BAB II STUDI PUSTAKA 2.1
Belajar dan Hasil Belajar
2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14). Belajar adalah suatu proses pemerolehan perubahan tingkah laku secara keseluruhan, untuk dijadikan pengalaman dirinya sendiri baik di dalam ataupun di lingkungannya, oleh Drs. Slameto dalam (Djamarah, 1999). Kedua argumen yang tercantum diatas, belajar dapat diartikan sebagai perubahan yang ada pada diri siswa yang disebabkan karena adanya pengalaman yang ia dapat, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. 2.1. 2 Hasil Belajar Pengetian hasil belajar menurut beberapa ahli diantaranya Hamalik (2001) menyatakan bahwa bila seorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. (Anni, 2006) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkan dalam pengartian Sudjana (2004, hal. 22) memaparkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki anak setelah mendapatkan pengalaman belajar. Hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu; 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah Hasil belajar yang didapat siswa dipengaruhi oleh berapa faktor, yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar siswa itu sendiri, Sudjana (1989, hal. 39). Aspek bidang kognitif (penguasaan intelektual),bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), dan bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku)
5
6
adalah aspek-aspek yang dipandang sebagai hasil belajar siswa, Sudjana (1989, hal. 49). Pada umumnya hasil belajar dapat dinilai melalui tes. Tes tersebut merupakan tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011, hal. 55). Jadi, hasil belajar dapat diartikan sebagai keterampilan yang diperoleh setelah adanya proses pembelajaran dengan segala faktor penunjangnya baik internal maupun eksternal, dilihat dari hasil tes yang diberikan. 2.2
Model Pembelajaran SQ3R
2.2.1 Hakikat Pembelajaran Pembelajaran dalam pengartian Sagala (2003) adalah penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar yang terjadi secara alami sehingga siswa dapat mempelajari nilai yang benar. Pengertian lain didapat dari Dimyati dan Mudjiono (1999), dimana pembelajaran adalah kegiatan oleh guru secara terprogram dalam desain instruktional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang memanfaatkan sumber belajar agar siswa mendapat nilai-nilai yang benar secara aktif. 2.2.2 Model Pembelajaran “Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran” (Sudrajat, 2008). Menurut Joyce, model pembelajaran adalah suatu susunan yang digunakan untuk pedoman dalam perencanaan pembelajaran agar terarah sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Trianto (2007, hal. 5). Pengertian model pembelajaran menurut Depdiknas (2005, hal. 3) adalah suatu konsep untuk mengajarkan materi dalam mencapai tujuan tertentu yang mencakup strategi, pendekatan, metode serta teknnik.
7
Jadi, model pembelajaran adalah suatu rancangan untuk digunakan sebagai acuan mengajarkan materi pada proses belajar-mengajar agar tujuan yang hendak didapat tercapai. 2.2.3 Model Pembelajaran SQ3R Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey ,Question , Read, Recite, dan Review, (Slameto; dkk, 2011-2012). Metode belajar SQ3R adalah kiat yang dirancang untuk memahami isi teks. SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Alokasi waktu yang diperlukan dalam metode belajar SQ3R relatif sama dengan metode mempelajari teks biasa, tetapi hasil pembelajaran dapat diharapkan lebih memuaskan, karena siswa menjadi pembaca aktif, dan terarah langsung pada intisari teks, (Syah, 1995, hal. 130) Francis P. Robinson dalam Mushlihin (Al-Hafizh, 2012) mengemukaka Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) bersifat praktis dan bisa diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. Jadi model pembelajaran SQ3R adalah pedoman dalam perencanaan pembelajaran untuk membaca dan mengambil intisari dari bacaan. 2.2.4 Kelebihan Model Pembelajaran SQ3R Menurut (Al-Hafizh, 2012) melalui model SQ3R, siswa dapat ; 1. terbiasa berpi kir terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan telatih untuk bisa membuat pertanyaan. 2. berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mendalami isi bacaan atau teks tersebut. 3. saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.
8
2.2.5 Langkah Penerapan SQ3R Adapun langkah-langkah yang ada pada model pembelajaran SQ3R (Syah, 1995). 1. Survey (Memeriksa dan Meneliti). Pada langkah ini guru perlu membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh isi bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul, bagian (heading) dan judul sub-bagian (subheading), istilah dan kata kunci, dan sebagainya. 2. Question (Bertanya). Langkah berikutnya, guru memberi petunjuk kepada siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bacaan. 3. Read (Membaca). Langkah ketiga, guru menyuruh siswa untuk membaca secara aktif untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua. Dalam langkah ini, membaca aktif
yakni
memfokusksan
pada paragraf-paragraf
yang
diperkirakan mengandung jawaban yang sekiranya relevan dengan pertanyaan tadi. 4. Recite (mengomunikasikan setiap jawaban yang telah di temukan). Langkah keempat, guru menyuruh siswa menyebutkan lagi jawaban dari pertanyaan yang telah disusun. Dalam tahapan ini diusahakan siswa dilatih untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tak terjawab, siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Dan seterusnya. 5. Review (Mengulangi). Langkat terakhir guru menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. 2.2.6 Langkah-Langkah Penerapan SQ3R dalam Standar Proses Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
9
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
No. 1.
Pembelajaran dalam
Kegiatan Guru
Standar Proses Kegiatan pembuka
-
Kegiatan Siswa
Guru menyiapkan -
Siswa menyiapkan diri
buku dan sumber
untuk belajar
belajarn lain, serta menjelaskan langkah kegiatan 2.
Kegiatan inti: -
Explorasi
-
-
Mendampingi
-
Memeriksa isi teks
siswa memeriksa
yang sudah ditentukan
teks bacaan
guru
Mengarahkan
-
Membuat pertanyaan
siswa membuat
dari teks yang sudah
soal dari teks
diperiksa
yang diperiksa -
Elaborasi
-
Mengarahkan
-
Menjawab/melengkapi
siswa menjawab
pertanyaan yang dibuat
dan melengkapi
dengan membaca
soal yang dibuat
teks/sumber lain
dengan cara membaca teks bacaan -
Konfirmasi
-
Menyuruh siswa
-
Memaparkan apa yang
menkomunikasian
diingat dari pertanyaan
apa yang diingat
dan jawaban serta
dari teks dan
sumber lain
jawaban
10
pertanyaan 3.
Kegiatan penutup
-
Mengulas
-
Mengulas kemabli
kembali apa
apa yang dipelajari
yang dipelajari
dari teks dan
dari teks
mengambil kesimpulan
Tabel 2.1 Penerapan SQ3R pada Standar Proses
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" Agus. S dalam Wikipedia (2013). (Puskur, 2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut H.W Fowler dalam (Trianto, 2012) IPA adalah pengetahuan yang sudah sistematis, tersusun dan dirumuskan, yang berdasarkan pada pengamatan ataupun deduksi, serta berkaitan dengan gejala-gejala kebendaan. Pendapat lain dari Wahyana dalam Trianto (2012, hal. 136) IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang sistematis, dimana penggunaannya terbatas pada gejala-gejala alam. IPA dapat digolongkan menjadi tiga bidang, yakni biologi, fisika, dan kimia. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan teori sistematis yang meliputi penguasaan konsep, fakta, prinsip yang menuntut sikap ilmiah dan hasilnya terwujud dalam produk ilmiah.
11
Tujuan pengajaran IPA menurut (Aprianto, 2008) adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapkan berbagai konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Depdiknas dalam Trianto (2012), tujuan dan fungsi IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi: 1. menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah 3. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi 4. menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA. 2.4 Langkah Pembelajaran untuk Penelitian Langkah pembelajaran yang ditentukan oleh peneliti adalah, sebagai berikut: 1. Mengambil nilai tes IPA semester 1 sebagai nilai tes kondisi awal. 2. Menentukan materi yang sesusai dengan silabus semester 2 dari SD N 1 Soborejo Pringsurat. 3. Membuat RPP dengan model pembelajaran SQ3R. 4. Tindakan. 5. Memberikan tes kondisi akhir. 6. Membandingkan hasil nilai tes kondisi awal dengan nilai tes kondisi akhir.
12
2.5
Kajian Hasil Penelitian Relevan
2.5.1 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Mapel IPA Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa SD kelas V dengan menerapkan strategi SQ3R (survey, question, read, recite, review) pada judul Penerapan Strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA pokok Bahasan Bumi dan Alam Semesta, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I yaitu: perhatian 7,18% keaktifan 10,46%, nilai hasil belajar 43,12% mengalami peningkatan pada siklus II yaitu: perhatian 8,81%, keaktifan 11,37%, nilai hasil belajar 67,81. Dianggap siklus I dan II belum tuntas maka peneliti melanjutkan dengan siklus yang ke III. Adapun perubahan pada siklus III perhatian 10,25%, keaktifan 13,12% dan hasil belajar menjadi 94,68%. Rohman (2011).
2.5.2 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Hasil Belajar Penelitian oleh (Sri, 2009) denga judul Upaya Meningkatka Hasil Belajar Mapel SKI dengan Menggunakan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Materi Pokok Dinasti Al-Ayyubiah pada Siswa Kelas VIII A Mts NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tahun Ajaran 2009/2010. Didapatkan hasil terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Ini dibuktikan dengan pra siklus 47,82% dan rata-rata 69,13 meningkat pada siklus 1 menjadi 69,56% dan rata-rata 69,98 dan siklus 2 menjadi 86,95% dan rata-rata 76,21. Dalam penelitian lain oleh (Rafikawanti, 2010) dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan penerapan dengan metode SQ3R dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini dapat ditunjukan dengan hasil tes prestasi belajar Pra Siklus dari 33 siswa, nilai rata-ratanya 57,5 yang mendapat nilai diatas KKM(60) sebanyak 17 siswa atau 51,5% dan siswa yang mendapat nilai diatas KKM adalah 16 siswa persentasinya adalah 48,4%. Siklus I nilai rata 61,5%, sebanyak 11 siswa yang di bawah KKM dengan persentasi 33,3 % dan
13
yang diatas KKM 22 siswa aatu 61,6%. Siklus II rata-rata 66,6% yang mendapat nilai di bawah KKM 0 siswa atau 0% dan yang diatas KKM 33 siswa atau 100%. 2. 5. 3 Kajian Hasil Penelitian Relevan Model SQ3R pada Hasil Belajar dan Mapel IPA Palupi (2012), hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan tindakan kelas melalui penerapan strategi pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Banyudono dalam proses pembelajaran Biologi. Rata-rata persentase capaian setiap indikator untuk angket hasil belajar ranah afektif untuk siklus I 69,48% dan siklus II 78,09% (meningkat 8,61%). Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator yang didapatkan dari hasil observasi hasil belajar ranah afektif untuk siklus I sebesar 55,35% dan siklus II 63,76% (meningkat 8,41%). Rata-rata hasil belajar ranah kognitif berdasarkan tes evaluasi untuk siklus I sebesar 74,84 dan siklus II 85,63 (meningkat 10,79). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Banyudono dalam proses pembelajaran Biologi. Wahyuni (2010) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model SQ3R dengan LKS Terstruktur dan Tidak Terstruktur terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Indera Penglihatan di SMA N 10 Palembang. Penerapan pembelajaran Model SQ3R dengan LKS Terstruktur maupun Tidak Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa berdasarkan nilai pengujian tes awal dan tes akhir siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 di SMA Negeri 10 Palembang. Tes awal dan tes akhir siswa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 13,723 > 2,0211 artinya Model pembelajaran SQ3R dengan LKS Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa. menggunakan uji Paired Sampel t Test menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS Tidak Terstruktur mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena nilai t-hitung lebih besar dari ttabel,
14,345 > 2,0195 artinya Model pembelajaran SQ3R dengan LKS Tidak
Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
14
2.6 Kerangka Pikir Beberapa siswa kelas V di SD N 1 Soborejo Pringsurat memiliki hasil belajar yang kurang memuaskan pada mapel IPA. Pada semester 1 tahun ajara 2012-2013, ada 7 siswa dengan nilai dibawah KKM dengan jumlah siswa di kelas 12 anak. Ini membuktikan bahwa hasil belajar mapel IPA di kelas ini rendah. Dari keadaan awal kelas yang kurang aktif, serta ketertarikan siswa terhadap membaca yang kurang antusias, dan hasil belajar yang kurang memuaskan, diberi tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran SQ3R. Setelah diberi tindakan, keadaan kelas menjadi lebih aktif dan hasil belajar meningkat.
Hasil balajar tidak memuaskan
Penerapan model SQ3R, dengan kelebihan: 1. terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga siswa aktif dan telatih untuk bisa membuat pertanyaan. 2. berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mendalami isi bacaan. 3. saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.
Siswa aktif, lebih tertarik membaca, perhatian meningkat
Hasil belajar meningkat
Materi dipahami
Gambar 3.1 Kerangka pikir
2.7 Hipotesis Tindakan Penerapan model pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar mapel IPA kelas V di SD N Soborejo Pringsurat.