5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka Stewardship Theory Teori Stewardship diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan tingkah laku, perilaku manusia (behavior), pola manusia (model of man), mekanisme psikologis (motivasi, identifikasi dan kekuasaan) dalam sebuah organisasi
yang
mempraktikkan
kepemimpinan
sebagai
aspek
yang
memainkan peranan penting bagi sebuah pencapaian tujuan. Teori ini berakar dari ilmu psikologi dan sosiologi yang mengarah pada sikap melayani (Steward). Menurut Donaldson dan Davis, 1989 dan 1991: “Teori Stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan principal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran organisasinya. Teori ini didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya”. Stewardship (suatu sikap melayani), merupakan suatu pandangan baru tentang mengelola dan menjalankan organisasi, suatu pergeseran pendekatan pada konsep kepemimpinan dan manajemen yang ada sekarang dari konsep
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
mengendalikan (control) dan mengarahkan, kearah konsep peraturan, kemitraan, dan kepemilikan secara bersama oleh anggota/ tim dalam organisasi, yang merasa organisasi menjadi suatu miliknya ataupun satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri sendiri. (Ikhsan Suprasto 2008, dalam Uswatun Hasanah, 2015) Dalam Teori Stewardship, manajer akan melakukan upaya demi mendapatkan kepercayaan publik. Hal ini didasari pada prinsip bahwa manajer memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengelola sumber daya yang ada dengan cara yang bijak untuk kepentingan masyarakat luas. Para manajer tidak akan bertindak untuk kepentingannya sendiri, dan mereka (para manajer) percaya apabila mereka telah bertindak untuk kepentingan yang lebih luas, maka secara pribadi kebutuhan mereka pun telah terpenuhi. (Helena dan Therese 2005, dalam Prastanto 2013) Implikasi teori Stewardship dalam penelitian ini adalah didasarkan hubungan kepercayaan antara bank dalam menyalurkan pembiayaan berbasis jual beli, bagi hasil dan sewa terhadap para nasabah. Sehingga pihak bank dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap nasabah.
Teori Syariah Enterprise (Syariah Enterprise Theory) Teori Syariah Enterprise memiliki pandangan dalam distribusi kekayaan (wealth) atau nilai tambah (value added) tidak hanya berlaku pada partisipan yang terkait langsung atau patisipan yang memberikan kontribusi kepada
operasi
perusahaan
(pemegang
saham,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kreditur,
karyawan,
7
pemerintah), tetapi juga terhadap pihak lain yang tidak terkait secara langsung terhadap operasi perusahaan. Oleh karena itu, syariah enterprise theory akan membawa kemaslahatan bagi stockholder, stakeholder, masyarakat dan lingkungan alam tanpa meninggalkan kewajiban penting menunaikan zakat sebagai manifestasi ibadah kepada Allah SWT. (Slamet 2011, dalam Uswatun Hasanah, 2015) Implikasi teori Syariah Enterprise pada penelitian ini adalah bank umum syariah harus berlandaskan syariah enterprise theory dalam melaksanakan tugasnya, karena bank umum syariah tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik melainkan kepada stakeholder dan Allah SWT. Penerapan prinsip syariah enterprise theory pada bank umum syariah akan membuat kinerja bank lebih sehat, dikarenakan manajemen akan mematuhi prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Semakin tinggi tingkat kepatuhan syariah maka akan semakin baik bank tersebut. Bank umum syariah juga akan lebih
berhati-hati
dalam
melaksanakan
tugasnya
sehingga
dapat
meminimalisir tindak kecurangan yang mungkin dilakukan. Penerapan prinsip syariah enterprise theory pada bank umum syariah mengharuskan bank umum syariah memberikan informasi yang akurat dan transparan, sehingga pemilik modal yakin akan kebenaran informasi laporan keuangan yang diterbitkan oleh pihak bank umum syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
1. Pengertian Bank Syari’ah Dalam istilah Internasional, perbankan syariah dikenal dengan sebutan Islamic Banking atau disebut juga interest-free banking. Istilah kata Islamic tidak terlepas dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri, sehingga Bank Islam selanjutnya disebut dengan Bank Syariah. Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak berlandaskan pada sistem bunga. Bank syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad 2005, dalam Ferial Nurbaya, 2013). (Muhammad Syafi’i Antonio dan Karnaen Purwaatmadja, 2015:32) ”Apa dan Bagaimana Bank Islam” menyatakan: “Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan dengan tata cara operasi yang bersumber dari Al-Qur’an dan AlHadits. Sedangkan, bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam pengoperasiannya mengikuti ketentuan syariah Islam, khususnya menyangkut cara bermuamalat dalam Islam. Dalam bermuamalat harus dijauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba yang selanjutnya digantikan dengan aktivitas investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan”. Dalam rangka menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam telah memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan hal tersebut, bank syariah lahir sebagai pilihan solusi terhadap pertentangan antara bunga
dengan
riba.
Bank
syariah
didirikan
dengan
tujuan
untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait.
2. Perbedaan Sistem Bank Syariah dengan Bank Konvensional Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan, laporan keuangan dan sebagainya. Namun ada beberapa perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan mendasar antara sistem bank syariah dan bank konvensional terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan dari nasabah ke bank maupun sebaliknya dari bank kepada nasabah. Dari hal inilah timbul istilah bunga maupun bagi hasil. Berikut perbedaan antara sistem perbankan syariah dan sistem perbankan konvensional:
Tabel 2 . 1 Perbedaan Sistem Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional Perbedaan Sistem Syariah Sistem Konvensional Dalam hal investasi
Melakukan investasi pada
Tidak membedakan antara
usaha atau produk halal saja
yang haram
http://digilib.mercubuana.ac.id/
halal
dan
yang
10
Prinsip
yang Berdasarkan pada prinsip bagi Dengan
digunakan
hasil, jual beli atau sewa
Orientasi
Profit dan falah (sejahtera Hanya
prinsip
dan
perangkat bunga
bersama) oriented
profit Oriented
Hubungan antara
Bank dan Nasabah
Hubungan hanya sebatas
Nasabah dan Bank
berbentuk hubungan
kreditur-debitur
kemitraan Dewan Pengawas
Penghimpunan dan
Aktivitas tanpa ketentuan
penyaluran dana harus sesuai syariah
karena
dengan fatwa Dewan Syariah memiliki Nasional
Majlis
Indonesia melalui
tidak Dewan
Ulama Pengawas Sejenis
(DSN-MUI) Dewan
Pengawas
Syariah Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktik Karakteristik utama bank syariah adalah ketiadaan bunga sebagai representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang menjadikan perbankan syariah lebih unggul pada beberapa hal termasuk pada sistem operasional yang dijalankan. Berikut dijelaskan perbedaan antara bunga dan bagi hasil:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Tabel 2.2 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil No. 1.
Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio atau nisbah dengan asumsi harus selalu untung
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
2.
Besarnya presentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
3.
pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada keuntungan dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Bila usaha proyek yang dijalankan oleh pihak merugi,
kerugian
akan
ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak
nasabah untung atau rugi 4.
Jumlah
pembayaran
bunga
tidak Jumlah
meningkat sekalipun jumlah keuntungan sesuai
pembagian dengan
laba
meningkat
peningkatan
jumlah
berlipat atau keadaan ekonomi sedang pendapatan “booming” 5.
Eksistensi bunga diragukan oleh semua Tidak ada yang meragukan keabsahan agama
bagi hasil
Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktik; Muhammad Syafi’i Antonio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3. Sistem Operasional Bank Syariah Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi: a. Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan
dan
investasi.
Teori
tersebut
menyebabkan
produk
penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro,tabungan dan deposito. b. Sistem Pembiayaan (Financing) Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. 4. Pembiayaan Bank Syariah Jenis pembiayaan pada bank syariah adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 1) Pembiayaan Mudharabah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Dalam fikih mu’amalah Mudharabah dinamakan juga dengan Qiradh, yaitu bentuk kerja sama antara pemilik modal (shohibul mal/rabbul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk melakukan usaha dimana keuntungan dari usaha tersebut dibagi diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan syarat tertentu. PSAK 105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana/ shahibul maal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana/ mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana, apabila kerugian yang terjadi diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana maka kerugian ini akan ditanggung oleh pengelola dana. PSAK 105 paragraf 18 memberikan contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/ atau yang telah ditentukan dalam akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/ modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Musyarakah berasal dari kata syirkah yang secara Bahasa berarti al-ikhtilath (penggabungan atau pencampuran). Menurut ulama Hanafiah, syirkah secara istilah adalah penggabungan harta (dan/atau keterampilan) untuk dijadikan modal usaha dan hasilnya yang berupa keuntungan atau kerugian dibagi bersama (Hasanudin dan Mubarak, 2012). PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas, atau asset non kas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang) Jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: 1) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut. (Wiroso 2005, dalam Ferial Nurbaya 2013). Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah (DSN, 2003 dalam Wiroso 2005) adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai laba. Murabahah merupakan salah satu jenis penyaluran dana dari bank syariah yang menggunakan prinsip jual beli. Saat ini, jenis transaksi murabahah sangat dominan dijalankan oleh lembaga keuangan syariah. Beberapa alasan transaksi jual beli murabahah mendominasi penyaluran dana bank syariah antara lain: (Wiroso 2005, dalam Ferial Nurbaya 2013)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
a) Mudah diimplementasikan Jual beli murabahah dengan cepat, mudah diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah menyamakan murabahah ini dengan kredit investasi konsumtif. b) Pendapatan bank dapat diprediksi Dalam transaksi murabahah, bank syariah sudah dapat melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena dalam transaksi murabahah hutang nasabah adalah harga jual sedangkan dalam harga jual terkandung porsi pokok dan porsi keuntungan. Sehingga dalam keadaan yang normal, bank dapat memprediksi pendapatan yang akan diterima. c) Tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam Dengan adanya murabahah yang pembayarannya dilakukan dengan tangguh, maka akan timbul hutang oleh nasabah. Dalam hal ini hubungan bank dan nasabah adalah hubungan hutang piutang. Sehingga dalam keadaan bagaimanapun nasabah harus membayar hutang harga barang yang diperjualbelikan. Bank tidak perlu menganalisa dan mencari sumber pengembaliannya secara khusus, tetapi cukup secara singkat dan global.
d) Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif Jika diperhatikan, sepintas memang terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan konsumtif. Murabahah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
merupakan bagian terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di semua bank islam. Dalam islam, jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhoi oleh Allah SWT. Dalam PSAK 102: Akuntansi Murabahah menjelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. PSAK 102: Akuntansi Murabahah paragraf 23 juga mengatur bahwa pengakuan keuntungan murabahah diakui: a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun, atau b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya: (1) Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
(2) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/ atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar. (3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. Hal-hal diatas merupakan acuan bagi Bank untuk menentukan margin keuntungan. Setelah menentukan tingkat margin keuntungan Bank menambahkannya ke dalam harga jual. Jadi harga jual dari produk pembiayaan Murabahah adalah harga pokok dari pemasok ditambah dengan margin keuntungan. Margin keuntungan ini dapat berupa jumlah nominal.
Harga Perolehan dari pemasok +Margin = Harga Jual Sumber Hukum Akad Murabahah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Dalam fatwa nomor 04/ DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, sebagai landasan syariah transaksi murabahah adalah sebagai berikut: (DSN 2000, Wiroso 2005) a) Al-Qur’an (1) Al-Qur’an : “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu ...” (QS. An-Nisa:29) (2) “... Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba ...” (QS. Al-Baqarah: 275) (3) “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan ...” (QS. AlBaqarah: 280) b) Al–Hadits (1) Hadits Nabi dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban) (2) Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, ”Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradha mudharabah), dan mencampur jewawut dan gandum untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah dar Shuhaib) (3) Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (4) Hadits Nabi riwayat Jamaah: “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kedzaliman ...” (5) Hadits Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad: “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya” (6) Hadits Nabi riwayat Abd Al-Raziq dari Zaid bin Aslam, Rasulullah ditanya tentang ‘urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2) Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh meminta jaminan dari penjual. Sumber Hukum Akad Salam Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar.” (Qs:2:282) “Hai orang-orang beriman penuhilah akad-akad itu...” (Qs:5:1) Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat tersebut dengan transaksi bai’ as-salam. Hal ini tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa salam yang dijamin untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya”. Sumber Hukum Akad Salam Al-Hadits “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari Muslim) ”Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan jual beli secara tangguh mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR.Ibnu Majah). 3) Pembiayaan Istishna’ Pembiayaan Istishna’ adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. PSAK 104 mendefinisikan akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Sumber Hukum Akad Istishna’ Al-Qur’an “Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”(QS. Al-Baqoroh:283). Sumber Hukum Akad Istishna Al-Hadits Amir bin Auf berkata: “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslim kecuali perdamaian yang mengharumkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” (HR.Tirmidzi). “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum denga tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majjah).
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa Jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: 1) Pembiayaan Ijarah Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Bila pada jual beli objek transaksi adalah barang, maka pada ijarah objeknya jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Harga jual dan harga sewa disepakati pada awal perjanjian. Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. PSAK 107 mendefinisikan akad ijarah adalah akad pemidahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa
(ujrah)
tanpa
diikuti
kepemilikan asset itu sendiri. Sumber Hukum Akad Ijarah Al-Qur’an
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
pemindahan
23
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kammu kerjakan.” (Q.S. Al Baqarah: 233) Sumber Hukum Akad Ijarah Al-Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa rosulullah SAW bersabda, “Berbekam kamu, kemumdian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (Hr. Bukhari dan Muslim). Dari Umar bahwa Rosulullah bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.” (Hr. Ibnu Majah).
7. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Total Pendapatan Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan penmbeli. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan (tunda) sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan antara penjual (Bank syariah) dengan pembeli (nasabah). Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Dalam hal ini pembayaran angsuran atau tunda lebih tinggi daripada pembayaran tunai berdasarkan ketentuan yang telah disepakati di awal perjanjian. Pembiayaan murabahah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi Bank syariah. Meningkatnya penerimaan dan pembiayaan murabahah maka akan meningkat pula pendapatan yang dihasilkan. Apabila terjai peningkatan terhadap pendapatan akan berpengaruh terhadap laba operasional. Laba operasional yang diperoleh Bank dipengaruhi dari jumlah pembiayaan yang disalurkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Pendapatan merupakan kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang bertujuan
meraih
keuntungan
(Antonio
Muhammad Syafi’I, 2001).
B. Penelitian Terdahulu Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka kerangka penelitian dapat digambarkan pada gambar berikut : 1. Menurut hasil penelitian Liana (2012) secara simultan dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap total pendapatan. Secara parsial pembiayaan murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap total pendapatan. Diantara variable pembiayaan murabahah dan total pendapatan yang digunakan dalam penelitian, variabel pembiayaan murabahah memiliki pengaruh yang lebih besar atau lebih signifikan dibandingkan total pendapatan. Hal ini dalam dilihat dari nilai signifikan pembiayaan murabahah yang lebih kecil dari nilai signifikasi tingkat suku bunga Bank Indonesia. 2. Dalam penelitian Ridha (2012) menyatakan bahwa hasil pengujian pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap total pendapatan. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah pembiayaan jual beli disalurkan bank syariah akan berpengaruh dalam total pendapatan. 3. Hasil penelitian Mustika (2011), Pendapatan jual beli berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap penyaluran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
pertumbuhan pembiayaan murabahah pada Bank syariah. Artinya pendapatan jual beli memberikan sumbangan secara positif terhadap peningkatan pertumbuhan murabahah. Semakin besar total pendapatan jual beli oleh Bank syariah maka akan semakin besar kemungkinan Bank akan memutar pendapatan jual beli untuk pembiayaan. 4. Berdasarkan hasil penelitian Dina (2013) Pertumbuhan pembiayaan Murabahah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Laba bersih . hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan laba bersih dipengaruhi oleh pembiayaan murabahah, pertumbuhan bagi hasil, dan pertumbuhan pinjaman qardh. 5. Dalam penelitian Ferdian (2014) Pembiayaan murabahah
terhadap
profitabilitas memiliki pengaruh yang sangat signifikan dengan tingkat profitabilitas yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap tingkat profitabilitas. 6. Hasil penelitian Wahyu (2014) Permintaan pembiayaan murabahah dipengaruhi signifikan secara positif oleh variabel Akses. Selain itu, permintaan pembiayaan murabahah dipengaruhi signifikan secara negatif oleh variabel margin murabahah . 7. Menurut hasil penelitian Novi (2012) Transaksi Murabahah dan mudharabah menunjukkan hubungan positif terhadap laba, setiap terjadi peningkatan pembiayaan mudharabah dan transaksi murabahah akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
meningkat kan perolehan laba. Walaupun dilihat secara parsial mudharabah tidak berpengaruh terhadap laba bersih Bank Syariah Mandiri, sedangkan murabahah mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap laba. 8. Berdasarkan hasil penelitian Nadia (2014) menunjukan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan secara positif terhadap profitabilitas. Nilai koefisien regresi pembiayaan murabahah menunjukan elastisitas pengaruh pertumbuhan pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas.
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Liana (2012)
Variabel Dependen :
Pengaruh
Pendapatan
Pembiayaan
Murabahah
Murabahah
Metode Statistik
Variabel
Regresi Margin Linier Berganda
Dan Variabel Independen :
Hasil Penelitian Variabel murabahah
pembiayaan variabel
pembiayaan murabahah dan tingkat suku bunga
Tingkat
Suku
a) Pembiayaan Murabahah
Bank
Bunga
Bank
b) Tingkat Suku Bunga
memiliki pengaruh yang
Indonesia Terhadap
Bank Indonesia
signifikan terhadap total
Pendapatan Margin Murabahah
Indonesia,
pendapatan
Pada
Perbankan Syariah 2
Pembiayaan
Ridha (2012)
Variabel Dependen :
Regresi
Pengaruh
ROA
Linier
berpengaruh
Berganda
signifikan terhadap total
Pembiayaan
Jual Variabel Independen :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
jual
beli positif
27
No
Peneliti
Metode Statistik
Variabel
Beli,
Pembiayaan
a) Pembiayaan Jual Beli
Bagi
Hasil,
dan
b) Pembiayaan Bagi Hasil
Non
c) Non
Rasio Performing
Hasil Penelitian pendapatan Hal ini berarti bahwa
Performing
peningkatan
Financing (NPF)
jumlah
pembiayaan
jual
beli
Financing Terhadap
disalurkan Bank syariah
Proftabilitas
akan berpengaruh dalam
Bank
Umum Syariah Di
total pendapatan
Indonesia 3
Mustika (2011)
Variabel Dependen :
Pendapatan
jual
beli
Analisis Variabel- Pembiayaan Murabahah
Linier
berpengaruh signifikan
Variabel
Berganda
dan
yang Varibel Independen:
mempunyai
mempengaruhi
a) Pembiayaan Murabahah
hubungan
Pembiayaan
b) Margin Keuntungan
terhadap
c) Non
pertumbuhan
Murabahah
Pada
Bank
Syariah
Mandiri
Periode
Performing
Financing (NPF)
positif penyaluran
pembiayaan murabahah
d) Financing Deposit Ratio
pada Bank syariah.
(FDR)
2011
4
Regresi
Dina (2013)
Variabel Dependen :
Regresi
Pembiayaan murabahah
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Laba
Linier
secara
Pertumbuhan
Berganda
berpengaruh siginfikan
Pembiayaan
Variabel Independen :
Murabahah
Bagi
Hasil
Dan
Pinjaman
Qardh
Terhadap
laba bersih.
Pertumbuhan
laba
b) Bagi Hasil
bersih dipengaruhi oleh
c) Qardh
pembiayaan
Pertumbuhan Laba
murabahah
Bersih Pada Bank Syariah
terhadap pertumbuhan
a) Pembiayaan Murabahah
parsial
Periode
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
No
Peneliti
Metode Statistik
Variabel
Hasil Penelitian
2011-2013 5
Ferdian (2014)
Variabel Dependen :
Regresi
Pengaruh
Tingkat Profitabilitas
Linier
terhadap
profitabilitas
Berganda
memiliki
pengaruh
Pembiayaan Murabahah
Variabel Independen :
Terhadap
yang sangat signifikan
a) Pembiayaan
Profitabilitas
Pembiayaan murabahah
dengan ROA
Murabahah b) (ROA)
Return
On
Assets 6
Wahyu (2014)
Permintaan pembiayaan
Faktor-Faktor Yang Bank Syariah Di Indonesia
Linier
murabahah dipengaruhi
Mempengaruhi
Berganda
signifikan secara positif
Variabel Independen :
Permintaan Pembiayaan Murabahah
a) Faktor-faktor Bank
Syariah Indonesia
Di Periode
oleh variabel akses.
yang
Permintaan pembiayaan
mempengaruhi
murabahah dipengaruhi
permintaan murabahah
signifikan
b) Pembiayaan
2011-2015 7
Regresi
Variabel Dependen :
margin
secara
negatif oleh variabel
murabahah
margin murabahah
Novi (2012)
Variabel Dependen :
Regresi
Analisis
Laba
Linier
dan
Berganda
menunjukan hubungan
Pembiayaan Mudharabahdan Murabahah Terhadap Bank Mandiri
Variabel Independen : a) Pembiayaan
Transaksi
murabahah mudharabah
positif terhadap laba.
Secara
parsial
Laba
Mudharabah
mudharabah
tidak
Syariah
b) Pembiayaan
dipengaruhi
terhadap
Murabahah
laba bersih di Bank Syariah Mandiri Sedangkan murabahah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
No
Peneliti
Metode Statistik
Variabel
Hasil Penelitian mempunyai
pengaruh
positif
signifikan
terhadap laba 8
Nadia (2014)
Variabel Dependen :
Regresi
Pengaruh
Profitabilitas (ROA)
Linier
berpengauh
Berganda
positif
Pembiayaan Efisiensi Terhadap Variabel Independen : Profitabilitas Bank
Murabahah b) Pembiayaan
signifikan terhadap
profitabilitas
a) Pembiayaan
Umum Syariah
Pembiayaan murabahah
Pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan
Bagi
terhadap profitabilitas,
Hasil
menunjukan
c) Pembiayaan
pembiayaan bagi hasil
Bermasalah
berpengaruh
d) Efisiensi Operasional
negatif
terhadap profitabilitas
Pembiayaan bermasalah
tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
C. Rerangka Penelitian Dalam pelaksanaanya di Bank syariah, Bank membelikan terlebih dahulu barang yang dibutuhkan nasabah. Bank melakukan pembelian barang kepada supplier yang ditunjuk oleh nasabah atau bank, kemudian bank menetapkan harga jual barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama nasabah. Nasabah dapat melunasi pembelian barang tersebut dengan cara sekaligus atau mengangsur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Pengaruh signifikasi tingkat suku bunga bank syariah di Indonesia yaitu upaya pencapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximization) adalah tujuan yang biasa dicanangkan oleh bank komersial, terutama bank-bank swasta. Berada dengan tujuan ini, bank Islam berdiri untuk menggalakan, memelihara serta mengembangkan jasa serta produk perbankan yang berdasarkan syariah Islam. Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yang mencerminkan pembiayaan tersebut, kedua variabel itu adalah Pembiayaan murabahah dan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Maka hal ini memiliki implikasi yang sangat berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh Islam. Menurut penelitian Liana (2012) menyatakan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap total pendapatan. Diantara variabel pembiayaan murabahah dan total pendapatan yang digunakan dalam penelitian, variabel pembiayaan memiliki pengaruh yang lebih besar atau lebih signifikan dibandingkan total pendapatan. Pada penelitian Ridha (2012) menyatakan bahwa hasil pengujian pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap total pendapatan. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah pembiayaan jual beli disalurkan bank syariah akan berpengaruh dalam total pendapatan. Selanjutnya pada penelitian Mustika (2011) pendapatan jual beli berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap penyaluran pertumbuhan pembiayaan murabahah pada Bank syariah. Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara pembiayaan murabahah, tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan total
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
pendapatan, maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis seperti pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan Murabahah Total Pendapatan
(X1)
(Y)
Tingkat Suku Bunga BI (X2)
Hipotesis Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotetis dari penelitian ini adalah : H1 : Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan terhadap Total Pendapatan. H2 : Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Total Pendapatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/