BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori 1.
Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar (Dimyati, 2010:7).
2.
Pengertian hasil belajar Menurut Sudjana (2005:3), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran . perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan – kemampun siswa setelah aktifitas belajar yang menjadai hasil perolehan belajar. Menurut Bloom dalam Sudjana (2009:22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil 10 belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi: 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan srikap yang terdiri dari lima sapek , yakni penerimaan, reaksi, penelitian, oraganisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu bernekaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemempuan bertindak. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh siswa dengan proses
belajar mengajar, pada penelitian ini hanya diukur pada ranah kognitif saja kerena berkaitan dengan kemempuan siswa dalam menguasai meteri pelajaran. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya, (Hamalik, 2007: 155). 3.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Winkel (2000), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. a.
Faktor Internal, terdiri dari: 1) Psikologi, yang meliputi intelegensi, motivasi belajar, sikap, minat, perasaan, kondisi akibat keadaan sosial, kultural, dan ekonomi. 2) Fisiologi, meliputi kesehatan jasmani.
b. Faktor Eksternal, terdiri dari: 1) Proses belajar di sekolah, meliputi: kurikulum pembelajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, dan pengelompokkan siswa. 2) Sosial, meliputi: sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi pengajar dengan siswa. 3) Situasional, meliputi: politik, tempat dan waktu, musim dan iklim Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Hal tersebut dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (2008:29). Bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemapuan siswa dan 30% dipengaruhi
oleh lingkungan. Faktor disamping faktor kemampuan siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 2008:39). Menurut Ahmadi (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, yaitu : 1) Faktor raw input (faktor siswa itu sendiri), dmana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda- beda dalam sosiologis dan psikologis. 2) Faktor environmental input (faktor lingkungan ), baik lingkungan alami atau lingkungan sosial. 3) Faktor instrumental input,
yang didalamnya terdiri dari kurikulum, program
pengajaran, sarana dan fasilitas tenaga pengajar. 4.
Ranah hasil belajar Menurut Benjamin Bloom dalam (Sudjana, 2009: 22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: a.
Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.
Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi.
c.
Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
5.
Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1. Hasil belajar akademik stuktural adalah bertujuan untuk meningkatkan
kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman adalah bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3. Pengembangan keterampilan social adalah bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Penerapan pembelajaran kooperatif model NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000;29). Pengertian Numbered Head Together (NHT) adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor siswa. Pada dasarnya merupakan metode ini adalah variasi sebuah diskusi kelompok dengan ciri khasnya guru hanya bertugas menunjuk seorang peserta didik yang mewakili kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sehingga strategi ini menjamin keterlibatan total peserta didik. Number Head Together (NHT) dikembangkan Spencer Kagan pada tahun 1992.
Strategi Number Head Together memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat keraja mereka, serta biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model NHT menempatkan guru sebagai fasilitator, dalam model pembelajaran ini siswa didorong untuk berfikir sendiri menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing.
1.
Unsur-unsur 1.1. Sintakmatik 1.2. Sistem Sosial dan Prinsip Reaksi 1.3. Sistem Pendukung, 1.4. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring. Sintakmatik ialah tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran
menurut model tertentu. Sistem sosial yang dimaksudkan ialahsiatuasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksiialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru seharusnya melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya memberi respon kepada mereka. Yang dimaksud dengan sistem pendukung ialah segala sarana,bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran tertentu. Sedangkan dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yangdiharapkan. Adapun dampak pengiringnya ialah hasil belajar lainnya
yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana pembelajaran yang dialami langsung oleh peserta didik tanpa adanya arahan langsung dari guru. 6.
Hakikat Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan suatu model yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Sedangkan model-model pembelajaran itu sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip atau teori pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil; 1980). Menurut Joyce dan Weil, berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka
panjang),
merancang
bahan-bahan
pembelajaran,
dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2010: 132-133). 7.
Langkah-Langkah NHT 1. Guru menyampaikan materi kepada siswa berbantuan power point. 2. Siswa di bagi kedalam beberapa kelompok dan setiap siswa mendapatkan nomor urut setiap kelompoknya. 3. Guru memberikan tugas tiap – tiap kelompok diminta untuk mengerjakan tugas. 4. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
5. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. 6. Setiap kelompok diberikan waktu untuk melakukan tanya jawab. 7. Guru menarik kesimpulan. 8.
Manfaat NHT Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran tipe NHT menurut Lundgren didalam Ibrahim (2000) antara lain : 1. Rasa harga diri semakin tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran. 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 5. Konflik antara pribadi menjadi berkurang. 6. Pemahaman yang lebih mendalam. 7. Hasil belajar lebih tinggi. 8. Nilai-nilai kerjasama antar siswa lebih maju.
9.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky, yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau
kerjasama antara individu. Sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut, model pembelajaran kooperatif ini meningkatkan aktivitas belajar bersama. Pembelajaran
kooperatif
membantu
mencari
dan
mengolah
informasi,
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih keterampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis, dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal. Pada umumnya keberhasilan kelompok ditentukan oelh kontribusi individu dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini dilakukan agar semua anggota kelompok bertanggung jawab dalam belajar. Dan merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan peembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Menurut Eggen and Kauchak pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. a.
Kelebihan menggunakan NHT,yaitu: a)
Kelebihannya siswa menjadi siap semua.
b)
Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b.
Kelemahan menggunakan NHT, yaitu: a)
Tidak terlalu cocok untuk siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.
b)
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
B. Penelitian Yang Relavan Penelitian Laskunary (2015) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Strategi Numbered Head Together (NHT) Dalam Pembelajaran IPS Materi Keunggulan Geostrategis Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP N 2 Banyudono Tahun Ajaran 2014/2015, hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya perbedaan. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang mendapatperlakuan menggunakan strategi Numbered Head Together (NHT) mendapat nilai post test dan ketrampilan lebih tinggi yaitu 94,93 dan 3,53 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata post-test danketrampilan 87,38 dan 2,59, kelas kontrol menggunakan metode ceramah dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Perbedaan dari kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa strategi Numbered Head Together (NHT)lebih efetif dibandingkan dengan metode ceramah. Hasanah, dkk (2013) yang berjudul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together penelitian menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning tipe numbered head together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negari 05 Metro Selatan Tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata aktivitas siklus I adalah 54,00, kemudian meningkat 10,00 menjadi 64,00 pada siklus II. Selanjutnya meningkat 13,00 menjadi 77,00 pada siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siklus I adalah 58,54, kemudian meningkat 9,84 menjadi 68,38. Selanjutnya mengalami peningkatan
kembali 8,39 menjadi 76,77 pada siklus III. Persentase ketuntasan belajar siklus I adalah 51,61%, kemudian meningkat 12,90 % menjadi 64,51% pada siklus II. Selanjutnya meningkat 16,13% menjadi 80,64% pada siklus III. Didalam penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran sama yaitu model pembelajaran Numbered Head Together. Dengan hasil rata-rata kelas dari nilai prasiklus, siklus I dan siklus II yang berbeda. Dan tempat, waktu peneletian tindakan kelas yang berbeda.
C. Kerangka Berfikir
Kondisi Pembelajaran Awal
Kondisi awal
Tindakan
Guru belum menggunakan
model pembelajaran Hasil belajar siswa rendah
Guru menggunakan model pembelajaran NHT
Siklus I Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together berbantuan Power Point
Siklus II Perbaikan model pembelajaran Numbered Head Together berbantuan Power Point
Kondisi Akhir Hasil belajar meningkat
D. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah diduga dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan berbantuan power point diduga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelas VIII B SMP Kristen Satya Wacana Salatiga pada Semester I Tahun Ajaran 2016/2017 dalam mata pelajaran IPS.