BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Hakikat Menulis
2. 1. 1 Pengertian Menulis Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu bahasa, isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti, Menulis bukan sesuatu yang di peroleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar “ Menuliskan ” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikannya Tarigan, (dalam Elina dkk 2009 : 5) Tarigan (dalam Fajar 2010:1), mengemukakan bahwa “ Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami lambang bahasa dan grafik. Sedangkan Byrne (dalam
Elina dkk 2009:5) mengemukakan bahwa
mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis. Sehingga terbentuk kata dan kata-kata dibentuk sehingga menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis, melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Sehubungan dengan hal ini ada penulis yang mengatakan bahwa”Menulis di pergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan
mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat di capai dengan baik oleh orang-orang yang menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran,organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat” Morsey (dalam Tarigan 2008:4) Menulis pada hakikatnya adalah mengarang yakni memberi bentuk kepada segala sesuatu yang dipikirkan, dan melalui pikiran, segala sesuatu yang di rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang di susun sebaikbaiknya sehingga dapat di pahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah dipahami oleh orang yang membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang dipikirnya dengan melibatkan perhatian pembacanya. Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan: 1). Menulis merupakan salah satu komponen komunikasi 2). Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam Bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan 3). Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi 2.1.2 Tujuan Menulis Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Tarigan (1982:3) Mengemukakan bahwa “ Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, sang penulis haruslah terampil memanfaatkan kaidah-kaidah bahasa seperti, ejaan, struktur bahasa, dan kosa kata.
Empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) tersebut saling mendukung dalam perkembangan bahasa Indonesia. Kemampuan berkomunikasi secara tulis mampu menuangkan pendapat, ide dan saran secara runtut dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis, siswa di harapkan untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa tulis. Siswa terampil menulis, akan mampu mengutarakan apa yang menjadi maksud dan tujuannya kepada pembaca dengan jelas, mengembangkan wawasan dan cara berpikir yang lebih kritis. Dalam kehidupan yang modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidak terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, kegiatan menulis di gunakan untuk mencatat/merekam, meyakinkan, mengutarakannya dengan jelas, kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Morsey 1976:122). Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai sebab menulis adalah keterampilan berbahasa yang di gunakan untuk menyampaikan apa yang di rasakan seorang kepada orang lain secara tidak langsung. Dan menulis juga merupakan aspek kemampuan berbahasa yang paling kompleks karena menuntut kemampuan seseorang pada saat menuangkan ide, gagasan, pendapat atau perasaannya, oleh karena itu pengembangan kemampuan
menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak tingkat pendidikan dasar. Menurut Hugo Hartig (dalam Taufik dan Hanifah 2010:9). Tujuan menulis sebagai berikut: 1. Tujuan penugasan (assigment purpose) Menulis tidak menulis tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. 2. Tujuan Altruistik (altruistik purpose) Penulis bertujuan ingin menyenangkan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. 3. Tujuan Persuasif (persusive purpose) Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang di utarakan oleh penulis. 4. Tujuan Informasional (informational purpose) Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca.
5. Tujuan Kreatif (creatif purpose) Penulis bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau nilai-nilai kesesuaian dengan membaca tulisan si penulis. 6. Tujuan Pernyataan Diri Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca. 2.1.3 Proses Kegiatan Menulis Dalam proses menulis kegiatan ini sangat membutuhkan keseriusan, konsentrasi dan kreativitas dalam menulis untuk mencapai suatu tulisan yang memiliki mutu dan kualitas tulisan dibutuhkan kesediaan dan kesiapan dalam menulis. Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. Donald Muray (dalam Suparno, 2006:Mdl 4), mengemukakan tujuh tahap, yaitu: pemilihan dan pembatasan masalah, pengumpulan bahan, penyusunan bahan, pembuatan kerangka karangan, penulisan naskah awal, revisi dan, penulisan naskah akhir. Pendapat
para ahli lain mengatakan tentang proses menulis belum
lengkap, sebab tulisan tidak akan bermakna jika tidak di publikasikan kepada orang lain. Di samping itu belum menjelaskan kapan pengarang menentukan judul karangannya.
Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses penulisan terdiri atas lima tahap, yakni: pra penulis, menulis, merevisi, mengedit dan mempublikasikan. Penjelasan setiap tahap sebagai berikut: 1. Tahap Pra penulis Pra penulis merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis Muray (dalam Suparno 2006:Mdl 4) . Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan ialah menentukan topik, menentukan judul, karangan, tujuan, memilih tema sesuai dengan keinginan siswa atau jenis tulisan. 2. Tahap Penulisan Tahap saat menulis merupakan kegiatan di mulainya suatu tulisan dari menyebarkan ide ke dalam bentuk tulisan, ide – ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraf, selanjutnya paragraf – paragraf itu di rangkai menjadi salah satu wacana yang utuh, Braja (dalam Pateda, 2004 : 78). Ada lima tahap menulis sebagai berikut : 1. Mencontoh, peserta didik menulis sesuai contoh. Dalam tahap ini peserta
didik
melakukan
kegiatan
menulis
dengan
mencontoh/mengikuti hasil – hasil tulisan yang telah di lakukan oleh guru. 2. Reproduksi, peserta didik mulai menulis tanpa ada model. Pada tahap ini peserta didik mulai menulis dengan tidak melihat bentuk huruf yang sebenarnya (masih bersifat acak).
3. Rekombinasi
/
transformasi,
peserta
didik
mulai
berlatih
menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi gabungan beberapa kalimat. Pada tahap ini peserta didik mulai menulis dari kata demi kata sehingga membentuk suatu kalimat. 4. Menulis terpimpin, peserta didik mulai berkenalan dengan penulisan alinea. Pada tahap ini peserta didik melatih bebas menulis sesuai dengan keinginannya. Kadang kala dalam bentuk karangan cerita, menulis surat dan lain-lain. 5. Menulis, peserta didik mulai menulis bebas, mulai mengembangkan keterampilan menulis. Pada tahap ini peserta didik mulai bebas menulis sesuai dengan keinginannya. Kadang kala dalam bentuk karangan cerita, puisi dan menulis surat dan lain-lain. 3. Tahap Revisi Pada tahap revisi diadakan koreksi pada keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap keseluruhan karangan, dan juga terhadap berbagai aspek misalnya struktur karangan dan kebahasaan. 4. Tahap Mengedit Apabila karangan telah selesai direvisi, maka penulis karangan tinggal melaksanakan pengeditan. 5. Mempublikasikan Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan. Pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk non cetakan.
Sementara itu, Deporter (2004:194) menjelaskan tahap-tahap proses penulisan adalah (1) tahap sebelum menulis. Tahap ini merupakan suatu pondasi yang membangun topik yang akan ditulis berdasarkan pengetahuan, gagasan, dan
pengalaman
penulis;
(2)
draf
kasar,
gagasan
dieksploitasi
dan
dikembangkan; (3) berbagi, yaitu meminta orang lain untuk membaca draf dan memberikan umpan balik; (4) memperbaiki, memperbaiki tulisan dan menyuruh orang lain untuk membaca kembali; (5) penyuntingan, memperbaiki segala kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukan isi yang baru dan perubahan penyuntingan ; dan (7) evaluasi memeriksa hasil tulisan. 2. 1.4 Kemampuan Menulis Karangan Kemampuan menulis karangan mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang di kemukakan, kemampuan menggunakan unsur – unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca. Berdasarkan konsep tersebut, dapat di katakan bahwa menulis karangan merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pemikiran atau perasaan. Menulis karangan merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, menulis karangan bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah, menulis karangan di katakan bukan hal yang sulit bila menulis karangan hanya di artikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang – lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan
seperti pembaca. Sementara itu sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis karangan bukan hal yang mudah sebab di perlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis karangan. Menulis karangan adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang di buat Nurgiantoro sangat sederhana, menulis karangan hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut di pahami oleh pembaca, menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang – lambang atau grafem (Nurgiantoro, 2001:273). Dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol - simbol sehingga dapat di baca seperti apa yang di wakili oleh simbol tersebut. Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang di miliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang di gunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah di pahami oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah karangan yang berkualitas umumnya di tunjang oleh keterampilan kebahasaan yang memiliki seorang penulis Rusyana dalam Elina dkk (2009:5-6)
2.2 Tinjauan Umum Tentang Karangan Deskriptif 2.2.1 Pengertian Karangan Braja (dalam Tarigan, 2005:2.38) mengemukakan bahwa “ Mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol- simbol grafis, sehingga terbentuk kata dan kata-kata di bentuk sehingga menjadi kalimat menurut
aturan atau
kaidah – kaidah bahasa yang sudah di tentukan. Akan tetapi mengarang adalah menuangkan sebuah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat - kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas, sehingga terbentuk kata dan kata-kata di bentuk sehingga menjadi kalimat menurut aturan atau kaidah –kaidah bahasa yang sudah di tentukan, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran tersebut dapat di komunikasikan kepada pembaca dengan baik, secara singkat dapat di katakan bahwa dalam kegiatan karang mengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatukan isi hati dan buah pikiran secara menarik dan menggugah hati pembaca. Oleh karenanya di samping menguasai topik dan permasalahan yang di tulis, penulis harus menguasai beberapa komponen, di antaranya : 1. Grafologi, 2. Struktur, 3.Kosakata, 4.Kelancaran 2.2.2 Langkah-langkah Penyusunan Karangan 1. Penulisan Topik Kegiatan yang mula – mula dilakukan adalah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan apa yang akan di bahas dalam tulisan, Mulyati (2007:2.10). Dalam memilih topik perlu diperhatikan beberapa hal:
a. Topik yang akan di angkat ada manfaatnya dan layak dibahas b. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis c. Topik itu di kenal baik d. Bahan yang di perlukan dapat di peroleh dan cukup memadai. e. Topi tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. 2. Pembahasan topik 3. Topik dan sudut pandang Topik adalah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap 2.2.3 Pengertian Karangan Deskriptif Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal, deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan susatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan)apa yang di lukiskan sesuai citra penulisnya. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan, seorang deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang di dengarnya, merasakan apa yang dirasakannya, serta sampai pada kesimpulan yang sama dengannya, dari sini dapat di simpulkan
bahwa deskripsi merupakan hasil observasi melalui panca indera, yang di sampaikan dengan kata-kata, Marahimin (dalam Elina dkk 2009:8) Kegiatan menulis dapat di klasifikasikan sebagai berikut: tulisan berbentuk deskriptif, narasi, eksposisi, dan argumentasi. Di antara keempat jenis tulisan diatas penelitian ini di fokuskan pada jenis tulisan deskriptif. Pada hakikatnya menulis karangan deskriptif merupakan kegiatan siswa untuk memaparkan dan menggambarkan tentang keadaan dan ciri-ciri suatu benda atau peristiwa di lingkungannya dalam suatu tulisan atau karangan yang runtut dan padu. Kemampuan menulis karangan deskriptif tersebut harus di tunjang dengan penguasaan terhadap aspek-aspek bahasa lainnya, seperti : penguasaan kosakata atau perbendaharaan kata atau banyaknya kata yang di miliki, yang sudah tentu harus di barengi dengan pemahaman tentang jenis-jenis dan makna kata; penguasaan terhadap struktur kalimat, jenis-jenis dan makna kalimat serta penguasaan terhadap tata cara penyusunan paragraf/alinea. Mengingat bahwa kemampuan menulis karangan deskriptif bagi siswa merupakan pekerjaan yang sulit, maka sangat di perlukan latihan-latihan yang terprogram terhadap berbagai faktor yang mendukung tersusunnya suatu tulisan yang deskriptif. 2.2.4 Macam-Macam Deskriptif Di lihat dari sifat objeknya, deskripsi dapat di bedakan atas 2 macam yaitu sebagai berikut. Nurul (2010)
a. Deskripsi imajinatif / fiksi ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Menurut Keraf (dalam Suparno 2006:Mdl 4) 1. Deskripsi Sugestif 2. Deskripsi Teknis Langkah-langkah menulis deskriptif, yaitu; 1. Menentukan objek pengamatan, Tempat atau Orang 2. Menentukan/ merumuskan tujuan 3. Mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan 4. Menetapkan bagian yang akan di deskripsikan orang (watak, gagasan, ciri fisik atau benda-benda sekitar) 5. Menyusun kerangka karangan 6. Mengembangkan kerangka menjadi karangan 2.2.5 Tujuan Mengarang Deskriptif Tujuan utama menulis atau mengarang deskriptif adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan, sesuatu, menceritakan kejadian, meringkasnya dan meyakinkan (Semi, 2003:14-154). 2.2.6 Tehnik Pengamatan Objek Secara Langsung Metode adalah prosedur yang di lakukan, merancang, menyelesaikan dari sesuatu yang di inginkan, (Atmazaki 1993: 124), teknik pembelajaran tidak akan
tercapai bila tidak adanya metode yang benar – benar cocok dengan pembelajaran tersebut, dalam kesempatan ini peneliti menggunakan teknik pengamatan objek. Teknik pengamatan objek adalah metode yang di lakukan untuk mengamati suatu benda, atau mengamati benda, kejadian atau peristiwa secara langsung, Teknik pengamatan objek dekat sekali dengan alam dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya siswa senang dengan kenyataan atau realita yang langsung di lihat oleh siswa, oleh sebab itu siswa lebih peka atau lebih terangsang mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya 1. Tujuan Pengamatan Objek Dengan pengamatan kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar untuk di ketahui dengan metode lainnya. Pengamatan di lakukan untuk menjajaki sehingga fungsi eksploitasi, dari hasil berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian, pengamatan objek kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjukpetunjuk tentang cara pemecahannya, jadi jelas bahwa tujuan pengamatan objek adalah untuk mendapatkan informasi langsung secara kongkret di lapangan. 2. Jenis – jenis pengamatan objek
Berdasarkan pelaksanaan, pengamatan objek dapat di bagi dalam dua jenis yaitu: pengamatan partisipasi dan pengamatan non partisipasi
a. Pengamatan Partisipasi Pengamatan partisipasi adalah pengamatan yang melibatkan peneliti atau pengamatan
secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi,
peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang di telitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak memengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang berikutnya tidak mudah di cek kebenarannya oleh peneliti lain
b. Pengamatan non partisipasi
Pengamatan non partisipasi adalah pengamatan yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang di teliti, cara ini banyak yang di lakukan pada saat ini, kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku yang diamatinya.
3. Instrumen yang digunakan dalam melakukan pengamatan
Instrumen yang di lakukan dalam melakukan pengamatan, yaitu check list, rating scale, anecdotal, catatan berkala, dan mechanical device
a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden dan factor- factor yang akan di amati b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan – tingkatannya.
c. Anecdotal record, merupakan catatan yang di buat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang di tampilkan oleh responden d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang di gunakan untuk memotret peristiwa – peristiwa tertentu yang di tampilkan oleh responden
4. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan pengamatan dalam Pengumpulan Data
a. Kelebihan Pengamatan
1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang. 2. Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subyek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut tidak punya waktu atau enggan, namun hal ini dapat di atasi dengan pengamatan (Observasi) langsung.
b. Kelemahan pengamatan
Kelemahan pengamatan antara lain :
1. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap suatu kejadian, contoh upacara Ngaben di Bali, harus menunggu adanya upacara adat tersebut. 2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin di lakukan. 3. Adanya kegiatan – kegiatan yang tidak mungkin di amati, misalnya kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan hal – hal yang bersifat pribadi. Seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung pada konflik keluarga tersebut karena kurang jelas 4. Langkah-langkah dalam pengamatan Langkah –langkah dalam pengamatan sebagai berikut :
a. Harus diketahui di mana pengamatan itu di lakukan b.
Harus d tentukan dengan pasti siapa saja yang akan diamati.
c. Harus diketahui dengan jelas, data – data apa saja yang akan di perlukan. d. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
e. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil pengamatan seperti menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.
2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
1. Maryam Lakiya. 2012. Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Teknik Pengamatan Objek Secara langsung pada Siswa SDN 4 Kayubulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Drs. Yusuf Jafar, M.Pd. dan Pembimbing II Dra.Hj.Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah “ Apakah dengan model STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri I Kayumerah dalam menulis deskriptif ?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis cerita deskriptif melalui model STAD. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar pengamatan kegiatan guru, lembar pengamatan kegiatan siswa, serta tes tertulis. Indikator keberhasilan yang ditetapkan untuk kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar adalah paling kurang 80%. Aspek kegiatan guru dan siswa memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Sedangkan untuk hasil belajar siswa minimal 75% siswa memperoleh nilai 70 ke atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil capaian siswa hanya mencapai 38.89% pada siklus I. Pada siklus II mencapai kriteria ketuntasan belajar sebesar 88.89%. Dengan demikian hasil capaian siswa pada siklus II sudah
memenuhi
indikator
keberhasilan
yang
telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerita deskriptif dapat ditingkatkan dengan menggunakan model STAD. Kata Kunci : Menulis Deskriptif dan Model STAD Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: (1) subjek, subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III sekolah dasar, (2) pada penelitian ini menulis karangan deskriftip, 2. Guru memiliki peran signifikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian data di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan deskriptif melalui pengamatan obyek pada siswa kelas III SDN I Limehu Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian yang relevan tentang Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskriptif oleh Ari Sutrisno (2010) dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III SD”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa (1) Sebagian Siswa Yang Bertanya/Mengajukan Pertanyaan sebelum tindakan, (2) Sebagian Pula Siswa Mengemukakan pendapat sebelum
tindakan, (3) Sebagian Besar Siswa Menjawab pertanyaan sebelum tindakan. Dalam uraian tersebut penerapan metode pada siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan temuan di atas tampak bahwa kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis karangan deskriptif di Kelas III dengan berbagai macam strategi termasuk Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) masih dihadapkan pada berbagai kendala. Berbagai upaya tersebut perlu dievaluasi untuk dapat di temukan sebab musababnya serta solusi efektif dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Deskriptif Pada Siswa Kelas III SD. Perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu adalah: (1) metode, metode pada penelitian ini adalah pengamatan objek. (2) pembahasan, pada penelitian ini adalah gagasan atau ide yang disampaikan, penggunaan ejaan dan huruf kapital, kesesuaian fakta dengan isi cerita.
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ Jika digunakan metode Pengamatan Objek dalam pembelajaran menulis deskriptif, maka kemampuan siswa menulis karangan deskriptif meningkat.
2.5 Indikator Keberhasilan Tindakan kelas ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut: Keberhasilan penelitian ini di tunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan dampaknya terhadap peningkatan
kemampuan siswa menulis deskriptif dengan indikator keberhasilan minimal 84% atau 20 orang siswa dari 27 orang yang di kenakan tindakan memperoleh nilai minimal 65 ke atas pada materi menulis karangan deskriptif.