7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1
Hakikat Hasil Belajar pada Materi Energi Bunyi
2.1.1
Pengertian Hasil Belajar Hamalik (1994: 2), bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan yang dialami oleh seseorang yang dibuktikan dalam cara-cara tingkah laku baru karena pengalaman dan latihan. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Menurut Garry and Kingsley yang dikutip oleh Sudjana (1989:5), menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui latihan-latihan dan pengalaman. Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) : “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera 7
8
tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.” Belajar tidak dapat dipisahkan dari prestasi belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Materi Energi Bunyi Hasil belajar untuk menentukan seberapa jauh tujuan dari setiap fungsi utama yang dicapai dari output suatu aktivitas telah memenuhi keinginan yang dituju. Kaitannya dengan hasil belajar siswa, sangat erat hubungannya dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, karena untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar.
9
Menurut Ibrahim dan Saodih (2003: 50), pengajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Menurut Muhammad (2002: 12), mengajar adalah “ segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan untuk mencapai hasil yang lebih baik “. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengetahui menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa sebagai hasil dari apa yang dipelajarinya dan dapat diukur dengan tes. Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan suatu pendekatan mengajar yang menekankan hubungan sistematis antara berbagai komponen dalam pengajaran hubungan sistimatis ini mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yaitu terdiri dari : komponen tujuan
10
pengajaran, bahan ajaran, metode belajar mengajar, media dan evaluasi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.2
Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA SD
2.2.1 Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Menurut Mukminan (2003) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Dalam (Sholahuddin, 2010) Dimyati dan Mudjiono mengemukakan ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut: (1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih
11
memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Menurut Nasution dkk (2007) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru
Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains
12
merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan.
2.2.2 Jenis-jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
Dalam (Sholahuddin, 2010) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill) yang di kutip dari Funk (1985).
Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai berikut.
1.
Mengamati (Observasi) Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang
fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan
13
keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati.
2. Mengklasifikasi Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
3. Mengkomunikasikan Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambanglambang, diagaram, demontrasi visual.
4. Mengukur
14
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran.
5. Memprediksi atau meramalkan Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.
6. Menyimpulkan Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.
2.2.3 Langkah-langkah Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Energi Bunyi Adapun langkah-langkah pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar siswa siap, baik secara mental, emosional maupun fisik.
15
Kegiatan ini antara lain dapat berupa :
a. Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru b. Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya c. Kegiatan-kegiatan yang mengugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film, atau benda lain.
2. Proses Belajar Mengajar Proses belajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa, antara lain kemempuan siswa. a.
Pengamatan Tujuan kegiatan ini untuk melakukan pengamatan yang terarah entang
gejala/fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Yang dimaksud pengamatan disini adalah penggunaan indra secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang memadai. b.
Interpretasi hasil pengamatan Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya. c.
Peramalan
16
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan kemudian digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati/akan datang. d.
Aplikasi konsep Dalam hal ini adalah menggunakan konsep yang telah diketahui/dipelajari
dalam situasi baru atau dalam menyelesaika masalah. e.
Perencanaan penelitian `
Penelitian bertitik tolak dari seperangkat pertanyaan antara lain untuk
menguji kebenaran hipotesis tertentu perlu perencanaan penelitian lanjutan dalm bentuk percobaan selanjutnya. f.
Pelaksanaan penelitian Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa lebih memahami pengauh
variabel yang satu pada variabel yang lain. Cara belajar yang mengasyikkan akan terjadi dan kreativitas akan terlatihkan. g.
Komunikasi Kegiatan ini bertujuan untuk mengomunikasikan proses dan hasil
penelitian kepada pihak yang berkaitan baik dalam kata-kata maupun bagan, grafik ataupun tertulis. C. Penerapan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran bukanlah merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan keterampilan proses ini perlu
mempertimbangkan
dan
memperhatikan
karakteristik mata pelajaran/bidang studi.
karakteristik
siswa
dan
17
Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan pendekatan
keterampilan
proses
dalam
pembelajaran,
kita
perlu
mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan
proses.
Penerapan
keterampilan
terintegrasi
pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran jenjang pendidikan sekolah dasar memerlukan pembahasan teori dari tiap keterampilan terintegrasi akan membantu memudahkan siswa mempraktekannya. Mengingat keterampilan terintegrasi dalam pendekatan kerampilan proses merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan urutan yang hirarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan lainnya (Anggryni, 2011). Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak hanya pasif menerima penjelasan dari guru. Penerapan keterampilan proses agar siswa lebih aktif dapat dilakukan dengan memberi pengertian pada siswa tentang hakekat ilmu pengetahuan, sehingga siswa paham bahwa pengetahuan tidak hanya dipelajari tetapi juga diterapkan dalam kehidupan.
18
2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses pada Materi Energi Bunyi Guru dikatakan profesional sebab dalam pembelajaran guru memerlukan suatu keahlian dan keterampilan, baik dalam pengajaran maupun manajemen kelas sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk menjadi guru yang profesional, guru harus menguasai setidaknya empat kompetensi atau kemampuan. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Menurut Murwani (2013) yang menjadi keunggulan dari penerapan keterampilan proses adalah adanya penerapan komponen kompetensi-kompotensi guru dalam proses bealajar mengajar. Kompotensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional. 1. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik seorang guru berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami suatu tujuan pembelajaran, materi, serta cara menyampaikannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: memahami peserta didik; merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; mengembangkan pendidikan; memahami teori belajar, pembelajaran, strategi, kompetensi dan isi; melaksanakan penilaian proses dan hasil; serta pengembangan akademik dan nonakademik. 2. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian seorang guru berhubungan dengan sikap dan perilaku guru sebagai individu dalam menghadapi berbagai situasi. Guru yang profesional harus memiliki sikap dan kepribadian: mantap dan stabil; dewasa; arif dan berwibawa; memiliki akhlaq mulia; menaati norma hukum dan sosial; memiliki rasa bangga terhadap profesinya; konsisten dengan norma; mandiri; memiliki etos kerja yang tinggi; berpengaruh positif bagi lingkungannya dan disegani; menaati norma religius; dapat diteladani; serta jujur. 3. Kompetensi sosial
19
Kompetensi sosial seorang guru merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan guru dengan bergaul dan mengakrabkan diri dengan peserta didik, rekan kerja, dan masyarakat dengan bersikap menarik, penuh empati, kolaboratif, suka menolong, mampu menjadi panutan, komunikatif, serta kooperatif. 4. Kompetensi profesional Kompetensi profesional merupakan syarat yang paling esensial dalam lingkup profesionalisme seorang guru. Dalam kompetensi ini, guru dituntut: menguasai keilmuan bidang studi; memahami langkah kritis pendalaman isi bidang studi; paham terhadap materi, struktur, konsep, dan keilmuan yang menaunginya; mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari; serta memahami metode pengembangan ilmu, telaah kritis dan inovatif terhadap bidang studi. Murwani (2013) Dalam pelaksanaan, tindakan yang dilakukan dapat berupa dua hal yaitu untuk mencegah dan/atau menanggulangi adanya masalah manajemen kelas agar kelas tetap dalam situasi yang kondusif. Pada dasarnya, pendekatan proses dapat digunakan dalam menangani berbagai situasi permasalahan manajemen kelas. Hal yang paling menentukan adalah cara guru dalam menerapkan pendekatan proses kelompok ini di dalam kelompok kelas. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui masalah yang biasanya muncul dalam manajemen kelas dan masalah inilah yang menjadi kekurangan dalam penerapan pendekatan proses. 1.
Masalah individual Adanya masalah individual dapat dikarenakan kegagalan dari seseorang
untuk mewujudkan tujuan dan harapan yang diinginkan, terutama kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dalam lingkungan sosial. Jika seorang individu merasa gagal dalam mengembangkan dirinya, maka terdapat kecenderungan individu tersebut akan berbuat menyimpang. Hal ini juga berlaku dalam
20
lingkungan sosial di kelas. Berdasarkan alasan tersebut, masalah manajemen kelas dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut. a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan) c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam) d. Helplessness (peragaan ketidakmampuan) Bentuk perilaku ini ditandai dengan tingkah laku peserta didik yang pasif terhadap pembelajaran. Peserta didik sudah memiliki mainset bahwa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang benar dan akan selalu gagal. Sikap pasrah dan putus asa akan sering ditunjukkan peserta didik. 2.
Masalah kelompok Masalah kelompok dapat terjadi karena pembelajaran berlangsung dalam
situasi kelompok kelas. Pendekatan proses kelompok dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan kelompok seperti ini. Akan tetapi, pendekatan proses kelompok sendiri juga dapat menimbulkan masalah kelompok semacam ini, sehingga dibutuhkan alternatif pendekatan lainnya. Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a.
Kurangnya kekompakan
b.
Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
c.
Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
d.
Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
21
e.
Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
f.
Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
g.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan
kelompok ini, guru merupakan faktor kunci dalam penentu keberhasilan. Jika dalam menerapkan pendekatan proses kelompok timbul masalah semacam itu, guru harus mampu memberikan pengertian kepada peserta didik dan mencarikan solusi dengan menawarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah kepada peserta didik sehingga diperoleh penerimaan kelompok.
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan
1.
Supriyanto
(2013)
dalam
Journalnya
yang
berjudul
“Peningkatan
keterampilan ilmiah melalui pemanfaatan KIT dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam siswa kelas V sekolah dasar negeri Beningan tahun pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan KIT dapat meningkatkan keterampilan ilmiah siswa kelas V SD Negeri Beningan. Keterampilan ilmiah tersebut meliputi
observasi,
aplikasi,
prediksi, interpretasi, penggunaan alat, eksperimen, dan komunikasi. Skor rerata pra tindakan adalah 2,28. Hasil tersebut belum melebihi skor rerata ketuntasan belajar yang diharapkan, yaitu mencapai skor rerata di atas 2,5. Skor rerata tindakan pada pertemuan pertama mencapai skor rata-rata 3,14,
22
pada pertemuan kedua mencapai skor rata-rata 3,15, pada pertemuan ketiga mencapai skor rata-rata 3,04, dan pada pertemuan keempat mencapai skor rata-rata 3,04. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan KIT IPA dapat meningkatkan keterampilan ilmiah siswa kelas V Sekolah Dasar Beningan dengan skor rerata keseluruhan adalah 3,09. Hasil tersebut telah melebihi skor rerata ketuntasan belajar yang diharapkan, yaitu mencapai skor rerata di atas 2,5. 2.
Khoirun Nisak (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Selotambak Kraton Pasuruan”. Hasil penelitian menunjukkan (1) Pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA (2) Adanya peningkatan hasil belajar IPA. Dimana perolehan rerata pretes 38,4, siklus I menjadi 55,0 dan meningkat menjadi 64,7 pada siklus II, (3) Adanya peningkatan aktivitas siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses terlihat dari perolehan rerata siklus I 60,7 dan siklus II 68,7. Jadi disimpulkan penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Purnamasari Pertiwi (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman konsep luas segitiga pada matapelajaran matematika siswa kelas IV SDN Rampal Celaket I Kota Malang”. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pembelajaran
konsep
pengukuran
luas
segitiga
melalui
pendekatan
keterampilan proses, dari tes awal sampai akhir siklus II, adalah nilai rata-rata
23
34,2%, nilai maksimum 25%, dan nilai minimum 66,7%. Dengan demikian penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hal-hal dalam kajian teoritis di atas maka hipotesis tindakan penelitian adalah sebagai berikut : “Jika menggunakan pendekatan proses, maka hasil belajar siswa dalam pengajaran IPA pada Energi Bunyi siswa kelas IV SDN 1 Biau akan meningkat“.
2.4
Indikator Keberhasilan Kegiatan belajar mengajar guru di SDN 1 Biau Kecamatan Biau
Kabupaten Gorontalo Utara dikatakan berhasil jika telah minimal mencapai 75% dari aspek-aspek kegiatan belajar mengajar termasuk kategori baik (B) dan Sangat Baik (SB). Aktivitas siswa pada materi ini dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dikatakan berhasil jika telah minimal mencapai 75% dari aspek-aspek pembelajaran siswa termasuk kategori Baik (B) dan Sangat Baik (SB). Hasil belajar siswa pada materi ini melalui keterampilan proses dihasilkan tuntas jika telah terdapat sebanyak 75% siswa memperoleh nilai minimal 75.