perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1.
Implementasi Kurikulum 2013 a. Hakikat Implementasi Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Berdasarkan makna implementasi, dapat dimengerti bahwa implementasi merupakan tindak lanjut dari sebuah perencanaan. Pemaknaan implementasi berkembang berdasarkan perspektif atau konteksnya. Namun, dalam perspektif apa pun makna implementasi memiliki kaitan dan saling melengkapi. Setiawan (2004: 39) dalam bukunya yang berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan menyatakan bahwa: “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”. Berdasarkan pendapat ini, jelas bahwa tindakan atau wujud implementasi bertumpu pada tujuan. Selain itu, implementasi memerlukan pengorganisasian pelaksanaan dengan sistem kerja yang efektif. Harsono (2002: 67) dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan bahwa “implementasi merupakan proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan, dari politik ke dalam administrasi”. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program. Jika dianalisis lebih mendalam, pendapat ini dapat juga direpresentasikan pada perspektif pendidikan. Implementasi proses pembelajaran merupakan langkah administratif yang mengacu pada kebijakan kurikulum sebagai salah satu dampak sistem politik. commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Pengembangan kebijakan kurikulum melalui tindakan merupakan langkah penyempurnaan kebijakan itu sendiri. Usman (2002: 70) berpendapat bahwa “implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”. Pendapat Usman berdasarkan perspektif pendidikan tersebut menjelaskan bahwa implementasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan yang telah disusun sebelumnya. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum, guru perlu memahami konsep kurikulum dan silabus, serta mengembangkan RPP sebagai langkah perencanaan sehingga setiap aktivitas atau kegiatan pembelajaran terarah dan bertujuan. Indonesia tengah mengalami pergantian kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Setiap kebijakan kurikulum pasti memiliki arah dan tujuan yang berbeda. Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran sangat perlu memahami konsep Kurikulum 2013 yang memiliki landasan filosofis, yuridis, dan konseptual sehingga dalam implikasi membelajarkan siswa sesuai dengan struktur kurikulum. b. Kurikulum 2013 1) Hakikat Kurikulum Sebelum membahas mengenai pengertian atau hakikat kurikulum dari para ahli dan pakar pendidikan, perlu dipahami terlebih dahulu makna etimologis kurikulum. Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam bahasa Latin curir yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Istilah kurikulum pada awalnya berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, dan kemudian diadopsi ke dalam dunia pendidikan (Suparlan, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Suparlan (2011: 32) menyatakan bahwa istilah kurikulum mulai digunakan sekitar tahun 1968, sedangkan pada kurikulum sebelumnya masih menggunakan istilah rencana pelajaran. Pemaknaan kurikulum selalu mengalami perkembangan seturut dengan perkembangan zaman. Engkoswara (dalam Suparlan, 2011: 35) merumuskan perkembangan pengertian kurikulum tersebut dengan menggunakan formula-formula sebagai berikut. a) K= ---------, artinya kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari; b) K= ∑ MP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik; c) K= ∑ MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh peserta didik; d) K= ∑ MP + KK + SS + TP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau sekolah. Definisi kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Butir 9 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (dalam Indriyanto, 2010: 27). Berdasarkan definisi kurikulum tersebut, kita dapat mengetahui
pengertian
sekaligus
komponen
pembangun
kurikulum.
Subandiyah menambahkan bahwa komponen utama kurikulum meliputi tujuan pendidikan, isi/materi, organisasi/strategi, media, proses belajar mengajar, sedangkan komponen penunjangnya adalah sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi (Suparlan, 2011). Berikut terdapat beberapa konsep klasifikasi kurikulum oleh beberapa ahli. Aristoteles (dalam Suparlan, 2011), seorang pakar filsafat pendidikan telah mengembangkan model kurikulum dengan mencakup tiga komponen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
yaitu hasil, proses, dan wacana. Kurikulum sebagai hasil (product) merupakan kurikulum yang disusun dalam bentuk dokumen kurikulum untuk digunakan di sekolah atau satuan pendidikan tertentu; kurikulum sebagai proses (process) merupakan proses pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas berdasarkan kurikulum yang digunakan; kurikulum sebagai wacana (praxis), yaitu konsep-konsep yang tertuang dalam dokumen tersebut dan siap untuk diterapkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat lain diungkapkan oleh Hasan (dalam Suparlan, 2011: 39) yang telah menganalisis kurikulum dalam empat dimensi, yaitu kurikulum sebagai ide, rencana tertulis, kegiatan, dan hasil. Kurikulum sebagai suatu ide, yaitu sesuatu yang dihasilkan melalui kajian teoretis dan penelitian, khususnya dalam bidang pendidikan dan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai ide yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. Kurikulum sebagai kegiatan merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, misalnya dalam bentuk praktik pembelajaran. Kurikulum sebagai hasil merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum. Suparlan (2011: 56) menjelaskan tiga macam kurikulum ditinjau dari konsep pelaksanaannya meliputi kurikulum ideal, aktual atau faktual, dan tersembunyi. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. Kurikulum aktual atau faktual merupakan kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati kurikulum ideal. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Macam-macam kurikulum ditinjau dari struktur dan materi pelajaran yang diajarkan meliputi kurikulum terpisah-pisah, terpadu, dan terkorelasi. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) merupakan kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah; sedangkan kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu; Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum) merupakan kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain (Suparlan: 2011). Suparlan (2011) juga menjabarkan macam-macam kurikulum yang ditinjau dari proses penyusunannya meliputi kurikulum nasional, negara bagian, dan sekolah. Kurikulum nasional (national kurikulum), yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional. Kurikulum negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing Negara bagian di Amerika Serikat, dan digunakan oleh masing-masing negara bagian itu. Kurikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum. Berdasarkan penjabaran mengenai kurikulum di atas, dapat dijelaskan bahwa kurikulum di Indonesia merupakan kurikulum nasional karena disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional. Kurikulum 2013 dirancang menggunakan struktur kurikulum terpadu (integrated curriculum). Fokus pada penelitian ini adalah memandang Kurikulum 2013 dalam dimensi ide, rencana tertulis, kegiatan, dan hasil. 2) Pengembangan Kurikulum Suparlan (2011: 78) menyatakan bahwa kurikulum harus disusun dan dikembangkan dengan proses tertentu untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Penyusunan dan pengembangan kurikulum harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
berdasarkan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pihak yang diberi wewenang untuk menyusun kurikulum nasional di Indonesia adalah Pusat Kurikulum yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional (Balitbang Diknas). Namun, dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum nasional, Pusat Kurikulum tidak bekerja sendiri, terdapat berbagai pihak yang dilibatkan di dalamnya. Amstrong (dalam Suparlan, 2011) menjelaskan bahwa pihak-pihak yang dilibatkan dalam pengembangan kurikulum meliputi curriculum specialist (spesialis kurikulum, ahli kurikulum), teacher/instructors (guru/instruktur), learners (peserta didik), principals/corporate unit supervisors (kepala sekolah/unit pengawas sekolah), central office administrators/corporate administrators (administrasitator kantor pusat/administrator perusahaan), special expert (ahli spesial), dan lay public representatives (perwakilam masyarakat umum). Kebijakan penggantian kurikulum pendidikan di Indonesia pasti telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diberlakukan mulai tahun ajaran 2013.
Pergantian
kurikulum
ini
harus
dilanjutkan
dengan
upaya
pengembangan sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Pengembangan kurikulum yang dimaksudkan, menurut Suparlan (2011: 80) merupakan proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang dimaksud adalah kurikulum dalam dimensi ide dan wacana tertulis harus diejawantahkan dalam dimensi proses karena melalui pembelajaran akan diketahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
3) Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum ke-XI yang pernah berlaku di Indonesia. Berikut ini urutan kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia: (1) Kurikulum tahun 1947 yang disebut Rencana Pelajaran Dirinci Dalam Rencana Pelajaran Terurai (17 tahun); (2) Kurikulum tahun 1964 Rencana Pendidikan Dasar (4 tahun); (3) Kurikulum tahun 1968 Kurikulum Sekolah Dasar (6 tahun); (4) Kurikulum tahun 1974 Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1 tahun); (5) Kurikulum tahun 1975 Kurikulum Sekolah Dasar (9 tahun); (6) Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (KCBSA) 1984 (10 tahun); (7) Kurikulum 1994 (3 tahun); (8) Kurikulum tahun 1997 Revisi Kurikulum 1994 (7 tahun); (9) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 (2 tahun); (10) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTPS) 2006 (7 tahun); (11) Kurikulum tahun 2013 yang mulai diberlakukan pada bulan Juni 2013 (Alfred, 2013). Berbagai pertimbangan mempengaruhi perubahan dan pergantian kurikulum dari masa ke masa, begitu pula dengan pergantian kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergantian kurikulum dapat berupa faktor politik, sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Namun, bagaimanapun hasil pertimbangan dan
pengaruh
faktor-faktor
tersebut
diharapkan
tetap
dalam
tekad
mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional. Seperti pendapat Mulyasa (2013: 3) yang mengungkapkan bahwa perubahan apa pun yang dilakukan dalam bidang pendidikan, harus tetap dilandasi oleh semangat membentuk nilai-nilai karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satu dari tujuan nasional pendidikan adalah mewujudkan akhlak mulia (dalam Raharjo, 2007). Pada Kurikulum KTSP, konsep pembelajaran menitikberatkan pada kecakapan kognitif baru kemudian afektif dan psikomotorik. Memang, banyak siswa berprestasi baik dalam bidang akademik atau nonakademik tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
terdapat penurunan kualitas proses belajar siswa. Banyak ditemukan fenomena tentang kemerosotan moral peserta didik, seperti mencontek hingga tindakan plagiarisme. Peristiwa-peristiwa ini lah yang menjadi alasan dan mengawali disusunnya Kurikulum 2013. Lebih dalam lagi mengkaji mengenai alasan perlunya revitalisasi kurikulum, pada Tabel 1 berikut ini dapat disajikan identifikasi beberapa kesenjangan kurikulum dibandingkan dengan konsep idealnya yang bersumber dari Materi Uji Publik Kurikulum 2013 (dalam Mulyasa, 2013: 6163). Tabel 1. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum KTSP A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3.
KONDISI SAAT INI Kompetensi Lulusan Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan Pengetahuan-pengetahuan lepas Materi Pembelajaran Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan Beban belajar terlalu berat Terlalu luas, kurang mendalam
C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat pada guru 2. Proses pembelajaran berpusat pada buku teks 3. Buku teks hanya memuat materi bahasan D. Penilaian 1. Menekankan aspek kognitif
KONSEP IDEAL A. Kompetensi Lulusan 1. Berkarakter mulia 2.
3. Pengetahuan-pengetahuan terkait B. Materi Pembelajaran 1. Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2. Materi esensial 3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat pada peserta didik 2. Sifat pembelajaran yang kontekstual 3. D. 1.
2.
Tes menjadi cara penilaian yang 2. dominan E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan E. 1.
Memenuhi kompetensi profesi saja
Keterampilan yang relevan
1.
commit to user
Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan Penilaian Menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara proporsional Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Memenuhi kompetensi profesi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2. Fokus pada ukuran kinerja PTK F. Pengelolaan Kurikulum 1. Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum
2. F. 1.
2.
2.
3.
Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran
3.
pedagogi, sosial, dan personal Motivasi mengajar Pengelolaan Kurikulum Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman
Berlandaskan kenyataan tersebut, pemerintah melalui Kemendikbud berusaha untuk mewujudkan kondisi ideal tersebut dengan menyempurnakan pola pikir perumusan Kurikulum 2013 terlebih dahulu, yakni: (1) Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan; (2) Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran;
(3)
Semua
mata
pelajaran
harus
berkontribusi
terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Mulyasa, 2013: 63). Pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan konseptual. Landasan filosofis Kurikulum 2013 adalah: (1) Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan; (2) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilainilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. Landasan yuridis meliputi: (1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum; (2) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (3) INPRES No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilainilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Landasan konseptual Kurikulum 2013, yaitu: (1) relevansi pendidikan, (2) kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, (3) pembelajaran kontekstual, (4) pembelajaran aktif, dan (5) penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh (Mulyasa, 2013: 64). Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi ini diharapkan dapat menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Oleh karena itu, tema yang diusung Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013: 99). Adapun indikator-indikator perubahan yang menyatakan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013: 11) adalah: (1) adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri; (2) adanya peningkatan mutu pembelajaran; (3) adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar; (4) adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat; (5) adanya peningkatan tanggung jawab sekolah; (6) tumbuhnya sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara utuh di kalangan peserta didik; (7) terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); (8) terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning); (9) adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement). Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi kurikulum merupakan upaya pemerintah
mewujudkan kondisi
ideal
pembelajaran. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter yang mulai diimplementasikan di Indonesia pada Juni 2013 diharapkan dapat menyiapkan peserta didik tidak hanya cakap dalam ranah kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya sehingga mampu bersaing di dunia kerja dan era globalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
c. Implementasi Kurikulum 2013 pada Jenjang Sekolah Menengah Atas Implementasi Kurikulum 2013 harus memperhatikan Standar Nasional Pendidikan yang tercantum di dalam PP No. 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sanjaya, 2006: 7). Pendidikan sebagai sebuah sistem, keberhasilannya dipengaruhi banyak komponen. Setiap komponen penunjang keberhasilan kurikulum tersebut juga terdapat standar minimalnya dan tercantum di dalam perundang-undangan. Terdapat delapan standar atau ketetapan setiap komponen pendukung keberhasilan kurikulum, yakni standar proses, standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Kurikulum sebagai sebuah sistem, jika mengalami perubahan atau pergantian maka perlu perbaikan di berbagai komponen pendukungnya. Mulyasa (2013: 39) menambahkan bahwa kunci sukses pelaksanaan Kurikulum 2013 berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah. Perbaikan pada komponen-komponen kunci tersebut dapat dilakukan secara bertahap karena menurut Sanjaya (2006: 13), tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Dalam konteks pelaksanaan kurikulum, kepala sekolah merupakan pemimpin organisasi sekolah. Efektivitas implementasi kurikulum merupakan hasil kreativitas kepemimpinan kepala sekolah baik sebagai manajer kurikulum maupun manajer program. Namun, guru tetap sebagai penentu keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Walker “…the educative leader is a negotiator, an analyst of educational situations, an evaluator of the relative merits of a variety of often conflicting viewpoints, a confident decision maker, a teacher, and, most importantly, a learner. The commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
leader brings all these together in curriculum development” (dalam Indriyanto, 2012: 447). Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas melibatkan guru, siswa, dan sarana pendidikan yang dimanfaatkan guru dalam membelajarkan siswa. Faktor sarana pendidikan dapat dimonitor langsung oleh kepala sekolah tetapi mengenai guru dan siswa dalam KBM tidak dapat diintervensi secara langsung oleh kepala sekolah. Dengan demikian, diharapkan guru dapat menjadi pihak penerima estafet kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan dan menyukseskan kurikulum dalam dimensi proses pembelajaran. Bagaimana pun baiknya kurikulum atau sistem pendidikan yang dirancanag, proses pembelajaran tetap menjadi kunci tolok ukur keberhasilan implementasi kurikulum tersebut. Keberhasilan proses pembelajaran atau KBM juga dipengaruhi banyak komponen, dan di antara banyak komponen tersebut, guru tetap menjadi komponen kunci terlaksananya proses pembelajaran berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Guru sangat berperan dalam menyukseskan Kurikulum 2013. Hal ini karena guru merupakan komponen yang berhubungan langsung secara terus menerus dengan siswa maka peningkatan kualitas guru menjadi fokus pergantian kurikulum ini. Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (dalam Mahdiansyah, 2007: 241) dikatakan bahwa seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidian nasional. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Meskipun
peranan
guru
sangat
penting,
pembelajaran
harus
berlandaskan pendekatan Student Centered Learning (SCL). Pembelajaran dengan pendekatan SCL memiliki ciri keaktifan siswa dalam pembelajaran. Menurut Afiatin (dalam Nugraheni, 2007: 6), siswa mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pengalaman
belajar
secara
aktif,
menciptakan
dan
membangun
pengetahuannya sendiri, seta mengaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Hal ini sesuai dengan salah satu konsep implementasi Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi adalah mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi kepada pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Oleh karena itu, pola pembelajaran harus maksimal melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, siswa mampu menggali dan mengeksplorasi potensinya kemudian mengembangkan menjadi kompetensi, dan menyatakan kebenaran ilmiah. Dalam kerangka tersebut, guru dituntut untuk kreatif mengembangkan proses pembelajaran, mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi siswa. Mulyasa
(2013:
42)
menyatakan
bahwa
tugas
guru
tidak
hanya
menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar bagi seluruh siswa agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Suasana belajar seperti ini merupakan modal dasar bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan siap memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat pesat. Sisi positif dari perkembangan IPTEK adalah dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. Namun, siswa tetap membutuhkan guru dalam belajar, hal ini seturut dengan pendapat Sanjaya (2006: 21) bahwa bagaimana pun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Bentuk optimal peranan guru dalam proses pembelajaran meliputi guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Rogers (dalam Mulyasa, 2002) menyatakan bahwa terdapat tujuh sikap minimal yang harus dimiliki guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, yakni: (1) tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka; (2) dapat lebih mendengar peserta didik terutama tentang aspirasi dan perasaannya; (3) mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; (4) lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran; (5) dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya; (6) toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran; (7) menghargai peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya. Standar sikap minimal yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran merupakan upaya untuk mengoptimalkan belajar yang sesungguhnya yakni membelajarkan siswa. Setelah komponen kunci keberhasilan implementasi Kurikulum 2013, yaitu guru, siswa juga komponen kunci penentu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Aktivitas peserta didik perlu disoroti, terlebih meninjau prinsip tujuan pendidikan nasional yang bersifat demokratis, maka dalam pelaksanaan pembelajaran perlu berpedoman pada dari, oleh, dan untuk siswa, sedangkan guru tut wuri handayani. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kunci sukses implementasi Kuriulum 2013 dipengaruhi oleh banyak komponen. Seluruh komponen menunjang keberhasilan Kurikulum 2013, tetapi komponen kunci yang perlu disoroti adalah kreativitas guru dan aktivitas peserta didik karena kedua komponen ini terlibat langsung dalam KBM atau kurikulum dalam dimensi proses. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2.
Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 a. Hakikat Proses Pembelajaran Pemaknaan
belajar
mengalami
perubahan
seiring
dengan
perkembangan zaman. Menurut Makagiansar (dalam Trianto, 2010: 4) telah terjadi pergeseran paradigma di masyarakat, seperti: (1) masyarakat berkembang dari pola belajar secara terminal bergeser ke pola belajar sepanjang hayat (long life education); (2) dahulu, masyarakat belajar hanya berfokus pada penguasaan pengetahuan saja, kini masyarakat lebih berfokus pada sistem belajar holistik; (3) hubungan antara guru dan pelajar yang dahulu senantiasa konfrontatif berubah menjadi sebuah hubungan yang bersifat kemitraan; (4) selain itu, penekanan skolastik bergeser menjadi penekanan berfokus pada nilai; (5) dahulu hanya mempermasalahkan buta aksara, di era globalisasi ini bertambah dengan adanya perhatian pada buta teknologi, budaya, dan komputer; (6) ditilik dari sistem kerja, yang dulu terisolasi (sendiri-sendiri) bergeser menjadi sistem kerja tim (team work); (7) dari konsentrasi eksklusif kompetitif menjadi sistem kerja sama. Bergesernya paradigma masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan di berbagai bidang kehidupan manusia, selanjutnya juga berimbas pada kebijakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut oleh pemerintah. Salah satu bidang kehidupan yang mengalami perubahan signifikan karena perubahan paradigma masyarakat adalah pendidikan. Indonesia tengah menjalani tahapan pertama implementasi Kurikulum 2013. Pergantian kurikulum dinyatakan perlu dilakukan oleh pemerintah melalui Kemendikbud karena ditemukan banyak kekurangan pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu, pergantian kurikulum ini sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas pendidikan yang tentunya sesuai paradigma yang sedang berkembang di masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Menurut Commision on Education for the 21 Century, terdapat empat strategi yang dapat diterapkan untuk menyukseskan pendidikan, yaitu learning to know, learning to be, learning to do, learning to be together. Strategi pertama adalah membuat peserta didik mampu menggali informasi yang ada di sekitarnya (learning to know). Strategi kedua adalah learning to be yang mampu membuat peserta didik mengenali dirinya sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan. Strategi ketiga adalah membuat peserta didik memunculkan ide, kemudian berani beraksi (learning to do). Strategi keempat adalah membuat peserta didik mengembangkan nilai sosial dan memberikan pemahaman mengenai hidup bermasyarakat (learning to be together). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dimengerti bahwa kesuksesan pendidian bukan hanya menyoal kekayaan pengetahuan saja, tetapi juga menyangkut perubahan sikap, serta keterampilan yang berguna bagi masyarakat (Delors, 1996: 85). Gagne (dalam Dahar, 2011: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku suatu organisasi sebagai akibat pengalaman. Pendapat ini menjelaskan bahwa suatu organisasi yang dalam hal ini adalah siswa disebut belajar apabila mengalami sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dialami siswa disebut pengalaman belajar. Proses pembelajaran yang berhasil akan membuat siswa mengalami perubahan sikap dan tingkah laku baik itu saat pembelajaran berlangsung atau setalahnya. Slavin (dalam Trianto, 2010) menambahkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu. Robbins (dalam Trianto, 2010) menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam dimensi belajar, yaitu penciptaan hubungan, pengetahuan yang sudah dipahami, dan pengetahuan yang baru. Dapat dijelaskan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
belajar merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru, bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol). Dapat dijelaskan juga bahwa siswa merupakan subjek belajar, siswa dituntut aktif mencari, menambah, dan mengembangkan informasi bukan objek belajar yang hanya menerima materi yang disampaikan guru. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (dalam Suardi, 2012: 21) bahwa pembelajaran berfungsi menyiapkan peserta didik untuk memasuki kehidupan nyata. Siswa pada hakikatnya belum siap atau sebenarnya memiliki kompetensi tetapi belum maksimal, bukan tidak memiliki kompetensi sama sekali sehingga perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Belajar merupakan proses, maka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku peserta didik pasti melalui tahapan demi tahapan. Gagne (dalam Dahar, 2011: 124) mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act), yaitu: (1) fase motivasi, (2) fase pengenalan, (3) fase perolehan, (4) fase retensi, (5) fase pemanggilan, (6) fase generalisasi, (7) fase penampilan, dan (8) fase umpan balik. Proses pembelajaran di dalam kelas atau kegiatan belajar mengajar hendaknya juga mencakup tahapan-tahapan tersebut, mulai dari siswa membangun dan mencari informasi sendiri, memperoleh informasi dari guru, mengolah dan mengingat materi, mengalami perubahan penampilan (sikap dan tingkah laku) hingga mendapat konfirmasi dan refleksi dari guru. Siswa disebut belajar apabila mengalami perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan pendapat Surjadi (1989: 4) bahwa belajar berlangsung apabila terjadi perubahan pada diri peserta didik. Perubahan itu meliputi penambahan informasi, pengembangan atau peningkatan pengertian, penerimaan sikapsikap baru, perolehan penghargaan baru, dan pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Lebih lanjut Harsey dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Blanchard (dalam Raharjo, 2007: 235) menjelaskan bahwa terdapat empat level perubahan dalam diri peserta didik, yakni perubahan pengetahuan, perubahan sikap, perubahan perilaku, dan perubahan prestasi kelompok atau organisasi. Meskipun banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesuksesan proses pembelajaran, tetapi terdapat komponen penting yang selalu ada di dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu guru dan siswa. Sanjaya (2006) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik. Hal ini didukung oleh pernyataan Uno dan Satria (2008: 84) bahwa hakikat pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Trianto (2010: 17) juga menyatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar
dari
seorang
guru
untuk
membelajarkan
peserta
didiknya
(mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa titik fokus dalam proses pembelajaran adalah siswa. Pihak yang harus mengalami proses belajar, mengalami perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku adalah siswa. Untuk dapat mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, diperlukan faktor-faktor pendukung yang salah satunya adalah guru. Selain itu, Sanjaya (2006) menyatakan bahwa komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran meliputi tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. Berbagai komponen pembelajaran tersebut terintegrasi dalam tahapan proses pembelajaran. Tahapan proses pembelajaran menurut Standar Proses meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Berikut akan dijelaskan masing-masing tahapan proses pembelajaran tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
b. Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 1) Perencanaan Pembelajaran Dalam sebuah sistem, tidak hanya dalam sistem pembelajaran, perencanaan merupakan langkah awal yang harus dilakukan dengan tepat. Karena menurut Cunningham (dalam Uno dan Satria, 2008: 82) mengemukakan
bahwa
perencanaan
adalah
menyeleksi
dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memetakan dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas
yang
dapat
diterima
yang
akan
digunakan
dalam
penyelesaian. Pendapat lain dikemukakan oleh Steller (dalam Uno dan Satria, 2008: 82) bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Perencanaan dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan karena berpengaruh pada arah dan tujuan yang ingin dicapai siswa sebagai fokus utama proses pembelajaran. Perencanaan dalam proses pembelajaran meliputi penetapan visi dan tujuan pembelajaran, penyusunan program
melalui silabus dan
Pembelajaran
(RPP),
penyusunan
pembelajaran
melalui
pemilihan
strategi strategi,
Rencana Pelaksanaan pencapaian metode,
dan
tujuan teknik
pembelajaran. Uno dan Satria (2008: 84) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Perlunya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dijelaskan bahwa perencanaan berfungsi sebagai tolok ukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang dituliskan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai pedoman evaluasi pada akhir pembelajaran, apakah proses belajar telah mencapai tujuan pembelajaran atau belum, apa kendala yang dihadapi guru dan siswa, selanjutnya merumuskan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya peserta didik untuk belajar. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan pembelajaran yang merupakan pondasi awal penetapan arah dan tujuan pembelajaran yang wajib dilakukan guru. Pada proses perencanaan, guru berperan untuk mengembangkan kurikulum dan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). a) Hakikat dan Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dick
dan
Carey
(dalam
Uno
dan
Satria,
2008:
95)
mengemukakan bahwa dalam merencanakan satu unit pembelajaran harus melalui tiga tahap, yaitu mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran; merencanakan prapembelajaran, penilaian, dan kegiatan tindak lanjut; menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran. Semua tahapan yang dijelaskan oleh Dick dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Carey telah dirangkumkan pemerintah melalui Kemendikbud dalam kurikulum yang diejawantahkan dalam silabus dan RPP. Meskipun demikian, guru hendaklah mengolah dan mengembangkan komponenkomponen tersebut sesuai dengan karakteristik sekolah dan siswa yang diajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Suparlan (2011) menyatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran untuk satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, kompetensi untuk penilaian, penilaian alokasi waktu, dan sumber belajar. Selanjutnya, guru akan mengembangkan silabus ke dalam RPP. Rencana mengajar dan satuan pelajaran merupakan dua istilah yang sebenarnya mempunyai makna yang sama, yaitu rencana operasional yang disusun oleh guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas. Ruang lingkup RPP mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Suparlan, 2011: 118). Hakikat RPP menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran dan metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar; (7) penilaian. 2) Pelaksanaan Pembelajaran Dalam sebuah sistem pembelajaran, pelaksanaan bertalian erat dengan perencanaan. Pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
yang tertuang di dalam RPP. Segala komponen yang tertulis di dalam RPP merupakan acuan untuk proses pelaksanaan. Yunanto (2004: 4) menyatakan bahwa di dalam KBM tercakup peran guru, aktivitas anak, penggunaan sumber-metode-media belajar, dan aktivitas lain yang merupakan kegiatan belajar. Peran guru sebagai penyelenggara pembelajaran tetap menjadi fokus di antara komponen pembelajaran yang lain, bahkan menjadi faktor kunci penentu keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Karena pentingnya peran guru dalam pembelajaran, Mulyasa (2013: 41) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan guru merupakan dampak dari minimalnya sosialisasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 44) menjelaskan bahwa hal-hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum 2013 adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum,
pedoman
implementasi
Kurikulum
2013,
pedoman
pengelolaan, pedoman evaluasi kurikulum, standar kompetensi kelulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar, buku guru, buku siswa, silabus dan RPP, standar proses dan model pembelajaran, dokumen standar penilaian, pedoman penilaian dan rapor, buku pedoman bimbingan dan konseling. Guru diwajibkan untuk menaati berbagai hal tersebut sebagai upaya menyukseskan Kurikulum 2013. Dalam implementasi Kurikulum 2013, proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yakni: afektif, psikomotorik, dan kognitif. Berikut langkah-langkah pembelajaran menurut konsep Kurikulum 2013, (1) ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”; (2) ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”; (3) ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”; (4) hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah; (6) pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013). Penyusunan RPP dilakukan guru pasti telah melalui pengamatan dan pemikiran mengenai indikator atau tujuan pembelajaran, materi, metode yang tepat, media, alat, dan sumber belajar, serta rangkaian kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam tahap pelaksanaan guru harus menyesuaikan RPP. Berikut
akan
dijelaskan
mengenai
indikator
atau
tujuan
pembelajaran, materi, metode yang tepat, media, alat, dan sumber belajar, serta rangkaian kegiatan pembelajaran. a) Materi Pembelajaran Bahan ajar dapat disebut dengan materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Menurut Sanjaya (2006: 58), dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Namun, hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered learning). Implementasi Kurikulum 2013 mengalami perubahan esensial, salah satunya adalah perubahan esensi mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Mulyasa (2013: 172), idealnya bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge, bukan sebagai pengetahuan. Hal ini seturut dengan pendapat Trianto (2013: 9) bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
kompetensi berbahasa (khususnya menulis dan berbicara) pada kurikulum berbasis kompetensi lebih difokuskan pada tujuan dan fungsi komunikasi. Namun, komunikasi yang lancar tidak serta merta dengan melatih siswa berlatih berbicara sebanyak-banyaknya karena perlu dipahami bahwa komunikasi apa pun ternyata berbentuk teks secara utuh dan memiliki kekhasan tertentu. Konsep yang seperti ini disebut pedagogi berbasis genre (genre-based pedagogy). Martin (dalam Trianto,
2013)
menyatakan
bahwa
pedagogi
berbasis
genre
memandang bahasa sebagai suatu sistem dinamis terbuka, pengetahuan tentang bahasa diajarkan secara eksplisit; dan genre (tipe teks) digunakan sebagai titik awal untuk pemodelan, pendekonstruksian, dan pemahaman bahasa. Pendekatan berbasis genre didasarkan pada teori bahasa sistemik fungsional yang dikembangkan Halliday (1978, 1994), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut antara lain oleh Martin (1992), Christie (1999), dan Macken-Horarik (2001). Materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013 pada semester 1 (gasal) meliputi teks laporan hasil observasi, anekdot, eksposisi; sedangkan pada semester 2 (genap) meliputi teks prosedur kompleks dan negosiasi. Materi pelajaran tersebut biasanya tergambarkan di buku teks, sehingga sering terjadi proses pembelajaran adalah menyampaikan materi yang ada di dalam buku teks (Sanjaya, 2006: 60). Oleh karena itu, kualitas buku teks juga menjadi faktor penting dalam pembelajaran. Pada implementasi Kurikulum 2013, buku teks utama disediakan oleh pemerintah, selanjutnya tugas guru adalah menyampaikan setiap materi di dalamnya secara optimal dan mencari buku-buku penunjang lainnya sebagai sumber belajar alternatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
b) Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran Media
adalah
suatu
alat
yang
berupa
saluran
untuk
menyampaikan pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerima (Purwahida, 2009: 28). Uno dan Satria (2008: 65) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau instruktur kepada peserta belajar. Menurut Suryani dan Leo (2012: 43), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-usaha pelaksanaan proses belajar mengajar yang menjurus pada pencapaian tujuan pembelajaran. Jauhar (2011: 95) menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan
pembelajaran
sehingga
dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Fungsi media pembelajaran adalah dapat membantu kemudahan belajar bagi peserta didik dan kemudahan mengajar bagi guru; melalui alat bantu, pembelajaran konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan
dalam
bentuk
konkret;
jalannya
pelajaran
tidak
membosankan dan tidak monoton; lebih dapat menarik perhatian dan minat peserta didik (Suryani dan Leo, 2012: 44). Penggolongan media berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya digolongkan menjadi empat, yakni media visual (media grafis, media cetak, media OHP), audio, audio visual, dan multimedia (Jauhar, 2011: 100). Dari berbagai jenis media, internet yang merupakan golongan multimedia menjadi primadona siswa. Melalui internet siswa dapat mengakses dan memperoleh informasi apapun yang mereka inginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tripathi (2014), “the effective use of Internet and multimedia helps in making teaching interesting and more commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
productive. Penggunaan internet secara efetif dapat pembelajaran menjadi menarik dan lebih produktif. Namun, Sunendar dan Iskandarwassid (2008: 24-25) menyatakan bahwa keberhasilan program pembelajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran adalah: (1) pemilihan media disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai; (2) pemilihan media disesuaikan dengan metode, teknik, dan strategi pembelajaran; (3) pemilihan media disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah; (4) pemilihan media disesuaikan dengan kreatifitas dan kemampuan guru. c) Metode Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, orang-orang banyak mengenal istilah yang memiliki kemiripan makna yang sesungguhnya berbeda. Menurut Suryani dan Leo (2012: 5), istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,
pembelajaran, teknik
atau
strategi taktik
pembelajaran, pembelajaran,
dan
metode model
pembelajaran. Sanjaya (2006: 127) menyatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Roy Killen mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teachercentred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centred approaches) (Sanjaya, 2006: 127). Implementasi Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centred approaches) yang selanjutnya dilengkapi dengan pendekatan scientific. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Dari pendekatan yang telah ditetapkan maka guru dapat menentukan strategi pembelajaran. Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan (Djamarah dan Aswan, 2002). Joni menyatakan bahwa strategi sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajarmengajar yang telah ditetapkan (Suryani dan Leo, 2012: 2). Sanjaya (2006: 127) menambahkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendapat lain disampaikan oleh Gulo (dalam Suryani dan Leo, 2012: 1) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Suryani dan Leo (2012: 3) menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Rowntree (1974) mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning (dalam Sanjaya, 2006: 128). Dalam memilih dan menetapkan strategi pembelajaran, guru hendaklah
memegang prinsip-prinsip commit to user
penggunaan
strategi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
pembelajaran. Killen (1998) menyatakan bahwa “No teaching strategy is better than others in all circumtanes, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective” (dalam Sanjaya, 2006: 131). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Suryani dan Leo (2012: 8) bahwa prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Semua strategi memiliki kekhasan sendirisendiri. Sanjaya (2006: 131) menyatakan bahwa guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran yang meliputi orientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas. Dengan demikian, guru dapat menetapkan sebuah strategi yang tepat untuk indikator pembelajaran tertentu. Uno dan Satria (2008: 65) menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain. Terdapat tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran, yaitu: (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan semua kondisi; (2) metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran; (3) kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran. Metode
pembelajaran
merupakan
realisasi
dari
strategi
pembelajaran yang bersifat konseptual. Sanjaya (dalam Suryani dan Leo, 2012) menyatakan bahwa “strategi belajar sifatnya masih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Terdapat berbagai metode pembelajaran untuk diterapkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Suryani dan Leo (2012: 7) menyatakan bahwa: “terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, dan symposium”. Macam-macam metode mengajar menurut Suryani dan Leo (2012: 55) meliputi metode ceramah, diskusi, problem solving (pemecahan masalah), demonstrasi, sosio drama, eksperimen, tugas dan resitasi, dan karyawisata (field-trip). d) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Dalam sebuah RPP dapat mencakup satu, dua, atau lebih jumlah pertemuan. Setiap pertemuan harus dijabarkan langkah-langkah pembelajarannya mulai dari pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Selain itu, perlu diperhatikan keberlanjutan materi dari pertemuan pertama ,kedua, dan seterusnya. Mulyasa (2013: 125) menyatakan bahwa kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pretest. Pembinaan keakraban dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik. Setelah pembinaan keakraban, dilanjutkan dengan kegiatan pretest (tes awal). Fungsi utama pretest adalah untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Mulyasa (2013: 128) menjelaskan bahwa kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter antara lain mencakup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan
masalah
yang
dihadapi
bersama.
Pembentukan
kompetensi dan karakter ini ditandai keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative teaching and learning). Siswa perlu memahami bahwa tugas utamanya adalah belajar, sedangkan tanggung jawabnya mencakup keterlibatan siswa dalam membina dan mengembangkan kegiatan
pembelajaran
yang telah
disepakati
bersama. Pada Kurikulum 2013, pembentukan kompetensi dan karakter dilandaskan pada pendekatan scientific, yakni membelajarkan siswa melalui tahapan kegiatan pokok yang meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan. Langkah yang terakhir adalah kegiatan akhir atau penutup. Mulyasa (2013: 129) menjelaskan bahwa kegiatan akhir pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas dan post test. Tugas yang diberikan merupakan pengayaan dan remedial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi. 3) Evaluasi Pembelajaran a) Hakikat Evaluasi pembelajaran Dalam pelaksanaan assessment pembelajaran, guru dihadapkan pada tiga istilah yang sering dikacaukan pengertiannya atau bahkan sering pula digunakan secara bersama, yaitu istilah pengukuran, penilaian, dan tes (Uno, 2012: 2). Terdapat berbagai pendapat mengenai evaluasi, penyamaan evaluasi dengan penilaian atau pembedaan antara evaluasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
penilaian. Evaluasi atau penilaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis, yang mencakup penentuan tujuan, perancangan dan pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis, dan penafsiran untuk menentukan suatu nilai dengan standar penilaian yang telah ditentukan (Uno dan Satria, 2008: 68). Tyler (dalam Arikunto, 2005) menyatakan evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Menurut Cronbach dan Stufflebeam (dalam Arikunto, 2005), proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Jauhar (2011: 123) menyatakan bahwa asesmen merupakan kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan pembelajaran, pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat mengambil keputusan tersebut, guru perlu melakukan proses melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Kurikulum
2013
yang
merupakan
kurikulum
berbasis
kompetensi dan karakter memiliki penilaian yang tidak hanya fokus pada penilaian hasil, tetapi juga memperhatikan penilaian proses. Menurut Mulyasa (2013: 143) penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi) dan refleksi. Inilah yang menjadi alasan mengapa asesmen dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Tidak hanya hasil akhir yang dinilai sebagai tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik tetapi juga proses kegiatan belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik atau cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. b) Jenis dan Bentuk Instrumen (1) Penilaian Unjuk Kerja Jauhar (2011: 128) menyatakan bahwa unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Mulyasa (2013: 144) menyatakan bahwa dalam implementasi Kurikulum 2013, sangat dianjurkan agar guru lebih mengutamakan penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat; dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Leighbody (dalam Mulyasa, 2012) mengemukakan bahwa elemen-elemen kinerja yang dapat diukur meliputi: (1) kualitas penyelesaian pekerjaan; (2) keterampilan menggunakan alat-alat; (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai; (4) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan; dan (5) kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar, dan simbol-simbol. Karakteristik penilaian seperti ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan atau mempraktikkan sesuatu. Alat atau instrumen yang dapat digunakan untuk mengamati unjuk kerja peserta didik adalah daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale) (Jauhar, 2011: 128-130). Berikut ini contoh instrumen daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Penilaian Menulis Teks Eksposisi (KD 4.2) (Menggunakan daftar cek) Nama Siswa: ………………………..
Kelas: ………
Aspek yang Dinilai No. 1. Ketepatan langkah-langkah penyusunan teks eksposisi 2. Kelengkapan struktur isi teks 3. Ketepatan ejaan (struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca)
Baik
Tidak Baik
Penilaian Menulis Teks Eksposisi (KD 4.2) (Menggunakan skala penilaian) Nama Siswa: ……………………….. No.
Kelas: ………
Unsur yang Dinilai 1
1. 2. 3.
Nilai 2 3
4
Ketepatan langkah-langkah penyusunan teks eksposisi Kelengkapan struktur isi teks Ketepatan ejaan (struktur kalimat, ejaan, dan tanda baca)
(2) Penilaian Tertulis Penilaian tertulis merupakan teknik penilaian yang hampir setiap guru telah mengetahui dan melaksanakannya. Sudjana (1991) menyatakan bahwa dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (non tes). Tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Jauhar
(2011:
132) menyatakan bahwa
tes
tertulis
merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
peserta didik dalam bentuk tulisan. Teknik penilaian tertulis dapat berupa: (1) soal dengan memilih jawaban, mencakup pilihan ganda, dua pilihan (benar/salah), dan menjodohkan; (2) soal dengan menyuplai jawaban, mencakup: isian atau melengkapi, uraian terbatas, dan uraian. (3) Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas yang diberikan dapat berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data (Jauhar, 2011: 133). Tahapan-tahapan yang perlu dinilai adalah penyusunan desain/konsep, pengumpulan data, analisis data, dan persiapan laporan tertulis. Dengan demikian teknik penilaian proyek dapat dilakukan dengan daftar cek ataupun skala penilaian. (4) Penilaian Produk Jauhar (2011: 134) menyatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk dilakukan dengan cara holistik dan analitik. Cara holistik dilakukan berdasarkan kesan keseluruhan produk, sedangkan cara analitik berdasarkan aspek-aspek produk. (5) Penilaian portofolio Portofolio adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Mulyasa (2013: 148) menyatakan bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Lebih mendalam, Jauhar (2011: 134) menyatakan bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan sehingga dapat memotret dinamisme perkembangan atau peningkatan kompetensis siswa. (6) Penilaian Sikap atau Karakter Penilaian sikap perlu dilakukan guru agar penilaian terhadap individu siswa holistik. Penilaian sikap perlu dilakukan karena keberhasilan pencapaian kompetensi dapat bermula dari sikap. Sikap yang merupakan bentuk tindakan dari pandangan hidup atau nilai-nilai yang dimiliki seseorang mencakup tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan konatif. Jahuar (2011: 130) menyatakan bahwa komponen afektif adalah perasaan atau penilaian seseorang terhadap
suatu
objek;
komponen
kognitif
adalah
kepercayaan/keyakinan seseorang mengenai objek; komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Pandangan dan perasaan siswa terhadap setiap komponen pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap sikapnya, dan berpengaruh juga pada keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi (1) sikap terhadap materi pelajaran, (2) sikap terhadap guru/pengajar, (3) sikap terhadap proses pembelajaran, (4) sikap yang berkaitan dengan nilai/norma yang berhubungan dengan materi pelajaran (Jauhar, 2011: 130). Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian sikap dapat dilakukan dengan teknik observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Berbicara mengenai sikap tentu juga akan menyangkut karakter. Sikap yang terus diarahkan tentu akan menjadi sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
karakter. Berbagai sikap yang mempengaruhi karakter siswa dapat disebut sebagai indikator perilaku maka selain penilaian sikap, penilaian karakter juga perlu dilakukan. Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya (Mulyasa, 2013: 146). Pembentukan karakter memang membutuhkan waktu yang lama, tetapi indikator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh setiap guru. Misalnya, indikator perilaku tanggung jawab seperti melaksanakan kewajiban, melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan, menaati tata tertib sekolah, memelihara fasilitas sekolah, dan menjaga kebersihan lingkungan. Selain tanggung jawab, masih ada beberapa karakter lain yang dapat diidentifiasi indikator perilakunya, seperti percaya diri, saling menghargai, bersikap sopan, kompetitif, dan jujur. Penilaian ini sangat penting dilakukan karena Kurikulum 2013 berbasis karakter. (7) Penilaian Diri (self assessment) Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses,
dan
tingkat
pencapaian
kompetensi
yang
dipelajarinya (Jauhar, 2011: 136). Penilaian diri dapat digunakan sebagai konfirmasi penilaian guru terhadap peserta didik mengenai kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari sutau mata pelajaran tertentu. Penilaian kompetensi afektif, misalnya peserta didik diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap objek tertentu. Penilaian kompetensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
psikomotorik dapat dilakukan dengan menminta peserta didik untuk
menilai
dikuasainya
kecakapan
berdasarkan
atau kriteria
keterampilan
yang
telah
atau
yang
telah
acuan
dipersiapkan. c) Acuan Ketuntasan Belajar pada Kurikulum 2013 Sesuai dengan Permendikbud No.81 A Tahun 2013, penilaian setiap mata pelajaran meliputi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan menggunakan skala 1-4 (kelipatan 0,33), sedangkan kompetensi sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) yang dapat dikonversi ke dalam predikat A-D. B. Kerangka Berpikir Dunia pendidikan Indonesia tengah mengalami perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013. Pada tahap implementasi, seluruh komponen kurikulum harus terlibat sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Mulyasa (2013: 9) menyatakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponenkomponen
tersebut
antara
lain
kurikulum,
rencana
pembelajaran,
proses
pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah. Dari berbagai komponen penentu di atas, proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap menjadi kunci utama keberhasilan implementasi Kurikulum
2013.
Hal
ini
dikarenakan,
fungsi
utama
pendidikan
adalah
membelajarkan peserta didik, proses membelajarkan peserta didik tersebut terjadi di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
dalam KBM yang diselenggarakan oleh guru sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Berdasarkan pendapat Mulyasa (2013), terdapat tiga komponen pembangun KBM, yakni rencana pembelajaran, proses pembelajaran, dan mekanisme penilaian. Dalam tahap rencana pembelajaran, guru harus menyiapkan RPP berdasarkan struktur Kurikulum 2013 dan silabus yang telah disiapkan oleh Kemendikbud. Selanjutnya, pada tahap proses pembelajaran atau disebut pelaksanaan, guru dituntut untuk merealisasikan RPP dalam proses belajar mengajar. Konsep Kurikulum 2013, menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) yang dikombinasikan dengan pendekatan scientific. Dengan demikian, langkah-langkah pembelajaran yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring harus melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek belajar. Guru juga perlu memperhatikan materi pelajaran, media, alat, dan sumber belajar, serta metode pembelajaran. Muatan materi mata pelajaran Bahasa Indonesia mengalami perubahan yang signifikan karena pada struktur Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia dipandang sebagai alat komunikasi (carrier of knowledge) bukan sebagai pengetahuan. Kurangnya pemahaman guru atas konsep ini menyebabkan keberadaan buku teks menjadi senjata utama dalam pembelajaran. Kreativitas guru perlu dikembangkan sehingga penyampaian materi pelajaran tidak monoton. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan buku penunjang selain buku teks utama bagi siswa, pemilihan metode, media, alat, dan sumber belajar sesuai materi pembelajaran dan variatif. Pada tahap penilaian, guru memberikan penilaian pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik pada siswa. Hal ini sesuai dengan konsep Kurikulum 2013 yang tidak hanya mengutamakan keunggulan kompetensi tetapi juga terbentuknya karakter siswa. Apabila tahap rencana, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran sesuai dengan konsep kurikulum, maka akan tercipta pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
dan menyenangkan (PAIKEM). Selain itu, visi Kurikulum 2013 untuk menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter dapat terwujud. Studi kasus implementasi pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta sangat menarik karena berbagai tantangan dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan konsep pembelajaran yang benar-benar baru dan berbeda dari kurikulum sebelumnya, KTSP. Melalui penelitian ini akan diperoleh potret/gambaran proses pembelajaran, peran dan kreativitas guru serta aktivitas siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013. Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013
Perencanaan Pembelajaran 1. Silabus 2. RPP
Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian
1. Materi pelajaran (buku teks) 2. Media, alat, dan sumber belajar 3. Metode 4. Langkah-langkah pembelajaran (pendekatan scientific)
1. Jenis dan bentuk penilaian 2. Penerapan nilai skala 1-4 dalam laporan hasil belajar siswa
Hambatanhambatan 1. Sekolah 2. Guru 3. Peserta didik 4. Fasilitas 5. Waktu 6. Bahan ajar
Solusi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sekolah Guru Peserta didik Fasilitas Waktu Bahan ajar
Tercapainya pembelajaran bahasa Indonesia yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) pada implementasi Kurikulum 2013 Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir commit to user