BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Teori
2.1.1 Kurikulum Pendidikan di Sekolah Sekolah Menengah Atas (SMA) Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum pemberdayaan
diarahkan peserta
kepada
didik
yang
proses
pengembangan,
berlangsung
sepanjang
pembudayaan hayat.
dan
Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip-prinsip yang telah dikemukakan termasuk pula di dalamnya mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, kedalaman muatan kurikulum pada setiap dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. 2.1.2 Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat
terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
2.1.3 Hakikat Senam Ketangkasan Senam berasal dari bahasa Inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “Gymnos” melakukan
latihan
senam
di
ruangan
khusus
yang
disebut
“Gimnasium”
atau
“Gimnasion”.Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria. (Pojokpenjas, 2008: 1) Senam sejak Yunani kuno sampai sekarang ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan itu terlihat dalam bentuk-bentuk gerakan, sistematika latihan maupun tujuantujuannya. Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakanyang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu.
Olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri, serta mempunyai tujuan yang hendak dicapai seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan, koordinasi, atau biasa juga diperluas untuk meraih prestasi, membentuk tubuh yang ideal dan memelihara kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah-istilah yang dipakai untuk menamai jenis-jenis senam. Ada senam si buyung, senam wanita, senam jantug sehat, senam aerobic, senam kesegaran jasmani, senam tera, dan lain-lain. Di samping itu, ada bentu senam lain yang sering terdengar dalam konteks pertandingan, seperti senam prestasi, senam artistik dan senam akrobatik. Menurut FIG (federation International de Gymnastiqua). Senam dapat dikelompokan menjadi: (1) senam artistik (artistic gimnastics), (2) senam ritmik (sportive rbytbmic gymnastics), dan (3) senam umum (general gymnastics). Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam artistik. Dikatakan senam lantai karena seluruh keterampilan gerakan dilakukan pada lantai yang beralas matras tanpa melibatkan alat lainnya. Luas lantai yang digunakan dalam kejuaraan senam adalah 12 x 12 meter persegi dengan tambahan 1 meter di setiap sisinya sebagai pengaman. Senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang mengandalkan aktivitas seluruh anggota badan, baik untuk olahraga senam sendiri maupun untuk cabang olahraga lain. Itulah sebabnya, senam juga disebut sebagai olahraga dasar. Senam lantai mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari kemampuan komponen motorik/gerak seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan.
Senam di negara Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu namanya “Gimnastiek” zaman jepang dinamakan “Taiso”. Pemakaian istilah “senam” sendiri kemungkinan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai penganti kata sport. Ciri dan kaidah senam ialah: (a) bahwa gerakan latihannya selalu dapat direncanakan, dipilih dan diciptakan oleh guru, pelatih bahkan pelaku sendiri, (b) bahwa gerakan latihan terpilih itu harus disusun secara sistematis (merupakan suatu kebulatan latihan), (c) penyusunan pemilihan gerakan itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan tujuan atau kebutuhan si pelaku. Dengan melihat ciri-ciri dan kaidah-kaidah tersebut, maka batasan mengenai senam dapat dirumuskan sebagai berikut: “senam adalah latihan jasmani atau olahraga yang bentukbentuk gerakannya dipilih dan disusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu sesuai kebutuhan atau tujuan si penyusun”. Dari batasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang, guru atau pelatih olahraga dapat menentukan tujuan, memilih dan menyusun latihannya sendiri sesuai dengan kebutuhan atau tujuan untuk apa. Mungkin untuk memelihara kesegaran jasmani, menambah keterampilan, keindahan bentuk dan lain-lain. Menurut Muhajir (2002: 143) senam lantai mengacu pada gerak dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh, yaitu dari kemampuan komponen motori atau gerak seperti kekuatan, kecepatan,
keseimbangan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan.
Sedangkan Warner dalam Mahendra (2001) mengatakan senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau alat yang dirancang untuk menigkatkan daya tahan, kelentukan, kekuatan, kordinasi, serta kontrol tubuh.
Widijoto (2008: 1) mengatakan untuk mengetahui pengertian senam itu
harus
mengetahui ciri-ciri dan kaidaah-kaidahnya antara lain 1. Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja 2. Gerakan-gerakannya
harus
selalu
berguna
untuk
menyampai
tujuan
tertentu
(meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan, menambah keindahan gerak, meningkatkan keindahan tubuh). Hidayat (2000: 13) menyatakan bahwa “senam ialah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi
secara harmonis “. Surayin (2006: 64) menjelaskan pula bahwa
“senam adalah semua bentuk latihan fisik yang di susun secara sistimatik untuk mencapai tujuan tertentu”. Beberapa tujuan yang hendak dicapai pada olahraga senam adalah daya tahan, kekuatan, kelentukan, dan koordinasi. Tujuan lainnya adalah untuk menigkatkan kelentukan dan keluwesan, serta memelihara teknik dasar keterampilan (misalnya petinju atau pemain sepak bola). Dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu dan
teknologi, maka senam yang
merupakan salah satu cabang olahraga turut berkembang dengan pesatnya hingga bermunculan istilah-istilah senam. Tetapi apa yang dilakukan oleh orang-orang mengenai senam tersebut seperti meregang-regang otot badan, memutar lengan, dan senam kebugaran jasmani, hanya merupakan sebagian dari arti senam. Bentuk-bentuk gerakan senam tersebut merupakan salah satu unsur dari gerakan senam yang sama artinya dengan Calesthenic. Calesthenic adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang bertujuan memperindah tubuh, dengan melalui latihan kekuatan yang biasanya dilakukan
tanpa alat. Namun dengan
perkembangan jaman serta kemajuan ilmu dan teknologi, calesthenic digunakan sebagai alat untuk membina atau meningkatkan kebugaran jasmani atau sebagai alat untuk memulihkan
kesehatan. Calesthenic berasal dari bahasa Yunani yakni kallos yang artinya indah, dan stenos artinya kekuatan. Sedangkan tumbling atau akrobatik berasal dari kata tombolan bahasa Italia, tommelen bahasa Belanda yang artinya melompat, melenting, dan mengguling, (Syarifudin, 1992 : 13). Demikian pula kita melihat gerakan jungkir balik, melenting, berputar. Ini pun merupakan bagian dari arti senam yang sebenarnya. Bentuk-bentuk gerakan tersebut sering dikenal dengan istilah “tumbling”. Arti dari unsur tumbling adalah gerakan yang cepat dan eksplosif dan merupakan gerak yang pada umumnya dirangkaikan pada satu garis menonjolkan fleksibel gerak dan balancing (keseimbangan) dengan gerakan agak lambat Bentuk-bentuk latihan senam lantai meliputi : (1) guling depan, (2) guling belakang, (3) guling lenting/neckspring, (4) berdiri dengan kepala, (5) berdiri dengan kedua telapak tangan, (6) sikap lilin dan, (7) kayang. 1. Latihan gerakan Guling Depan (Forward Roll) Guling ke depan adalah berguling ke depan
belakang badan (tengkuk, punggung,
inggang, dan panggul bagian belakang). Latihan guling depan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling ke depan dengan sikap awal berdiri. 2. Kayang Kayang adalah suatu bentuk atau sikap badan “terlentang” yang membusur, bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki dengan siku-siku dan lutut lurus. 3. Berdiri Dengan Kepala (Headstand) Berdiri dengan kepala adalah sikap tegak, dengan bertumpu pada kepala dan ditopang kedua tangan. Dari penempatan bagian kepala dan sikap kedua tangan sebagai penopang .
4. Latihan Sikap Lilin Sikap lilin adalah sikap yang dibuat dari sikap semula tidur terlentang ,
kemudian
mengangkat kedua kaki (rapat) lurus ke atas dengan kedua tangan menopang pinggang. 5. Latihan Gerakan Guling Belakang (Back Roll) Guling ke belakang adalah mengguligkan badan ke belakang , dengan awalan badan tetap harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu melekat di dada. Anak-anak akan mudah melakukan Roll Belakang apabila: a. Mempunyai kelentukan otot perut, punggung, dan paha. b. Kelepasan ruas-ruas tulang belakang, perut, dan persendian panggul. c. Kekuatan otot lengan untuk menopang.
2.1.4 Hakikat Metode Pembelajaran Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Metode
pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2)
demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7) brainstorming,
(8)
debat,
(9) simposium, dan sebagainya. Menurut Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Pribadi (2009: 11) menyatakan bahwa, “tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik”. Banyak metode yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran, antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif dan konvensional. Sedangkan Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan” Berdasarkan bahasa, metode adalah cara baik itu ceramah bermakna, eksperimen, demonstrasi, pemecahan masalah, diskusi dan discovery. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah bahan kegiatan dalam menuntut ilmu pengetahuan. Jadi metode pembelajaran dapat didefinisikan
atau diartikan sebagai cara-cara yang digunakan oleh seorang pendidik/pengajar dalam penerapan sebuah materi belajar dalam membentuk sebuah karakter pada siswa.
2.2 Hakikat Metode Pembelajaran Bagian Sabri (2007: 49) metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat penyajian bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar terapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran. Rusefendi dalam Baskoro dan Sugianto (2009: 152) menyatakan bahwa banyak metode pembelajaran yang bisa kita terapkan dalam pembelajaran, seperti metode mengajar yang dikemukakan yaitu ceramah, ekspositori, latihan hafal (Drill), Latihan praktek (practice), tanya jawab, demonstrasi, diskusi, kegiatan lapangan, laboratorium, permainan, karyawisata, penemuan (inkuiri), simulasi, pemberian tugas dan metode proyek. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara/gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan seperti metode pembelajaran bagian. Dalam prakteknya, guru harus menggunakan metode pembelajaran bagian ini disesuaikan dengan segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran bagian.
Metode pembelajaran ini dilakukan dengan secara bertahap dan dilakukan dengan berkesinambungan.
2.2.1 Pembelajaran Senam Ketangkasan dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Bagian Upaya pengembangan dan peningkatan olahraga dalam senam ketangkasan dalam pembelajaran bagian yang dilakukan salah satunya adalah dengan latihan yang terprogram dengan baik dan benar. Latihan merupakan proses yang sistematis dalam mempersiapkan olahragawan
yang
dilakukan
secara
berulang-ulang
dengan
beban
yang
semakin
meningkat. Latihan adalah proses pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga terjadi adaptasi gerak otomatis gerakan yang awalnya dirasakan sangat sukar akan menjadi sangat mudah setelah melakukan latihan yang diberikan secara sestematis dan teratur. Dalam melakukan senam ketangkasan seperti roll belakang juga memerlukan latihan. Roll belakang ialah gerakan badan berguling ke arah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang, pinggang, punggung, dan tengkuk. Gerakannya yaitu memutar badan ke depan dengan awalan badan menghadap ke belakang dilakukan dengan membelakangi matras dan awalan tangan berada di atas bahu dan awalan kepala didekatkan ke dada kemudian melakukan tolakan supaya badan berbalik. Gerakan back roll atau roll belakang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada 2. Guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga.
3. Bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakkan kaki
untuk
dejatuhkan ke belakang kepala. 4. Jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala. 5. Dorong lengan ke atas. 6. Jongkok dengan lengan lurus ke depan.
Cara melakukan roll belakang berpasangan 1) Pemain: 2 - 5 pasang orang, tidak terbatas 2) Peralatan: tidak mengunakan peralatan. 3) Tempat: gedung atau tempat bermain 4) Keahlian: kelentukan dan kelenturan tubuh 5) Permainan: tujuannya untuk mengetahui tim yang sampai dahulu di finis dengan sukses. Masing-masing tim berpasangan. Orang pertama berdiri dan orang kedua tidur terlentang dengan kedua kaki diangkat ke atas. Orang pertama memegang mata kakinya orang kedua, lalu orang pertama menarik sekkuat-kuatnya kaki orang yang kedua tersebut agar mendapat dorangan berguling ke belakang. Kemudian lakuan guling ke bekakang sampai finis 6) Skor: tim yang sampai duluan menjadi pemenang. 7) Variasi: gunakan pemindahan dalam bentuk lain.
Banyak orang yang merasa berlatih tapi sebenarya tidak. Hal ini umumnya disebabkan yang bersangkutan kurang memahami pengertian tentang latihan sebenarnya. Berdasarkan ciriciri pelatihan yang baik maka dapat dikemukakan pengertian atau definisi mengenai latihan sebagai berikut : “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. (Harsono, dalam Hadajarati, 2009 : 126) Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin seperti latihan fisik, latihan teknik, latihan mental. Prinsip-prinsip di sini adalah prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui serta diterapkan dalam setiap latihan cabang olahraga. Dengan mengetahui prinsi-prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seseorang tidak mungkin dapat berhasil dalam latihannya. (Bompa dalam Hadajrati, 2009 : 130). Di dalam olahraga diketemukan berbagai ragam definisi tentang metode mengajar dan melatih. Yang dimaksud dengan metode mengajar atau melatih, adalah suatu cara tertentu, sistem kerja seseorang pelatih atau olahragawan, sehubungan dengan pengetahuan dan kemampuan yang cukup dalam pengorganisasian dari suatu kegiatan. Contoh: metode circuity training,
metode
interval
training.
Jadi metode merupakan suatu pelajaran untuk
mengembangkan latihan. (Siregar dalam Hadjarati 2009: 142).
2.2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Senam Ketangkasan pada Siswa Kelas X SMA Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga, dan Kesehatan di kelas X SMA bertujuan agar
peserta
didik
memiliki
kemampuan
sebagai
berikut. 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif
Adapun standar kompetensi dalam pembelajaran senam ketangkasan yaitu: 1. Mempraktikkan teknik dasar senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 2. Mempraktikkan latihan kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 3. Mempraktikkan rangkaian gerak senam lantai dengan gerakan yang benar dan nilainilai yang terkandung di dalamnya
Sedangkan kompetensi dasar dalam pembelajaran senam ketangkasan yaitu: 1. Mempraktikkan teknik dasar gerak guling depan (roll depan) serta nilai kedisiplinan, keberanian, tanggung jawab 2. Mempraktikkan teknik dasar guling belakang (rol belakang) serta nilai disiplin, keberanian dan tanggung jawab 3. Mempraktikkan jenis latihan kecepatan dan kelincahan serta nilai disiplin dan tanggung jawab 4. Mempraktikkan rangkaian senam lantai tanpa alat serta nilai percaya diri, kerja sama, disiplin, keberanian, dan keselamatan 5. Mempraktikkan beberapa rangkaian senam lantai, serta nilai keberanian, kedisiplinan, keluwesan dan estetika
2.2.3 Hakikat Hasil Belajar Menurut Suprijono (2011: 5 – 6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar dapat berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan intelaktual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2011: 7) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikelompokkan oleh para pakar sebagaimana yang telah dikemukakan tidak dilihat secara terpisah, melainkan secara menyeluruh. 2.3
Kerangka Berpikir Pembelajaran senam ketangkasan khususnya roll belakang sejak dulu hingga saat ini lebih
banyak mengarah pada metode pembelajaran yang sifatnya konvensional, monoton, atau
membosankan. Sehingga siswa lebih cenderung melakukan aktivitas-aktivitas maupun bentuk gerakan dalam pembelajaran senam ketangkasan tidak maksimal atau dengan kata lain tidak sempurna. Apabila hal ini berlarut-larut dibiarkan tentu akan membuat siswa kurang berminat dalam melakukan gerakan senam ketangkasan. Salah satu teknik gerakan senam ketangkasan yang dibelajarkan guru penjaskes pada siswa SMA yaitu roll belakang. Roll belakang merupakan salah satu teknik gerakan yang harus dibelajarkan dengan hati-hati. Apabila pelaksanaan pembelajaran roll belakang tersebut tidak diberikan dengan hati-hati, maka kegiatan pembelajaran roll belakang tidak memberikan hasil yang maksimal. Salah satu metode pembelajaran yang relevan dengan pembelajaran senam ketangkasan khususnya pada roll belakang yaitu menggunakan metode pembelajaran bagian. Metode pembelajaran bagian merupakan metode pembelajaran yang diberikan secara bagian, perbagian, bertahap, atau secara berkesinambungan. Pembelajaran roll belakang dengan menggunakan metode pembelajaran bagian tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan teknik-teknik dasar gerakan roll belakang dari gerakan yang sifatnya mudah dilakukan ke gerakan yang sifatnya kompleks atau gerakan yang sulit. Dengan demikian, metode pembelajaran bagian dapat diasumsikan bahwa metode pembelajaran bagian yang relevan dalam meningkatkan hasil belajar senam ketangkasan khususnya roll belakang.
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu “Metode pembelajaran bagian dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo”.