BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak.Ada dua bahan kajian IPS, yaitu 1) bahan kajian pengetahuan social, mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan, 2) bahan kajian sejarah, meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah proses interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) sekolah dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar. b. Kedudukan Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain (Depdiknas, 2003 : 3): 1) Merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan 2) Berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur keilmuan itu kemudian dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial 5
3) Menyangkut masalah sosial dan tema-tema yang dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Interdisipliner maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan sejarah. Multidisipliner artinya materi kajian itu mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. 4) Menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat masa lalu dengan prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah sosial, isu-isu global, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk perjuangan hidup, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kemakmuran serta sistem berbangsa dan bernegara. c. Tujuan Menurut Awan Mutakin yang dikutip BSNP (2006: 5) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi seharihari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 6
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu
mengembangkan
berbagai
potensi
sehingga
mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. d. Ruang lingkup Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial meliputi : 1) sistem sosial dan budaya, 2) manusia, tempat dan lingkungan, 3) perilaku ekonomi dan kesejahteraan, 4) waktu, keberlanjutan dan perubahan (Depdiknas, 2003: 2). Sedangkan dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 ruang lingkup Mapel IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial dan budaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan e. Standar Kompetensi Bahan Kajian 1) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk: a) Mengembangkan sikap kritis dan situasi sosial yang timbul sebagai akibat perbedaan yang ada di masyarakat. b) Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan perubahan sosial budaya c) Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur 2) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:
7
a) Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu. b) Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi geografis. 3) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk : a) Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi. b) Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan. c) Menganalisis
sistem
informasi
keuangan
lembaga-lembaga
ekonomi. d) Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri. 4) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu, keberlanjutan dan perubahan serta menerapkannya untuk: a) Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian. b) Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa depan. c) Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa sejarah. f. Karakteristik Karakteristik mata pelajaran IPS oleh BSNP (2006: 4) dinyatakan antara lain sebagai berikut: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan soiologi, yang dikemas 8
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. 3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. 4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial, antara lain: 1) Kemampuan memahami: (1) proses pembentukan kepribadian manusia, (2) unsur-unsur usaha berekonomi, (3) perubahan unsurunsur fisik muka bumi, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu Budha dan Islam sampai abad ke-18. 2) Kemampuan
memahami:
(1)
bentuk-bentuk
hubungan
antar
kelompok sosial, (2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi masyarakat,
(3)
dinamika
perubahan
kependudukan
dan
pembangunan berwawasan lingkungan di Indonesia, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. 3) Kemampuan memahami: (1) perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial-budaya, (2) keunggulan komparatif dan kompetitif 9
dalam
perdagangan
internasional
serta
dampaknya
terhadap
perekonomian Indonesia, (3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di negara maju dan berkembang, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai dengan Orde Baru. 2. Belajar Wina Sanjaya (2006: 110) mengungkapkan “belajar itu adalah suatu proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,baik latihan
didalam laboraturim maupun dalam lingkungan sekitar. “Oemar Hamalik (2004: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 108 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya, manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. R Gagne dalam Slameto (2003: 13) memberikan dua definisi mengenai belajar : 1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan ,ketrampilan,kebiasaan dan tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan 10
terhadap
benda-benda
di
sekitarnya
yang
direfleksikan
melalui
pengalamannya (Indrawati dan Wawan, 2009: 9). Peran penting guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi. Coaching adalah proses memotivasi peserta didik menganalisis performanya dan membentuk feedback atau umpan balik tentang kinerja mereka. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan dalam pembelajaran kontruktivisme adalah: 1. Prior Knowledge /previos Experience Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Konstruksi pengetahuan tidak berangkat dari ’’pikiran kosong”. (blank mind),
peserta didik harus
memiliki pengetahuan apa yang hendak diketahui. Pengetahuan ini disebut pengetahuan awal/ dasar (prior Knowledge). 2. Conceptual - Change Process Proses perubahan konseptual merupakan proses pemikiran yang terjadi pada peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi kondisi nyata. Konstruksi pengetahuan membutuhkan kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali
pengalaman,
kemampuan membandingkan,
kemampuan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan serta kemampuan lebih menyukai satu dari pada yang lain. 3. Model Pembelajaran Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, Bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan 11
model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Para ahli dalam menyusun model-model pengajaran berdasarkan prinsip Joyce dan Well (Moedjono dan Dimyati, 1991: 109) berpendapat bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (Suatu rencana pelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, membimbing pengajaran di kelas atau yang lain. Seorang
guru
diharapkan
memiliki
motivasi
dan
semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman
(2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu
mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan,
dan
sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4. Model Pembelajaran Make a Match. Pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran
aktif,
efektif,
pembelajaran kooperatif kerjasama
dan
kecepatan
dan
menyenangkan
(PAKEM)
yaitu
(cooperative learning) yang mengutamakan diantara
siswa
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. 12
Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas: 2005) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.Sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegangnya. c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban). d) Setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu diberi point dan applause. e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda sebelumnya. f) Demikian seterusnya. g) Mengambil kesimpulan. h) Penutup. Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Hisyam Zain, 2008: 32) Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu jawaban dan kartu soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. 5. Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. 13
Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 1990: 22). Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan motorik yang diakibatkan dari suatu proses pengalaman belajarnya. B. Penelitian Yang Relevan Endrawati (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Make a Match dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 16 No. 2 Mei 2014
membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a
Match bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan Sediansih (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Cooperatif Learning dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 15 No. 1 Januari 2013 membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dalam penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning, terdapat juga unsur-unsur model pembelajaran Make a Match 14
Kesimpulan
yang
dapat
dikemukakan
adalah
sebagai
berikut:
Penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan penguasaan materi pelajaran. Dengan optimalisasi penggunaan model pembelajaran Make a Match bidang IPS ternyata mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dan sebagai akumulasi tindakan tercermin pada peningkatan hasil belajar siswa. C. Kerangka Berpikir Dalam mengajarkan pelajaran IPS terutama materi Menghargai berbagai peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian materi IPS. Sebab dalam pelajaran IPS mempelajari ilmu sosial dan pemasyarakatan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam penerapan model Make a Match proses pembelajaran mempunyai keunggulan dan dipastikan dapat meningkatkan hasil belajar, keunggulanya; siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan menjunjung norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Pembelajaran model Make a Match siswa sangat dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi-materi yang dianggap sulit apabila mereka saling bekerjasama dengan temanya untuk menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan, komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masingmasing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan yang mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar. 15
Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Make a
Match Pada
Pembelajaran IPS Pembelajaran menggunakan metode konvensional
a. Guru dominan menggunakan ceramah dan penghafalan b. Teacher centered c. Kurang mengaktifkan kooperatif siswa
Keaktifan dan hasil belajar IPS siswa di bawah KKM >70
a. Siswa jenuh dalam pembelajaran b. Siswa kurang fokus dalam pembelajaran c. Keaktifan hanya ditunjukan sebagian siswa
Diterapkan model pembelajaran Make a Match
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awal mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match a. Penyampaian tujuan dan motivasi b. Membentuk kelompok c. Presentasi dari guru d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) e. Kuis (evaluasi) f. Penghargaan prestasi tim g. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran
Kegiatan pembelajaran lebih bermakna
Keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas V meningkat diatas KKM >70
Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
16
Dari skema kerangka berfikir terlihat bahwa pada awalnya guru dalam mengajar mata pelajaran sejarah belum menggunakan model pembelajaran make a match. Berdasarkan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mempelajari sejarah masih rendah.
Siswa belum mampu
memahami pelajaran sejarah dengan baik. Siswa juga belum berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran make a match dalam penelitian ini,merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran IPS, tidak merasa bosan dan jenuh serta keinginan untuk mempelajari mata pelajaran sejarah akan semakin tinggi sehingga prestasi siswa meningkat. Dari paparan diatas dapat disimpulkan
bahwa melalui penerapan
model pembelajaran make a match hasil belajar sejarah siswa Kelas V SD Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat. D. Hipotesa Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Hasil belajar siswa kelas V SD Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat, melalui penerapan model pembelajaran make a match.
17