PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS) – ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. MERMAID TEXTILE INDUSTRI INDONESIA. Febri Himawan, Udisubakti Ciptomulyono
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] Abstrak Semakin berkembangnya isu tentang kepedulian perusahaan terhadap lingkungan membuat perusahaan berupaya untuk meningkatkan tingkat kepeduliannya terhadap lingkungan. Fokus pengamatan pada penelitian ini adalah pada perancangan sistem dan pengukuran kinerja lingkungan pada bagian finishing PT. Mermaid Textile Industri Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Integrated Environmental Performance Measuring System (IEPMS) guna mengidentifikasi dan merancang Key to Environmetal Performance Indicator (KEPI) yang dikombinasikan dengan Analytical Network Process (ANP) untuk mengetahui bobot dari tiap KEPI yang telah dirancang, kemudian dilakukan penilaian dengan metode Objective Matrix (OMAX) guna mengetahui nilai masing-masing KEPI, dan masingmasing KEPI tersebut di plotkan ke dalam warna merah, kuning atau hijau dengan bantuan Traffic Light System (TLS). Dari hasil penelitian didapatkan 31 KEPI hijau, 4 KEPI kuning dan 18 KEPI merah dengan total nilai 6,41 yang menempatkan pengukuran lingkungan perusahaan ini pada warna kuning. Pada KEPI yang berwarna merah telah dilakukan usulan perbaikan yang terintegrasi baik lewat usulan perbaikan proses, usulan perbaikan system, serta usulan perbaikan yang lainnya. Kata kunci : Integrated Environmental Performance Measuring System (IEPMS), Key to Environmetal Performance Indicator (KEPI), Pengukuran Kinerja Lingkungan Abstract The main focus on this observation concern to design system and environmental performance measurement in finishing section of PT. MERTEX. This research proposed an Integrated Environmental Performance Measuring System (IEPMS). It includes to identify and design the Key to Environmental Performance Indicator (KEPI) which combined with Analytical Network Process (ANP). ANP is utilized to know the weight of each KEPI previously, than Objective Matrix (OMAX) to measure and figure out each KEPI’s value, furthermore Traffic Light System (TLS) is used to read the value of KEPI by plotting into TLS colors. Based on the result of this observation that created 31 green KEPI, 4 yellow KEPI and 18 red KEPI and 6,41 as final score of its environmental performance measurement which is categorized into yellow color concerned as the result. Based from the red KEPI, it had been given improvement suggestion that integrated from the process improvement suggestion, system improvement suggestion, and any other suggestions. Keyword : Environmental Performance Measurement, Integrated Environmental Performance Measuring System (IEPMS), Key to Environmetal Performance Indicator (KEPI).
1. Pendahuluan Semakin tingginya kesadaran perusahaan bahwa performansi dari lingkungan sekitar daerah produksi dapat mempengaruhi performansi dari proses bisnis yang dijalankan. Resiko lingkungan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari proses produksi, dapat berpengaruh terhadap keputusan investor, kebijakan pemerintah dan tingkah laku konsumen (Jones, 2006). Pengolahan proses bisnis dan proses produksi yang ramah lingkungan dapat menyebabkan performansi dari proses bisnis tersebut, tidak hanya itu bahkan dapat mempengaruhi proses bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan manajemen dari lingkungan yang baik agar dapat mendukung proses bisnis dari perusahaan tersebut. Salah satu pendekatan manajemen lingkungan dari proses produksi yang berlangsung adalah dengan melakukan pendekatan pengukuran performansi lingkungan dari potensi dampak yang dapat ditimbulkan oleh masing-masing proses yang berlangsung dengan pendekatan KEPI (Key to Environtmetal Performace Indikator). Dengan pendekatan KEPI tersebut, dapat diindikasikan potensi dampak yang dapat timbul dari tiap-tiap proses, sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan atau tindakan pencegahan pada komponen proses produksi yang mempunyai resiko dampak lingkungan (Jones , 2006). Hal tersebut dapat dilaksanakan karena dengan pendekatan KEPI memberikan indikatorindikator dari tingkat performansi lingkungan yang dilihat dari sudut pandang proses produksi. Industri tekstil merupakan salah satu sumber pencemaran air yang cukup besar, karena air buangannya bersifat alkalis dengan pH dan kadar warna yang tinggi. Sebagian zat warna bersifat racun rendah terhadap lingkungan. Namun dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan masalah terhadap kondisi biologis air (Putu Dyah Ika , 2006). PT. Mermaid Textile Industri Indonesia (PT. MERTEX) adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tekstil yang menggunakan bahan kimia dalam proses produksinya, sehingga dalam proses tersebut secara otomatis menghasilkan limbah cair yang mengandung bahan-bahan kimia yang dapat
membahayakan lingkungan (manusia, hewan dan tumbuhan). Sangat penting bagi perusahaan untuk memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam operasi produksi yang dilaksanakan agar dapat menciptakan keserasian dengan lingkungan disekitarnya. PT. MERTEX Indonesia dibagi atas beberapa bagian produksi yaitu bagian spinning, weaving dan finishing . Bagian spinning merupakan bagian hulu dari aliran produksi perusahaan ini. Pada bagian ini bahan baku berupa kapas diolah sedemikian rupa sehingga menjadi benang siap olah. Weaving merupakan proses lanjut terhadap benang yang dihasilkan pada bagian spinning menjadi kain mentah. Pada bagian finishing dilakukan proses agar sisa-sisa material yang terdapat dalam produk dapat dihilangkan tanpa mengurangi tingkat kualitas dari produk itu sendiri. Pemberian warna dan zat kimia pada produk untuk meningkatkan kualitas produk. Proses pencelupan, merupakan salah satu proses dalam bagian finishing . Pada proses pencelupan, diperkirakan maksimum zat warna yang terserap benang adalah 90%. Jadi sekitar 10% dari zat warna tersebut terbuang bersama air buangan industri. Selain dari pewarnaan itu sendiri, limbah cair juga berasal dari pencucian, baik itu cuci panas, cuci dingin, serta pencucian dengan pelicin. Dalam proses produksi tekstil terutama proses finishing, diperlukan bermacam – macam zat warna dan bahan kimia sebagai bahan pembantu pewarnaan. Zat – zat tersebut sebagian teradsorbsi dan sebagian tetap berada dalam larutan dan akan terbuang bersama air bekas pemrosesan. Zat – zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan jika dibuang secara langsung.
2. Metodologi Penelitian Penggambaran Bisnis Proses -. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), dan mengidentifikasikan aspek-aspek lingkungan yang akan menjadi Key to Environment Performance Indicator (KEPI), serta penyebaran kuisioner kepada orang-orang yang berkompeten.
-. Penggambaran Bagian Finishing Penggambaran bagian finishing dimulai dari identifikasi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan di bagian ini, urutan proses yang terjadi selama di bagian finishing , kegiatan dan aspek lingkungan, pengidentifikasian standart baku lingkungan yang dipakai oleh perusahaan, sampai dengan peraturan lingkungan yang berlaku pada bagian ini. Perancangan KEPI. -. Identifikasi Key to Environment Performance Indicator (KEPI) . Penentuan indikator-indikator kinerja diawali dengan menentukan semua stakeholder, dan mengidentifikasikan stakeholder requirement tersebut terhadap perusahaan, kemudian, ditetapkan objectives (tujuan) perusahaan dan sasaran lingkungan yang ingin dicapai. Selanjutnya, aspek-aspek lingkungan dari seluruh kegiatan perusahaan diidentifikasi untuk diberi pembobotan berdasarkan kriteria BAPEDAL. Evaluasi berdasarkan kriteria BAPEDAL ini bertujuan untuk mengetahui aspek lingkungan dari kegiatan proses produksi yang akan menimbulkan dampak cukup besar sehingga perlu diperhatikan sebagai indikator kinerja lingkungan. Aspek lingkungan yang dianggap signifikan sebagai dampak penting terhadap lingkungan apabila perkalian hasil pembobotan dari setiap subkriteria menghasilkan nilai lebih dari 6.750 (enam ribu tujuh ratus lima puluh). -. Validasi KEPI Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah indikator-indikator yang didesain telah benar dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan pengukuran kinerja. Validasi dilakukan dengan cara mengajukan hasil rancangan KEPI kepada pihak manajemen perusahaan, kemudian pihak manajemen yang akan menentukan apakah KEPI tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi perusahaan, sehingga pada akhirnya akan didapatkan KEPI secara utuh. -. Spesifikasi KEPI Spesifikasi KEPI bertujuan untuk mengetahui deskripsi yang jelas mengenai KEPI, tujuan, keterkaitan dengan objectives, target, ambang batas, cara pengukuran KEPI, frekuensi pengukuran, pihak yang melakukan pengukuran, serta langkah-langkah dalam pengukuran.
Pembobotan dan Penilaian KEPI -. Pembobotan KEPI
Setiap indikator kinerja lingkungan (KEPI) diberi bobot dengan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP), melalui software Super Decission untuk menghitung bobot dan inconsistency ratio. Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk mendapatkan bobot tingkat kepentingan atau seberapa besar KEPI berpengaruh terhadap penilaian kinerja lingkungan perusahaan. Data primer untuk pembobotan diperoleh melalui kuisioner yang telah disebarkan sebanyak 50 kuesioner kepada pihak perusahaan. -. Scoring Sistem Pengukuran kinerja lingkungan dilakukan dengan scoring system menggunakan metode Objective Matrix (OMAX), hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target masing-masing KEPI pada periode tertentu dengan menggunakan nilai range antara 0-10. Pembuatan OMAX dilakukan dengan menggunakan interpolasi antara nilai pencapaian masing-masing KEPI pada level 10 dan level 3, selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode Traffic Light System untuk mengetahui KEPI mana yang mendapatkan nilai merah, hijau, atau kuning. Hal ini untuk mengetahui apakah skor pada KEPI yang bersangkutan mengindikasikan suatu perbaikan. Ketentuan nilai-nilai dalam Traffic Light System adalah sebagai berikut: 3 ≥ nilai skor ≥ 0 : KEPI masuk dalam kategori warna merah sehingga memerlukan tindakan perbaikan secepatnya 8 ≥ nilai skor ≥ 3 : KEPI masuk dalam kategori warna kuning sehingga memerlukan pengawasan yang lebih intensif. 10 ≥ nilai skor ≥ 8 : KEPI masuk dalam kategori warna hijau sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan namun tindakan pengawasan tetap perlu dilakukan.
Tabel 1. Contoh Tampilan OMAX INDIKATOR PERFORMANCE Current Value 10 Highest Value 9 8 7 6 SCORE 5 4 3 Previous Value 2 1 0 Lowest Value FINAL SCOPE WEIGHT VALUE
-. Uji sensitifitas Dikarenakan terdapat unsur ketidakpastian yaitu pencapaian tiap KEPI, maka dilakukan uji sensitifitas dengan cara mengubah nilai pencapaian pada kriteria kuantitatif dengan kriteria kualitaitif. Pada skenario awal, penilaian kriteria disesuaikan dengan data yang diberikan oleh para nara sumber sehingga dapat dikatakan representative terhadap kondisi riil, pada skenario analisa sensitifitas, pemberian nilai pada kriteria (KEPI) berwarna merah diperbaiki pencapaiannya sesuai dengan kondisi riil dan usulan perbaikan. Evaluasi dan rekomendasi perbaikan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil pengukuran kinerja lingkungan, agar dapat memberikan rekomendasi perbaikan terhadap indikator-indikator kinerja lingkungan yang tidak sesuai dengan target atau sasaran lingkungan yang telah ditetapkan. 3. Evaluasi Dampak Lingkungan Evaluasi dampak digunakan dengan tujuan untuk mengetahui aspek lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan proses finishing yang dapat menimbulkan dampak cukup besar sehingga perlu diperhatikan sebagai indikator lingkungan. Dalam melakukan evaluasi dan penilaian kriteria aspek lingkungan, penulis
mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan oleh BAPEDAL yaitu antara lain : Tabel 2.Kriteria BAPEDAL NO 1 2 3 4 NO 1 2 3 4 NO 1 2 3 4 NO 1 2 3 4 NO 1 2 3 NO 1 2 3 4 NO 1 2 3
A. LUASAN DAMPAK Berpengaruh dalam unit kerja yang bersangkutan Berpengaruh dalam area pabrik Berpengaruh dalam kompleks perusahaan Berpengaruh ke Masayarakat B. KESERIUSAN DAMPAK Tidak ada resiko terhadap flora, fauna fasilitas dan kesehatan. Ada resiko terhadap flora, fauna, fasilitas dan kesehatan Menyebabkan kerusakan pada flora, fauna, fasilitas dan kesehatan. Menyebabkan kerusakan yang tetap atau abadi. C. KEBOLEHJADIAN DAMPAK kecil sekali (kecelakaan yang tidak diharapkan) Sesekai (tidak direncanakan) Kemungkinan sering terjadi (direncanakan) Tidak dapat dihindari D. WAKTU PEMAPARAN Kurang dari sehari Kurang dari seminggu Kurang dari sebulan Lebih dari sebulan E. PERATURAN PERUNDANGAN Tidak atau belum diatur dalam PP Diatur dalam PP dan sudah dipenuhi Diatur dalam PP dan belum dipenuhi F. METODE PENGENDALIAN Ada prosedur pengendalian dan dijalankan Belum ada prosedur (tertulis), ada aktivitas pengendalian Ada Prosedur pengendalian, tidak dijalankan Tidak ada prosedur pengendalian dan tidak ada pengendalian. G. IMAGE MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN Baik (tidak berpengaruh) Cukup (berpengaruh) Jelek (sangat berpengaruh)
Score 1 3 5 7 Score 1 3 5 7 Score 1 3 5 7 Score 1 3 5 7 Score 1 3 5 Score 1 3 5 7 Score 1 3 5
Dari pengumpulan data dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, didapatkan 67 aktifitas yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Dari 67 aktifitas dampak tersebut didapatkan sebanyak 7 aktivitas dengan nilai sebesar 7875, 2 aktivitas yang bernilai 8505, 2 aktivitas yang bernilai sebesar 10125, serta 1 aktifitas yang bernilai terbesar yaitu 14175. Pada umumnya aktifitas yang mempunyai nilai yang signifikan didominasi oleh adanya tumpahan limbah cair, panas serta bau selama proses finishing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Hubungan antara kluster, kriteria dan subkriteria Nilai Inkonsistensi Tabel Supermatrix, Limit Matrix dan Nilai Bobot Dari langkah-langkah diatas didapatkan bobot masing-masing KEPI sebagai berikut : Tabel 3. Bobot Tiap KEPI
Gambar 1 Grafik Penilaian Aktifitas Kriteria BAPEDAL
Setelah proses identifikasi dampak dan tingkat signifikansi dengan 7 (tujuh) kriteria BAPEDAL diatas telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merancang Key to Environmental Performance Indicator (KEPI). KEPI tersebut harus diperhatikan dasar yang relevan seperti peraturan yang berlaku di perusahaan serta temuan yang relevan dalam pengkajian lingkungan. KEPI dibuat dengan sasaran dan tujuan tertentu dalam periode tertentu pula. KEPI harusnya spesifik dan terukur sehingga dapat dijadikan dasar pengukuran KEPI tersebut. KEPI tersebut didasarkan atas metode IEPMS terdiri dari dua ukuran lingkungan yakni aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dari perancangan KEPI yang dilakukan setelah itu divalidasi oleh pihak yang berkompeten untuk mendapatkan KEPI yang valid. Dari hasil validasi tersebut didapatkan 53 KEPI valid terdiri dari 44 KEPI kuantitatif dan 9 KEPI kualitatif yang nantinya akan dilakukan pengukuran terhadap KEPI tersebut. Pembobotan KEPI dengan ANP dilakukan pada KEPI yang telah divalidasi oleh pihak-pikak terkait dimana pengambilan data bobot didasarkan atas kuesioner perbandingan berpasangan. Pembobotan dengan ANP ini dilakukan dengan bantuan software. Software yang digunakan adalah software Super Decission versi 1.6, penggunaan software tersebut dilakukan karena tingkat kompleksitas dari hubungan baik interdependence maupun outerdependence pada kluster dan kriteria dalam kluster. Adapun langkah-langkah pembobotan ANP dengan software Super Decission versi 1.6 adalah sebagai berikut : Penentuan Kriteria, Sub Kriteria serta Kluster.
Name
Normalized By Cluster
Limiting
Name
Normalized By Cluster
Limiting
1
0.023806
0.14163
28
0.008494
0.01726
2
0.022712
0.13512
29
0.008494
0.01726
3
0.023806
0.14163
30
0.008494
0.01726
4
0.015447
0.0919
31
0.008494
0.01726
5
0.015447
0.0919
32
0.008494
0.01726
6
0.015447
0.0919
33
0.008494
0.01726
7
0.015447
0.0919
34
0.008494
0.01726
8
0.015447
0.0919
35
0.008494
0.01726
9
0.020524
0.12211
36
0.008494
0.01726
10
0.015531
0.03156
37
0.008494
0.01726
11
0.015531
0.03156
38
0.019631
0.28614
12
0.015531
0.03156
39
0.019631
0.28614
13
0.015531
0.03156
40
0.036108
0.26943
14
0.015531
0.03156
41
0.03424
0.2555
15
0.026747
0.05434
42
0.013791
0.10291
16
0.035883
0.07291
43
0.03424
0.2555
17
0.026747
0.05434
44
0.029345
0.42773
18
0.026747
0.05434
45
0.01865
0.03789
19
0.026747
0.05434
46
0.015635
0.11667
20
0.026747
0.05434
47
0.098427
0.71778
21
0.035883
0.07291
48
0.007843
0.0572
22
0.026747
0.05434
49
0.006496
0.04737
23
0.026598
0.05404
50
0.0116
0.08459
24
0.026598
0.05404
51
0.005957
0.04344
25
0.008494
0.01726
52
0.003402
0.02481
26
0.008494
0.01726
53
0.003402
0.02481
27
0.008494
0.01726
Pengukuran kinerja lingkungan yang dilakukan di PT. Mermaid Textile Industri Indonesia berdasarkan kinerja perusahaan pada bulan April dan Mei 2010. Pengukuran kinerja lingkungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode OMAX (Objective Matrix) dan ANP (Analytical Network Process) untuk memperoleh bobot diatas. Untuk pengukuran dengan menggunakan metode OMAX, dilakukan dengan cara menentukan nilai 0 (pencapaian
terburuk), 3 (pencapaian dalam kondisi normal) serta 10 (ekspektasi riil pencapaian KEPI). Dari angka tersebut nantinya diketahui performansi dari masing-masing KEPI mempunyai nilai tersendiri dalam OMAX tersebut. Nilai yang dihasilkan tersebut menjadi acuan posisi tiap KEPI dari penggolongan nilai yang telah dilakukan dengan menggunakan Traffic Light System. Berdasarkan hasil penilaian kinerja lingkungan perusahaan secara keseluruhan pada PT. Mermaid Textile Industri Indonesia menggunakan IEPMS (Integrated Environment Performance Measurement System), didapatkan 18 KEPI kategori warna merah, 4 KEPI kategori warna kuning, dan 31 KEPI kategori warna hijau. Nilai total yang didapatkan sebesar 6,41, di mana untuk nilai kuantitatif sebesar 5,274 dan nilai kualitatif sebesar 1,136. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja lingkungan perusahaan selama waktu pengamatan untuk penelitian ini, yaitu pada bulan April-Mei 2010, berada pada kategori warna kuning. Dengan demikian, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dan intensif terhadap KEPI tersebut. Sedangkan untuk KEPI dalam kategori warna merah perlu segera dilakukan tindakan perbaikan (improvement). Beberapa KEPI dalam kategori merah ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
49 50
51 53
Jumlah karyawan pelatihan K3 / jumlah karyawan keseluruhan Jumlah pelatihan lingkungan pertahun Jumlah karyawan pelatihan lingkungan/ jumlah karyawan keseluruhan Jumlah penghargaan / periode penghargaan
Keterangan KEPI
Keterangan KEPI Suhu heat setter dalam °C
Suhu dyeing baking dalam °C
Tingkat Bau Cb
Tingkat Bau pd
Suhu heat setter dalam °C
12
Suhu dyeing baking dalam °C
13
Tingkat Bau Cb
0.667
14
Tingkat Bau pd
3
15
∑ kebocoran bahan kimia desizing
3
16
∑ kebocoran bahan kimia bleaching
17
∑ kebocoran bahan kimia mercerizing
18
∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad dry
1.25
19
∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad steamer
2.125
20 21 22 43 48
∑ kebocoran bahan kimia resin pad dry ∑ kebocoran bahan kimia resin baking ∑ kebocoran cairan pewarna dyeing pad dry Jumlah Karyawan yang memakai APD perhari Jumlah pelatihan K3 pertahun
2.125 2.125
1.25
∑ kebocoran bahan kimia desizing ∑ kebocoran bahan kimia bleaching
3
∑ kebocoran bahan kimia mercerizing
2.125
∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad dry
3
∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad steamer
1.25 3 3
3
Tabel 5. Usulan Perbaikan
Score
11
0
4. Usulan Perbaikan Perbaikan KEPI dilakukan pada KEPI yang berwarna merah. Perbaikan kinerja lingkungan dilakukan dengan memberikan usulan-usulan tindakan maupun program kepada perusahaan agar dapat memperbaiki kinerja lingkungannya terutama pada proses finishing dengan waktu secepatnya. Usulan perbaikan ini tidak melihat faktor biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk melakukan tindakan perbaikan. Adapun saran perbaikan yang dilakukan adalah :
Tabel 4. KEPI Merah no. KEPI
0 3
∑ kebocoran bahan kimia resin pad dry
Usulan Perbaikan Penambahan fentilasi baru; Pembuatan cerobong khusus pembuangan panas pada kedua proses tersebut; maintenance berkala alat. Membangun Proses Bleaching tertutup; pembuangan saluran pembuangan khusus bau; penerapan sistem pencampuran terotomasi, pemakaian APD yang sesuai; proses maintenance berkala Proses Maintenance berkala, dari harian hingga tahunan; pengecekan sumber air dan komposisi zat cair agar sesuai dengan standart yang ada; Penggantian Liquid Shield Proses Maintenance berkala, dari harian hingga tahunan; pengecekan sumber air dan komposisi zat cair agar sesuai dengan standart yang ada;
∑ kebocoran bahan kimia resin baking
∑ kebocoran cairan pewarna dyeing pad dty
Jumlah Karyawan yang memakai APD perhari
Jumlah K3pertahun
pelatihan
Jumlah pelatihan lingkungan pertahun
Jumlah karyawan pelatihan K3 / jumlah karyawan keseluruhan Jumlah karyawan pelatihan Lingkungan/ jumlah karyawan keseluruhan
Jumlah penghargaan periode penghargaan
/
Penggantian Liquid Shield dengan segera jika terjadi kebocoran pada liquid shield mesin, pengawasan terhadap standart proses yang dilakukan selama proses; pemberian sangsi terhadap pelanggaran prosedur kerja, pembangunan saluran penampung sementara jika kebocoran tak terhindarkan Penambahan pengawas APD dalam kegiatan produksi sehari-hari dan mengadakan pelatihan pentingnya APD pada seluruh karyawan. Melakukan kerjasama khusus dengan lembaga pelatihan untuk melakukan pelatihan baik K3 maupun lingkungan dengan agenda tetap pertahunnya; mengadakan pelatihan internal dari hasil pelatihan yang diikuti diluar. Mengadakan pelatihan dengan sistem rotasi karena adanya keterbatasan jumlah karyawan dan agenda yang padat, mewajibkan setiap karyawan untuk ikut dalam pelatihan. Perbaikan aspek yang terintegrasi tidak hanya segi produksi, akan tetapi segi manajemen juga; memberikan target akan penghargaan lingkungan tertentu
Bila usulan perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan, maka performansi kinerja lingkungan perusahaan dapat meningkat menjadi 7.611 sesuai dengan skenario dan analisa sensitifitas yang telah dilakukan, terdiri atas KEPI kuantitatif sebesar 6.115 dan KEPI kualitatif sebesar 1.496, dan KEPI merah yang ada akan berubah menjadi kuning dan hijau seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 6. KEPI Setelah Perbaikan
no. KEPI
Keterangan KEPI
OMAX
11
Suhu heat setter dalam °C
5.275
12
Suhu dyeing baking dalam °C
5.275
13
Tingkat Bau Cb
5.333333
14
Tingkat Bau Pd
7.666667
15
∑ kebocoran bahan kimia Desizing
6.5
16
∑ kebocoran bahan kimia bleaching ∑ kebocoran bahan kimia mercerizing ∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad dry ∑ kebocoran bahan kimia dyeing pad steamer ∑ kebocoran bahan kimia resin pad dry ∑ kebocoran bahan kimia resin baking ∑ kebocora cairan pewarna dyeing pad dry Jumlah Karyawan yang memakai APD perhari
3
17 18 19 20 21 22 43 48 49 50
51 53
Jumlah pelatihan K3 pertahun Jumlah karyawan pelatihan k3 / jumlah karyawan keseluruhan Jumlah pelatihan lingkungan pertahun Jumlah karyawan pelatihan lingkungan / jumlah karyawan keseluruhan Jumlah penghargaan / periode penghargaan
6.5 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 5.333333 10 3.824 10
3.824 10
Susunan sistem pengukuran kinerja lingkungan berdasarkan hasil validasi aspek lingkungan (Key Environment Performance Indicator), disertai dengan pengklasifikasian berdasarkan Traffic Light System ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Pengklasifikasian Traffic Light System
5. Kesimpulan Dari proses finishing yang dilakukan oleh PT. Mermaid Textile Industri Indonesia terdapat 12 aktifitas yang mempunyai dampak yang signifikan dinilai dari kriteria BAPEDAL, aktifitas tersebut meliputi kebocoran zat kimia pada proses tertentu, bau yang ditimbulkan dari zat kimia serta panas pada proses tertentu. Dengan penilaian OMAX, terdapat 18 KEPI yang menjadi KEPI berwarna merah yang terintegrasi antara proses dan manajemen pada proses finishing, yang mempunyai arti bahwa 18 KEPI tersebut tidak ramah lingkungan, baik lingkungan hidup maupun lingkungan kerja, Usulan perbaikan dilakukan terhadap KEPI yang berwarna merah dengan harapan bahwa bila usulan perbaikan tersebut dilakukan, maka dapat merubah KEPI yang berwarna merah tersebut menjadi warna kuning atau hijau. Usulan perbaikan dalam memperbaiki KEPI yang berwarna merah tersebut terintegrasi antara usulan program, penambahan fasilitas, penambahan personil dan lain-lain guna meningkatkan performansi dari KEPI tanpa melihat faktor biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. 6. Daftar Pustaka Andini, N. 2008. Analisa Perbaikan Kinerja Lingkungan Berbasis ISO 14001 di Pabrik Asam Sulfat PT. Petrokimia Gresik dengan Metode MCDM-AHP , Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. Cahyono, B. 2002. Pengaruh kualitas manajemen 9lingkungan terhadap kinerja pada industri manufaktur di Kota Semarang. Jurnal bisnis strategi Program MM Undip, Vol. 9/Juli/Th.VII. Terakreditasi SK No.118/DIKTI/KEP.2001. Demming, E. 1989. Out of the Crisis. MIT Handayani, S. 2010. Penentuan lokasi Cabang Baru Laboratorium Klinik X dengan Menggunakan Analytic Network Process (ANP) dan Kelayakan Investasi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri. Hasibuan, S dan Adiyatna, H. 2002. ‘Penilaian Kinerja Lingkungan Industri Tekstil Menggunakan Metode Delphi dan
Fuzzy Neural’, Proceeding Seminar Nasional Teknik Industry & Manajemen Produksi (TIMP). 283289. Hermann, B.G, Kroeze, C and Jawjit, W. 2006. Theory and Methodology: ‘Assesing Environmental Performance by 168 management systems – Specification with guidance for use (ISO 14001:1996). West Conshohocken, PA: ASTM,1996. PCN: 34-014023-65. Jones, L.G. 2006. Environmental Key Performance Indicator, Reporting Guidelines for UK Business. London : Queen’s Printer and Controller. Kusumawardani, I.W. 2008. Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Metode MCDM-AHP dan Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) (Studi Kasus : Pabrik Gula Jombang Baru, Jombang), Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. OECD. 2003. Environmental Performance Reviews: Water, OECD, Paris. OECD. 2003. Improving Water Management: Recent OECD Experiences, Paris. OECD. 2004. OECD Environmental DataCompendium , Paris. Parmenter, D. 2007. Key Performance Indikators. New York: John Willey & Sons.
Putu, D.I. 2006. Productivity Sebagai Upaya Untuk Mengingkatkan Produktifitas dan Kinerja Lingkungan (Studi Kasus PT. Mermaid Textile Industry Indonesia). Tugas Akhir Teknik Industri. Purwanto, A.T. 2000. Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang dan Masa Depan. http://andietri.tripod.com/index.htm. Purwanto, A.T. 2000. Pengukuran Kinerja Lingkungan. http://andietri.tripod.com/index.htm. Riggs, J.L. 1987. Productivity Measurement by Objectives. In National Productivity Review. Autumn. Saaty, T.L. 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin,Pustaka Binaman Pressindo : Jakarta.
Saaty, T.L. 1996. Decision Making with Dependence And Feedback The Analytic Network Process, RWS Publications, Pittsburgh. Saaty, T.L. 1999. Fundamentals of the Analytic Network Process, www.isahp2003.net, ISAHP 1999; Kobe, Japan, August 12 – 14. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, Jakarta : PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia Vanany, I., 2003. “Aplikasi Analytic Network Process (ANP) pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (studi kasus PT. X). jurnal Teknik Industri, Universitas Kristen Petra. Yogik, H.W. 2009. Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Mengintegrasikan Manajemen Lingkungan dan IEPMS (Integrated Environtmental Performance Measurement System) (Studi Kasus PT. Lotus Indah Textile Industri). Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS.