Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) Winarni1, Cahyo Purnomo2 1,2)
Dosen, Alumni Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
ABSTRAK PT. Mitra Rekatama Mandiri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengecoran logam. Selama ini, aspek finansial memegang peranan yang sangat penting dalam mengukur kinerja perusahaan, terfokusnya pada aspek finansial inilah yang sering membuat perusahaan terjebak pada orientasi pencapaian keuntungan dalam jangka waktu yang pendek, Adanya berbagai kepentingan yang tidak dapat dielakkan dalam peningkatan performansi kerja perusahaan, selain aspek finansial, menuntut adanya perancangan sistem pengukuran kinerja yang dapat mempresen-tasikan seluruh aktivitas perusahaan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), dimana IPMS merupakan salah satu metode pengukuran kinerja perusahaan yang memperhatikan kebutuhan- kebutuhan dari setiap stakeholder (stakeholder requirement). Hasil dari pengukuruan kinerja di PT. Mitra Rekatama Mandiri dengan metode IPMS dapat mengidentifikasikan 29 key performance indicators (KPI) yang berdasarkan requirement dari 5 stakeholder yang ada di perusahaan. Dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat diketahui bobot kepentingan dari tiap-tiap KPI yang teridentifikasi. Penerapan scoring system dengan menggunakan metode Objective Matrix dan Traffic Light Systems diketahui pencapaian kinerja perusahaan secarakeseluruhan meng-alami peningkatan sebesar 5,2017%. Kata Kunci : IPMS, KPI, AHP, scoring systems
ABSTRACT PT. Mitra Rekatama Mandiri is a company that moves in the iron casting. During the time, financial aspect holds of vital part in measures of company performance, that’s make the company trapped in profit achievement within short time orientation. Existence various of interest can’t avoid in increasing of companywork performance, besides inancial aspect, must be present performance measure-ment system planning that can describe entire company activities, either from inside also from outside company. Method that used in this research is integrated performance measurement systems (IPMS) method, where IPMS is one of company performance measurement method that observes the stakeholder needs from every stakeholder (stakeholder requirement). Result from performance measurement at PT. Mitra Rekatama Mandiri with using IPMS method can identified 29 key performance indicators (KPI) based on requirement from 5 stakeholders which exist in the company. By using Analytical Hierarchy Process (AHP) method can be known the importance weight from every KPI has been identified. In scoring system applications using Objective Matrix method and Traffic Light Systems method can be known that the total of company performance achievement enhanced as big as 5,2017%. keywords: IPMS, KPI, AHP, scoring systems
PENDAHULUAN Seiring berjalannya era pasar bebas, persaingan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Setiap perusahaan dituntut untuk berbenah dalam setiap aspek-aspek kinerja perusahaannya, sehingga perusahaan dapat tetap eksis dalam persaingannya dengan perusahaan lain. Pada saat ini, perusahaan dihadapkan pada kompleksitas dan turbulensi dalam lingkungan bisnisnya, dengan lingkungan yang demikian menuntut suatu sistem manajemen yang fleksibel dan dinamis dalam menghadapi setiap perubahaan yang terjadi. Untuk dapat tetap eksis dalam dunia bisnis dengan persaingan yang begitu begitu keras, perusahaan harus dapat mengikuti perkembangan yang ada dengan sebaik-baiknya, baik dari segi internal perusahaan, maupun dari segi eksternal. Media untuk hal tersebut adalah dengan mengetahui tingkat performasi perusahaan dengan melakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan karena pada A-185
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
dasarnya semua perusahaan perlu mengevaluasi dan merencanakan kinerjanya, sehingga terjadi peningkatan proses kinerja, yang ditandai dengan tercapainya tujuan akhir perusahaan, yaitu dengan adanya peningkatan profit perusahaan. PT. Mitra Rekatama Mandiri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengecoran logam. Tidak hanya melakukan pengecoran logam, PT. Mitra Rekatama Mandiri juga melakukan finishing pada hasil pengecoran hingga menjadi produk akhir yang siap langsung digunakan oleh konsumennya. Selama ini, aspek finansial atau keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam mengukur kinerja perusahaan. Terfokusnya pada aspek finansial inilah yang sering membuat perusahaan terjebak pada orientasi pencapaian keuntungan dalam jangka waktu yang pendek, yang secara tidak langsung mengabaikan aspek-aspek diluar aspek finansial, dimana aspek- aspek tersebut sebenarnya juga berperan penting terhadap kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Adanya berbagai kepentingan yang tidak dapat dielakkan dalam peningkatan performansi kerja perusahaan, selain aspek finansial, menuntut adanya perancangan sistem pengukuran kinerja yang dapat mempresentasikan seluruh aktivitas perusahaan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Oleh karena itu, diterapkan metode pengukuran kinerja dengan pendekatan Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), dimana IPMS merupakan salah satu metode pengukuran kinerja mperusahaan yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dari setiap stakeholder (stakeholder requirement), dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap pesaingnya (external monitor). IPMS sendiri dapat diterapkan pada perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan profit atau keuntungan secara optimal (profit oriented), maupun pada organisasi non profit. Dari beberapa penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja adalah, Muhammad Khadafi (2008), “Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard dan Analytical Hierarchy Process (AHP)”, penelitian tersebut melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Balanced Scorecard, dan pada penelitian ini dicoba untuk dilakukan pengukuran kinerja dengan metode lain, yaitu Integrated Performance Measurement Systems (IPMS). Penelitian yang dilakukan oleh I Made Suartika (2007), “Perancangan Dan Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Integrated Performance Measurement Systems”. Penelitian tersebut dilakukan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram, yang bisa dikatakan merupakan organisasi non profit, kemudian pada penelitian ini metode IPMS dicoba diterapkan pada organisasi yang berorientasi mendapatkan keuntungan (profit oriented). Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui indikator-indikator yang berpengaruh terhadap performansi perusahaan (Key Performance Indicators) dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dari setiap stakeholder yang ada (stakeholder requirement) dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap pesaingnya (external monitor) 2. Memberikan informasi dan membantu pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dan pihak pengambil keputusan untuk melihat performansi dari masing-masing tingkatan organisasi.secara menyeluruh berdasarkan dari key performance indicator yang ada di perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengembangan kinerja perusahaan. 3. Dari hasil pengukuran kinerja perusahaan yang didapat, bisa digunakan sebagai bahan untuk evaluasi bagian-bagian di perusahaan yang kinerjanya diindikasikan belum mencapai target perusahaan dan yang kurang baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. METODE Pengukuran kinerja yang dilakukan secara teratur akan dapat memberikan informasi yang penting bagi perusahaan tentang performansi produk, pelayanan, dan proses yang menghasilkannya. Semua itu adalah alat untuk membantu mengetahui, mengatur, dan mengembangkan apa yang dibutuhkan perusahaan. Terdapat enam kategori dalam pengukuran kinerja (Artley et al, 2001) antara lain : 1 . Effectiveness; 2. Efficiency; 3. Quality; 4. Timeliness Productivity; 5. Safety. A-186
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang bertujuan untuk menggambarkan sistem pengukuran kinerja dalam arti yang tepat, dalam bentuk integrasi, seefektif dan efisien mungkin. Metode Integrated Performance Measurement Systems dikembangkan oleh Centre of Strategic Manufac-turing, University of Strathclyde, Glasgow. Sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja, Integrated Performance Measurement Systems memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Menyusun seluruh tugas dan aktivitas perusahaan sesuai dengan tujuan kritis level atas. b. Memberikan kendali bisnis pada semua bagian dalam perusahaan, searah dengan strategi bisnis yang dimiliki. c. Melakukan program perbaikan yang searah dengan strategi bisnis perusahaan. Dalammodel Integrated Performance Measurement Systems, perusahaan terbagi dalam empat level bisnis, yaitu : a. Bisnis Induk (Business Corporate); b. Unit Bisnis (Business Unit);c. Proses Bisnis (Business Process); d. Aktivitas (Activity). Performance Measurement Systems:
Gambar 2.1 Pembagian Level Bisnis Organisasi (Bititci et al,1998)
Gambar 2.2 Elemen-elemen pada Integrated Performance Measurement S(Bititci, et al,1998)
Level bisnis menjabarkan seluruh bisnis perusahaan dengan beberapa unit bisnis yang ada didalamnya. Unit bisnis adalah bagian dari perusahaan yang memiliki fungsi dan proses bisnis tertentu yang bertujuan untuk melayani sebagian segmen pasar sesuai dengan tuntutan pasar yang semakin ketat. Setiap unit bisnis terdiri dari sejumlah proses bisnis yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu : a. Proses bisnis inti, yang merupakan alasan dasar bagi keberadaan suatu perusahaan. b. Proses bisnis pendukung, yang mendukung proses bisnis inti. Proses bisnis inti merupakan mstakeholder dari proses bisnis pendukung. Berikut adalah ilustrasi gambar pembagian level bisnis dari Integrated, keempat level bisnis dalam IPMS kemudian diidentifikasi Key Performance Indicators nya, berdasarkan stakeholder require-ment, external monitor, dan objective. Proses perancangan sistem pengukuran kinerja berdasarkan Integrated Performance Measurement Systems berlangsung secara top-down, dari level bisnis ke aktivitas. Secara naluri manusia dapat mengestimasikan besaran sederhana melalui inderanya. Proses yang paling mudah dengan adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan yang dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu, Saaty menetapkan skala-skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Adapun penjelasan dari skala-skala kuantitatif tersebut, dapat dilihat pada Tabel 1 Formulasi matematis pada AHP dilakukan dengan menggunakan matriks, dimana pada akhirnya nanti hal tersebut akan membantu dalam pengambilan keputusan. Secara sederhana, langkah-langkah untuk menentukan bobot pada setiap kriteria dalam penentuan A-187
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
alternatif keputusan adalah sebagai berikut: a. Melakukan perbandingan berpasangan setiap kriteria. b. Menjumlahkan nilai-nilai yang terdapat pada setiap kolom matriks. c. Membagi setiap masukan dalam tiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi. d. Mencari nilai rata-rata sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasi itu, dan membaginya dengan banyaknya entri dari setiap baris. Nilai yang didapatkan adalah bobot dari masing-masing kriteria. e. Mengalikan matriks awal dengan bobot pada masing-masing kriteria. f. Membagi hasil matriks yang didapat dengan bobot masing-masing kriteria. Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Intensitas Kepentingan 1 3
Sedikit lebih penting
Penjelasan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sedikit memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya
5
Lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satuelemen dibandingkan dengan pasangannya
7
Sangat penting
Praktis dimensinya sangat elemen pasangannya.
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Kebalikan
Keterangan Sama penting
nyata, dibandingkan dengan
Nilai tengah
Satu elemen terbukti mutlak lebih penting dibandingkan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi. Diberikan bila terdapat keraguan penilaian dua penilaian yang berdekatan.
aij = 1/aij
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan dibandingkan dengan i
Sumber : Saaty, 1993 Dalam perhitungan konsistensi, kenyataan preferensi seseorang sering mengalami ketidak konsistenan. Hal tersebut menyebabkan hubungan pada matriks berpasangan menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Penyimpangan tersebut dapat diilustrasikan dengan, apabila dalam suatu matriks A terdapat penyimpangan kecil pada elemen aij, maka hal tersebut akan menentuka nilai λmax. Nilai ratio index untuk matriks yang berukuran 1 sampai 10, dapat dilihat pada tabel 2
n 1 2 RI 0 0 Sumber : Saaty, 2008
3 0,58
4 0,9
Tabel 2 Random Index 5 6 7 1,12 1,24 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
Batasan diterima atau tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperiment dan pengalaman inkonsistensi sebesar 10% kebawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih dapat diterima. Pencapaian dari suatu indikator kinerja benar-benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Sebagai penutup penelitian, dibuat suatu kesimpulan atas semua langkah dan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa rekomendasi baik untuk penelitian lanjutan maupun untuk objek penelitian.
A-188
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
PEMBAHASAN Identifikasi Key Performance Indicators, Objective telah ditetapkan berdasarkan requirement yang telah teridentifikasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran untuk masing-masing objective, dengan tujuan mengetahui tingkat pencapaian tiap-tiap objective. Cara pengukuran tingkat pencapaian objective adalah dengan menentukan indikator keberhasilannya, yaitu yang disebut dengan Key Performance Indicators (KPI). Penyusunan Hierarki Kinerja,Setelah seluruh Key Performance Indicators didapatkan, kemudian masing-masing Key Performance Indicators tersebut disusun dalam suatu hierarki berdasarkan criteria requirement dimana Key Performance Indicators tersebut berasal. Level teratas dari hierarki yang terbentuk adalah PT. Mitra Rekatama Mandiri, level dibawahnya adalah kriteria- kriteria stakeholder yang mempengaruhi kinerja perusahaan, sedangkan level terbawah adalah Key Performance Indicators dari masing-masing kriteria dilevel atasnya. Penyusunan hierarki kinerja dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3 Penyusunan hierarki kinerja Validasi Key Performance Indicators adalah proses verifikasi dari pihak perusahaan untuk menilai apakah seluruh Key Performance Indicators yang telah teridentifikasi dan yang nantinya akan digunakan dalam sistem pengukuran kinerja perusahaan telah dapat benarbenar dipertanggung jawabkan kebenarnya dan keakuratannya. Adapun cara untuk melakukan validasi adalah dengan memberikan daftar Key Performance Indicators kepada pihak perusahaan yang dianggap paling mengetahui tentang seluk-beluk perusahaan dan yang bertanggung jawab atas kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dan setelah dilakukan proses validasi dengan pihak perusahaan, maka didapatkan hasil bahwa key performance indicator yang teridentifikasi dapat dikatakan sudah valid. Setelah proses validasi selesai, maka dilakukan spesifikasi Key Performance Indicators. Spesifikasi dari masing-masing Key Performance Indicators terdiri dari : 1. Deskripsi; 2. Tujuan; 3. Terkait dengan; 4. Target perusahaan; 5. Formulasi; 6. Frekuensi pengukuran; 7. Sumber data Untuk setiap Key Performance Indicators yang sudah teridentifikasi kemudian dijabarkan sesuai dengan spesifikasi yang disebutkan di atas, dan hasil spesifikasinya adalah seperti pada Tabel 3. Spesifikasi KPI Rasio pengiriman produk tepat waktu.
A-189
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tabel 3. Spesifikasi KPI Rasio pengiriman produk tepat waktu KPI No. 1 Deskripsi
Rasio pengiriman produk tepat waktu Untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dalam hal waktu pengiriman pesanan.
Tujuan
Objective : − Meningkatkan kepuasan pelanggan − Meningkatkan loyalitas pelanggan
Terkait dengan Target perusahaan
100% ∑ order terkirim tepat waktu
Formulasi
= 100%
∑ order terkirim
Frekuensi pengukuran Sumber data
6 bulan Bagian Pemasaran
Sumber : pengolahan data
Metode yang digunakan dalam penentuan bobot kinerja ini adalah metod Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam menentukan bobot digunakan skala numeric yang dibuat oleh Thomas L. Saaty dimana setiap angka mempunyai definisi hubungan antar komponen. Hasil perbandingan berpasangan antar stakeholder perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Hasil perbandingan berpasangan antar stakeholder perusahaan Pelanggan Tenaga kerja Penanam Modal Supplier Masyarakat JUMLAH
Pelanggan 1 1/3 1 1/5 1/7 2,6762
Tenaga Kerja 3 1 3 1 1/5 8,2
Penanam Modal 1 1/3 1 1/3 1/7 2,8095
Supplier 5 1 3 1 1/3 10,333
Masyarakat 7 5 7 3 1 23
Sumber : hasil perbandingan Tabel 5. Normalisasi bobot stakeholder perusahaan
Pelanggan T. Kerja P. Modal Supplier Masyarakat
Pelanggan 0,3737 0,1246 0,3737 0,0747 0,0534
T. Kerja 0,3659 0,1220 0,3659 0,1220 0,0244
P. Modal 0,3559 0,1186 0,3559 0,1186 0,0508
Masyarakat 0,4839 0,0968 0,2903 0,0968 0,0323
Supplier 0,3043 0,2174 0,3043 0,1304 0,0435
Rata-Rata 0,3767 0,1358 0,3380 0,1085 0,0409
Sumber : pengolahan data Tabel 6. Hasil perkalian bobot dengan matrik awal Pelanggan T. Kerja P. Modal Supplier Masyarakat
Pelanggan 0,3767 0,1256 0,3767 0,0753 0,0538
T. Kerja 0,4074 0,1358 0,4074 0,1358 0,0272
P. Modal 0,3380 0,1127 0,3380 0,1127 0,0483
Sumber : pengolahan data A-190
Supplier 0,5425 0,1085 0,3255 0,1085 0,0362
Masyarakat 0,2863 0,2045 0,2863 0,1227 0,0409
JUMLAH 1,9509 0,6871 1,7339 0,5555 0,2064
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Hasil perbandingan berpasangan KPI Pelanggan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil perbandingan berpasangan KPI Pelanggan RPPTW JKP JKPD RPPTW 1 3 1/3 JKP 1/3 1 1/5 JKPD 3 5 1 JPB 1/3 2 1/3 TPP 1/3 1 1/3 Sumber : hasil perbandingan Keterangan : RPPTW = Rasio pengiriman produk tepat waktu JKP = Jumlah komplain pelanggan JKPD = Jumlah komplain pelanggan yang diselesaikan JPB = Jumlah pelanggan baru TPP = Tingkat pertumbuhan penjualan
JPB 3 1/2 3 1 1
TPP 3 1 3 1 1
Hasil perbandingan berpasangan KPI Tenaga Kerja dapat dilihat pada Tabel 8 Hasil perbandingan berpasangan KPI Tenaga Kerja. Tabel 8 Hasil perbandingan berpasangan KPI Tenaga Kerja
RJKT RJKSPP JPD JKK JKM TTOTK TKK RKTKD TPTK TAP RPC
RJKT 1 1/3 3 5 2 3 2 3 1/3 3 3
RJKSPP 3 1 3 7 5 3 5 7 3 3 5
JPD 1/3 1/3 1 3 ½ 2 1/3 2 1/3 3 1/2
JKK 1/5 1/7 1/3 1 1/3 1/4 1/3 1/3 1/5 1/3 1/5
JKM 1/2 1/5 2 3 1 3 4 3 1/3 3 1
TTOTK 1/3 1/3 1/2 4 1/3 1 3 3 1/3 3 1/3
TKK 1/2 1/5 3 3 1/4 1/3 1 1 1/5 1 1/3
RKTKD 1/3 1/7 1/2 3 1/3 1/3 1 1 1/4 1/3 1/5
TPTK 3 1/3 3 5 3 3 5 4 1 5 3
TAP 1/3 1/3 1/3 3 1/3 1/3 1 3 1/5 1 1
RPC 1/3 1/5 2 5 1 3 3 5 1/3 1 1
Sumber : hasil perbandingan Keterangan : RJKT = Rasio jumlah komputer yang tersedia RJKSPP = Rasio jumlah kerusakan sarana dan prasarana perusahaan JPD = Jumlah pelatihan yang dilakukan JKK = Jumlah kecelakaan kerja JKM = Jumlah kerusakan mesin TTOTK = Tingkat turn over (perputaran) tenaga kerja TKK = Tingkat kepuasan kerja RKTKD = Rasio keluhan tenaga kerja yang diselesaikan TPTK = Tingkat produktivitas tenaga kerja TAP = Tingkat absensi pekerja RPC = Rasio produk cacat Hasil perbandingan berpasangan KPI Penanam Modal dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil perbandingan berpasangan KPI Penanam Modal. A-191
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
: Tabel 9 Hasil perbandingan berpasangan KPI Penanam Modal CR DTE TATO RPLKTW CR 1 1/2 3 3 DTE 2 1 5 3 TATO 1/3 1/5 1 3 RPLKTW 1/3 1/3 1/3 1 GPMOS 5 3 7 7 TPP 4 3 5 5 Sumber : hasil perbandingan Keterangan : CR = Current Ratio DTE = Debt to Equity TATO = Total Asset Turn Over RPLKTW = Rasio penyelesaian laporan keuangan tepat waktu GPMOS = Gross Profit Margin on Sales TPP = Tingkat pertumbuhan pendapatan
GPMOS 1/5 1/3 1/7 1/7 1 2
TPP 1/4 1/3 1/5 1/5 1/2 1
Hasil perbandingan berpasangan KPI Masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10 Matrik perbandingan berpasangan KPI Masyarakat Tabel 10 Matrik perbandingan berpasangan KPI Masyarakat JKSD JKSD 1 JSMP 1/3 JTKD 1/3 JMMP 1/5 Sumber : hasil perbandingan
JSMP 3 1 1/2 1/3
JTKD 3 2 1 1/3
JMMP 5 3 3 1
Keterangan : JKSD = Jumlah kegiatan sosial yang diadakan JSMP = Jumlah siswa SMK yang melakukan PKL JTKD = Jumlah tenaga kerja yang diterima JMMP = Jumlah mahasiswa yang melakukan penelitian Setelah perbandingan antar kriteria kinerja selesai dilakukan, dan hasilnya sudah konsisten, maka dilakukan pembobotan secara menyeluruh dimana perusahaan sebagai level teratas (Goal) dan key performance indicator sebagai level terbawah.Pembobotan dilakukan dengan menggunakan bantuan softwere Expert Choice 11.0, dan hasil pembobotan secara keseluruahan disusun sebagai hirarki kinerja perusahaan. Perhitungan produktivitas dengan Objective Matrix (OMAX), untuk melakukan implementasi pengukuran kinerja perusahaan, metode scoring msystem yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalahdengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX). OMAX sendiri adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau tingkat poroduktivitas disetiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (obyektif). Implementasi sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Integrated Performance Measurement Systems di PT. Mitra Rekatama Mandiri adalah berdasarkan rancangan yang disusun sebelumnya, yaitu berupa pengukuran kinerja yang akan dilakukan pada key performance indicators yang teridentifikasi dalam periode tertentu. Tujuan diterapkannya scoring systems ini adalah untuk mengetahui nilai pencapaian masing-masing key performance indicators dari target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Traffic Light System berhubungan erat dengan scoring system. Traffic Light System A-192
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan perbaikan atau tidak. Indikator dari Traffic Light System ini direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut: b.1. Warna Hijau, diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level 8 hingga 10. Artinya pencapaian dari indikator kinerja tersebut sudah tercapai, sama atau bahkan melampaui target. b.2. Warna Kuning, diberikan untuk KPI yang mencapai level antara level 4 hingga 7. Artinya pencapaian dari indikator kinerja tersebut belum tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan setiap kemungkinan yang akan timbul. b.3. Warna Merah, diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level 0 hingga 3. Artinya pencapaian dari indikator kinerja tersebut benar-benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Penerapan Scoring Systems, berikut ini adalah contoh perhitungan penerapan metode Objective Matrix, dengan contoh untuk KPI.1 Rasio Pengiriman produk tepat waktu (Periode Januari-Juni 2009) Kondisi terburuk = 85 %, diletakkan padal baris Level 0 − Kondisi sebelumnya = 95 %, diletakkan pada baris Level 3 − Target perusahaan = 100 %, diletakkan pada baris Level 10 − Kondisi sekarang = 98,5 %, diletakkan pada baris performance Level 1 = 88,33 % ; evel 2 = 91,67 % Kenaikan Level 4 hingga Level 9 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu: Level 4 = 95,71 %; evel 5 = 96,43 %; Level 6 = 97,14 %; Level 7 = 97,86 %; Level 8 = 98,57 %; Level 9 = 99,28 % Cari kolom level yang mendekati nilai performansi perusahaan sekarang dan tandai dengan warna yang sesuai dengan kriteria Traffic Light Systems yang sudah ditentukan. Kolom level yang mendekati nilai performansi perusahaan sekarang adalah di Level 8 dan bobot untuk KPI 1 adalah 9,68. Untuk mencari nilai Value adalah dengan mengkalikan Bobot KPI (9,68) dengan tingkat level dimana performansi perusahaan berada (8), sehingga didapat nilai value sebesar 77,44. Penilaian yang sama dilakukan pada tiap KPI perusahaan, sehingga masing-masing KPIm diketahui nilai value-nya. Kemudian nilai-nilai value dari tiap KPI dijumlahkan untuk mendapatkan nilai Current, yaitu nilai pencapaian KPI secara keseluruhan pada periode pengukuran. Jika nilai Current telah diketahui maka dapat dihitung nilai index produktivitas perusahaan yaitu dengan membandingkan nilai current dengan nilai previous atau nilai pencapaian KPI secara keseluruhan pada periode pengukuran sebelumnya. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan : 1. Dengan metode Integrated Performance Measurement Systems dapat mengidentifikasikan 29 key performance indicator yang dapat menggambarkan kondisi kinerja di PT. Mitra Rekatama Mandiri secara terintragasi. 2. Dari hasil scoring systems dengan metode Objective Matrix dan Traffic Light Systems dapat diketahui pencapaian dari masing-masing kriteria kinerja yang ada di PT. Mitra Rekatama Mandiri selama periode Januari- Juni 2009, dan hasilnya adalah sebagai berikut: − Indikator Hijau = 9 key performance indicator − Indikator Kuning = 13 key performance indicator − Indikator Merah = 7 key performance indicator 3. Dari penerapan metode Objective Matrix juga didapat pencapaian kinerja perusahaan secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 5,2017%. 4. Pengukuran kinerja perusahaan perlu dilakukan secara berkala agar dapat mendeteksi apabila A-193
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
5.
6.
ISSN: 1979-911X
ada penurunan performansi perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan secepatnya Untuk kriteria kinerja perusahaan yang berada di indikator merah harus segera mendapatkan perhatian dari perusahaan, untuk segera dilakukan tindakan perbaikan. Demikian juga dengan kriteria kinerja yang berada di dalam indikator hijau dan kuning, juga harus tetap dilakukan pengawasn dan pengeloloaan dengan baik agar dapat mempertahankannya dan agar dapat meningkatkan kinerjanya untuk kriteria kinerja yang berada di indikator kuning. Penulis juga mengharapkan ada penelitian lanjutan dalam bentukCompromize Performance Measurement System (CPMS) yaitu pengukuran kinerja perusahaan dengan menggabungkan metode Balance Scorecard (BSC) dan Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)
DAFTAR PUSTAKA Artley, W., and Stroh, S., 2001, The Performance-Based Management Handbook: Establishing antegrated Performance Measurement System, Performance-Based Manage-ment Special Interest Group (PBM SIG), USA Bititci, U.S., Carrie, A.S., & McDevitt, L., 1998, Integrated performance measurement systems: a development guide, University of Strathclyde, Glasgow, U.K Hidayah, U.B., 2004, Analisa Keputusan (Diktat Kuliah), Departemen Teknik Industri, ITB Juliandi,A.,2007, PengujianValiditas Dan Reliabilitas, http://www.azuarjuliandi.com Khadafi, M., 2008, Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Dengan Metode Balanced Scorecard Dan Analytical Hierarchy Process (AHP), Skripsi, IST. Akprind, Yogyakarta Riggs, J.L., 1987, Production Systems : Planning, Analysis, And Control (4thedition), John Wiley&Sons, New York Saaty, T.L., 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo Saaty, T.L., 2008, Relative Measurement and Its Generalization in Decision Making Why Pairwise Comparisons are Central in Mathematics for the Measurement of Intangible Factors The Analytic Hierarchy/Network Process, Rev. R. Acad. Cien. Serie A. Mat., VOL. 102 (2), pp. 251–318 Suartika, I M., 2007, Perancangan Dan Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Integrated Performance Measurement Systems, Thesis, Universitas Mataram, NTB.
A-194