BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Konsep Produktivitas Pegawai
2.1.1 Pengertian Produktivitas Pegawai Kata-kata produktivitas memang telah menggema di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, walaupun kegiatan untuk meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-sumber alam lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama. Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Sinungan (1995:18) menjelaskan produktivitas dalam beberapa kelompok sebagai berikut: : (1) Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari pada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). (2) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. (3) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni:investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja.
9
10
Disamping ketiga pengertian tersebut dalam doktrin pada konferensi Oslo, 1984, tercantum definisi umum produktivitas semesta yaitu:Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dam tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total. Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.
2.1.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Pegawai Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan atau
organisasi, produktivitas mengandung pengertian berkenaan dengan konsep
11
ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Dari sejumlah teori yang dideskripsikan untuk memperoleh dukungan teoritik penyusunan konsep operasional variabel penelitian, menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Umar, 2001:11) menjelaskan ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja yaitu sikap kerja, Tingkat Keterampilan, Hubungan antara Lingkungan kerja, Manajemen Produktivitas, Efesiensi tenaga kerja dan Kewiraswastaan. Pandangan ini dapat dikatakan terdapat enam dimensi yaitu : dimensi Sikap Kerja, dimensi Tingkat Keterampilan, dimensi Hubungan Antara Lingkungan Kerja, dimensi Manajemen Produktivitas, dimensi Efisiensi Tenaga Kerja, dan dimensi Kewiraswastaan. Dari
penjelasan
diatas
maka
disusun
konsep
operasional
variabel
produktivitas kerja menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (dalam Umar, 2001:11) sebagai berikut : (1) Dimensi Sikap Kerja dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari indikator-indikator sikap dalam melayani, sikap dalam melaksanakan pekerjaan, dan sikap melakukan inisiatif kerja.(2) Dimensi Tingkat Keterampilan dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari indikator-indikator keterampilan pencapaian tugas, keterampilan melaksanakan program, dan keterampilan mengevaluasi pencapaian program. (3) Dimensi Hubungan kerja dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari
12
indikator-indikator hubungan kerja dengan pimpinan hubungan kerja dengan antar bagian, dan hubungan kerja dengan rekan sekerja. (4) Dimensi Manajemen produktivitas dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari indikator-indikator koordinasi pekerjaan, komunikasi antar bagian, dan tanggung jawab pekerjaan. (5) Dimensi Efisiensi tennelitian yang teraga kerja dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari indikator-indikator jumlah tenaga kerja, pemanfaatan tenaga kerja, dan pemanfaatan waktu tenaga kerja.(6) Dimensi Kewiraswastaan dioperasionalkan menjadi 3 indikator penelitian yang terdiri dari indikator-indikator kemampuan melihat potensi daerah, kemampuan melihat potensi diri, dan kemampuan melihat potensi organisasi.
2.2
Konsep Budaya
2.2.1 Pengertian Budaya Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (cultural) diartikan sebagai: pikiran; adat istiadat; sesuatu yang sudah berkembang; sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini, tradisi diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dam kebiasaan dari masyarakat yang nampak
13
dari perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut. West (2000:128) mendefinisikan budaya sebagai asumsi–asumsi dan polapola makna yang mendasar, yang dianggap sudah selayaknya dianut dan dimanifesatasikan oleh semua pihak yang berpartisipasi dalam organisasi. Menurut Osborn dan Plastrik (2000:252) Budaya diartikan juga sebagai seperangkat perilaku, perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi. Sehingga untuk merubah sebauh budaya harus pula merubah paradigma orang yang telah melekat. Budaya menurut Koentjaraningrat (2004:2) adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan mengelompokkan aspek-aspek budaya berdasarkan dimensi wujudnya, yaitu:(1) Kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai, keyakinan, norma dan sikap. (2) Kompleks aktivis seperti, pola komunikasi, tari-tarian, upacara adat. (3) Material hasil benda seperti, seni, peralatan dan lain sebagainya. Dalam suatu organisasi (termasuk lembaga pendidikan), budaya diartikan sebagai berikut: (1) tindakan yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah terjadi pergantian anggota.(2) norma perilaku yaitu
14
cara berperilaku yang sudah lazim digunakan dalam sebuah organisasi yang bertahan lama karena semua anggotanya mewariskan perilaku tersebut kepada anggota baru.
2.2.2
Pengertian Budaya Kerja Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku
yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja. Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik. Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi (2003:65) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
15
Sedangkan menurut Taliziduhu Ndraha (2003:80) dalam buku Teori Budaya Organisasi,
mendefinisikan
budaya
kerja,
yaitu;”Budaya
kerja
merupakan
sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”. Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.
2.2.3
Unsur-Unsur Budaya Kerja Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau
masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem, alat-alat dan teknik-teknik pendukung. Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan.
16
Menurut Taliziduhu Ndraha (2003:81), budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu: (1) Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.(2) Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama pegawai, atau sebaliknya. Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam upaya untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyai perbedaan cara kerja, yang mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja organisasi. Adapun indikator-indikator budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha (2003:25) dapat dikategorikan tiga Yaitu : (1) Kebiasaan. : Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan perilaku berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan hak dan kewajiban, kebebasan atau kewenangan dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok di dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan. Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu pendirian (position), jika sikap bisa berubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering dilakukan baik dalam
17
keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar, kebiasaan biasanya sulit diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang dibawa dari lahiriyah, namun dapat diatasi dengan adanya aturan-aturan yang tegas baik dari organisasi ataupun perusahaan. (2) Peraturan : Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya peraturan karena peraturan merupakan bentuk ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan pegawai disiplin dalam mematuhi segala bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan. Sehingga diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan konsekwensi terhadap peraturan yang berlaku baik dalam organisasi perusahaan maupun di lembaga pendidikan. (3) Nilai-nilai : Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus menampakkan diri melalui media atau encoder tertentu. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika terekam atau termuat pada suatu wahana atau budaya kerja. Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja searah, keserasian dan keseimbangan. Maka penilaian dirasakan sangat penting untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai baik secara kualitas maupun kuantitas.
18
2.2.4
Nilai-Nilai Budaya Kerja Sistem nilai budaya merupakan konsepsi nilai yang hidup dalam alam
pemikiran sekelompok manusia/ individu yang sangat berpengaruh terhadap budaya kerja pegawai atau aparatur negara. Adapun nilai-nilai budaya kerja sesuai dengan keputusan Menpan No SE/13/M.Pan/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara terdiri dari : Nilai-Nilai Dasar 1) Wewenang dan Tanggung Jawab Memegang teguh sepenuh hati dan berjanji melaksanakan tugas secara taat untuk mencapai tujuan melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab dengan baik agar tidak ada pihak lain yang dirugikan. 2) Keikhlasan dan Kejujuran o Rela sepenuh hati, tumbuh dari lubuk hati dan tidak mengharapkan imbalan/balasan. o Keberanian untuk mengatasi dirinya sendiri, berani menolak dan bertindak melawan segala kebatilan. 3) Integritas dan Profesionalisme o Integritas adalah tidak diragukan lagi serta selalu konsisten dalam kata dan perbuatan. o Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar.
19
4) Kreativitas dan Kepekaan o Kreatifitas berarti mempunyai ide-ide baru dan inovatif yang muncul spontan untuk hal penting dan mendesak. o Kepekaan adalah respon seseorang atau organisasi dalam menghadapi suatu peristiwa yang dapat menguntungkan, merugikan atau membahayakan. 5) Kepemimpinan dan Keteladanan o Kepemimpinan merupakan seni mengendalikan organisasi secara cerdik, pandai, berpengalaman, peka, proaktif, selalu dekat dengan yang dipimpin, visioner dan bertindak selaku sumber perubahan dan pembaharuan. o Keteladanan adalah sikap & perilaku baik sadar maupun tidak dari seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh bawahannya sebagai sesuatu yang mendorongnya untuk mencontoh. 6) Kebersamaan dan Dinamika Kelompok o Kebersamaan adalah sikap/perilaku sekelompok orang yg secara bersamasama menunjukkan tingkah laku secara spontan. o Dinamika kelompok adalah cara kerja kelompok yg dinamis, kreatif, dan sinergis dalam melayani dan atau mencapai sasaran kerja secara menyeluruh. 7) Ketepatan dan Kecepatan o Ketepatan adalah mengena sasaran, mencapai tujuan, ketelitian dan bebas kesalahan. o Kecepatan merupakan penggunaan waktu secara efisien.
20
8) Rasionalitas dan Kecerdasan Emosi o Rasionalitas adalah berpikir cerdas, obyektif, logis, sistematik dan melibatkan proses ilmiah atau kemampuan intelektual. o Kecerdasan emosi memandang sesuatu dari aspek perasaan, spontanitas, kreatif, inovatif, holistik, integratif, rinestetik, kooperatif, dan lain-lain. 9) Disiplin dan Keteraturan Kerja o Disiplin lebih merujuk pada sikap yang selalu taat kepada aturan, norma, dan prinsip-prinsip tertentu. o Keteraturan lebih menunjukkan perilaku yang konsisten mengikuti ketentuan dan prosedur tertentu. 10) Keteguhan dan Ketegasan o Keteguhan : kuat dalam berpegang pada aturan, nilai moral, prinsip-prinsip manajemen, dan lain-lain. o Ketegasan : sifat, watak, dan tindakan yang jelas dan tidak ragu-ragu. 11) Dedikasi dan Loyal Adalah sifat rela berkorban dan jiwa pengabdian terhadap instansi, bangsa, negara dan taat serta setia dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. 12) Keberanian dan Kearifan o Keberanian diartikan sebagai berani menanggung risiko dalam membuat keputusan dengan cepat dan tepat. o Kearifan merupakan landasan membentuk nilai-nilai (baik dan buruk) seseorang dapat memilih nilai yang cocok dalam manajemen.
21
13) Ketekunan dan Kesabaran o Ketekunan : teliti, rajin mendalami sesuatu pekerjaan yg secara konsisten dan berkelanjutan sesuai dengan komitmen yg disepakati. o Kesabaran : tidak emosional, tidak tergesa-gesa, asalkan tercapai tujuannya tanpa mengorbankan kepentingan orang lain. 14) Semangat dan Motivasi o Semangat adalah daya atau energi yang mendorong perilaku sampai pada tingkatan yang tertinggi. o Motivasi lebih merujuk pada tujuan dari perilaku yang dasarnya adalah kebutuhan dari perilaku yang bersangkutan. 15) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi o Ilmu pengetahuan adalah hasil studi/penelitian baik murni maupun terapan yang bermanfaat bagi masyarakat. o Teknologi adalah cara atau metode kerja untuk menghasilkan suatu produk barang/jasa yang dibutuhkan oleh suatu instansi dan masyarakat. 16) Keadilan dan Keterbukaan Memperlakukan orang lain sesuai dengan fungsi, peran dan tanggung jawabnya serta memperhatikan hak dan kewajiban masyarakat
tidak melakukan
kegiatan secara tertutup dan tidak menimbulkan prasangka tidak baik.
22
2.2.5 Manfaat Budaya Kerja Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik: (1) meningkatkan jiwa gotong royong, (2) meningkatkan kebersamaan, (3) meningkatkan
jiwa
kekeluargaan,(5)
saling terbuka satu sama lain, (4)
meningkatkan
rasa
kekeluargaan,(6)
membangun komunikasi yang lebih baik, (7) meningkatkan produktivitas kerja, (8) tanggap dengan perkembangan dunia luar, dan lain-lain.
2.3 Pengaruh Budaya kerja Terhadap Produktivitas Pegawai Dengan adanya budaya yang kuat dan nilai-nilai budaya diterima dengan baik serta pegawai melaksanakan tugas yang seharusnya dilaksanakan dengan normanorma yang telah ditetapkan akan menunjukkan sejauh mana pegawai dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat, tepat, dan benar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.Lebih lanjut dikatakan bahwa sifat khas budaya kerja adalah kemampuan mengelola proses perubahan yang tujuannya untuk mencapai produktivitas kerja, karena berdasar pada nilai-nilai kebersamaan/integritas, sehingga sedikit demi sedikit sikap perilaku yang negatif akan terkikis dan munculnya nilainilai baru yang lebih baik untuk mendorong menjadi lebih optimal.(Triguno, 2004:64). Dengan kata lain, budaya kerja menjadi pengarah perilaku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
23
Kuatnya budaya kerja akan terlihat dari bagaimana pegawai memandang budaya kerja sehingga berpengaruh terhadap perilaku yang digambarkan memiliki motivasi, dedikasi, kreativitas, kemampuan dan komitmen yang tinggi. Semakin kuat budaya kerja, semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan pegawai Jika diamati dari pentingnya peranan Budaya Kerja maka dapat dikatakan besarnya pengaruh Budaya Kerja tersebut terhadap sumber daya manusia yang ada di suatu instansi atau organisasi. Budaya kerja tersebut dapat dilihat dan diamati oleh peninjauan dari luar maupun dari dalam instansi tersebut. Hal ini dapat dirasakan dari suasana kerja yang membedakannya dengan instansi lain. Dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan. Adapun pengaruh budaya kerja terhadap produktivitas tentu sangat signifikan sekali, karena untuk mencapai produktivitas karyawan yang tinggi, tentu harus membentuk proses kinerja karyawan yang tinggi, untuk mencapai kinerja yang handal, tentu ada job skill and job comitment, untuk membentuk semua itu adalah budaya yang ada dalam organisasi, jika budaya diterapkan lembaga dengan sangat baik, dan dijalankan sepenuhnya oleh karyawan tentu akan mencapai produktivitas yan baik pula. Namun perlu diperhatikan oleh HRM (Human Reasources management) adalah bahwa budaya atau perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh budaya kerja yang ada dalam organisasi, namun juga diperhatikan budaya yang sifatnya external, misalkan; kebiasaan hidup karyawan yang berbeda latar belakang, kemajuan teknologi, norma-norma atau nilai yang dianut oleh personal karyawan, dan semua itu kalau tidak dikontrol/dimonitor dengan baik, untuk kemajuan perusahaan
24
ataupun perkembangan diri karyawan, maka tidak mungkin mencapai produktivitas yang tinggi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja yang meningkat menunjukkan kekuatan budaya dalam mempengaruhi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan, sebaliknya Produktivitas yang rendah menunjukkan lemahnya budaya mempengaruhi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan.
2.4
Kerangka Berpikir
2.4.1
Pengertian Budaya Kerja Taliziduhu Ndraha (2003: 80 ) mendefinisikan budaya kerja, yaitu; “Budaya
kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”. Budaya kerja merupakan falsafah sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki bersama oleh setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi.Jika dikaitkan dengan organisasi, maka budaya kerja dalam organisasi menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan dinyatakan dengan menggunakan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat mengamati dan merasakannya.
25
2.3.2 Produktivitas Pegawai Produktivitas kini banyak dibicarakan oleh banyak orang. Batasan mengenai produktivitaspun bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung pada siapa yang mengemukakannya dan apa tujuannya. Menurut Siagian (2002:54) produktivitas kerja merupakan kemampuan memperoleh manfaat dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan keluaran yang optimal, bahkan kalau mungkin maksimal. Kemampuan yang dimaksud dalam definisi tersebut tidak hanya berhubungan dengan sarana dan prasarana, tetapi juga berhubungan dengan pemanfaatan waktu dan sumber daya manusia. Lebih lanjut dikatakan bahwa sifat khas budaya kerja adalah kemampuan mengelola proses perubahan yang tujuannya untuk mencapai produktivitas kerja, karena berdasar pada nilai-nilai kebersamaan/integritas, sehingga sedikit demi sedikit sikap perilaku yang negatif akan terkikis dan munculnya nilai-nilai baru yang lebih baik untuk mendorong menjadi lebih optimal(Triguno,2004:64). Dengan kata lain, budaya kerja menjadi pengarah perilaku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pada dasarnya perusahaan atau organisasi kerja bukan saja mengharapkan pegawai yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.
26
Berdasarkan paparan tersebut maka diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut : Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Gorontalo
Budaya Kerja (X)
Kebiasaan Peraturan Norma Atau Nilai-nilai
Produktivitas Pegawai (Y)
Sikap Kerja Tingkat Keterampilan Hubungan Kerja Manajemen Produktivitas Efisiensi Penelitian Tenaga Kerja Kewiraswastaan
Gambar 1 : Kerangka Pikir Untuk Variabel X terhadap Y
2.5
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2010:64).
27
Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan atas teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris, oleh sebab itu yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Terdapat pengaruh yang signifikan antara Budaya Kerja terhadap Produktivitas Pegawai di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Gorontalo.