Jendela tinggi memaksimalkan potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga kurang memuaskan.
Gambar 2.10Contoh Jendela Tinggi Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
26 •
Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal pendistribusian cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi dalam pendistribusian cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela tengah menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya ni merupakan pilihan yang cukup disukaih karena jendela ini menghasilkan view terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah dapat diatasi dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah pandangan mata dari posisi pekerjaan yang paling penting, tetapi belum memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.
Gambar 2.11Contoh Jendela Tengah Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
2.2.9 Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya Lightself merupakan Strategi memasukan secara tidak langsung dengan pemantulan dengn acara membentuk dua kanoopi yang membantu pembayangan pada bukaan tanpa menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang dapat diterapkan pada bangunan adalah sebagai berikut : •
Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke dalam bangunan jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.
27
Gambar 2.12Contoh Kanopi horizontal Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
•
Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada bagian atas jendela namun dibuat miring mururn unruk memantulkan cahaya keluar bangunan. Bentuk lightselft yang seperti ini digunakan untuk ruangan yang tidak membutuhkan banyak cahaya namun menginginkan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.
•
Sama dengan point ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam, dengan tjuan memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.
Gambar 2.13 Contoh Teknik Lighselft Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
28 2.2.10 Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah permukaan yang dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Point-point dalam pemanfaatan langit-langit sebagai pantulan cahaya yaitu : •
Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini dapt dilakukan dengan menaikkan langit-langit atau menurunkann sumber cahaya.
Gambar 2.14Teknik Pemantulan Cahaya Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.15Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
•
Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya, supaya silau cahaya matahari tidak masuk maka bentuk dan letak elemen pamantul perlu diperhatikan agar tepat dipantulkan langit-langit.
29 •
Mengoptimalkan
efektif
pantulan
langit-langit.
Menggunakan
sistem
bangunan yang meminimalkan jumlah luas permukaan yang membentuk rongga langit-langit. Langit-langit yang memiliki banyak area permukaan justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan langit-langit sederhana dengan luas permukaan yang lebih sedikit dapat mendistribusikan cahaya lebih efisien.
2.2.11 Pertimbangan Cahaya Matahari dari Atas Bangunan Bukaan adari atas bangunan lebih efisen menjangkau area gelap dalam bangunan daripada bukaan dari badan bangunan, tetapi dapat menyebabkan panas berlebih karena masuknya cahaya langsung. Hal tersebut dapat diatasi dengan dibuat area-area pemantul pada dinding bangunan agar cahaya tidak masuk secara langsung.
Gambar 2.16Pencahayaan dari Atas Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
30 Beberapa jenis bukaan atas yaitu : •
Atrium adalah bukaan atas pada bagian tengah ruangan atau bangunan yang dibuka hingga atap.
•
Court sebuah area terbuka ketas yang dikelilingi dinding bangunan.
•
Lightcourt, sebuah area kosong untuk memaksimalkan cahaya pada bangunan yang berdekatan.
•
Litrium, sama seperti atrium namun bertujuan untuk memaksimalkan cahaya pada bangunan yang berdekatan.
•
Lightwell, bukaan atas untuk menyalurkan cahaya alami pada area yang berdekatan dengan melewati satu atau beberapa lantai dalam bangunan.
•
2.3
Pemberian elemen vertical untuk memantulkan cahaya kedalam bangunan.
Teori Tentang Matahari Matahari
merupakan
Satu-satunya
sumber
cahaya
alami
yang
menghasilkan cahaya alami disertai energi cahaya dan energi panas. Energi cahaya yang dihasilkan oleh sinar matahari akan berpengaruh pada kenyamanan didalam visual dalam bangunan, sedangkan energi panas akan berpengaruh pada kenyamanan termal. Tetapi dipaper ini tidak membahas kenyamanan termal. Sinar matahari yang dipergunakan sebagai salat satu sumber cahaya didalam ruang, juga sangat dipengaruhi oleh bidang salahsatu sumber cahaya didalam ruang, juga sangat dipengaruhi oleh bisang edar / posisi dari sinar matahari itu sendiri. Dengan rnengetahui secara pasti tentang gerakan atau bidang matahari, maka kita mendapatkan gambaran secara utuh. Mengenai kedudukan matahari apabila berada tepat diatas khatulistiwa pada bulan Maret dan September, di Utara
31 khatulistiwa pada bulan juni ataupun di Selatan khatulistiwa pada bulan Desember.
Gambar 2.17 Orbit Bumi terhadap Matahari serta Perubahan Musim yangTterjadi Sumber: Lechner (2001)
Perubahan posisi matahari pada bumi disebabkan oleh perputaran bumi mengelilingi matahari pada bidang orbitnya selama satu tahun dan perputaran bumi pada sumbu rotasinya selama satu hari, sehingga kedudukan matahari yang berubah-ubah akan sangat berpengaruh pada hasil pengukuran cahaya alami dalam suatu ruangan. Sudut deklinasi terjadi karena sumber rotasi bumi membentuk sudut 23,5obidang orbit, sudut ini bervariasi antara 23,5oSelatan sampai 23,5oUtara. Pada tanggal 21 Juni sudut delinasi sebesar 23,5o Utara dan matahari berada pada titik terjauh disebelah Utara khatulistiwa. Pada tanggal 21 Desember sudut deklinasi sebesar 23,5o Selatan atau merupakan sudut terjauh posisi matahari disebelah Selatan khatulistiwa. Matahari tepat berada di atas khatulistiwa pada tanggal 21 Maret dan 21 September.
32
Gambar 2.18 Pergerakan Matahari di Indonesia. Adaptasi dari teori Lechner (2001)
Berdasarkan dari Gambar 2.2 diatas, kita mendapatkan tanggal dan bulan penting dimana matahari berada pada equator dan titik terjauh. Pada tanggal dan bulan inilah yang kemudian akan dianalisis dengan Ecotect pada massa bangunan.
2.4
Fasade Fasade atau facade (dalam bahasa inggris )berdasarkan etimologis memiliki
akar yang cukup panjang. facade berasal dari bahasa prancis, yaitu facade, yang diambil dari bahasa italia facciata atau faccia. faccia sendiri berasal dari bahasa latin facies, yang selanjutnya berkembang menjadi face (bahasa inggris yang berarti wajah).dalam dunia arsitektur fasade bangunan berarti wajah, bagian muka atau depan bangunan. fasade atau bagian tampak bangunan adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan dari satu produk desain arsitektur, dan bahkan merupakan bagian terpenting dari satu karya arsitektur, karena elemen tampak inilah yang diapresiasi atau dilihat pertama kali. Melalui fasade kita bisa mendapat gambaran tentang fungsi- fungsi bangunan, selain itu fasade juga berfungsi sebagai alat perekam sejarah peradaban manusia. dengan mengamati dan mempelajari desain fasade suatu bangunan, kita
33 bisa mempelajari kondisi sosial budaya, kehidupan spiritual, bahkan keadaan ekonomi dan politik pada masa tertentu. Fasade masih tetap menjadi elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Fasade juga menyampaikan
keadaan
budaya
saat
bangunan
itu
dibangun,
fasade
mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam ornamen dan dekorasi. 2.4.1 Komposisi Fasade Komposisi fasade terdiri dari: a. Jendela b. Pintu c. Dinding d. Atap e. Sun Shading 2.4.2 Elemen Fasade a. Proporsi merupakan hubungan antar bagian dari suatu desain atau hubungan antara bagian dengan keseluruhan. b. Irama Irama adalah pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang yang terpola dengan interval yang beratur ataupun tidak teratur. Iramaterdiri dari irama progresif, irama terbuka, dan irama tertutup. c. Ornamen Ornamen berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu bangunan yang akhirnya akan menambah nilai finansial dari bangunan tersebut. d. Bentuk
34 Dalam arsitektur, bentuk selalu dihubungkan dengan wujud, yaitu sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. e. Material Material atau bahan adalah zat atau bnda dimana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. f. Warna Warna dapat mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia. Warna menentukan karakter. Warna dapat menciptakan suasana yang kita harapkan. g. Tekstur Tekstur adalah pola struktur 3 (tiga) dimensi permukaan. Tekstur dapat mempengaruhi berbagai kesan warna dan bahan atau material. 2.4.3 Pola Fasade Pola fasade dikelompokkan dalam: a. Fasade dengan pola dominasi garis murni b. Fasade dengan pola permainan garis c. Fasade dengan pola dominasi bidang d. Fasade dengan pola permainan bidang e. Fasade dengan dominasi permainan struktur f. Fasade dengan penampilan ornamen estetika 2.4.4 Karakterstik Fasade Tiga macam karakter penampilan yang bias diciptakan bagi sebuah bangunan: a. Karakter netral b. Karakter kuat menonjol
35 c. Karakter eksklusif (Sumber : Jurnal. Utami, Indra Firmansyah Akbar, Prita Novia Haerani, Rizky Despriansyah. Kajian Bentuk dan Bentuk Hotel Hilton Bandung. Institut Teknologi Nasional, Bandung).
2.5 Pertimbangan Regulasi Perancangan dan Pencahayaan Alami Persyaratan-persyaratan yang ada digunakan sebagai pertimbangan dan perbandingan dengan pembahasan desain. Didalam sub-bab ini membahas persyaratan kenyamanan tempat tinggal berdasarkan pertimbangan pencahayaan dari peraturan SNI dan Greenship. •
II.4.1 SNI No. 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Untuk Rumah Dan Gedung
SNI ini berisi tentang tata cara perancangan dan persyaratan pencahayaan gedung dengan dasar pencahayaan siang hari yang dianggap efektif. Selain itu, berisi penentuan awal dalam perencanaan pencahayaan bangunan denganpenentuan data langit dan tata cara simulasi. Pencahayan alami yang dimaksudkan adalah pencahayaan alami yang sesuai dengan syarat kesehatan kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi, masih ada keterbatansan yaitu terbatas pada bangunan yang sederhana. Beberapa parameter untuk perancanganbangunan untuk partemen masih belum ada secara spesifik. •
SNI No.03-6197-200 : III Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Pada Bangunan Gedung
•
Berisi tentang persyaratan pencahayaan pada bangunan gedung yang
memuat
konsep-konsep
konservasi
energi.
Konsepnya
adalah
dengan
memanfaatkan pencahayaan siang hari dengan efektif maka penggunaan
36 penerangan buatan bisa di kurangi. Selain itu, pencahayaan yang efektif bisa mengurangi pencahayaan yang berlebihan dan berimplikasi terhadap pengurangan beban pendinginan. penggunaan Persyaratan pencahayaan siang hari berupa nilai minimal sehingga sasaran hemat energi bisa tercapai. Pencayahaan terkait dengan jumlah iluminasi didalam ruangan dengan satuan Lux. Sebagai acuan akhir kenyaman dan kebutuhan minimal iluminasi di dalam ruangan di pakai ukuran Lux. Nilainya dibedakan dengan kebutuhan aktivitas di dalam ruangan. yang direkomendasikan di dalam SNI ini yaitu pada tabel dibawah.
Tabel 2.3Tingkat pencahayaan rata-rata
Fungsi ruangan
Rumah tinggal Teras Ruang Tamu Ruang makan Ruang kerja Kamar Tidur Kamar mandi Dapur
Tingkat
Kelompok
Pencahayaan
Redenasi
(Lux)
Warna
Temperatur warna Cool Warm White 3300 K White < 3300 5300 K
Daylight < 5300 K
: 60
1 atau 2
120~150
1 atau 2
120~250
1 atau 2
120~250
1
120~250
1 atau 2
250 250
1 atau 2 1 atau 2
*
* *
* * *
*
*
* *
Sumber : SNI 03-6197-200 III Konservasi Energi SistemPencahayaan Bangunan Gedung
*
*
37 Ecotect Proses simulasi dilakukan melalui Autodesk Ecotect dengan pertimbangan software ini telah banyak diperggunakan dalam simulasi pencahayaan. Ecotect merupakan software yang digunakan untuk menganalisa lingkungan terhadapsuatu untuk bangunan untuk mengetahui simulasi kinerja bangunan tersebut, dengan menghasilkan analisa dan visualisasi uang inci berdasarkan input lokasi, tanggal dan waktu. Beberapa penggunaannya yaitu: •
Menghitung intensitas pencahayaan yang terjadi disuatu bangunan
•
Menghitung energi yang digunakan dalam suatu bangunan
•
Waktu simulasi dapat disimulasikan sepanjang tahun
•
Visualisasi hasil simulasi dapat dilihat dalam bentuk grafik dan model 3 dimensi
•
2.6
Memasukan data iklim yang telah dibuat sebelumnya
Studi Banding Studi
banding Apartemen yang dipilih untuk penelitian fasade
berdasarkan pertimbangan pencahyaan alami ini
adalahapartemen
golongan
menengah ke atas di Jakarta Selatan.Apartemen menengah ke atas di pilih sesuai dengan pembahasan latar belakang sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
Menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono dalam wawancaranya dengan Kompas.com, terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi agar hunian jangkung tersebut dilirik oleh kalangan atas : •
Lokasi Ini sangat menentukan harga jual dari apartemen itu sendiri. Semakin elite lokasinya, akan semakin tinggi harga lahannya.
38 •
Fasilitas yang lengkap dengan standar fasilitas yang tersedia di hotel mewah bintang lima.
•
Luasan unit apartemen. Jika dihitung bisa dua sampai tiga kali unit apartemen menengah.
•
Terbatasnya jumlah unit. Semakin sedikit unit-unit yang dilepas ke publik, akan semakin eksklusif.
•
Pengelola apartemen yang sekelas operator hotel bintang lima.
Inilah Beberapa daftar apartemen-apartemen yang termasuk menengah keatas :
4039 Tabel 2.4 Studi Banding Apartemen Menengah ke atas
41
40
2.6.1 Studi Banding Apartemen Dengan Fasade Berdasarkan Pertimbangan Pencahayaan Alami •
Apartemen Avana Jakarta
Proyek apartemen 16 lantai ini terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, sebuah lingkungan yang terkenalnya. Konsep awal dari proyek ini adalah membuat sebuah apartemen dengan memiliki 8 lantai yang mempunyai balkon unik. Apartemen terdiri dari 64 unit apartemen yang luasannya berkisar antara 180 meter persegi hingga 460 meter persegi (untuk penthouse).
Fasade apartemen ini cenderung transparan dengan perpaduan zonna massa untuk mendapatkan pencahayaan alami. Bagian dari fasad bertekstur material transparan menggunakan kaca reflektifagar mereduksi cahaya yang berlebihan.
Gambar 2.19 Fasade Avana Apartemen Sumber : www.infoarsitek.com
Sumber : Google Web dan Image
41
Konsep internal-eksternal ruang ini pun terlihat lebih jelas di setiap unit di lantai atas. Adanya double massing dipadukan dengan fasade yang transparan dan adanya skylight yang menghasilkan kaya akan cahaya. Untuk area unit didominasi penggunaan kaca transparan dan dipadu dengan kanopi lekukan kedalam membentuk fasade mau mundur, sehingga menghasilkan cahaya alami yang baik pada siang hari artinya sudut jatuhnya cahaya matahari tidak langsung masuk kedalam ruangan.
Gambar 2.20 Area Unit Apartemen dan Fasade Bangunan Sumber : www.infoarsitek.com dan www.archdaily.com
42 •
Apartemen Nirvana Jakarta
Apartemen Nirvana terletak didaerah Senopati Jakarta Selatan. Pendekatan bentuk massa ini terdiri dari satu blok massa bangunan. Di setiap unit apartemen dibangun mezanine, atau balkon. Menurut Arsiteknya bahwa "Hunian ini akan menggunakan sistem kaca penuh, agar sinar matahari dapat langsung menerangi dalam apartemen sehingga mengurangi beban pemakaian listrik pada siang hari. Apartemen Senopati Suites berdiri di atas lahan seluas 4.700 m² dengan ketinggian di atas 30 lantai. Apartemen ini memiliki luas bangunan sekitar 20.000 m² dengan jumlah hunian sebanyak 86 unit.
Gambar 2.21Fasade Bangunan Nirvana Apartemen Sumber : www.skyscrapercity.com
Apartemen dengan satu tower ini hanya terdiri atas empat unit per lantai. Hingga lantai 10, perseroan membangun tipe kecil, sedangkan tipe besar berada di atas lantai 10. Apartemen ini juga terdapat empat tipe Penthouse seluas 400 m² tiap unitnya. Tipe Penthouse hanya terdapat dua unit dalam satu lantai.
43
Gambar 2.22 Unit Apartemen Terhadap Pencahayaan Alami Sumber : www.skyscrapercity.com
Di sisi timur apartemen ini dibuat private skin panel, yakni Selain berfungsi untuk mereduksi cahaya yang berlebihan dan juga panel yang membuat penghuni apartemen ini hanya dapat melihat ke depan, tidak bisa melihat ke bawah. Panel ini meliputi 80% dari sisi apartemen di bagian timur. Pada bagian lainnya pemandangan apartemen tetap bisa dilihat seperti biasanya.
Gambar 2.23Panel pada fasade dan Ruang Lobby dengan Bukaan Jendela Kaca yang Besar Sumber : www.skyscrapercity.com
44 •
Apartemen Audaciously
Oleh Arsitek Candalepas Associates, merancang sebuah apartemen yang berlokasi Australia, Sidney. Si arsitek merancang fasade yang tanggap terhadap pertimbangan pencahayaan alami. Perancangan dari sebuah bentukan sederhana menjadikan apartemen tanggap cahaya alami sehingga tembus pandang masuk kedalam ruangan.
Gambar 2.24Bentuk Fasad Apartemen Terhadap Cahaya Sumber : www.australiandesignreview.com
Komposisi bentuk fasad condong turun menjadi potongan-potongan pada atap seolah-olah terbelah berlapi-lapis menjorok keluar berfungsi untuk pencahayaan alami masuk dalam ruangan yang minim cahaya.
Gambar 2.25Tampak Depan Fasade dan Efek Fasade terhadap Cahaya pada Ruang Sumber : www.australiandesignreview.com
45
Gambar 2.26Fasade dan Gambar Potongan Terhadap Fasade Respon Pencahayaan Sumber : www.australiandesignreview.com
•
Hotel Atlanta Marriot Marquis
Hotel bintang 4 yang terletak di Atlanta didalam nya terdapat kamar 1663 kamar dalam 52 lantai. Hotel ini terdapat atrium yang merupakan bukaan pada bagian atas bangunan yang menghasilkan pencahayaan langsung yang memberikan efek kualitas ruang yang megah untuk rata-rata lantai dibawahnya.
Gambar 2.27View dari Luar Bangunan Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : www.google.co.id
46
Gambar 2.28Cahaya Masuk dari Atas Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : www.google.co.id
Gambar 2.29Cahaya Masuk dari Atas Hotel Atlanta Marriot Marquis Sumber : buku Sunlighting as Formgiver for Architecture (1986)
Pada gambar di atas merupakan gambar sebelum dan sesudah penggunaan kisis-kisi pantul. Pembuatan atrium tanpa perhitungan yang pasti bisa
47 menyebabkan cahaya yang masuk hanya saat jam-jam tertentu dan dengan penyinaran hingga area tertentu saja.
2.6.2 Studi Banding Apartemen dalam survei pencahayaan di Jakarta Selatan Peneliti mengambil survei beberapa apartemen. Waktu yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, pengukuran menggunakan luxmeter dengan meletakannya di beberapa titik ruangan dengan ketinggian 75 cm asumsi ketinggian manusia dalam posisi duduk, berikut beberapa datanya:
Tabel 2.5HasilSurvei Pencahayaan Apartemen di Jakarta Selatan
NO
Apartemen Apartemen Mediterania. Berlokasi Jl. Tanjung Duren RayaTanjung Duren Selatan.Jakarta
1
Nama Ruang dan Besar Ruang 1. Depan Lobby : 322 Lux
2. Dalam Lobby : 300 Lux
3. Ruang Lift : 50 Lux
48
4. Unit kamar apartemen : 550 Lux
5. Retail : 360 lux 6. Atm : 184 Lux 7. Belakang Lobby : 130 Lux
49 Apartemen Avana. Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan,
1. Longue : 350 Lux
2. Lobby : 410 Lux 3. Unit Apartemen : 340 Lux
2
4. Balkon : 630 Lux
50 Apartemen Senopati. Jl. Senopati Senayan Kebayoran Baru Jakarta Selatan DKI
1. Lobby : 20 – 209 Lux 2. Lounge : 80 Lux 3
3. Unit : 230-310 Lux 4. Lobby : 287 Lux
Jakarta
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
51 Hasil Kesimpulan Studi Banding Apartemen dalam survei pencahayaan di Jakarta Selatan Kesimpulannya yaitu, berdasarkan hasil survei bahwa beberapa ruangan apartemen dan unit apartemen menggunakan cahaya buatan dan ada juga memanfaatkan cahaya alami di siang hari. Pada apartemen yang masih memanfaatkan cahaya buatan karena ruang tertutup dan tidak dipertimbangkan untuk cahaya alami. Sedangkan apartemen yang memanfaatkan cahaya alami telah menyesuaikan dengan desain fasadenya seperti hasil karya arsitek Aboday apartemen avana dan senopati,. Pada apartemen yang kurang terhadap cahaya alami dan gelap, serta tidak sesuai dengan stdandar intensitas pencahayaan SNI. Banyak area yang kurang memadai terhadap pencahayaan alami, sehingga akhirnya menyebabkan ruangan-ruangan gelap dan akhirnya diatasi dengan pengguanaan cahaya buatan.
52
41