BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam Sadiman, (2003:5) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Gagne (dalam Sadiman, 2003:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman, 2003:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. E. De Corte mengartikan media pengajaran sebagai suatu sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar,yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional. Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Ibrahim, (2003:112)
6
7
Dari berbagai definisi dari media diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan merupakan non personal (bukan manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar. 2.1.2 Pentingnya penggunaan media Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Asnawir, (2002:13) Ketika proses belajar mengajar tersebut terjadi, tentu saja tidak dapat berjalan selancar apa yang diharapkan oleh guru. Sering kali timbul penyimpangan-penyimpangan ataupun gangguan-gangguan, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya minat, gairah dan motivasi siswa
untuk
menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru. Sebagai usaha dalam rangka mengatasi masalah tersebut, maka sangatlah dipandang perlu seorang guru menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Karena fungsi dari media pembelajaran tersebut adalah sebagai daya tarik sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih menarik, siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran, serta materi yang disampaikan pun dapat diserap oleh siswa dengan baik.
8
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: a.
Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa satu dengan siswa lain tentu mengalami/mempunyai pengalaman yang berbeda.
b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa di dalam kelas, seperti: objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan
melalui
media akan dapat diatasi
kesukaran-kesukaran tersebut. c.
Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.
d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. e.
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. Penggunaan media seperti gambar, film model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar.
9
f.
Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, pengetahuan anak semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsepkonsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar akan timbul.
g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan gambar di papan buletin, pemutaran film dan mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk belajar. h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Asnawir, (2002:14) Adapun dalam peraturan menteri No. 58 tahun 2009 disebutkan tingkat pencapaian perkembangan kognitif pada anak usia 4-5 tahun yaitu: (1) mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna, dan (2) mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama. 2.1.3 Kriteria pemilihan media Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut dengan media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan
10
lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model seperti model padat (solid models), model penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. Ketiga , media proyeksi seperti slide, film strips, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran. Penggunaan media diatas tidak dilihat dari kecanggihan media, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dari media pembelajaran yang digunakan. Sudjana, (2002:3-4) Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam mewujutkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, diperlukan dukungan dari media pembelajaran. Namun dalam memilih media pembelajaran, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memilih media yang terbaik untuk mewujudkan tujuantujuan pembelajaran bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Media memiliki jenis yang bermacam-macam dan kegunaan yang bermacam-macam pula. Oleh karena itu seorang guru perlu memilih media yang tepat sehingga media tersebut dapat digunakan dengan efektif dan efisien. Dalam memilih media, yang harus diperhatikan oleh seorang guru antara lain: media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik dari media, ketepatgunaan dari media, kondisi siswa, ketersediaan barang, biaya, dan waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya.
11
Dalam
memilih
media
untuk
kepentingan
pembelajaran
sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a.
Ketepatan dengan tujuan pengajaran. Artinya, media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran.
b.
Dukungan
terhadap
isi
bahan
pembelajaran.
Artinya,
bahan
pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangan memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. c.
Kemudahan memperoleh media. Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya.
d.
Keterampilan guru dalam menggunakannya. Apa pun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan media oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya komputer, OHP, Proyektor film dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.
12
e.
Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
f.
Sesuai dengan taraf berfikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi anak TK tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi anak yang telah memiliki kemampuan berfikir tinggi. Sudjana (2002 :4-5)
Dengan kriteria pemilihan media diatas, guru diharapkan dapat lebih mudah memilih media mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna mempermudah tugas-tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran jangan terlalu dipaksakan bila hal tersebut dapat mempersulit tugas guru sebagai pengajar, tapi harus sebaliknya, yakni dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam mengajar guru harus mampu menyajikan pelajaran sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu diperlukan metode mengajar yang efektif dan efisien, serta alat bantu untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan oleh guru melalui kata-kata. Alat bantu yang dimaksud adalah media pembelajaran. Dengan menggunakan media, maka dapat mendekati realitas, mengganti pemakaian kata-kata yang merupakan lambang yang tidak sempurna, serta
13
membangkitkan dan merangsang minat belajar siswa yang mungkin apatis terhadap pelajaran. Memilih media sama pentingnya memilih metode yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dalam memilih media diperlukan berbagai pertimbangan, yaitu dapat memenuhi kebutuhan belajar, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sesuai dengan obyek yang dipelajari. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dan mengingat kemampuan serta sifat-sifat media yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau benda yang menjadi perantara atau pengantar yang digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan atau diguakan untuk memenuhi suatu kepentingan. 2.1.4 Hakikat Puzzle 1) Pengertian Puzzle Puzzle adalah suatu jenis alat permainan yang bisa membantu membangun koordinasi mata, tangan, dan untuk belajar tentang konsep pemasangan. Puzzle terbuat dari karton tebal dan kayu keping. Sujiono (2005:48). Puzzle untuk keperluan permainan anak dalam bentuk sederhana bisa terdiri dari dua, tiga bentuk berupa permainan bongkar pasang dan mengacak. Prasetyono (2007: 287). Pengertian puzzle dalam penelitian ini adalah alat permainan bongkar pasang dan mengacak yang terbuat dari karton dan kayu, yang berfungsi mengembangkan aspek perkembangan kecerdasan.
14
2) Manfaat Puzzle Menurut Sujiono (2005: 58). a) Melatih pendengaran dan motorik halus b) Melatih perkembangan emosi c) Melatih perkembangan kognitif dalam perbendaharaan kata, huruf, maupun mengenal objek-objek tertentu d) Melatih konsentrasi mengamati kepingan-kepingan puzzle e) Melatih ketekunan anak dalam proses pembelajaran f) Dapat memecahkan masalah dan menyenangkan anak dalam belajar 3) Ciri-ciri Media Puzzle Media puzzle dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan menurut Tedjasaputra (2001: 81). a) Dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dalam bermacam-macam tujuan, manfaat, dan menjadi bermacam-macam bentuk b) Ditujukan untuk anak-anak dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak c) Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan d) Membuat anak terlibat secara aktif e) Sifatnya konstruktif 4) Karakteristik Puzzle (1) Bongkar pasang bentuk sederhana tidak rumit. (2) Warna menarik/kontras.
15
(3) Dibuat dari bahan kayu/plastik (4) Tidak mudah rusak dan tidak berbahaya. 5) Kelebihan dan Kekurangan Media Puzzle Dalam penggunaan media puzzle perlu pertimbangan yang cukup agar tujuan penggunaan media puzzle tercapai. Adapun kelebihan dan kelemahan media puzzle adalah: Chumala, (2012) 1. Kelebihan media puzzle a. gambar bersifat konkret, karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu b. gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tidak semua objek benda dapat dibawah kedalam kelas. c. Gambar dapat menarik minat dan perhatian siswa. 2. Kekurangan media puzzle a. media puzzle lebih menekankan pada indera penglihatan (visual) b. gambar yang terlalu kompleks kurang efektif dalam pembelajaran c. gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar 2.1.5 Perkembangan Kognitif 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif merupakan kegiatan yang sangat penting, sebab merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya, memecahkan masalah melalui daya fikir dan daya ciptanya dalam kehidupan sehari-hari.
16
Menurut
Slamet
(dalam
Depdiknas,
2005:53)
mengemukakan
bahwa
“Perkembangan kognitif adalah bagaimana fikiran anak berkembang dan berfungsi, sehingga dapat berfikir”. Bagaimana kita mengetahui sesuatu dengan proses berfikir merupakan fungsi kritis dalam kehidupan yang memungkinkan kita dapat beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif terjadi bukan dari proses yang begitu saja, melainkan melalui berbagai proses penyesuaian diri dengan lingkungannya, dan dari pengalamannya individu tersebut dapat melakukan kegiatan dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan Piaget dalam Yudha, (2004:199) bahwa : Perkembangan kognitif terjadi melalui proses adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu : (1) asimilasi, yaitu proses anak untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasinya saat sekarang mengenai dunianya, (2) Akomodasi, yaitu individu berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur fikiran dengan sejumlah pengalaman baru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, perkembangan kognitif merupakan proses berfikir anak melalui suatu proses penyesuaian. 2. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Yudha, (2004:199-203) melalui empat tahapan, antara lain : 1) Tahap sensori motorik (lahir s/d 2 tahun), yaitu berfikir melalui gerak tubuh dengan banyak menggunakan gerak reflek seperti menggerakkan jari tangan,
17
menangis dan gerak reflek lainnya. 2) Tahap Preoperasional (2 s/d 7 tahun), yaitu anak masih belum memiliki kemampuan untuk berfikir logis atau operasional. Piaget membaginya menjadi dua sub bagian yaitu : (1) Prekonseptual (2 s/d 4 tahun), dan (2) Intuitive (4 s/d 7 tahun). 3) Konkret Operasional (7 s/d 11 tahun), yaitu anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis. 4) Formal Operasi (11 tahun ke atas), yaitu anak sudah mampu berfikir secara hipotesis dan berada dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. Berkaitan dengan tahapan perkembangan kognitif tersebut di atas, maka anak TK berada pada tahapan preoperasional intutive, yaitu anak belum dapat berfikir logis dan dalam melakukan kegiatan masih menggunakan tanda-tanda dan simbol. Hal ini diperkuat oleh Yudha (2004:201), yang menyatakan bahwa : Anak usia TK (4-6 tahun) berada pada tahap Preoperasional intuitive, dimana anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dunianya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang teroganisasi tetapi anak sudah memahami realitas dilingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berfikir anak pada peringkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.
18
3. Tujuan Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Yudha, (2004:203) bertujuan untuk : a. Memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi b. Menjelajah kenyataan dan menemukan hukuman-hukumannya, c. Memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, d. Menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik sesuatu yang nampak. 4. Fungsi Perkembangan Kognitif Banyak fungsi perkembangan kognitif yang harus kita ketahui Menurut Yudha (2004:207) bahwa : Perkembangan kognitif pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir anak. Sehingga, anak memiliki fondasi untuk mampu berfikir kritis dan sistematis, anak harus terbiasa untuk membangun pengetahuannnya secara mandiri, tetapi pola fikir anak harus senantiasa terbuka untuk kemajuannya. 4. Perkembangan Kognitif di TK Pengembangan kognitif merupakan usaha yang dilakukan untuk mendorong dan membangkitkan daya fikir dan cipta anak melalui kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan berfikir. Bentuk kegiatannya harus disesuaikan dengan karektarisik dan kemampuan anak. Bidang pengembangan kognitif mempunyai arti penting bagi pembentukan perkembangan daya fikir, daya cipta, ketepatan, ketelitian, dan kerja sama dalam melaksanakan kegiatan.
19
Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan kemampuan kognitif anak, dilaksanakan setiap hari dan dengan pengulangan secara terus menerus. Anak TK hendaknya banyak diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya, dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan dan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Yudha, (2004:204).
2.2 Hipotesis Tindakan Adapun rumusan hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Jika Digunakan media puzzle buatan guru maka kemampuan kognitif anak Pada Kelompok A TK Nusa Indah Desa Buloila Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara dapat dikembangkan”.
2.3 Indikator Kinerja Agar hasil penelitian mencapai sasaran, maka peneliti perlu menetapkan indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dengan penetapan indikator keberhasilan adalah jika minimal 75 % dari jumlah anak (15) yang dikenai tindakan telah menunjukkan perkembangan kemampuan kognitif.