BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1
Hakikat Permainan Sepak Bola Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang
digemari oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Eric C. Batty (2011:9) menjelaskan bahwa sepak bola adalah permainan yang sederhana, dan rahasia permainan sepak bola yang baik adalah melakukan hal-hal sederhana dengan sebaik-baiknya, serta bentuk permainan yang di lalakukan dengan jalan menendang (menyepak) bola, dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawan sebanyak mungkin. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam permainan sepak bola, selain setiap pemain harus memiliki kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tahan juga harus menguasai tehnik dasarnya. Dengan di kuasainya tehnik dasar oleh seorang pemain, maka pemain akan dapat mengembangkannya sendiri dalam usaha meningkatkan ketrampilannya lebih tinggi. Tehnik dasar dalam permainan sepak bola, dapat di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu 1) tehnik dasar tanpa bola, tehnik dasar tanpa bola meliputi latihan tehnik lari, latihan tehnik melompat, latihan tehnik gerak tipu. 2) tehnik dasar dengan bola, tehnik dasar ini meliputi latihan tehnik menyepak atau menendang bola, tendangan lurus, tendangan melingkar atau melambung. Ini berarti bahwa latihan membawa dan menendang bola mau tak mau harus menjadi salah satu latihan inti dalam program latihan sepak bola manapun juga. Setiap pemain di dalam
memainkan bola, tidak di benarkan untuk menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali lengan, hanya penjaga gawang diizinkan untuk memainkan bola dengan tangan maupun kaki. Sepak bola juga merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas 11 pemain. Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2 X 45 menit) dengan waktu istirahat 15 menit diantara dua babak tersebut. Mencetak gol kegawang lawan adalah tujuan dari kerja sama suatu kesebelasan. Suatau kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila dapat memasukan bola kegawang lawan lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawan. Permainan ini dapat dilakukan dilapangan terbuka (out door) atau di lapangan tertutup (in door). Permainan sepak bola, pemain haruslah berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan bola. Oleh karena itu, dalam permainan sepak bola dibutuhkan keterampilan dan penguasaan emosional yang sering berpengaruh terhadap keterampilan bermain seorang pemain. Untuk dapat bermainan sepak bola dengan baik dan benar seorang pemain harus menguasai teknik-teknik dasar sepak bola, pemain harus dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik ia cenderung dapat bermain sepak bola dengan baik pula. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa tujuan dari permainan sepak bola adalah masing-masing regu atau kesebelasan yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin,
dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan sepak bola merupakan permainan beregu yang memerlukan dasar kerjasama antar sesama anggota regu, sebagai salah satu ciri khas dari permainan sepakbola. Teknik-teknik dasar dalam permainan sepak bola ada beberapa macam, seperti mengumpan, menyundul, menggiring, mengontrol bola dan menendang (long pass). Untuk dapat menghasilkan permainan sepak bola yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam permainan. Khususnya dalam teknik menendang (long pass) pemain harus menguasai teknik tersebut dengan baik, karena teknik menendang sangat berpengaruh terhadap permainan sepak bola terutama untuk memberikan oporan kepada teman. Pada dasarnya permainan sepak bola merupakan suatu usaha untuk menguasai bola dan untuk merebutnya kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepakbola harus menguasai teknik-teknik dasar sepak bola yang baik.
Sepak bola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Pemain harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Pemain harus mampu berlari beberapa mil dalam suatu pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat. Dan, pemain harus memahami taktik permainan individu, kelompok dan beregu. Kemampuan pemain untuk memenuhi
semua tantangan ini menentukan penampilan pemain di lapangan sepak bola. Adapun unsur kondisi fisik adalah kecepatan.
2.1.2
Hakikat Menggiring Bola ( Dribbling) Menggiring bola dapat dikatakan suatu seni yang menggunakan beberapa
bagian kaki atau menggulirkan pola secara terus-menerus sambil berlari. Tehnik ini merupakan teknik dasar keterampilan menguasai bola yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang sederhana, namun perlu kecepatan dan ketepatan. Menurut Mukholid (2007 : 8) Mengemukakan bahwa Menggiring bola adalah menendang (menyentuh, mendorong), bola secara perlahan sambil berjalan atau berlari. Menggiring merupakan ciri khas yang paling dominan dalam permainan sepak bola. Adapun tujuan menggiring bola adalah : 1. Membawa bola kearah gawang 2. Melewati lawan 3. Memperlambat atau mengatur irama permainan Tehnik ini merupakan tehnik penting dalam permainan sepak bola Jika dilihat dari dasar olah raga sepak bola, menggiring bola atau mendrible bola, maka tehnik menggiring bola sebenarnya memperlambat permainan. Namun dalam permainan atau pertandingan perlu ada teknik dan taktik untuk dapat menenangkan pertandingan tersebut. Sehingga menggiring bola tetap menjadi bagian dari permainan sepak bola yang sangat penting. Kemahiran menggiring bola adalah suatu ketrampilan yang bersifat individual dan membutuhkan kreativitas yang tinggi. Bila seorang pemain memiliki banyak trik (tipuan) yang dalam menguasai bola, ia akan bisa dengan mudah mengecoh pemain-pemain lawan, bahkan akan banyak membuahkan gol-
gol kemenagan. Berpijak dari pentingnya tehnik menggiring bola maka penulis mengetengahkan prinsif-prinsif menggiring bola yang dikutip dan pendapat Sukatamsi sebagai acuan penelitian prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : Bola dalam penguasaan pemain tidak mudah direbut lawan dan bola selalu terkontrol. Didepan pemain terdapat daerah kosong, artinya bebas dari lawan jenis. Bola digiring dengan kaki kanan/kaki kiri, tiap langkah kaki kanan atau kaki didorong bola kedepan. Jadi bola didorong, bukan ditendang. Irama sentuhan pada bola tidak mengubah irama langkah kaki. Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja, tetapi harus pula memperhatikan situasi sekitar lapangan atau posisi lawan maupun kawan. Soekatamsi (dalam Andrisandi 18 april 2010) menggring bola diartikan dengan gerakan-gerakan lari menggunakan bagian kaki serta mendorong bola agar bergulir terus menerus diatas tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu pada saat bebas dari lawan. Saat menggiring bola pemain harus menguasai teknik tersebut dengan baik, karena teknik menggiring sangat berpengaruh terhadap permainan terutama kepada para pemain.
Teknik menggiring bola dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Teknik menggiring bola dengan kaki bagian dalam, 2. Teknik menggiring bola dengan kaki bagian luar, dan 3. Teknik menggiring dengan punggung kaki.
Menggiring bola menggunakan punggung kaki dilakukan dengan tujuan agar lebih mempercepat mendekati gawang lawan denga langkah-langkah menggiring bola. Meurut Mukholid (2007 : 8) sebagai berikut: a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki menendang bolaa dengan punggung kaki. b) Bola didorong kedepan dengan menggunakan punggung kaki secara perlahan. c) Saat menggiring bola, kaki melangkah pendek. d). Jarak bola dengan kaki harus dekat agar bola tetap dalam penguasaan. e) Kedua lutut harus ditekuk agar mudah menguasai bola. f) Pandangan melihat bola pada saat menyentuh bola, kemudian melihat situasi lapangan (posisi kawan maupun lawan). g) Kedua lengan disamping badan untuk keseimbangan dan badan berada diantara bola dan lawan.
2.1.3
Hakikat Kecepatan Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang
mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang olahraga seperti nomor lari jarak pendek, tinju, anggar,sepak bola dan cabang olahraga permainan. Menurut Paulus Levinus dan Dikdik Zafar Sidik (2006-92), ada beberapa bentuk kecepatan, yaitu : 1) Kecepatan reaksi, 2) Kecepatan maksimal yang siklis ( Daya akselerasi dan Kecepatan maksimal), 3) Kecepatan maksimal asiklis (Agility dan Quickness). Dalam hal ini, seluruh cabang olahraga prestasi membutuhkan yang namanya kecepatan, karena kecepatan merupakan dasar utama untuk mencapai suatu prestasi maksimal.
Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan dalam waktu yang singkat.. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturutturut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang. Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi kepada obyek-obyek eksternal seperti sepak bola, bola basket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Menurut M.Sajoto (1995 : 9), kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam perkembangan olahraga prestasi saat ini, kecepatan seorang atlit sangat mempengaruhi prestasi atlit tersebut ataupun klubnya. Kita semua mengetahui bagaimana kecepatan seorang Lionel Messi yang bisa mengobrakabrik pertahanan lawan-lawannya untuk membawa kemenangan bagi timnya Barcelona. Tidak lupa juga bagaimana kecepatan dan skill seorang Cristiano Ronaldo sehingga dibeli klub terkaya di dunia, Real Madrid. Dan menjadi pemain termahal sejagad sampai saat ini. Oleh karena itu kecepatan sangat berpengaruh terhadap prestasi atlit ataupun kelompok/timnya. Menurut Dick (1989) yang dikutip oleh Satriya et.al (2007:73), bahwa kecepatan gerak adalah kecepatan berkontraksi dari beberapa otot untuk menggerakan anggota tubuh secara cepat atau kemampuan membuat gerak (gerakan) melawan tahanan gerak yang berbeda-beda dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Batasan ini mengacu pada kecepatan maksimal yang siklis atau kecepatan maksimal yang asiklis.
Selanjutnya Sidik (2008:40) menyatakan bahwa, “ kecepatan adalah suatu komponen kemampuan fisik yang peningkatannya sangat sulit ”. Peningkatan hasil latihan yang eksklusif hanya meningkat 10 % mengingat sangat sulitnya memecahkan rekor sprint 100 m. Dalam penjelasan dan teori-teori di atas bahwa kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat dibutuhkan dalam olahraga prestasi. 2.1.4 Hakikat Shuttle Run Mukholik (2007 : 47) Menyatakan lari pelatihan shutlle run (bolakbalik) adalah sikap awal berdiri dengan posisi siap untuk berlari bolakbalik antara titik / garis start ke titik / garis finis harus berusaha membalikkan tubuhnya dengan cepat sebanyak 10 kali. Jarak antara titik satu dengan titik lain adalah 4 sampai 5 meter.
Gambar Pelatihan Shutlle Run, Mukholik (2007 : 47)
Lari bolak-balik Tujuannya :
1. Melatih menggerakkan tubuh arah lurus. 2. Dapat menigkatkan kemampuan mengubah arah dengan cepat 3. Dapat meningkatkan kelincahan tubuh Cara melakukannya adalah sebagai berikut : a) Lari bolak balik dilakukan denga secepat mungkin sebanyak 6 – 8 kali (jarak 4 – 5 meter) b) Setiap kali sampai pada suatu titik sebagai batas, si pelari harus secepatnya mengubah arah tidak boleh terlalu jauh, dan jumlah ulangan tidak terlampau banyak sehingga menyebabkan kelelahan bagi si pelari c) Dalam pelatihan ini yang diperhatikan adala kemampuan mengubah arah dengan cepat pada waktu bergerak. Melihat teori diatas, dapat dikatakan bahwa pelatihan shutlle run sangat dibutuhkan pada saat berolahraga terutama dalam permainan sebak bola. Sebab dengan pelatihan shutlle run kemampuan kita pada saat menggiring bola lebih meningkat dibandingkan dengan kemampuan orang lain. Agar supaya kemampuan dapat meningkat secara maksimal, para pelatih harus lebih memperhatikan tentang program latihan pada saat melakukan pelatihan. Karena peningkatan kemampuan atlet tergantung pada program pelatihan yang diterapkan oleh seorang pelatih.
2.2 Hakikat Dan Prinsip Latihan 2.2.1
Pengertian Latihan
Latihan adalah proses pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga terjadi adaptasi gerak dan otomatis gerakan yang awalya dirasakan sangat sukar akan menjadi sangat mudah setelah melakukan latihan yang diberikansecara sistematis dan teratur. Menurut Al-Falaasifah (2011). Pengertian latihan ini dapat mengandung beberapa makna dalam bahasa inggris yaitu practise, exercise, dan training.dalam istilah bahasa indonesia kata-kata tersebut mempunyai arti yang sama yaitu latihan
dan
setelah
diaplikasikan
dilapangan
memang
nampak
sama
kegiatannyayaitu aktifitas fisik. Pengertian latihan yang berasal dari kata: -
Practise : aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dangan tujuan dan kebutuhancabang olahraganya.
-
Exercises : perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya.
-
Training : suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur sehingga tujuan dan sasaran latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.
Tujuan utama dalam pelatihan olahraga adalah untuk meningkatkan prestasi baik itu individu maupun prestasi kelompok. Namun untuk mencapai prestasi yang optimal tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Banyak
hal yang mempengaruhi prestasi dalam pelatihan olahraga salah satunya adalah perencanaan yang terprogram dan mempunyai sebuah tujuan yang jelas. 2.2.2
Prinsip Latihan Latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar dan
sudah diterima secarah universal. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan, latihan sering kali menjurus ke mal praktek pelatih dan latihan tidak sistematis sehinggah peningkatan prestasi tidak tercapai. Berikut ini ada
beberapa pendapat dari para ahli
mengenai Prinsip
latihan dan tujuan latihan, Yang pertama menurut Dr Sukadiyanto (2010) Prinsip latihan adalah proses adaptasi manusia terhadap lingkungan. Manusia memiliki daya adaptasi istimewa terhadap lingkungan, atlit akan beradaptasi terhadap beban latihan yang di terima saat latihan maupun dalam pertandingan. Adapun prinsipprinsip latihan menurut Dr Sukadiyanto (2010) a. Prinsip kesiapan (Readicss) Pada prinsip kesiapan materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia olahragawan. Oleh karena usia berkaitan erat dengan persiapan kondisi fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan. b. Prinsip individual Dalam merespon beban latihan untuk setiap olahragawan tentu akan berbeda-beda, sehingga beban latihan setiap orang tidak dapat di samakan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan diantaranya adalah faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran,
lingkungan, sakit ciderah dan motivasi. Maka agar seorang pelatih berhasil dalam melatih perluh menyadari bahwa setiap atlit memiliki perbedaan-perbedaan terutama dalam merespon beban latihan. c. Prinsip beban lebih (Overload) Beban latihan harus melampaui atau mencapai sedikit ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan memgakibatkan tidak mampu di adaptasi oleh tubuh, sedangkan kalau ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsip moderat. Untuk itu pembenaan di lakukan secarah progresif dan di ubah sesuai dengan tingkat perubahan atlit. d. Prinsip sistematik Prestasi atlit sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembenaan dan skala sportifitas sasaran latihan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodesasi latihan. Yang memiliki tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik, maupun psikologis. 2.3 Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1999:75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1998: ix – xii).
2.3 Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tau tentang pengaruh, akan tetapi objek dan sasarannya yang berbeda. Baston Yunus (2011) pada skripsinya yang berjudul: Pengaruh Pelatihan Shuttle Run terhadap kemampuan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMP N 4 Gorontalo hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut rata-rata pre-test yaitu 29,35 meningkat setelah selesai pelakasanaan tindakan menjadi rata-rata post-test yaitu 22,12. Dimana hipotesis skripsi ini yaitu terdapat pengaruh latihan Shuttle Run terhadap kemampuan menggiring bola dalam permainan sepak bola siswa SMP Negeri 4 Grontalo, yang dapat disimpulkan terdapat pengaruh pelatihan Shuttle Run terhadap kemampuan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMP N 4 Gorontalo dapat diterima. Oleh karena itu saya sebagai peneliti memilih masalah tentang Pengaruh model latihan Shuttle Run terhadap Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMK Negeri 4 Kota Gorontalo. Dimana data yang diperoleh dari penelitian tersebut rata-rata pre-test yaitu 29,35 meningkat setelah selesai pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata post-test yaitu 22,12. Dimana hipotesis skripsi ini yaitu terdapat Pengaruh model latihan Shuttle Run terhadap Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMK Negeri 4 Kota Gorontalo, yang dapat disimpulkan Terdapat Pengaruh Latihan Shuttle Run
terhadap Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMK Negeri 4 Kota Gorontalo dapat diterima.
2.4 Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian teori dikemukakan di atas, bahwa untuk mencapai kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola yang baik maka guru atau pelatih merancang dan mampu mendesain metode atau strategi dan pendekatan dam proses belajar mengajar ataupun melatih yang terarah dan terencana. Setiap cabang olahraga membutuhkan latihan yang sesuai dengan materi cabang tersebut dan sesuai kemampuan para peserta didik atau atlit. Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola harus dikuasai oleh pemain, guru dan pelatih harus dapat mampu memberikan “Pengaruh model latihan Shuttle Run terhadap Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMK Negeri 4 Kota Gorontalo”. Yang kiranya hal ini dapat menjadi sebagai penunjang untuk program latihan kecepatan mengiring bola kearah gawang maupun melewati lawan. 2.5 Hipotesis Berdasarkan
kajian
teoritis
dan
kerangka
berpikir
serta
mempertimbangkan komponen-komponen lain dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat Pengaruh model latihan Shuttle Run terhadap Kecepatan menggiring bola dalam permainan sepak bola pada siswa SMK Negeri 4 Kota Gorontalo”.