BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Pemahaman Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya 2.1.1
Pengertian Pemahaman Siswa pada Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya Menurut kamus bahasa indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang artinya
mengerti benar dalam suatu hal. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman (comprehension) mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Menurut Driver (dalam Hasanah, 2004: 20) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Sagala (2012: 157) mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti, penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Pemahaman translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya. Pemahaman interpretasi adalah kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah atau disusun dalam bentuk lain seperti kesamaan, grafik, tabel, diagram, dan sebagainya. Pemahaman ekstrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman siswa yaitu kemampuan siswa dalam mengerti secara menyeluruh 8 maksud dan unsur-unsur yang terkait dengan materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. 2.1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa Pada Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya Para ahli pendidikan terutama yang concern terhadap psikologi pendidikan dan psikologi
pembelajaran turut terlibat memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terutama faktor yang mempengaruhi pemahaman dan belajar siswa. Dengan pandangan yang lebih konseptual dikemukakakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, dapat dibagi faktor-faktor tersebut sebagai berikut a.
Faktor raw input (faktor siswa itu sendiri) dimana tiap siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam : 1) Kondisi fisiologis. 2) Kondisi psikologis.
b.
Faktor enviromental input (faktor lingkungan), baik lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.
c.
Faktor instrumental input, antara lain terdiri dari : 1) Kurikulum. 2) Program / bahan pengajaran. 3) Sarana dan fasilitas. 4) Guru (tenaga pengajar). Selanjutnya akan diuraikan secara singkat faktor-faktor tersebut yang meliputi faktor dari luar
dan faktor dari dalam. a.
Faktor dari luar 1) Faktor enviromental input (faktor lingkungan) Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat berupa keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada keadaan udara panas. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya.
2) Faktor instrumental Faktor-faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar, dan sebagainya. b.
Faktor dari dalam Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau siswa yang belajar, terdiri dari kondisi fisiologis dan psikologis siswa. 1) Kondisi fisiologis siswa Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya dan panca inderanya. Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai atau cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. 2) Kondisi psikologis siswa a) Minat Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya memperhatikan begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik minat para pelajar, atau bagaimana caranya menentukan agar para pelajar belajar mengenai hal-hal yang menarik minat mereka. b) Kecerdasan Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Hasil pengukuran kecerdasan biasa
dinyatakan dengan angka yang menunjukkan“ perbandingan kecerdasan” yang terkenal dengan IQ (Intelligence Quotient). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka seorang guru akan dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada siswa didiknya secara tepat. c) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Siswa yang memiliki bakat yang tinggi, disebut siswa berbakat. Secara definitif, siswa berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional diidentifikasikan sebagai siswa yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang tinggi. d) Motivasi Hanafiah (2012: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Maka, meningkatkan motivasi belajar siswa didik penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. e) Kemampuan kognitif Kemampuan – kemampuan kognitif merupakan faktor-faktor yang penting dalam kegiatan belajar para siswa atau siswa didik. Hal ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang merupakan aspek lain dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap. Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, maka
hal yang penting dilakukan adalah mengatur faktor-faktor tersebut sehingga dapat mempengaruhi dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan hasil belajar siswa pada materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. 2.2 Hakikat Model pembelajaran kooperatif Picture and Picture Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya 2.2.1
Materi Penggolongan
Pengertian Model pembelajaran kooperatif Picture and Picture Suprijono (dalam Huda, 2013: 236) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif
Picture and Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Picture and Picture
ini berbeda dengan media
gambar dimana model pembelajaran kooperatif Picture and Picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Hamid (2012: 217) bahwa model pembelajaran kooperatif Picture and Picture adalah sebuah strategi dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan pesan yang ada materi tersebut. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga, apapun pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati serta dapat diingat kembali oleh siswa. Berdasarkan penjelaskan tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture
materi penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam penerapannya menggunakan gambar-gambar tentang hewan dan makanannya yang belum tersusun secara berurutan. Siswa akan diberikn tugas secara berkelompok untuk mengurutkan hewan-hewan berdasarkan jenis makanannya. 2.2.2
Karakteristik Model pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Karakteristik model pembelajaran kooperatif Picture and Picture menurut Huda(2013: 236)
yaitu: a. Menggunakan gambar sebagai perangkat utama dalam proses pembelajaran b. Siswa (secara berkelompok) yang bertugas untuk mengurutkan kembali urutan gambar. 2.2.3 Langkah-langkah Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Suprijono (2013: 125) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Picture and Picture sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi Guru membagi siswa menjadi beberapa kolompok kecil. Guru memanggil siswa secara bergantian mengurutkan gambar-gambar. Guru menanyakan alasan pengurutan gambar tersebut. Dari alasan pengurutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai. h. Kesimpulan 2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Huda (2013: 239) mengemukakan bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran kooperatif Picture and Picture sebagai berikut. a.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture : 1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, 2) Siswa dilatih berpikir logis dan sistematik, 3) Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktek berpikir, 4) Pemahaman siswa untuk belajar semakin dikembangkan, 5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. b. Kekurangan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture 1) Memakan banyak waktu, 2) Membuat sebagian siswa pasif, 3) Munculnya kekhawatiran akan kekacauan di kelas, 4) Adanya beberapa siswa tertentu yang tidak senang bekerja sama. 5) Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 2.2.5 Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya Melalui Model pembelajaran kooperatif Picture and Picture Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, maka guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Suprijono (2013: 125) sebagai berikut. a. Guru menyampaikan apersepsi b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Guru membentuk kelompok kecil secara heterogen
d. Guru menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif
Picture
and
Picture
yaitu
memerintahkan kepada masing-masing siswa untuk mengurutkan/ memasangkan gambar antara hewan dengan jenis makanannya. e. Siswa melakssiswaan perintah guru secara bergantian. f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. g. Guru memberikan kesimpulan h. Evaluasi. 2.3 Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya Berdasarkan jenis makanannya, hewan digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Hewan apa saja yang termasuk herbivora, karnivora, dan omnivora? Suhartanti dan Susantiningsih, (2010: 49-50) 1) Herbivora Ketika lapar, seekor kuda akan memakan rumput
atau
daun-daunan. Kuda tidak akan menangkap tikus atau ayam
untuk
dimakan. Mengapa demikian? Kuda termasuk kelompok
herbivora.
Hewan lain yang tergolong herbivore adalah sapi, kambing,
kelinci,
kuda dan unta. Herbivora adalah kelompok hewan yang memakan tumbuhan. Bagian tubuh tumbuhan yang dimakan dapat berupa rumput, daun, atau buah. Ini artinya, setiap herbivora tidak selalu memakan bagian tumbuhan yang sama. Ada herbivora pemakan buah contohnya monyet. 2) Karnivora Karnivora adalah kelompok hewan yang memakan hewan lain. Bagian tubuh hewan yang dimakan dapat berupa daging dan darah. Contoh hewan karnivora adalah anjing, singa, elang, dan buaya. Biasanya, hewan karnivora (pemakan daging) memiliki kuku dan gigi taring yang tajam. Burung karnivora juga memiliki paruh dan cakar yang
kuat.
tubuh ini digunakan untuk menangkap dan mengoyak
mangsa.
Alat
3) Omnivora Omnivora adalah hewan yang makanannya tumbuhan dan hewan lain. Artinya, hewan omnivora
berasal memakan
dari
segala jenis makanan baik berupa tumbuhan maupun
daging.
Contoh hewan omnivora adalah ayam dan tikus.
Selain makan
biji-bijian, ayam juga memakan cacing. 2.4 Kajian Penelitian yang Relevan Sulastri, 2011. Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Melalui
Metode Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan : penerapan metode picture and picture dengan KKM 6,5 dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV Semester I SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012, hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai hasil belajar setiap siklus dimana pada pra siklus ketuntasan belajar siswa pada pra siklus ada 6 siswa atau 27,3% naik menjadi 16 siswa atau 72,7% pada siklus I, meningkat lagi pada siklus II menjadi 19 siswa atau 86,4%. Demikian juga peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa dimana pada pra siklus keaktifan siswa pada kategori baik dan baik sekali ada 7 siswa atau 31,8 naik menjadi 14 siswa atau 6,37% pada siklus I dan terakhir pada siklus II menjadi 20 siswa atau 90,9%. Dari hasil ini ketuntasan belajar dan keaktifan belajar sudah mencapai indikator yaitu 80% ke atas. Dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan metode picture and picture telah tuntas atau mencapai KKM yang diharapkan. Anisa Fajarwati. 2011, Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Rantai Makanan Pada Siswa Kelas IV MI Baitul Ridlo Umbulsari Jember Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 73,6% (termasuk kategori aktif), sedangkan pada siklus II sebesar 88,2% (termasuk kategori sangat aktif). Aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan atau meningkat sebesar 14,6%. Pada siklus I rata-rata hasil belajarnya 72,03, sedangkan pada siklus II 87,89, sehingga meningkat 15,86. Ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus I 57,14% tergolong belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Pada siklus II mencapai 92,86%, sehingga meningkat sebesar 35,72%.
Dengan demikian standar ketuntasan belajar secara klasikal dalam penelitian ini telah terpenuhi, sehingga penelitian ini hanya dilakukan sebanyak 2 siklus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Baitul Ridlo Umbulsari Jember pada pokok bahasan Rantai Makanan. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Sulastri dan Anisa Fajarwati dengan yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan dari dua penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada model pembelajaran kooperatif yang digunakan. Model yang telah digunakan oleh Sulastri dan Anisa Fajarwati adalah model pembelajaran kooperatif Picture and Picture pada mata pelajaran IPA di SD. Model ini juga direncsiswaan akan diterapkan peneliti dalam pembelajaran IPA. Adapun perbedaan masing-masing penelitian terletak pada materi yang diberikan. Dengan adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka diharapakan adanya keberhasilan dari penelitian yang akan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture. 2.5 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika digunakan model pembelajaran kooperatif Picture and Picture, maka pemahaman siswa pada materi penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya di kelas IV SDN 1 Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”. 2.6 Indikator Kinerja Pembelajaran dianggap tuntas jika minimal 75% dari jumlah siswa memiliki paham terhadap materi yang diberikan (hal ini dapat dilihat dari 75% dari seluruh siswa memenuhi standar KKM 70 yang ditetapkan) dan hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa mencapai 85% maka pembelajaran bersifat ideal.