1 18
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Ketuntasan hasil belajar ini menjadi cermin dari keberhasilan guru dalam menerapkan metode pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh cara belajar siswa itu sendiri. Menurut Hakim (2009: 1), “Belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian, dan
perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir. Menurut Sudjana (2009: 29), dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 1.
Aspek Kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (dalam Daryanto 2001:101), yaitu (a) pengetahuan atau ingatan, menyangkut tentang mengingat elemen-elemen spesifik dalam bidang yang khas berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, (b) pemahaman, merupakan sebuah perilaku yang ditunjukkan
2 18
dengan menyatakan proposisi dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dengan pernyataan yang asli, serta dibagi atas 3 tingkatan, yaitu
translasi,
interpretasi
dan
ekstrapolasi,
(c)
aplikasi,
merupakan penggunaan abstraksi dalam suatu situasi khusus dan atau konkrit, (d) analisis, adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya, (e) sintesis, merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh, dan (f) evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lainlain. 2.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai (dalam Sudjana, 2009:29). Ranah afektif terdiri dari 5 aspek, yaitu (a) penerimaan, semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, serta menyangkut kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar, (b) respons atau tanggapan, merupakan reaksi yang diberikan siswa terhadap rangsangan yang datang dari luar, serta menyangkut ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada diri siswa, (c) penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus, yang menyangkut kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk
3 18
menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut, (d) organisasi, merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya, serta mencakup konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan (e) internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, yang mencakup keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 3.
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak (dalam Sudjana, 2009: 30). Ranah psikomotor
terbagi
atas
6
aspek,
yaitu
gerakan
refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dengan demikian, hasil belajar merupakan perolehan dari suatu kegiatan belajar berupa kemampuan-kemampuan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu. Perubahan tingkah laku dapat diperlihatkan
dalam
bentuk
tampilnya
reaksi,
sikap,
perbuatan,
keterampilan dan pengetahuan. Hasil belajar pada kawasan kognitif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan keterampilan intelektual, sedangkan kawasan afektif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui minat atau perhatian, sikap, serta nilai-nilai.
4 18
Kawasan
psikomotor
berhubungan
dengan
hasil
belajar
yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Untuk lebih memperdalam kajian hasil belajar IPA, dalam penelitian ini difokuskan pada hasil belajar IPA pada kawasan kognitif. Jadi, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Dengan kata lain, hasil belajar akan dicapai jika siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran. 2.1.2
Hakikat Hasil Belajar Teknik Dasar Tolak Peluru Hasil belajar teknik dasar tolak peluru merupakan hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Dengan kata lain, hasil belajar siswa diperoleh dari proses pembelajaran pada materi tolak peluru. Sumardi (2009 : 744) menyatakan bahwa pada dasarnya belajar tolak peluru berawal dari sebuah gerakan tolakan dengan suatu gerakan menyalurkan tangan pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong yang kuat. Teknik memegang peluru harus teletak pada jari-jari tangan, dimana jari pertama, kedua dan ketiga merupakan titik-titik kontak yang utama dan membantu melontar. Jari kelingking dan ibu jari menjaga agar peluru tidak tergeser-geser ke samping, dan menjaga peluru tetap berada di posisi bahwa radang. Pada waktu menolak siku harus setinggi mungkin dan mengikuti terus di belakang peluru, ketika peluru sudah dilepaskan.
5 18
Teknik melempar sangat penting dalam upaya mendapatkan hasil lemparan yang maksimal, untuk itu, penguasaan terhadap teknik-teknik melempar senantiasa dilakukan dengan latihan secara berkesinambungan. Hal ini beralasan, karena dalam tolak peluru menampilkan beberapa teknik, antara lain teknik meluncur dan berputar. Teknik meluncur lebih popular dan dianggap teknik yang lebih mudah sehingga sangat mudah untuk dipelajari. Teknik ini menggunakan kecepatan pergerakan pada kaki dari belakang menuju ke arah ring dengan secapat mungkin supaya menghasilkan luncuran yang benar-benar optimal (Khomsin, 2010: 133). Jadi pada hakikatnya tolak peluru adalah sebuah permainan melempar dengan bertumpu pada sebuah tolakan. Dengan melakukan tolakan, maka peluru akan menerima dorongan yang menghasilkan kecepatan dan daya dorong yang kuat sehingga menyebabkan peluru meluncur atau terlempar ke arah depan. Tujuan tolakan tersebut alaha untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Dengan demikian, bahwa
tujuan
utama
dalam
olahraga
tolak
peluru
adalah
menolak/melempar peluru sejauh mungkin, oleh karena itu, dibutuhkan penguasaan teknik-teknik dasar serta peraturan-peraturan yang berlaku (Yusuf dkk, 2009 : 24). 2.1.3
Hakikat Metode Pembelajaran Modifikasi Media Dengan Bola Tenis Metode belajar dan pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dengan
6 18
demikian, strategi pembelajaran adalah rencana yang cermat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian, dan mengingat tolak peluru menggunakan peluru asli dengan kisaran berat 7 kg, maka tentu akan menyulitkan siswa itu sendiri. Padahal tujuan penelitian, menginginkan adanya penguasaan teknik dasar pelemparan peluru pada siswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dalam tolak peluru. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan usia dan bahan materi yang akan diajarkan, terutama dalam menetapkan metode pembelajaran. Pendapat senada dikemukakan Lutan (2009 : 106) bahwa asaz modifikasi media dengan menggunakan bola tenis merupakan pengubahan cara memainkan sebuah permainan, termasuk prosedur pelaksanaan, peraturan, ukuran lapangan, jumlah pemain. Tujuan dari tindakan adalah untuk memudahkan siswa menguasai tugas akhir sehingga menjadi matang melaksanakan satu kegiatan olahraga sebagaimana ketentuan yang berlaku dalam permainan yang bersangkutan. Selanjutnya Ngasmain dan Soepartono dalam Razak (2009 : 13) mengemukakan bahwa modifikasi pembelajaran adalah salah satu pendekatan yang menekankan keadaan kegembiraan, kecakapan jasmani, pengajaran dan pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak merujuk pada salah satu model pembelajaran tertentu, akan tetapi ia merujuk ke berbagai
7 18
model pembelajaran yang diadaptasikan secara tepat oleh guru selama dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan obyek penelitian, pemodifikasian pembelajaran bukan untuk mengubah atau mengganti isi dari pada pembelajaran tolak peluru yang telah ditetapkan akan tetapi melihat keterbatasan sarana dan prasarana serta melihat kemampuan siswa. Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat disajikan secara sistematis sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan sipembelajar. Dengan demikian, metode modifikasi digunakan sebagai alternative metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan fisik anak didik. Metode pembelajaran modifikasi media dengan bola tenis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Guru menjelaskan pelaksanaan gerakan dasar tolak peluru meliputi (a) cara memegang, (b) sikap awal akan menolak peluru, (c) cara menolak peluru, (d) Sikap sesudah menolakan peluru. (2) Guru mempraktekkan gerakkan dasar tolak peluru yang telah dijelaskan sebelumnya. (3) Guru menugaskan siswa untuk melakukan gerakan dasar tolak peluru secara bergantian (berulang-ulang) agar nantinya dapat lebih mengerti dan memahami`. (4) Guru mengumpulkan siswa guna proses koreksi dan evaluasi.
8 18
2.1.4
Hakikat Atletik Istilah atletik berasal dari kata athlon atau athlun, berasal dari bahasa Yunani. Kedua kata tersebut mengandung makna: pertandingan, perlombaan, pergulatan, atau perjuangan. Sementara di Amerika dan Asia sering memakai istilah atletik dengan Track and Field dan di Negara Jerman memakai Leicht Athletik, negara Belanda memakai istilah Athletik “Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lempar dan lompat”. Menurut Eddy Purnomo dan Dapan (2011: 1). Sedangkan menurut Gery A. Car (2009 : 2) Atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan dalam kegiatan jalan, lari, lempar, dan lompat. Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesumpulan mengenai atletik adalah salah satu cabang olahraga yang dilombakan, terdiri dari nomor jalan, lari, lempar dan lompat. Karena atletik memiliki beberapa bentuk kegiatan yang beragam, seperti olahraga yang sedang populer saat ini maka atletik dapat dijadikan sebagai dasar pembinaan cabang olahraga lainnya. Bahkan ada yang menyebut atletik sebagai “Ibu” dari semua cabang olahraga, karena ketrampilan dasar dalam cabang cabang olahraga yang muncul sekarang sudah tercakup di dalamnya. Menurut Eddy Purnomo dan Dapan (2011 : 3), Olahraga atletik di Yunani dipopulerkan oleh Iccus dan Herodicus pada abad IV. Pada masa Tersebut ke lima macam kegiatan dikenal sebagai olahraga pentathlon yang berarti lima, sehingga pada setiap perlombaan selalu menggunakan
9 18
istilah Pentathlon, maksudnya adalah setiap peserta wajib ikut kelima macam olahraga tersebut Pendapat Mukholid, (2009: 100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau bertanding, ementara istilah lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis) dan athletic (bahasa Jerman). Di Jerman istilah atletik diberi makna yang lebih luas lagi yaitu berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan termasuk cabang olahraga renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam, dan lain-lain. Pendapat senada dikemukakan Syarifuddin (2010: 2) bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dan diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Untuk itu, atletik disamping sebagai salah satu cabang olahraga yang hampir setiap gerakannya kita temukan pada aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa pengajaran atletik di sekolah-sekolah sangatlah penting karena dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, atletik selalu digunakan sebagai pembuka, inti, atau penutup kegiatan belajar mengajar. Kenyataan ini membuktikan bahwa atletik memiliki nilai lebih khususnya dalam pembentukan kwalitas fisik siswa agar berkambang lebih prima dan dinamis. Oleh karena itu, guru perlu
10 18
mengupayakan pendekatan/metode baru agar dapat dikembangkan ke arah yang lebih menarik dan menyenangkan para siswa. Ini penting dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar siswa dan pembelajaran atletik semakin efektif. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam proses pembelajaran guru perlu menentukan model atau metode yang tepat agar materi yang diajarkan dapat berhasil. Hal ini menunjukkan masih perlunya mengetahui hasil penelitian dari teman yang sudah pernah melakukan penelitian sesuai dengan metode atau media yang sudah kita tentukan dalam pembelajaran. Untuk itu perlu adanya kajian penelitian yang relevan atau yang sesuai dengan metode atau media yang sudah diambil. Berikut adalah kajian penelitian yang relevan : Hasil penelitian dilakukan oleh Abdul Haris (2010) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Tolak Peluru Melalui Modifikasi Media Dengan Bola Tenis Pada Siswa Kelas IV SD. Hasil Penelitian Dengan Simpulan Modifikasi media dengan bola tenis terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil Penelitian dilakukan oleh Fitri Dinia (2010) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Pada Materi Teknik Dasar Tolak Peluru Di Kelas IV Melalui Modifikasi Media Dengan Bola Tenis, dengan kesimpulan (1) terdapat peningkatan yang signifikan aplikasi latihan terhadap motivasi biologi, (2) terdapat kontribusi positif yang signifikan kemampuan awal siswa terhadap motivasi belajar setelah diberi modifikasi media dengan
11 18
bola tenis, (3) Terdapat kontribusi positif yang signifikan terhadap interaksi sosial dan motivasi belajar setelah diberi modifikasi media dengan bola tenis. Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu tampaknya modifikasi media dengan bola tenis menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika digunakan modifikasi media pembelajaran dengan bola tenis, maka kemampuan Teknik Dasar Tolak Peluru Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Limboto Kabupaten Gorontalo akan meningkat”. 2.4 Indikator Tindakan Apabila terjadi peningkatan kemampuan siswa melakukan Teknik Dasar Tolak Peluru mencapai 85%, dengan perolehan nilai rata-rata 75 dengan kategori “baik” maka penelitian ini dinyatakan selesai.
12 18