1
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Hakikat permainan bola basket Permainan bola basket merupakan suatu permainan yang tergolong dalam kelompok permainan bola besar. Dalam permainan ini melibatkan dua regu yang saling bersaing untuk mencari sebuah kemenangan dengan mencetak angka yang sebanyak-banyaknya ke ring lawan. Jaja Suharja Husdarta dan Eli Maryani ( 2010 ; 3 ) mengatakan bahwa bola basket merupakan permainan yang di mainkan oleh dua regu, baik putera maupun puteri yang masing-masing regu terdiri dari lima (5) orang pemain. Tujuan adalah untuk mencari nilai atau angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke keranjang/basket pada papan pantul lawan dan mencegah lawan untuk mendapatkan angka/nilai. Pengertian di atas senada dengan yang di ungkapkan oleh Sri Wahyuni, dkk (2010 : 10) yakni bola basket ialah suatu permainan yang di mainkan oleh dua regu yang sertiap regu terdiri atas lima (5) orang pemain. Tujuan adalah untuk mencetak nilai sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke basket lawan dan mencegah lawan untuk mendapatkan nilai. Berdasarkan dua pengertian di atas jelaslah permainan bola basket merupakan suatu permainan kompetitif yang di mainkan oleh dua regu yang masing-masing regu berjumlah lima (5) orang dengan tujuan memperoleh
2
kemenangan dengan cara memasukkan bola melalui kegiatan mencetak angka yang sebanyak-banyaknya. Seperti yang dijelaskan Deni Kurniadi Suro Prapanca (2010) bahwa, Bola basket masuk ke Indonesia setelah perang Dunia II. Permainan ini dibawa oleh perantau-perantau Cina dan berkembang dengan cepat. Maka pada Pon ke I di Surakarta, bola basket di camtumkan dalam acara resmi. Persatuan Basket-ball seluruh Indonesia (PERBASI) pun berdiri pada tanggal 23 Oktober 1951 dan diketuai oleh Tonny When. Dan pada tahun 1951 diubah menjadi Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia atau disingkat dengan PERBASI. Pada tahun 1953 PERBASI
diterima menjadi anggota FIBA (sumber: www,perbasi.or.id) Berikut ini akan diuraikan lapangan dan peralatan dalam permainan
bola basket a. Bentuk dan ukuran lapangan Lapangan bola basket berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan ring pada kedua sisi lebar lapangan. b. Peralatan Peralatan permainan bola basket lainnya yang menunjang dalam pertandingan yaitu : Perangkat papan pantul, terdiri atas : -.
Papan pantul
-. Keranjang yang terdiri dari ring (tahan tekanan) dan jaring
3
-. Struktur penyangga papan pantul termasuk pelapisannya Bola basket Jam pertandingan Papan angka Peralatan dua puluh empat detik Stopwacth atau peralatan yang sesuai pewaktu time-out (bukan jam pertandingan) Dua sinyal suara terpecah, berbeda dengan jelas dan keras Scorsheet Petunjuk kesalahan pemain Petunjuk kesalahan regu Indicator alternating possession Lantai pemain Lapangan pemain Pencahayaan yang memadai Hal ini dijelaskan dalam buku peraturan permainan bola basket (2006;7) Permainan bola basket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya. Artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi dengan rapi sehingga dapat dimainkan dengan baik. Agar dapat memainkan bola dengan efektif dan efesien maka diperlukan teknik gerakan yang sempurna. Teknik gerakan yang sempurna menimblkan efesiensi bermain dan dengan latihan yang teratur didalam kelompok berpasangan akan mendapatkan
4
evektifitas teknik gerak yang baik, dengan demikian penguasaan gerak atau gerak dasar dalam permainan bola basket sangat diperlukan. 2.1.2
Hakikat chest pas Istilah melempar mengandung
pengertian mengoper bola. Operan
merupakan gerak dasar yang pertama dan utama dalam permainan bola basket. Muhajir
(2013 : 33). Mengatakan bahwa mengoper bola adalah salah satu
usaha dari pemain untuk membagi atau memberi bola kepada temannya agar dapat memasukkan bola ke keranjang lawan. maka Deni Kurniadi Suro Prapanca (2010 : 8 ) menjelaskan bahwa melempar bola merupakan teknik dasar yang perlu di kuasai ketika bermain bola basket, sebab dengan melempar bola akan berguna dalam mengoper bola ke teman seregu dengan berjarak dekat atau untuk memasukkan bola ke keranjang lawan. Pada umumnya operan dapat di lakukan dengan cepat dan keras, tetapi tidak liar sehingga bola dapat di kuasai oleh teman yang akan menerimanya. Operan juga dapat di lakukan secara lunak. Jenis operan yang dapat di lakukan tersebut akan bergantung pada situasi keseluruhan, yakni kedudukan teman, situasi teman, timing, dan taktik yang di gunakan. Operan yang terlalu keras, mudah, atau tinggi akan menyulitkan teman yang menerima bola Sehubungan dengan itu, maka untuk dapat melakukan operan dengan baik dalam situasi pemain harus menguasai bermacam-macam gerak dasar melempar dengan baik. Adapun gerak dasar melempar/operan (passing) dalam permainan bola basket menurut Muhajir (2013 : 32) sebagai berikut : (1) Teknik
5
melempar dan menangkap bola, (2) Teknik mengiring bola, (3) Teknik menembak,(4) Teknik gerakan berporos, (5) Teknik lay-up shoot, dan (6) Teknik merayah / rebound. Untuk membahas lebih detail tentang cara-cara melempar/operan bola tersebut di atas dan untuk keperluan dalam penelitian ini, maka penulis hanya akan menguraikan tehnik operan dada (chest pass) saja. Chest pass merupakan tehnik lemparan/operan bola yang berguna untuk jarak pendek, karena pengoper bola dengan cara ini akan menghasilkan kecepatan, ketepatan, dan kecermatan terhadap teman yang di beri bola. Untuk dapat melempar atau mengoperkan bola, harus dikuasai terlebih dahulu cara memegang dan menangkap bolabasket ( Muhajir dan Budi Sutrisno 2013 : 33 ). Memegang / melakukannya adalah sebagai berikut a). Berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu, b). Bola dipegang di antara kedua telapak tangan, c). Kedua telapak tangan melekat pada bagian samping bola sedikit ke belakang, d). Jari-jari tangan dibuka dan diletakkan didepan dada, e). Pada waktu menerima atau akan mengoper bola, sikap kaki kuda-kuda, f). Badan sedikit cendong ke depan jatuh di antara kedua kaki dan lutut sedikit ditekuk. Uraian di atas memberikan suatu pemahaman bahwa chest pass dengan dua tangan merupakan operan yang dapat di andalkan dalam suatu pertandingan bola basket. Oleh karena itu, sangat perlu memahami cara melakukan tehnik gerak chest pass tersebut. Oliver (2009 :36) menguraikan cara melakukan chest pass dengan dua tangan yakni : (1) posisikan tubuh kira-kira tiga meter dari sasaran ; (2) letakan tangan di sisi bola dan tangan di tekuk sedikit demi sedikit hingga bola
6
mendekat dada; (3) untuk mengoper bola, lengan di julurkan ke arah sasaran; (4) saat lengan sudah beber-beber tejulur, bola di lejutkan sedikit demi sedikit hingga terlepas dari telapak jari-jari; (5) di akhir gerakan jari-jari harus menunjuk ke arah sasaran, hingga ibu jari harus menunjuk ke bawah. Gerak ibu jari ini akan membuat bola sedikit melintir saat malayang ke arah sasaran; (6) perhatikan gerak baik-baik mengikuti bola dengan mempertahankan dan megarahkan lengan lurus ke arah sasaran setelah melepaskannya; (7) jika perlu langkahkan salah satu kaki ke arah sasaran untuk menambah kekuatan lemparan/operan. 2.1.3 Hakekat metode berpasangan a.
Pengertian metode berpasangan Metode pembelajaran cara atau tehnik yang di gunakan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran menurut Sumiati dan Asra (2009 :92) menyatakan bahwa metode adalah alat untuk mencapai tujuan. Lebih jelas lagi di kemukan bahwa metode pembelajaran di definisikan sebagain cara yang di gunakan guru untuk menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Uno dan Mohamad, 2011 : 7, Uno 2010 : 2). Demikian juga Djamarah dan Zain (2010 : 74) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan strategi pembelajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang di harapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi yang digunakan guru untuk
7
menyajikan materi pembelajaran. Penyajian materi pembelajaran melibatkan metode yang tepat. Ketepatan memilih dan menetapkan metode pembelajaran akan berpengaruh positif pada pencapaian tujuan pembelajaran. b.
Pemilihan dan penentuan metode Metode pembelajaran yang di gunakan guru dalam setiap pertemuan
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan kempetensi dasar. Pemilihan dan penentuan metode di perlukan proses penyesuaian terhadap berbagai hal guna pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Pertimbangan untuk memilih metode di samping di dasarkan atas kepentingan pencapaian tujuan, juga kesesuaian dengan bentuk belajar tertentu. Dalam praktek sering kali suatu metode tidak berdiri sendiri tetapi di padukan dengan metode lainnya. Dengan demikian metode pembelajaran harus benarbenar di pilih secara tepat. Ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor. Sumiati dan Asra (2009 : 92-96) mengemukakan faktor-faktor yang di perhatikan guna ketepatan (efektifitas) penggunaan metode antara lain : (a) kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, (b) kesesuaian metode pembelajaran dengan kemampuan guru, (c) kesesuaian metode dengan kemampuan guru, (d) kesesuaian metode pembelajaran dengan kondisi siswa, (e) kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas, (f) kesesuaian metode pembelajaran dengan situasi
8
kondisi belajar mengajar,(g) kesesuaian metode pembelajaran dengan waktu yang tersedia, (h) kesesuaian metode pembelajaran dengan tempat belajar. c.
Konsep metode berpasangan Metode merupakan cara yang di gunakan guru dalam menyajikan
materi pembelajaran, metode berpasangan melibatkan proses latihan secara berpasangan. Latihan adalah suatu proses belajar gerak secara berulang-ulang dengan tujuan memperoleh otomatisasi. Sedangkan berpasangan merupakan tehnik pengaturan kelompok belajar, yakni kelompok berpasangan yang berhadapan tidak mengambang. Berikut ini akan di uraikan satu per satu pengertian metode, latihan, dan tehnik berpasangan. Metode berpasangan yang di maksudkan dalam penulisan ini adalah cara yang di gunakan dalam menyajikan materi chest pass dalam permainan bola basket di SD melalui kegiatan-kegiatan latihan secara berpasangan. Oleh karena latihan secara berpasangan sebagai cara yang di gunakan dalam menyajikan materi pembelajaran. Dengan demikian secara tidak langsung di dalamnya mencakup dua jenis metode yakni ; metode latihan (drill) dan metode berpasangan. Terkait dengan proses belajar pelaksanan penelitian ini, maka orientasinya adalah proses latihan. Latihan adalah kegiatan sistematis yang di lakukan secara berulang-ulang, kontinyu di mana beban latihan dan intensitas latihan makin hari makin bertambah. Yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan
9
fisik dan mental secara bersama-sama. Fikrah, Vol. 5 No 1, Januari-Juni 2006 ( sabtu 19 September 2009 ). Adapun metode drill ( latihan siap ) itu sendiri memiliki arti sebagai berikut a). Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang tinggi dari pada yang telah dipelajari, b). Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan, c). Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk
memperkuat
suatu
asosiasi
atau
menyempurnakan
suatu
keterampilan supaya menjadi permanen, tetapi di lakukan dengan cepat. Mengingat bahwa subjek (siswa) dalam penelitian ini tergolong anak usia dini. Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa latihan (training) merupakan proses kerja yang sistemati, dan di lakukan secara berulang-ulang dengan beban yang kian meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang di rencanakan secara matang, dan di laksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah di tetapkan, serta di evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Latihan tersebut di orientasikan pada keterampilan gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Pada
hakikatnya,
pembelajaran
melalui
metode
berpasangan
merupakan penggelolaan kelas dengan menggunakan tehnik berpasangan dalam belajar suatu gerak dasar cabang olahraga. Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan guru dan siswa untuk saling berinteraksi dengan maksud agar tujuan yang di harapkan dalam pembelajaran dapat di capai. Upaya yang harus di
10
lakukan adalah dengan melaksanakan apa yang menjadi tugas utama guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Suherman
(dalam
http://enducare.e-fkipunla.net)
Abdul
Djabar
Pomamolo Nim 831411250.( 2012 ) menuliskan bahwa tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yakni mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotor) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yakni kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang bersifat positif yang pada akhirnya akan membentuk kemampuan dasar sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat di wujudkan, guru yang mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Dalam belajar berpasangan, para siswa di harapkan dapat bergotong royong, saling membantu, saling mendiskusikan, dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pembelajaran masing-masing. Roger dan David Johson dalam Suprijono, (2010 : 58) merumuskan lima model pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) Interaksi Promotif, (4) komunikasi antara anggota, dan (5) Pemrosesan kelompok. Metode berpasangan merupakan salah satu tehnik atau metode di mana tiap kelompok terdapat beberapa variasi jumlah anggota yaitu mulai dari 2 s/d 5
11
orang menurut kesukaan guru dalam kepentingan tugas. Untuk kelompok yang berjumlah 2 orang di sebut kelompok berpasangan (Lie, 2007 : 46) tentu saja masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Lie, (2007 : 46)dan Fatirul (dalam
[email protected]) samasama menguraikan kelebihan dan kekurangan dari kelompok berpasangan yakni, sebagai berikut : Kelebihannya (1) meningkatkan partisipasi, (2) cocok untuk tugas sederhana, (3) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, (4) interaksi lebih mudah, (5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Kekurangannya : (1) banyak kelompok yang akan melapor dan perlu di monitor, (2) lebih sedikit ide yang muncul, dan (3) jika ada perselisihan maka tidak ada penengah. Berdasarkan uraian –uraian di atas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa metode berpasangan merupakan suatu cara atau metode yang di gunakan guru dalam menyajikan materi pelajaran melalui proses latihan, yakni proses kerja yang sistematis, dan di lakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian meningkat. Proses latihan ini di lakukan oleh dua orang (berpasangan) dan berhadapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar suatu cabang oalahraga. Pernyataan di atas sangat berhubungan erat dengan karateristik metode latihan (drill). Metode latihan/drill/training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, selain itu dapat di gunakan untuk
12
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, dan keterampilan (Djamarah dan Zain, 2010 : 95 ; Roestiyah NK, 2008 : 12). Dengan demikian istilah berpasangan dalam tulisan ini identik dengan metode berpasangan. 2.1.4 Hakikat Chest pass Melalui Metode berpasangan Pembelajaran
melalui
metode
berpasangan
di
maksud
untuk
meningkatkan gerak dasar chest pass dalam permainan bola basket bagi siswa SD. Adapun cara penyajiannya mengacu pada langkah-langkah pembelajaran metode latihan, namun kegiatan di lakukan berpasangan sebagai berikut : a) Kegiatan awal 1) Berbaris, berdoa, presensi 2) Apersepsi 3) Penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi 4) Pemanasan melalui permainan-permainan yang mengarah pada gerak dasar permainan bola basket. b) Kegiatan inti 1) Guru menjelaskan dan mengarahkan tehnik operan dada (chest pass) 2) Siswa di bentuk dalam kelompok berpasangan 3) Setiap kelompok berpasangan di berikan tugas gerak berupa tehnik operan dada (chest pass) 4) Salah satu siswa akan melakukan operan dada (chest pass) yang di arahkan pada pasangannya, kemudian pasangannya menangkap
13
bola untuk di kembalikan kepada temannya dengan tehnik yang sama. Operan dada ini dapat di lakukan dengan menggunakan dua tangan serta lintasannya mendatar. 5) Variasi gerakan operan dada di lakukan di tempat, berjalan, dan berlari 6) Guru mengamati pola gerak siswa dan segera melakukan koreksi bila di temukan penyimpangan gerakan siswa atau kelompok pasangan 7) Guru
memberikan
berkomunikasi
kebebasan
dalam
pada
masing-masing
siswa
untuk
kelompok
saling
pasangan,
termasuk bertanya pada guru apabila ada hal-hal yang perlu di pertanyakan. c) Kegiatan akhir 1) Guru dan siswa bersama merefleksikan proses pembelajaran yang telah berlangsung 2) Evaluasi 3) Pendinginan 4) Berbaris, berdoa, presensi, bubar 2.1.5 Hipotetis tindakan Yang di maksud dengan hipotetis tindakan dalam tulisan ini adalah jawaban atau anggapan menyakinkan terhadap ampuhnya suatu tindakan, sehingga perlu pembuktian secara ilmiah. Demikian maka hipotetis dan PTK ini
14
berbunyi “ dengan metode berpasangan. Kemampuan gerak dasar chest pass dalam permainan bola basket siswa kelas V SDN 5 Tapa akan meningkat. “ 2.1.6 Indikator kerja. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika kemampuan siswa kelas V SDN 5 Tapa terhadap gerak dasar chest pass dalam permainan bola basket telah meningkat menjadi 75 % ke atas pada kasifikasi baik, dan penelitian ini di nyatakan selesai.