7
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Istilah kinerja (performance) terkait dengan beberapa pemaknaan, antara lain pengertian kinerja, pengukuran kinerja (measurement performance) dan indikator kinerja (performance indicator). Konsep kinerja dalam berbagai literatur secara redaksional cukup bervariasi, akan tetapi secara substansi pada umumnya mengarahkan kepada makna unjuk kerja atau prestasi kerja, ataupun pencapaian hasil kerja. Hal ini antara lain terlihat dari pengertian kinerja menurut Bateman, Heather et al. (2003:196-197), bahwa kinerja (performance), merupakan suatu kata kerja yang berarti “the way in which someone or something act performance of staff against objectives how saff have worked, measured against the objectives set” makna yang terkandung didalam defenisi ini pada prinsipnya kinerja merupakan suatu pengukuran terhadap tindakan kerja seseorang pegawai berdasarkan sasaran yang ditetapkan. Mangkunegara (2000:67) memberikan pengertian kinerja sebagai”hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Pengertian yang senada terlihat pula dalam Dictionaries Encarta 2009, bahwa kinerja ini dimaknai sebagai “working effectiveness” or “accomplishment of
something: the act of carrying out or accomplishing
something such as a task or action”. kinerja dalam konteks ini terkait dengan
8
efektifitas kerja atau prestasi dari sesuatu. Efektifitas kerja berhubungan dengan cara dimana seseorang melakukan pekerjaan dan dinilai efektifitasnya. Sementara itu, prestasi dari sesuatu berhubungan dengan tindakan seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu seperti tugas. Menurut Brumbrach (dalam Amstrong, 2006:498). Menjelaskan keberadaan kinerja sebagai: “Performance means both behaviours and results. Behaviours emanate from the ferformer and transform performance from abstraction to action. Not just the instruments for results, behaviours are also outcomes in their own right - the product of mental and physical effort applied to tasks – and can be judget apart from results‟‟. Pengertian : " kinerja berarti perilaku dan hasil. Perilaku berasal dari pelaku dan mengubah kinerja dari bentuk abstrak ke tindakan bukan hanya alat untuk hasil, perilaku juga hasil mereka senddiri untuk memproduksi mental dan fisik yang diterapkan ke tugas dan dapat dinilai terpisah dari hasil. Kinerja pada prinsipnya dipandang sebagai suatu interaksi antara perilaku dan hasil. Dalam konteks ini perilaku yang bersumber dari pekerja dan bersifat abstrak ditransformasi menjadi tindakan, atau merupakan suatu produk dari usaha mental dan fisik yang diterapkan dalam pelaksanaan suatu aktifitas atau tugas, sehingga keberadaan prilaku dapat dinilai sebagai suatu hal yang terpisah dari hasil. Dalam pandangan yang lain, Wood et al. (2001:67). Menjelaskan bahwa “ Performance is a concise measurement of the quantity and qualitity of the contribution of the tasks performed by individuals or work groups or organizations.”
9
Pandangan Wood ini secara umum mengartikan bahwa pada prinsipnya kinerja merupakan suatu pengukuran ringkas secara kuantitas dan kualitas kontribusi tugas- tugas, baik yang dilakukan pada tingkat individu, kelompok kerja, maupun organisasi. Bertitik tolak dari pengertian kinerja itu, maka pada dasarnya keberadaan kinerja dapat ditemui dalam berbagai tingkatan, baik pada tahap individu, kelompok, maupun organisasi, dan dapat dinilai dari berbagai persfektif atau sudut pandang. Kinerja pada tahap individu pada dasarnya secara akumulasi akan mencerminkan kinerja kelompok, dan kinerja kelompok akan menggambarkan kinerja organisasi, karena pada hakekatnya keberadaan individu, baik sebagai pribadi maupun kelompok dalam suatu organisasi merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan organisasi secara keseluruhan. Hal ini sejalan apa yang dikemukakan oleh Keban (2008:213) bahwa “ apa yang dilakukan oleh individu tidak terlepas dari desain proses dan struktur serta perilaku organisasi yang berlaku.” Dalam konteks ini, kinerja organisasi dimediasi melalui keahlian dan usaha manusia. Sejalan dengan perumusan diatas penulis dapat menghubungkan antara kinerja guru dengan pembelajaran. Dimana pembelajaran ini diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang guru, dan memberikan yang terbaik kepada peserta didik. Kinerja merupakan dualisme antara perilaku dan hasil. Dengan kata lain bahwa kinerja dan pembelajaran adalah suatu komponen yang saling berhubungan, akan tetapi pembelajaran sebagai pemberi rangsangan dan kinerja menerima rangsangan dari pembelajaran. Mengertinya bahwa keberhasilan
10
pembelajaran dapat menggambarkan kinerja seorang guru sebab kinerja hanya melihat melihat dari segi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru dan berdaya guna kepada peserta didik. 2.1.1 Pengukuran Kinerja Untuk mengetahui keberhasilan kerja atau pencapaian hasil kerja pegawai didalam suatu organisasi, perlu dilakukan pengukuran kinerja (measurement performance) sebagai suatu cara untuk menilai keberhasilan kerja. Secara umum pengukuran kinerja menurut Poister (2003:4). menjelaskan: “perpormance measurement is intended to produce objective, relevant information on program or organizational performance that can be used to strengthen management and inform decision making, achieve results and improve overall performance, and increase accountability”. Pengertian: pengukuran kinerja ini dimaksudkan untuk menghasilkan tujuan, informasi yang relevan pada kinerja program atau organisasi yang dapat digunakan untuk memperkuat manajemen dan menginformasikan pengambilan keputusan, mencapai
hasil dan meningkatkan keseluruhan kinerja dan
meningkatkan akuntabilitas ". Menurut Pizam (2005:469) pengukuran kinerja merupakan komponen penting dari proses pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja digunakan untuk berbagai alasan, sebagaimana yang diungkapkannya: “the term „perfomance measurement‟ has been in existence for a considerable time as an important component of the decision – making process. Performance measurement is utilized for different reasons: to monitor activities in business units and trought time, for diagnosing problems and taking corrective action, to pacilitate continuous improvement in key areas and to promote behavior in ways that would help sustain competitive advantage. Overall, performance measurement is considered to be an integral part of the management processes to identify
11
the poor performing areas or opportunities so that better plans can be developed”. Pengertian: “ bentuk pengukuran kinerja sudah ada sejak lama sebagai komponen penting dari proses pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja digunakan untuk berbagai alasan untuk memantau kegiatan di dalam unit bisnis dan waktu, untuk mendiagnosa masalah dan mengambil tindakan yang benar, untuk memfasilitasi perbaikan lanjutan dalam bidang utama dan untuk mempromosikan perilaku dalam cara yang akan membantu mempertahankan keunggulan kompetitif. Secara keseluruhan, pengukuran kinerja adalah dianggap sebagai bagian integral dari proses manejemen untuk mengidentifikasi bagian yang sedikit kinerja atau peluang sehingga rencana yang lebih baik dapat dikembengkan ". Berdasarkan pada pandangan terhadap kegunaan dari pengukuran kinerja itu, dapat digaris bawahi bahwa pengukuran kinerja pada intinya dimaksudkan sebagai suatu upaya memperbaiki manajemen internal organisasi berdasarkan imformasi yang relevan, objektif dalam rangka pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dari sisi presfektif subjek pengukuran kinerja dalam suatu organisasi dapat berupa kinerja perorangan atau kolektif ataupun kombinasi keduanya. Hal ini sebagaimana
yang diungkapkan oleh Stiffler (2006:92)
mengemukakan keberadaan pengukuran kinerja pada tingkat individu sebagai suatu pengukuran yang terkait dengan penerapan ukuran yang sesuai dengan kinerja dari semua karyawan untuk menentukan sejauh mana mereka telah
12
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi dan departemen, dan tujuan individu sebagaimana yang dijelaskannya: “Measurement at the individual level is about applying the appropriate yard stick to the performance of al employees to determine the extent to which they have contributed to the achievement of organizational and departmental objectives and individual goals”.
Pengertian: "Pengukuran pada tingkat individu adalah tentang menerapkan sesuai ukuran untuk kinerja kariyawan serta menentukan sejauh mana mereka telah berkontribusi untuk mencapai tujuan organisasi serta tujuan-tujuan individu". Adapun pengukuran kinerja dari sisi sumber pengukuran bisa berasal dari berbagai sumber, sebagaimana diungkapkan oleh Boyne (2006:6) bahwa : “performance measures are derived from a variety of sources including inspections, user and citizen satisfaction surveys and archival data”. Termasuk inspeksi penggunaan dan survey kepuasan warga Negara dan arsip-arsip data. Dengan demikian berdasar pada presfektif subjek pengukuran kinerja pada dasarnya dapat dilakukan pada tingkat individu baik secara perorangan ataupun kelompok, dan sumber pengukurannya dapat dilakukan secara internal, misalnya melalui inspeksi atau secara eksternal, antara lain melalui pengguna dan survei kepuasan masyarakat penerima layanan, ataupun melalui arsip data yang tersedia. 2.1.2. Dimensi dan Indikator Kinerja Sebagai konsekuensi logis dari suatu proses pengukuran kinerja, dengan sendirinya keberadaan indikator kinerja (Performance Indicator). Menjadi faktor
13
pendukung yang sangat penting, dimana keberadaan indikator kinerja dalam proses pengukuran kinerja pada prinsipnya berfungsi sebagai alat atau instrument untuk melakukan pengukuran suatu kinerja. Menurut Batemen, Heather. Et al. (2003:196). Indikator kinerja dimaknai sebagai: “a figure or measurement that acts as a guide to how well an organization is performance, as a whole or in some aspect of its activities, and what its strengths and weaknesses are (NOTE: performance indicator can relate, for example, to the quality of its output or to the turnover rate amongst its staff.)” Pegertian: " seorang tokoh atau pengukuran yang bertindak sebagai panduan untuk mengetahui seberapa baik suatu organisasi adalah kinerja, secara keseluruhan atau dalam beberapa aspek dari kegiatan, dan apa kekuatan dan kelemahan ( catatan: indikator performa dapat berhubungan, misalnya untuk kualitas keluarnya atau tingkat pergantian para stafnya) ". Dengan demikian, indikator kinerja merupakan suatu panduan yang dapat berupa angka atau ukuran dalam rangka menilai kinerja organisasi, baik secara keseluruhan maupun beberapa aspek kegiatan saja, serta menilai kekuatan dan kelemahan. Selain itu, indikator kinerja dapat berhubungan dengan kualitas maupun kuantitas dari output para pegawai dalam suatu organisasi. Diberbagai kepustakaan, perspektif para ahli mengenai indikator kinerja sebagai panduan di dalam melakukan pengukuran kinerja cukup beragam. Hal ini terlihat dari pendapat Poister (2003:47) yang mengemukakan beberapa dimensi yang relevan digunakan untuk menilai kinerja dalam organisasi publik dan nonprofit, yaitu “out, productivity, efficiency, service quality, effectiveness, costeffectiveness, and custumer satisfaction”. Diluar, produktivitas, efisiensi,
14
kualitas jasa, evektivitas, costeffetiveness, dan kepuasan konsumen. Secara operasional, Poister (2003:50-54) menjelaskan keberadaan pengukuran dari beberapa dimensi kinerja dalam organisasi publik dan non-profit sebagai beikut: 1. Ukuran Hasil (Output Measure) Ukuran hasil merupakan langkah yang penting karena keberadaannya mewakili produk langsung dari organisasi publik atau program non-profit (nirllaba). Ukuran hasil (output) menurut Poister (2003 : 50) dapat dinilai dari: “They often measure volumes of programmed activity; outpus are aften measured in terms of the amount of work that is performed; finally, output measures something reprent the number of cases that are dealt with by a program”. Pengertian : "Mereka sering mengukur volume kegiatan terprogram; outpus yang aften diukur dari jumlah pekerjaan yang dilakukan, akhirnya mengukur output, reprent sesuatu jumlah kasus yang ditangani oleh program". Dengan demikian dari penjelasan ukuran hasil itu, maka pada dasarnya ukuran hasil terkait dengan ukuran volume kegiatan dari suatu program; ukuran jumlah pekerjaan yang dilakukan; ataupun jumlah kasus yang ditangani oleh sebuah program. Menurut Poister (2003 : 50). 2. Ukuran Produktivitas (Productivity Measures) Secara umum, ukuran produktivitas terkait dengan rasio antara input dengan output. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Poister (2003:50) yang menyatakan: “Productivity indicators most aften measure the rate of producsion persome specific unit of resource, usually staff or employees. To be meaningful they also must be defined in terms of some particular unit of time,…sometimes the specific resource used as the basis for a productivity indicator may measure equipment rather than personnel… In some cases,
15
productivity ratios use the unit of measurement in both the numerator and denominator”. Pengertian: "Indikator Produktivitas paling sering mengukur tingkat produksi beberapa unit dari sumber daya tertentu, biasanya staf atau karyawan. Untuk menjadi bermakna mereka juga harus didefinisikan dalam beberapa unit waktu tertentu, ... kadang sumber daya tertentu yang digunakan untuk indikator yang dapat mengukur peralatan daripada personil ... Dalam beberapa kasus, produktivitas
rasio menggunakan unit pengukuran di kedua pembilang dan
penyebut ". Mencermati penjelasan ukuran produktivitas Poister tersebut, maka indikator produktivitas paling sering diukur berdasarkan tingkat produksi perunit tertentu dari suatu sumber daya (staf atau karyawan); atau kadang-kadang sumber daya tertentu digunakan sebagai dasar untuk mengukur indikator produktivitas peralatan daripada tenaga. Selain itu dalam beberapa kasus, rasio produktivitas menggunakan unit pengukuran antara pembilang dan penyebut. 3. Ukuran Efisiensi (Efficiency Measures) Ukuran efisiensi pada dasarnya identik dengan ukuran produktivitas, namun pengukurannya lebih dititik beratkan pada aspek biaya, sebagaimana dijelaskan oleh Poister (2003:51) bahwa: “Like productivity indicators, measures of operating efficiency relate outpus to the resources utilized in producing them, but efficiency indicators look at the ratio of output to the dollar cost of the collective resources consumend in producing them”. Pengertian: "Seperti iproduktivitas indikator, ukuran efisiensi operasi berhubungan output untuk sumber daya yang digunakan dalam memproduksi
16
mereka, tetapi melihat indikator efisiensi rasio output untuk biaya dolar kolektif sumber daya yang dikonsumsi dalam memproduksi mereka". Secara operasional ukuran efisiensi berhubungan dengan sumber daya yang dimanfaatkan dalam memproduksi suatu output, dengan penekanan pada indikator efisiensi rasio output terhadap jumlah biaya yang digunakan didalam memproduksi output mereka. 4. Ukuran Efektivitas (Effectiveness Measures) Ukuran efektivitas pada dasarnya terkait pencapaian tujuan dasar dari suatu program tertentu. Oleh karena itu pengukurannya dipandang sesuatu yang penting dalam menilai suatu kinerja. Hal ini sebagaimana tergambar dari penjelasan Poister (2003:52): “ It is probably fair to say that effectiveness measures constitute the single most important category of performabce measure because they represent the degree to wich a program is producing its intended outcomes and achieving the desired result”.
Pengertian: " hal ini mungkin adil untuk mengatakan bahwa langkahlangkah efektifitas merupakan satu kategori yang paling penting dari ukuran kinerja karena mereka mewakili tingkat yang program ini menghasilkan hasil yang dimaksudkan dan mencapai hasil yang diinginkan". Penjelasan pentingnya ukuran produktivitas pada dasarnya dilatar belakangi oleh keberadaan pengukuran efektifitas yang dipandang mewakili gambaran dari capain hasil atau produksi dari suatu program tertentu. Lebih jauh Poister (2003:53) menjelaskan “The most important effectiveness mesures tie back to the basic purpose of a given program”. Penjelasan ini mencerminkan
17
bahwa yang paling penting dari pengukuran efektivitas adalah untuk mengikat kembali tujuan dasar dari suatu program tertentu. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengartikan bahwa kinerja merupakan produktivitas atau keberhasilan yang dilakukan oleh seorang guru tentang apa yang dikerjakan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yang telah diembannya.
1.2 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga-tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materi meliputi buku, papan tulis, kapur, foto grafik, slide, film, audio, video tape, dan komputer, prosedur pembelajaran yang meliputi jadwal, metode dan peyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya. (Samatowa, 2002:5). Hal ini dikemukakan oleh Dewey, (1970). Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar siswa. ilmu ini lebih tepat dipandang sebagai ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktik pembelajaran. Hal ini senada dengan penjelasan oleh Glaser (dalam, Uno:2009:vi). Dikatakan merupakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.
18
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng (dalam, Uno: 2009 : 83) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. dalam pengertian ini secara implicit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dengan demikian bahwa pembelajaran atau pengajaran merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk memanusiakan manusia dalam rangka mencerminkan kehidupan bangsa. 1.3 Pengertian Guru Guru dalam bahasa sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi secara harfiahnya adalah “berat” artinya seorang pengajar suatu ilmu. Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajak, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik Pengertian guru menurut undang-undang guru dan dosen dalam (tim redaksi fokus media : 2009 ) adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
19
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal dalam definisi yang lebih luas setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat dianggap seorang guru. Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3 ). Guru dianggap sebagai tolak ukur berhasil tidaknya suatu pendidikan. Program pendidikan sering di anggap tergantung pada kualitas guru pengajarannya oleh sebab itu, kualitas guru dapat dipakai sebagai indikator input dalam analisis efisiensi pendidikan Guru merupakan faktor yang dianggap penting juga dalam mengarahkan anak pada tingkat kedewasaan. Guru memiliki peran fungsi dan tugas tersendiri dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Guru yang tidak professional kadang-kadang kurang cakap dalam membawakan atau melaksanakan tugasnya. Disamping itu kecakapan kognitif, guru juga harus memiliki kecakapan yang afektif dan psikomotor. Guru dituntut untuk lebih bisa membimbing dan mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan mereka. Karena guru merupakan orang tua kedua di rumah, maka setiap perilaku dan tindakan-tindakannya sebagai teladan bagi anak-anak didik mereka. Jadi dengan demikian, bahwa guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga pendidikan; dalam hal melakukan proses pembelajaran. Berhasilnya suatu pembelajaran di tentukan oleh seorang guru, di samping itu juga guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran.
20
1.4 Peranan Guru Peranan guru adalah sebagai director of learning (direktur belajar) maksudnya, setiap guru diarahkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Syaodih ( dalam Anwar 2003:13) mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum bagi kelasnya. Guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana, (implementer) dan penilaian (evaluator) pembelajaran. Pengertian proses belajar mengajar mempunyai makna yang lebih luas dan lebih berarti daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan antara siswa sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar. Dalam aktivitas tersebut, terdapat interaksi antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Seperti telah dimaklumi bersama, bahwa proses belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan tingkah laku, yang berarti bahwa seseorang yang telah melalui proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku. Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi
21
aman untuk belajar, beberapa penelitian menunjukan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian proses belejar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar hanya ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi. Dalam hubungan ini, guru berfungsi sebagai motifator dalam keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama adalah pendidik, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didik, baik jasmani maupun segi psikis. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan peserta didik, sistem motivasi atau kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mental dan sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan timbul juga apabila guru benar-benar memahami seluruh pribadi peserta didik. Disamping memahami subjek didik, salah satu tugas guru yang tidak boleh diabaikan adalah mengenal dan memahami dirinya. Memahami dan mengenal siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal dan memahami dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasi, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang dimilikinya. Jenis-jenis informasi tentang dirinya sangatlah membantu para guru itu sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam tugasnya seperti konflik, ilustrasi, maladjustment (Latihan kemampuan penguasaan diri ) dan
22
sebagainya. Agar guru dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaikbaiknya maka guru itu sendiri harus menghindari masalah-masalah tersebut diatas. Sesuai dengan bidang tugasnya maka seorang guru tidak hanya berperan dalam interaksi dengan siswa tetapi interaksi
yang mencakup ruang lingkup
lingkungan sosial yang lebih luas baik keluarga, sekolah maupun variasi peranan guru, dengan demikian dapat diartikan bahwa kompotensi guru akan meliputi unsur-unsur: a. Guru sebagai pendidik dan pengajar, sehubungan dengan perannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus mempunyai pengetahuan luas, menguasai bahan pelajaran/ bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran dan sebagainya b. Guru sebagai anggota masyarakat, bersikap terbuka, tidak bertindak secara otoriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah pada siapapun suka menolong dimanapun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap pemimpin, teman sejawad dan para siswa. c. Guru sebagai pemimpin, bekerja dalam tim, bertindak selaku penasehat dan orang tuah bagi murid-muridnya serta membuat keputusan yang tepat, cepat, rasional, dan prkatis. d. Guru sebagai pelaksana administrasi ringan, jujur dan teliti dalam bekerja, rajin, memiliki keterampilan menyusun arsip dan keterampilan mengetik, serta berbagai
keterampilan
lainnya
yang
berkenan
administrasi ringan sekolah, Hamalik (2004:42)
dengan
pelaksanaan
23
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dengan demikian bahwa peran guru sangatlah penting dalam melakukan proses pembelajaran kepada peserta anak didik. Peran guru adalah penentu sukses tidaknya suatu pembelajaran dalam menyajikan materi yang diberikan. 1.5 Hakikat Kinerja Guru Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukan kinerja yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksana kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja”. Dalam kajian yang berkenan dengan profesi guru. Anwar (1986:22) memberikan pengertian kinerja sebagai “seperangkat perilaku nyata yang ditunjukan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya”. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan dan ditunjukan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya”. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajarmengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. (http//Wikipedia.org/wiki/kinerja-22-k). Guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik, Karena tugas utamanya antara lain
24
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru juga berperan sebagai perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran. Kualitas guru dapat ditinjau dari segi proses dan dari segi hasil. Guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu dikuasai oleh sebagian peserta didik dengan baik .( Anwar : 2003). Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawab menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat pada kepatuhan dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya diluar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka pada hakekatnya yang dimaksud dengan kinerja guru dalam hal ini adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.6 Profesionalitas Guru Profesionalitas guru merupakan suatu bentuk pekerjaan yang elastis, yang harus disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan jaman. Hal ini dikemukakan oleh Oteng Sutisna dalam Mukhtar, (2001 : 80). Mendefinisikan
25
istilah profesi dengan menunjuk kepada kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, hanya dalam bentuk abstrak, namun menyediakan suatu status model pekerjaan yang bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisme dengan penuh, sedangkan istilah profesionalisme lebih mengarah kepada suatu bentuk pekerjaan yang menjadi bidang keahlian seseorang. Menurut Rokeach 1969, (dalam, Imbron: 1995 : 209).mengartikan sikap sebagai sistem yang relatif tetap yang memuat didalamnya evaluasi kognitif yang bersifat positif atau negativ, evaluasi efektif yang bersifat suka atau tidak suka dan kecenderungan bertindak yang bersifat pro atau kontra terhadap objek psikologik yang dihadapi. Berarti, guru yang puas pekerjaannya menjadi indikasi positifnya sikap dia terhadap pekerjaan; atau tidak puas, maka sikapnya tidak lagi positif terhadap pekerjaannya. Berdasarkan pandangan parah ahli di atas maka guru secara profesional merupakan profesi / jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, karena jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, yang dalam posisinya berada diluar bidang kependidikan, meskipun kenyataannya masih juga dilakukan oleh orang-orang diluar kependidikan. Akibatnya, jenis profesi keguruan terkadang memiliki masalah, yakni tidak dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa, kemanusiaan, dan masarakat. (Mukhtar, 2001 : 80). Bepijak pada pendapat para ahli di atas maka dengan demikian bahwa pendidikan kewarganegaraan (PKn), merupakan persyaratan utama yang perlu diketahui, dipahami, dan diperdalam oleh masyarakat, khususnya masyarakat
26
ilmiah. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan yang benar- benar berkualitas dan mampu berdaya saing maka yang diperlukan adalah kinerja guru yang profesional untuk melaksanakan panggilan tugas khususnya pembelajaran PKn, yang dapat menyentuh langsung kepada peserta didik, guna mengatasi faktor penghambat dalam pembelajaran seperti: Faktor kemalasan siswa dalam menerima materi PKn. Di samping itu juga guru dituntut berperan aktif untuk meningkatnya mutu pendidikan, yang mampu mengembangkan potensi anak didik untuk memahami bahan ajar yang disajikan oleh pendidik. Pendidikan merupakan sumber pengetahuan yang perlu didukung dan dikembangkan, maka kinerja dan peran guru sangat diharapkan untuk melakukan pembelajaran dalam memotivasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn.
27