BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Hakikat Kreativitas
2.1.1 Pengertian Kreativitas Isjoni (2009:66) menjelaskan kreativitas dapat dimiliki oleh anak didik melalui pembelajaran yang diupayakan oleh guru dengan menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga anak didik mencurahkan perhatiannya secara penuh terhadap apa yang dipelajari dengan waktu curah perhatian yang sangat tinggi. Muhammad (2010:180) menguraikan kreativitas anak perlu dipupuk dalam diri anak agar ia dapat mewujudkan dirinya. Mewujudkan diri ini merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Kreativitas atau berpikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Munandar (2009:12) menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru menaruh kepercayaan berani mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif dapat tumbuh dan subur. Pada intinya Munandar (2009:13) perlunya pengembangan kreativitas pada anak didasarkan pada: a) dalam pelayanan pendidikan anak berbakat, pengembangan kreativitas sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keberbakatan merupakan suatu tuntutan; b) pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) daripada pengem-bangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan 8 dalam belajar dan dalam hidup; c) pendidik (guru dan orang tua) masih kurang dapat memahami
arti kreativitas (yang meliputi aptitude dan non aptitude traits) dan bagaimana mengembangkannya pada anak dalam tiga lingkungan pendidikan di rumah, sekolah dan masyarakat. Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta suatu produk baru atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah (Yusuf dan Nurihsan, 2011:246). Menurut pandangan ahli psikologi kognitif misalnya Solso (dalam Suharnan, 2011:5) kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan cara-cara baru dalam memandang suatu masalah atau situasi. Lebih lanjut Solso (dalam Suharnan, 2011:7) menegaskan bahwa kreativitas tidak terbatas pada menghasilkan hal-hal baru yang bersifat praktis, tetapi boleh jadi hanya merupakan suatu gagasan baru. Sebagai
gagasan baru ada kalanya juga tidak dapat menjamin penyelesaian
masalah. Oleh karena itu pandangan ini lebih menekankan kreativitas pada cara pandang yang baru terhadap suatu masalah atau situasi dan bukan pada suatu karya baru yang memiliki nilai kegunaan praktis. Dalam Rachmawati dan Kurniati (2010:13) James J.Gallagher mengatakan bahwa “Creativity is mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and products, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru atau mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya). Supriadi (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2010:13) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya
eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, diskontuinitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan. Clarckl Monstakis (dalam Munandar, 1995), mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam meng-ekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam dan orang lain. Pada umumnya definisi kreativitas dirumusksn dalam istilah pribadi (person), proses, produk dan press, seperti yang diungkapkan Rhoders yang menyebut hal ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, Product” Keempat P ini saling berkaitan: Pribadi yang kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (press) dan lingkungan, akan menghasilkan produk kreatif
(Rachmawati dan Kurniati 2010:13). Menurut Evans (dalam Suharnan, 2011:6)
kreativitas sebagai kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru, melihat pokok permasalahan dalam perspektif yang baru dan membentuk kombinasi baru dari konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran. Devinisi kreativitas yang lain dikemukakan oleh Amabile (dalam Suharnan; 2011:6) di dalam perspektif psikologi sosial. Dia berpendapat bahwa suatu karya dinilai kreatif tergantung pada dua komponen: a) jawaban atas persoalan yang dihasilkan harus baru, berguna, tepat, benar atau memiliki nilai bagi tugas yang sedang diselesaikan, dan b) tugas tersebut lebih bersifat heuristik (tidak jelas atau tidak pasti) daripada algoritmik (jelas atau pasti). Sedangkan menurut Munandar (2012:12) kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Disini dijelaskan bahwa seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah didalam individu maupun didalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.
Berdasarkan beberapa pengertian kreativitas di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kreativitas pada penelitian ini adalah kemampuan anak untuk mengembangkan ide dengan cara berimajinasi yang dituangkan ke dalam bentuk kegiatan menggambar yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas serta elaborasi dan hal tersebut bisa ditingkatkan melalui pendidikan
2.1.2 Ciri-Ciri Kreativitas Yusuf dan Nurihsan (2011:246) mengemukakan bahwa ciri-ciri kreativitas meliputi: a. Ciri-ciri kognitif (aptitude) 1) Kelancaran (fluency) adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan. 2) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 3) Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise. 4) Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci. 5) Redefinisi (redefinition) adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak b. Ciri-ciri non kognitif (non-aptitude) seperti: 1) Motivasi 2) Sikap 3) Rasa ingin tahu 4) Senang mengajukan pertanyaan 5) Selalu ingin mencari pengalaman baru.
Ciri-ciri lain yang berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri efektif dari kreativitas. Motivasi atau dorongan untuk berbuat sesuatu dan pengabdian atau pengikatan diri terhadap suatu tugas termasuk ciri-ciri efektif dari kreativitas. Ciri-ciri efektif lainnya yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang ialah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain, dan sebagainya. Oleh karena itu, rangsanglah anak agar mempunyai rasa ingin tahu dan memiliki keberanian dalam melakukan sesuatu. Berikanlah anak rangsangan untuk mengolah kata yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Hal demikian akan membuat anak merasa selalu tertantang karena rangsangan yang anda berikan memang sangat menantang dan juga sangat efektif. Anda selalu mengajarkan anak untuk selalu berpikir dan terus berpikir. Selanjutnya Rachmawati dan Kurniati (2010:20) menguraikan perilaku anak cerdas yang ditunjukkan dengan skor IQ tinggi yang juga memiliki karakteristik kreatif, sebagai berikut: a. Lincah dalam berpikir yang seringkali ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar, serta aktif dan giat dalam bertanya dan cepat tanggap dalam menjawab suatu persoalan. Contoh lain dari perilaku ini diantaranya adalah: kritis, tanggap terhadap sesuatu, memiliki daya ingat yang baik dan efektif, mampu berkonsentrasi dalam waktu lama, dinamis dalam berpikir, menyukai hal baru yang membutuhkan pemikiran yang dalam. b. Tepat dan cermat dalam bertindak dengan memperhitungkan berbagai konsekuensi yang mungkin muncul dari pilihan tindakannya tersebut. Sebagai konsekuensi dari perilaku ini
orang kreatif biasanya menunjukkan sikap yang penuh dengan dedikasi dan senantiasa aktif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. c. Mempunyai semangat bersaing (kompetitif) yang tinggi baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, dengan kata lain setiap menemukan rangsangan positif maupun negative dari lingkungan dapat dimanfaatkan untuk motivasi diri. Wujud lain dari perilaku ini juga ditunjukkan dengan sikap yang selalu ingin menemukan sesuatu yang baru, dan selalu bersifat terbuka terhadap hal-hal yang berbeda, serta senang pada tugas yang berat, sulit dan menantang. d. Selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik (progresif) dari waktu ke waktu. Kemampuan yang dimilikinya berupa kemampuan dalam menganalisis dan menyintesis permasalahan yang diwujudkan dalam perilaku selalu ingin menemukan dan meneliti tentang sesuatu. e. Cepat menemukan perbedaan dan mudah menangkap yang tidak biasa yang akan dijadikannya sebagai bahan dasar untuk menemukan kreativitas lebih lanjut. f. Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi dengan cepat sehingga mereka dapat belajar dari pengalamannya dan meman-faatkannya dalam mengembangkan diri. g. Memiliki kepekaan yang tinggi, responsif, memiliki empati yang tinggi. h. Memiliki keinginan belajar yang tinggi dan tidak mudah putus asa dalam proses yang dilaluinya. Perilaku lain yang biasanya seringkali muncul adalah selalu ingin menemukan dan meneliti tentang sesuatu. i. Tidak kaku dan memiliki spontanitas yang tinggi terhadap segala stimulant yang muncul baik dan lingkungan intern atau pun lingkungan ekstern. Hal ini diwujudkan dalam kemampuan
dalam melahirkan berbagai gagasan dalam menyelesaikan masalah dan memiliki aspirasi yang baik. j. Memiliki kemampuan bertahan untuk menghadapi frustasi sehingga tidak mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan yang mana mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri. k. Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan kemampuan berpikir (stabilitas emosi yang baik). Kreativitas akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi. Seseorang yang kreatif akan selalu mencari dan menemukan jawaban, dengan kata lain mereka senang memecahkan masalah. Permasalahan yang muncul selalu dipikirkan kembali, disusun kembali dan selalu berusaha menemukan hubungan yang baru, mereka selalu bersikap terbuka terhadap sesuatu yang baru dan tidak diketahui sebelumnya. Mereka juga memiliki sikap yang lentur (fleksibel), tidak penurut, tidak dogmatis, suka mengekspresikan diri dan bersikap natural (asli).
2.1.3 Peran Guru Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Menurut Munandar (dalam Muhammad, 2010:187) jika orang tua bertanggung jawab terhadap kesejahteraan fisik dan mental anak selama anak berada di rumah, maka di lingkungan sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual anak serta membimbing sikap-sikap dan nilai dalam diri anak. Sebenarnya, peran guru di sekolah ini lebih berat daripada peran orang tua karena guru tidak hanya ditugaskan untuk memberikan intelektualitas, tetapi juga terhadap masalah etika. Memang pada usia ini, terutama usia sekolah, seorang anak akan melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik bersama teman-teman di kelompoknya. Guru adalah satu-satunya elemen yang harus meluruskannya. Walaupun
demikian, antara orang tua dan guru sebenarnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Keduanya saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya. Baik guru maupun orang tua sama-sama menjadi model dan figure bagi seorang anak. Saat masih usia belia, anak lebih cenderung terhadap orang tua karena orang tua adalah orang yang paling akrab. Tetapi, setelah mulai masuk sekolah di mana pergaulan anak semakin luas, terutama saat di sekolah, anak juga akan lebih cenderung terhadap guru. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar 1999); adalah: a. Faktor Internal Individu Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya: 1.
Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan
2.
Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
3.
Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentukbentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan) Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain: 1) Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media 2) Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat 3) Menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang 4) Memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin 5) Adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati 6) Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda 7) Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda 8) Adanya interaksi antara individu yang berhasil 9) Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya
terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari
pendidik.
(http://psikologikreativitasump.wordpress.com/2011/12/16/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-kreativitas) diakses 7 November 2013 Adapun faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kreativitas anak antara lain: 1. Orang Tua Muhammad (2010:185) menyatakan orang tua merupakan elemen yang menentukan terhadap berkembang dan matinya kreativitas anak. Sebagai orang tua harus dapat menjaga dan memberikan kreativitas kepada anak. Hindari kreativitas yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak. Orang tua harus dapat memberi pengetahuan yang lebih kreatif dengan pola pengetahuan yang tepat. Howard Gomer (dalam Siswanto dan Lestari, 2012:39) menjelaskan anak-anak yang berada dalam rentang usia 0-7 tahun adalah anak-anak usia dini yang berada dalam tahap eksplorasi. Masa usia dini tersebut adalah saat yang tepat untuk mengenali berbagai kecerdasan yang dimiliki seorang anak. Agar para orang tua dan guru dapat mengenali atau menggali potensi kecerdasan sang anak, sebaliknya anak dibebaskan untuk memilih jenis kegiatan yang disenangi. Dengan demikian orang tua maupun guru dapat mengidentifikasi kombinasi antara kecerdasan anak yang cenderung menonjol atau kuat maupun jenis-jenis kecerdasan yang tampak kurang berkembang. 2. Guru Isjoni (2009:66) menyatakan kreativitas dapat dimiliki anak didik melalui pembelajaran yang diupayakan oleh guru dengan menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga anak didik mencurahkan perhatiannya secara penuh terhadap apa yang dipelajari dengan curah perhatian yang sangat tinggi. Keaktifan anak didik senang dalam melakukan perbuatan belajar belum cukup apabila pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang seharusnya
dikuasai dan dikembangkan oleh anak didik, karena dapat diasumsikan sebagai permainan tanpa makna. Farida, dkk (2012:99) mengemukakan berhadapan dengan anak-anak unik bisa menyenangkan. Di sekolah yang menyenangkan, tugas guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, tapi juga punya komitmen terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Di sekolah yang menyenangkan selalu banyak tugas di luar jam pelajaran resmi yang menguras kreativitas, kepemimpinan dan energi. Bagi guru, tugas ini tidak dipersepsi sebagai tambahan, tapi bagian dari tanggung jawab moral seorang guru. Mariyana, dkk (2009:20) menjelaskan lingkungan belajar yang dihadirkan di hadapan dan untuk anak, hendaklah dapat bersentuhan secara langsung dengan berbagai potensi inderanya. Semakin tepat suatu lingkungan belajar yang diciptakan dan dipersiapkan guru dengan kemampuan multisensori anak, semakin memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak. Dan sebaliknya, semakin jauh berbagai lingkungan belajar dari jangkauan multisensori anak, maka semakin tidak membantu perkembangan dan belajar anak TK. Untuk itu dalam menciptakan lingkungan belajar, para guru harus betul-betul bekerja keras ke arah terciptanya lingkungan belajar yang dapat menyentuh berbagai indera anak secara mandiri.
2.1.5 Bentuk-bentuk Kreativitas Yang Dapat Dikembangkan pada Anak TK Rachmawati dan Kurniati (2010:67) menjelaskan beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak melalui aktivitas menciptakan produk atau kegiatan hasta karya yang dapat dilakukan anak usia taman kanak-kanak, di antaranya sebagai berikut: 1. Menghias Telur
Nama Permainan
Menghias Telur
Tujuan
Mengembangkan ekspresi
seni
kreativitas
dan
melalui
imajinasi
dalam
menghias kulit telur
Alat dan bahan yang digunakan: 1. Guru bersama anak-anak mempersiapkan bahan yang diperlukan diantaranya: kulit telur yang masih berbentuk bundar, cat poster serta spidol. 2. Anak dapat menambahkan bahan yang diperlukan oleh mereka dalam menghias telur Kegiatan: a. Sebagai kegiatan pendahuluan guru dapat melakukan dialog tentang kehidupan ayam dan mafaatnya bagi kehidupan manusia b. Guru juga dapat membacakan kisah tentang ayam dan telurnya. c. Guru dapat membagikan bahan pada anak dan memberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan imajinasi dan kemampuan seninya dalam menghias telur. 2. Menghias Kartu Nama Permainan Tujuan
Menghias kartu ucapan (ulang tahun, tahun baru, dan lainlain) Mengembangkan kreativitas me-lalui kegiatan menghias kartu Memberikan pengalaman langsung pada anak bahwa karya mereka hidupnya.
dapat
berguna
untuk
memenuhi
kebutuhan
Alat dan Bahan yang Digunakan: a. Guru menyediakan bahan yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan ini, yakni: kertas tebal berwarna-warni; daun dan bunga kering, biji-bijian, lem, spidol berwarna atau krayon. b. Anak dapat menambahkan bahan yang dibutuhkan mereka untuk menghias kartu Kegiatan: a. Guru menyiapkan kertas karton tebal dalam bentuk kartu polos untuk setiap anak. b. Anak-anak diminta menghias kartu dengan berbagai jenis tumbuhan yang telah kering. c. Anak dapat menggunakan bahan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. d. Anak dapat menuliskan kalimat yang mereka inginkan di dalam kartu (tulisan yang belum dimengerti tidak masalah), guru dapat membantu anak yang mengalami kesulitan dalam bagian ini. 3. Melukis Baju Nama Permainan
Melukis dibajuku….
Tujuan
Mengembangkan kreativitas melalui kegiatan melukis dibaju anak Memberikan penghargaan dan pengalaman langsung pada
anak
bahwa
karya
yang
dibuatnya
dapat
bermanfaat, dengan demikian self-esteem dan rasa percaya diri anak dapat ikut terbangun
Alat dan Bahan yang Digunakan: 1. Guru memberitahukan kepada anak-anak untuk membawa baju kaus bekas yang masih layak untuk dipakai. Usahakan kaus tersebut berwarna putih.
2. Cat poster berwarna (untuk melukis dikain) Kegiatan: a. Sebelu kegiatan ini dimulai, guru dapat menugaskan pada anak untuk membawa baju kaus berwarna putih polos (jika ada anak yang tidak memilikinya, mereka dapat memawa kaus ayahnya ataupun keluarganya yang lain) . b. Setelah siap, mereka dapat menggambar ataupun melukis dikausnya sendiri dengan motif dan gambar bebas sesuai dengan minat, ketrampilan dan imajinasi mereka. c. Diakhir kegiatan atau pada acara tertentu anak-anak dapat memakai baju hasil karyanya dihadapan para orang tua. 4. Finger Painting (Lukisan Jari) Nama Permainan Tujuan
Finger Painting (Jilid Buku Lucu) Mengungkapkan kemampuan berfikir dan berbuat kreatif. Mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan menggambar karya-karya kreatif.
Alat dan Bahan yang Digunakan: a. Guru menyiapkan bahan yang akan digunakan untuk membuat lukisan ini diantaranya yaitu: tepung kanji, tepung terigu serta bubuk pewarna makanan air serta kertas gambar. Kegiatan: a. Anak-anak beserta guru mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan. b. Guru memandu anak-anak untuk membuat adonan terlebih dahulu sebelum membuat finger painting. c. Cara membuat bahan untuk finger painting yaitu: Tepung kanji dan tepung terigu diaduk sampai rata. Masukkan air aduk sampai rata sehingga adonan terlihat encer. Langkah
selanjutnya adonan dimasak hingga mendidih sambil diaduk terus hingga adonan mengental seperti lem. Setelah itu angkat dan dinginkan. Setelah dingin, guru dapat membantu anak untuk membagi adonan dalam beberapa tempat untuk diberi warna sesuai dengan kebutuhan anak. d. Guru menyiapkan kertas gambar besar (ukuran kertas sesuaikan dengan situasi, kertas ini dapat pula berbentuk binatang dinosaurus yang besar) kemudian anak dapat menggambar dengan menggunakan jari yang sebelumnya sudah dilumuri dengan adonan finger painting tadi. Diakhir kegiatan anak-anak menceritakan lukisan yang dibuatnya. 5. Boneka Jari Lucu Nama Permainan Tujuan
Boneke jari lucu Meningkatkan kemampuan berpikir dan berbuat kreatif. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan motorik halus anak dalam membuat karya kreatif.
Alat dan Bahan yang Digunakan a. Guru mempersiapkan bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini yaitu: kain planel atau bisa menggunakan karton manila, gunting, lem serta benang woll b. Anak-anak dapat memperkaya bahan ini dengan mencari benda-benda lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan boneka jari seperti kertas warna, bungkus permen, kancing dan lain sebagainya. Kegiatan:
a. Anak-anak bersama-sama guru mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat boneka jari. b.
Diawal kegiatan guru bercerita dengan menggunakan media boneka jari.
c. Kegiatan selanjutnya guru memotivasi anak untuk mau terlibat dalam membuat boneka dan tokoh cerita tadi. Proses pembuatan boneka jari tersebut dapat dilakukan dengan cara: (1) Memotong kain planel menjadi dua bagian dengan ukuran. (2) Rekatkan sisinya dengan menggunakan lem, tetapi bagian tengahnya tetap terbuka. (3) Anak dapat menggambar bagian wajah (mata, hidung, rambut) dengan menggunakan kain perca, benang woll atau kain planel lainnya.
2.1.6 Syarat-syarat Pengembangan Kreativitas Anak di Sekolah Musfiroh (2009:4) mengemukakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas anak, maka pihak sekolah harus benar-benar memperhatikan pengembangan kreativitas anak. Menurut Musfiroh terdapat enam syarat yang harus dipenuhi, yakni: a) Pihak sekolah dan seluruh komponennya berupaya mengurangi tekanan dan kekhawatiran pada diri anak; b) Proses lebih dihargai daripada hasil. Ini berarti, anak perlu didorong untuk bermain dengan ide dan menggali solusi daripada menyusun kesimpulan dini kreativitas dan produktivitas saling berkaitan; c) Aktivitas yang mempersulit anak dibatasi. Sekolah yang memperhatikan ekspresi kreatif memberi kesempatan anak untuk menjalankan apa yang menarik minat anak dan menyenangkan mereka. Kegiatan dilakukan anak dengan senang hati bersama teman, guru, dan warga sekolah yang lain;
d) Suatu kebebasan, nuansa keterbukaan yang mendorong dan menghargai ekspresi diri. Guru menikmati kebersamaan dengan anak. Guru menyediakan berbagai fasilitas dan menstimulasi kreativitas anak, membantu apa yang mereka butuhkan, dan tidak menginterferensi proses kreativitas anak; e) Anak-anak didorong untuk berbagi ide, tidak hanya dengan guru namun juga dengan sesama mereka. Anak-anak yang kreatif menghargai diri sendiri. Salah satu anak mulai menghargai diri sendiri dengan cara refleksi diri; f) Meminimalisir kompetisi dan ganjaran eksternal. Ketika anak diikutkan dalam lomba, sebagian dari mereka akan menang dan yang lain akan kalah. Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, anak-anak cenderung menjadi lebih berhati-hati dan bermain tidak bebas. Kedua, anak-anak merasa tertekan untuk menyenangkan orang lain dan kehilangan motivasi intrinsiknya. Ketiga, anak-anak cenderung sibuk berusaha memperoleh hadiah. Anak kehilangan kespontanannya dan akhirnya kehilangan respon kreatif. Menurut Munandar (2012:109) kreativitas tidak dapat diajarkan, tetapi ia dapat memungkinkan kreativitas muncul, memupuknya dan merangsang pertumbuhannya antara lain melalui falsafah mengajar yaitu: a) Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan; b) Anak patut disayangi dan dihargai sebagai pribadi yang unik; c) Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat dan bahan mereka ke kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya;
d) Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan; e) Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah; f) Guru merupakan nara sumber bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru. Robot kecil tidak akan belajar dan juga tidak kreatif; g) Guru memang kompeten tetapi tidak harus sempurna; h) Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka juga dan mereka berbagi tanggung jawab dalam mengaturnya;
i) Kerja sama selalu lebih daripada kompetisi; j) Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.
2.2
Hakikat Menggambar
2.2.1 Pengertian Menggambar Soejanto (2005:34) mengatakan bahwa menggambar adalah suatu cara untuk mengekspresikan isi jiwa seseorang dalam bentuk garis-garis. Oleh karena itu bila anak membuat coreng moreng di atas kertas, di tembok, di papan atau dimanapun juga maka anak itu sedang menggambar. Tentu saja sangat beda dengan gambar yang dibuat oleh orang dewasa. Menggambar sebagai salah satu bentuk seni yang diberikan pada anak usia dini (Taman Kanak-kanak) aktivitas menggambar dimaknai untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak agar kemampuan logika dan emosinya tumbuh berkembang dengan seimbang
seperti yang diungkapkan oleh Indrati (2005:4) bahwa dengan menggambar anak dapat mengeluarkan ekspresi dan imajinasinya tanpa batas. Pada proses inilah anak dapat mengembangkan gagasan, menyalurkan emosinya, menumbuhkan minat seni dan kreativitasnya (http://leoniya.wordpress.com/2012/07/04/meningkatkan-kretivitas-menggambar-anak-tk) diakses 7 November 2013 jam 18.45 wita. Menurut Vicktor (2006:3) ada tiga macam tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar bebas.
a. Tahap mencoret sembarangan. Tahap ini bisa terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan tidak menentu. Seperti benang kusut, caranya menggambar juga sesuka hati, pensil dan krayon dipegang seperti memegang palu. Gerakan pergelangan tangan juga masih kaku, tahap ini merupakan tahap penting karena saat ini anak mulai mencoba menguasai gerakan tangan dalam menggerakkan alat tulisnya b. Tahap mencoret terkendali. Pada usia 2-3 tahun anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dan hasil goresan, maka berubah hasil goresan menjadi garis panjang kemudian lingkaran-lingkaran. c. Tahap menanamkan coretan-coretan. Pada usia 3-4 tahun pergelangan tangan anak sudah mulai luwes, mereka sudah lebih mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresanpun sudah lebih terbentuk. Sekalipun masih berupa garis atau lingkaran anak biasanya memberi nama pada goresan yang dibuatnya.
2.2.2 Manfaat Menggambar Menurut Permadi dan Sukardi (2008:210) manfaat menggambar adalah sebagai berikut a.Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual bentuk) Cerita dalam gambar yang dibuat oleh anak merupakan tanda bahwa
kegiatan
menggambar berfungsi untuk mengungkapkan peristiwa yang akan dialami, atau berimajinasi. Kemudian pikiran dan fantasi (bayangan anak) tentang lingkungannya sekitar termasuk alam, objek seisi rumah ataupun kejadian yang kadang membuat anak marah, memendam atau keriangan ketika mendapatkan sesuatu akan menjadi hidup perasaannya b. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan Anak menggambar adalah menceritakan, mengungkapkan (mengekspresikan) sesuatu yang ada pada dirinya secara intuitif dan spontan lewat media gambar, maka karya lukis anakanak adalah seni meskipun tidak disamakan dengan karya lukis orang dewasa, namun syaratsyarat kesenian lukisan telah terpenuhi dengan adanya teknik, artistik dan ekspresi. c. Menggambar sebagai alat bermain Ketika anak menggambar terjadi peristiwa berfantasi. Jadi menggambar melatih anak untuk berfantasi. Fantasi yang muncul adaah bentuk-bentuk yang kadangkala aneh dilihat orang tua atau bentuk sederhana seperti lingkungan sekitar anak. Disamping itu juga muncul gambar yang digunakan untuk bermain-main, misalnya anak bercerita tentang genderang yang sedang ditabuh sambil menggambar alat pukul dan menirukan irama gendang. d. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan Menggambar dapat digunakan untu mendidik anak melatih mengundurkan spontanitas dan mengarahkan untuk mengajarkan cara berbicara. Hal ini jangan dimaknai bahwa
menggambar akan menjadikan anak tidak ekspesif, melainkan mengarahkan anak untuk kegiatan membaca, berbicara maupun maupun bercerita yang dialihkan kepada gambar. e. Menggambar melatih keseimbangan Pikiran dan persaan anak kadang bertunpuk menjadi satu, Susanto dalam Pamadhi, Sukardi (2008: 214) menjelaskan bahwa kehidupan perasaan dan pikiran anak usia 3-5 tahun menyatu. Sehinngga apa yang dipikirkan sama dengan apa yang dibayangkan.
2.3 Hakikat Teknik Fading 2.3.1 Pengertian Teknik Fading Fading adalah teknik untuk membentuk perilaku yang diinginkan secara bertahap, yaitu dengan mamberikan suatu stimulus awal atau stimulus yang mampu menampilkan respon yang diinginkan secara terus-menerus kepada individu tersebut, dan selanjutnya stimulus tersebut sedikit demi sedikit dihilangkan. Dengan menggunakan proses ini, diharapkan individu mampu merespon
lingkungan
yang
sebenarnya
tanpa
memberikan
stimulus
awal.
(http://parapsyco.wordpress.com/2011/01/16/fading-dalam-perilaku/) diakses 7 November 2013. Dalam buku Behavior Modification: What it is and how to do it, oleh Garry Martin dan Joseph Pear pada tahun 1992, fading adalah perubahan secara bertahap dimana sebelum melangkah ke tahap berikutnya maka tahap sebelumnya harus berhasil terlebih dahulu (misalnya, munculnya respon yang diharapkan) dan setiap keberhasilan akan mendapatkan reinforcement; terdapat suatu stimulus yang mengontrol suatu respon, dimana akhirnya akan terdapat stimulus yang berbeda yang akan menghasilkan respon yang sama. (http://www.psikologizone. com/fading-modifikasi-perilaku/065111017) diakses 7 Novmber 2013. Berdasarkan beberapa pengertian fading di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan fading adalah suatu teknik pengubahan tingkah laku untuk membentuk
perilaku baru dengan cara memberikan bantuan secara penuh kepada anak dan bantuan tersebut dikurangi secara bertahap yang akhirnya dihilangkan sama sekali sehingga anak bisa melakukan perilaku baru yang diharapkan tanpa bantuan lagi.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Fading Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas fading, meliputi: a. Memilih stimulus akhir yang diinginkan Kegiatan ini merupakan langkah awal dari pengubahan tingkah laku yang diinginkan. Dalam kegiatan menggambar anak diharapkan dapat menggambar dengan tepat, sedangkan yang menjadi stimulus adalah menghubungkan gambar yang masih berupa titik-titik. b. Memilih stimulus awal Penting untuk memilih stimulus awal, yang secara konstan/reliabel dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan. Dalam kegiatan menggambar anak diajak bercakap cakap tentang obyek yang akan digambar. Hal ini untuk mengarahkan imajinasi anak tentang tema dan obyek yang akan di gambar. Stimulus awal ini perlu diberikan karena ada anak yang tahu menggambar obyek yang di maksud ada juga yang belum tahu. Agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik, seorang guru harus memperhatikan saat yang tepat dalam mengubah stimulus.
2.3.3 Memilih Langkah-langkah Fading Penting untuk mengawasi secara dekat performa anak untuk menentukan seberapa lama seharusnya fading dilaksananakan. Setelah diberikan target perilaku yang diharapkan dan stimulus awal yang digunakan maka selanjutnya guru menyusun langkah-langkah penerapan fading mulai dari stimulus awal sampai dengan stimulus akhir dalam usaha mencapai perilaku yang diharapkan. (http://www.psikologizone.com) diakses 7 November 2013.
Misalnya sebagai stimulus awal guru meminta anak untuk menggambar dengan cara menghubungkan dengan tepat titik-titik yang sudah ada. Apabila respon yang diinginkan sudah nampak maka stimulus dapat dikurangi secara bertahap. Pengurangan ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena bila terlalu cepat anak belum menunjukkan respon berhasil. Bila terlalu lama anak akan merasa bosan dan pembelajaran jadi tidak menarik dan akhirnya apa yang dilakukan oleh guru tidak berhasil atau tidak mencapai target yang diharapkan. Apabila pemberian bantuan ini dilakukan dengan tepat maka hasil yang diharapkan dapat tercapai.
2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Teknik Fading Teknik fading sebagai salah satu upaya guru agar anak dapat meningkatkan aktivitas belajarnya memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan teknik fading antara lain: a. Terciptanya interaksi sosial antara guru dan anak dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat berlaku lebih akrab dengan anak, b. Anak dapat meningkatkan perhatiannya terhadap obyek yang dipelajari sehingga menimbulkan ketergantungan positif anak terhadap bantuan yang diberikan oleh guru, c. Dapat memberikan pengalaman bagi anak karena penggunaan tehnik fading mengutamakan pengalaman belajar yang dialami oleh anak. Di samping keunggulan, teknik fading juga memiliki kelemahan yakni sering menimbulkan perilaku ketergantungan negatif dari anak dan jika diterapkan kurang tepat oleh guru dalam proses pembelajaran dan juga sering memakan waktu yang lama, karena setiap anak diberikan bantuan secara individual dalam proses pembelajaran.
2.4 Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah “jika digunakan teknik fading maka kreativits mengambar pada anak kelompok B TK Al-Wathaniyah Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo, akan meningkat ”.
2.5 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah 80%
anak
memiliki
kreativitas dalam menggambar, atau terjadi peningkatan dari 6 anak (30%) menjadi 16 anak (80%) dari jumlah 20 anak.