BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan menurut Komaruddin dalam Syafrilia (2013) analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tandatanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa analisis adalah suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa, komponen dan hubungannya satu sama lain untuk mengetahui keadaan yang sebenarmya dalam satu keseluruhan yang padu.
2.2
Budaya dan Kreativitas
2.2.1
Budaya Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa
dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani)(Setiadi, 2006:27).
9
10
Menurut E.B.Tylor (Setiadi, 2006:27), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (Setiadi, 2006:27), mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya , rasa dan cipta masyarakat. Budaya terbentuk oleh beberapa unsur. Menurut Herskovits (1965) kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu: (1) alat-alat teknologi; (2) sistem ekonomi; (3) keluarga, dan (4) kekuasaan politik. Sementara itu Malinowski (1960) mengatakan bahwa terdapat empat unsur pokok dalam budaya yang meliputi : (1) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya; (2) organisasi ekonomi; (3) alatalat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama), dan (4) organisasi kekuatan (politik). Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa empat unsur budaya terlihat lebih dominan yaitu norma sosial, sistem ekonomi, teknologi dan sistem politik. Sementara itu, Kluckhohn (1952) mengemukakan ada tujuh unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu: (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) sistem teknologi, dan peralatan; (4) sistem kesenian; (5) sistem mata pencarian hidup; (6) sistem religi, dan (7) sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan. Berdasarkan pendapat Kluckhohn, kebudayaan pada dasarnya juga dapat dikategorikan menjadi empat unsur saja, yaitu sistem ekonomi (mata
11
pencaharian), sistem sosial (religi, kekerabatan, bahasa), teknologi (teknologi, ilmu pengetahuan) dan sistem politik (kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat digeneralisasi bahwa kebudayaan di wilayah manapun dapat tersusun oleh empat komponen, yaitu sistem sosial, sistem ekonomi, teknologi dan sistem politk. Oleh karena, jika ditarik kepada budaya yang lebih khusus, budaya Jambi, tentulah juga tersusun oleh empat komponen tersebut. 2.2.2
Kreativitas Budaya adalah produk kreatif dari nenek moyang. Oleh karena itu upaya
pelestariannya harus senantiasa dikembangkan, baik dalam bentuk produk, proses maupun aktivitas sosial lain. Karena merupakan produk kreatif, maka setiap unsur masyarakat haruslah berperan serta untuk meningkatkan pengaruhnya terhadap berbagai sendi kehidupan. Agar produk kreatif ini senantiasa berkembang maka dunia pendidikan harus aktif di dalamnya. Sebagai agen perubahan, sekolah dan sistem pendidikan harus melakukan perubahan-perubahan dan riset-riset yang menunjang kebermaknaan budaya bagi kehidupan. Hampir semua kalangan sepakat bahwa kreativitas sangat diperlukan dalam mengembangkan sumber-sumber potensi individu, baik dalam berpikir maupun maupun penerapannya. Pandangan demikian sangat mendukung untuk proses pembelajaran baik pada tingkatan sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Tantangan dalam pembelajaran memerlukan individu-individu yang kreatif, yang dapat memberikan pemikiran atau ide-ide baru dan kompleks.
12
Ann Herrmann (2010), seorang penulis dari The Creative Brain memberikan gambaran kretivitas dengan “In the corporation of the future, new leaders will not be masters, but maestros. The leadership task will be to anticipate the signs of coming change, to inspire creativity, and to get the best ideas from everybody.” Sejalan dengan itu Ann Herrmann (2010) memberikan pengertian tentang berpikir kreatif yaitu understood as a series of thinking processes that can be applied and learned, it suddenly becomes available to us all. Berdasarkan pernyataan itu individu kreatif dituntut harus dapat mengantisipasi dan mencari arah baru guna menghadapi permasalahan di masa depan. Berkaitan dengan kognisi, Ann Herrmann (2010) memberikan batasan tentang berpikir kreatif yaitu: 1) Anticipate future events and issues; 2) Create alternative scenarios; 3) Understand your options; 4) Decide on your objectives; 5) Determine the direction to achieve those objectives on a winning basics. Dalam pembelajaran untuk menilai kemampuan berpikir kreatif, Silver (1997) menjelaskan tiga komponen kunci yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif, yaitu fluency, flexibility, dan novelty. Siswa dikatakan fasih (fluent) jika siswa menyelesaikan soal dengan beberapa solusi. Siswa dikatakan fleksibel jika siswa menyelesaikan soal dengan beberapa cara. Sifat novelty dimiliki oleh siswa jika ia memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode yang baru yang berbeda. Menurut Stevens (2000) terdapat empat tahapan dalam berpikir kreatif, yaitu: 1). Preparation - work, discipline, practice, learning one's field and the specifics of a given problem. Pada tahap ini individu berusaha untuk mengumpulkan
13
semua informasi yang berkaitan dengan upaya pemecahan masalah yang dihadapi. Upaya tersebut dapat berkaitan dengan semua informasi yang telah ataupun belum dimiliki, baik berkenaan dengan data maupun strategi pemecahan masalah. 2). Incubation - putting aside conscious "work" on a problem and doing something else - letting ideas "play" in one's own unconscious. Pada tahap ini proses “pengeraman” data atau masalah yang diterima disesuaikan dan diendapkan untuk disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya. Terkadang masalah dibiarkan dalam pikirannya meskipun hal ini tidak disadarinya. 3). Illumination - The "aha" discovery - the synthesis of disparate elements in a new way to solve a problem. Kesadaran telah muncul untuk menyesuaikannya dengan proses pemecahan masalah. Terdapat kesesuaian antara masalah dengan strategi dan solusi yang akan diterapkan. 4). Verification - testing the hypothesis or new idea and validating its accuracy. Pada tahap ini kesadaran tentang sesuatu yang telah dilakukan dievaluasi dan ditentukan nilai kebenaran dan ketepatannya dari beberapa sudut pandang. Prosedur dan teori serta ahli dapat dilakukannya untuk memverifikasi ide dan strategi yang telah dilakukannya. Beberapa ahli merumuskan pengertian kreativitas dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, baik proses maupun produk. Dalam penelitian ini kreativitas diartikan sebagai serangkaian proses dan produk yang memenuhi aspek orisinalitas, tepat waktu dan penggunaannya serta relevan dalam hasil dan penggunaannya. Sedangkan berpikir kreatif adalah proses kognitif dalam memecahkan masalah yang ditandai
14
dengan menentukan arah pemecahan, mengantisipasi pemecahan lain serta mengantisipasi kejadian di masa depan. 2.3
Budaya dalam Pendidikan Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya untuk menjadikan manusia
berbudaya. Menurut Theodore Brameld (Hatimah,2009:2.3) melihat keterkaitan yanng sangat erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Menurut Tylor (Hatimah,2009:2.3) telah menjalin ketiga pengertian manusia, masyarakat, budaya, sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. 2.4
Budaya Jambi dalam Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Berkaitan dengan aktivitas sosial, sekolah sebagai wahana untuk memproses
sumber daya manusia haruslah selalu menjadi perhatian untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Inovasi dan kreativitas harus tumbuh di dalamnya dengan mengedepankan pembinaan karakter. Pendidikan berkarakter adalah pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai luhur budaya Jambi telah ditetapkan dengan berpedoman kepada: Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah atau lengkapnya "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syarak mangato adat mamakai". Hal ini berarti bahwa hukum adat berdasarkan hukum agama, hukum agama berdasarkan Alquran dan Segala perbuatan atau pekerjaan hendaknya selalu mengingat aturan adat dan agama, jangan hendaknya bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
15
Berdasarkan pedoman tersebut, semua aktivitas masyarakat tersusun secara teratur dan senantiasa mengikuti perkembangan dunia. Salah satu ranah kebudayaan Jambi yang tak lapuk karena hujan dan tak lekang karena panas adalah adat. Adat, baik adat istiadat, adat yang teradat, adat yang diadatkan, dan adat yang sebenarnya adat merupakan pedoman perilaku keseharian masyarakat Melayu Jambi. Untuk menentukan salah atau benar sesuatu perbuatan diteliti (disimak) dari ungkapanungkapan dalam pepatah dan petitih serta seloko adat yang ada kaitannya dengan perbuatan atau kejadian tersebut. Contoh ungkapan tersebut, antara lain: Terpijak benang arang, hitam tapak. Tersuruk di gunung kapur, putih tengkuk. Sia-sia negeri alah Tateko hutang tumbuh. Pinjam memulangkan Sumbing menitik Hilang mengganti Dari seloko di atas, dapat diartikan bahwa setiap aktivitas dapat dilihat dari hasilnya. Oleh karena itu banyaknya aktivitas dalam bermasyarakat perlu suatu aturan atau pedoman. Aturan-aturan untuk beraktivitas dalam budaya telah ditetapkan, yang merupakan kumpulan ide-ide kreatif dari pendahulu. Hal ini sesuai dengan Hoenigman (Koencaraningrat, 1996) bahwa menurutnya, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. 1) Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
16
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. 2) Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan. 3) Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau halhal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. 2.5
Nilai-Nilai Budaya Jambi Menurut Somad (2003) jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah
mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra
17
sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu Jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi. Menurut Somad (2003) nilai-nilai budaya yang terdapat dalam kebudayaan melayu Jambi antara lain : 1)
Nilai mata pencaharian Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah
dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan (Saudagar : 2006). Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses
18
berdagang. Ada yang berdagang emas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material (Somad, 2003)
2)
Nilai Kerajinan Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan
daerahnya adalah: a.
Anyaman Anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman
di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya. b.
Tenun dan batik motif flora Tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa
diketahui kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi. 3)
Nilai Kesenian
19
Akulturasi budaya kesenian Jambi menurut (Saudagar:2006) antara lain : a.
Seni Tari Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-
tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. b.
Seni Musik dan Teater
1)
Kelintang Kayu Kelintang kayu merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat
dari kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi. 2)
Hadrah Hadrah merupakan jenis kesenian Jambi yang bernuansa islami, kesenian ini
mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam. 3)
Dul muluk Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari.
Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat,
20
satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja. Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah. 4)
Krinok Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih
sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). c.
Seni Sastra Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci.
Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara. 2.6
Alat Musik Tradisional sebagai Budaya Jambi Musik merupakan bagian dari kesenian dan termasuk salah satu seni
tertua.Menurut (Pardede, 1988:4) istilah musik berasal dari bahasa Yunani kuno “Mousai” yang artinya sembilan dewa yang menguasai seni, seni murni dan ilmu pengetahuan. Musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyaiarti ilmu atau
21
seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Musik dapat dikatakan sebagai interaksi tiga elemen yaitu irama, melodi dan harmoni. Jadi musik bukanlah sekedar bunyi dan suara tetapi ada pola retmit yang menjadikannya indah, baik dan betul. Musik dapat dibagi atas musik vokal dan instrumen. Musik vokal menggunakan sarana bantu pita suara, sedangkan musik instrumen menggunakan suara bantu alat musik. Dalam kehidupan manusia musik berkembang sejalan dengan perkembangan manusia mengenai awal mulanya musik belum diketahui dengan pasti tetapi dapat diasumsikan bahwa manusia mengenai musik melalui bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alam sekitarnya seperti bunyi kicauan burung, desau angin, gesekan dan ranting, gemericik suara air, deru ombak dan lain-lain (Pardede, 1998:4). Di Jambi pada masa prasejarah sudah mengenal musik, ini dapat dilihat pada bukti arkeologis yang terdapat pada batu silindrik, batu gong, dan gong Cina yang terdapat di daerah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Kerinci serta komplek percandian Muaro Jambi. Pada masa perkembangan selanjutnya pengaruh agama Hindi, Budha, Islam (Timur Tengah) dan Eropa di Indonesia maka alat musik mulai berkembang dengan pesat (Pardede, 1998: 5). Sedangkan saat sekarang musik menjadi seni yang penting dan berkembang terus, hampir di setiap tempat sepanjang hari. Lalu alat musik dapat difungsikan sebagai pengiring dalam upacara adat, upacara keagamaan, untuk seni pertunjukan tari, seni vokal dan sebagainya. Alat-alat tersebut seperti genggong dari bambu, puput
22
kayu, terompet, kecapi, tongkang, kelintang kayu, seruling dari bambu dan sebagainya (Pardede, 1998: 5).
2.7
Kelintang Kayu sebagai Alat musik Tradisional Budaya Jambi Untuk musik tradisional, sebagaimana di daerah-daerah lain di Indonesia,
daerah Jambi juga memiliki beberapa jenis musik tradisional, diantaranya musik kelintang. Hanya saja musik ini tidak begitu populer bila dibandingkan dengan musik tradisional Jawa. Alat musik kelintang kayu ini pertama kali ditemukan di Kabupaten Muaro Bungo. Pada awal di temukan kelintang ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran balok kayu yang berbeda-beda. Menurut Petrus (2013:1) nama kelintang berasal dari bunyi yang dihasilkan yaitu Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Musik kelintang terbuat dari potongan kayu. Bentuknya tidak sama besar, dilintangkan di atas dua kaki si pemain. Dan adakalanya diletakkan di atas tanah yang sudah dilobangi atau di atas papan.Kayu yang digunakan dalam pembuatan kelintang kayu ini dikategorikan dalam kelompok kayu lunak.Menurut (Petrus,2013:1) kayu yang biasa dipakai antara lain, kayu telur (Alstonia sp), kayu wenuang (Octomele Sumatrana Miq), kayu mahang, kayu cempaka (Elmerrillia Tsiampaca), kayu waru (Hibiscus Tiliaceus). Karakteristik kayu tersebut rata-rata mirip, yaitu ringan, padat dan berserat, lurus serta menghasilkan bunyi yang nyaring apabila dipukul. Namun
23
saat ini kayu yang sering digunakan oleh para seniman Jambi adalah kayu mahang, karena hanya kayu jenis ini yang mudah ditemukan. Dalam memainkan alat musik kelintang kayu ini terdapat berbagai cara. Ada yang meletakkan di atas kaki pemain, dalam hal ini dinamakan kelintang jolo. Sedangkan cara lainnya adalah menggunakan peti resonator, ini lah yang dinamakan kelintang kayu. Untuk pembuatan peti resonator digunakan kayu yang lebih keras dari pada kayu yang digunakan untuk pembuatan kelintang yaitu kayu jati (Tectona Grandis) dan kayu Mahoni (Swietenia Macrophylla). Pertimbangan pemilihan jenis peti resonator yang dipakai bukan hanya karena faktor bunyi yang dihasilkan, tetapi juga faktor lain seperti penampilam, keawetan dan budget yang tersedia, meskipun ada yang berpendapat suara bas dari resonator kayu jati lebih mantap bunyinya (Petrus,2013:1). Nada yang dimiliki musik kelintang ini adalah pentatonis, yaitu nada lima jenis bunyi. Walaupun alat musik tradisional kelintang ini berganti dengan logam, tetapi penggunaan dengan kayu sampai sekarang masih dipakai. Hanya saja orang yang dapat memainkannya sudah sangat langka. Jenis instrumen pada alat musik kelintang ini adalah jenis idiophone yaitu jenis alat musik pukul, bunyi musik yang dihasilkan dari ketukan atau pukulan pada badan alat musik tersebut. Kelintang termasuk dalam alat musik perkusi dan juga bernada perkusi (pitched percussion). Sebagai alat musik idiophonic, sumber bunyi kelintang berasal dari wilahannya (bar) yang bergetar bila dipukul. Semakin panjang wilahannya maka instrumen nada yang dihasilkan akan semakin rendah.
24
2.8
Pembelajaran Matematika MenurutSardiman (Junaidi, 2011) belajar merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Menurut Hudoyo (Junaidi, 2011) belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar, seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat melakukannya. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa belajar merupakanproses aktif siswa melalui interaksi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dari yang tidak bisa melakukan sampai bisa melakukan. Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Menurut Soedjadi (Junaidi, 2011) matematika memiliki beberapa definisi yaitu: (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
25
Menurut James (Hasyim,2009) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri. MenurutHasyim (2009) matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena setiap metode
yang digunakan dalam mencari kebenaran adalah dengan
menggunakan metode deduktif, sedang dalam ilmu alam menggunakan metode induktif atau eksprimen. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara deduktif, tapi seterusnya yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif, karena dalam matematika sifat, teori/dalil belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsepkonsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks. Dari berbagai pendapat para ahli dapat dilihat bahwa matematika merupakan ilmu pasti yang merupakan akar dan landasan logika berpikir dari semua bidang ilmu. Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting dalam kehidupan seharihari, terutama di dalam dunia pendidikan sudah tidak diragukan lagi bahwa matematika merupakan hal yang sangat riskan. Karena matematika merupakan pelajaran wajib yang harus dikuasai di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dini sampai ke perguruan tinggi. Pembelajaran
matematika
merupakan
suatu
proses
kegiatan
belajar
matematika. Adapun tujuan dari pembelajaran matematika berdasarkan standar isi
26
mata
pelajaran
matematika,
berdasarkan
Peraturan
MenteriPendidikan
Nasionalnomor22 tahun 2006 adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan dan perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Terbentuknya kemampuan bernalar pada diri peserta didik tersebut tercermin melalui kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Alasan siswa perlu belajar matematika (Turmudi, 2012:5) menjelaskan bahwa matematika merupakan pelajaran yang penting. Matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. Gagasan-gagasan matematika seperti bilangan, ruang, pengukuran, dan susunan, telah beratus-ratus bahkan ribuan tahun digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh sebagian besar manusia. Gagasangagasan itu juga digunakan dalam sains, ekonomi, dan desain. Bahkan dalam teknologi informasi dan komunikasi juga digunakan jasa dan peranan penting matematika. Matematika juga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan bilangan dan kuantifikasi. Dariuraiantersebutdapat
dilihatbahwapembelajaranmatematikaadalahproses
ataukegiatan eksperimen yang dialami oleh pesertasehinggapesertadidik bisa memahamitentangkonsepmatematika
yang
dipelajaridariberbagaihal
yang
berasaldarilingkungansekitarmereka, sehinggapesertadidikmemilikikemampuanuntukmenyimpulkanide-ideyang temukan.
mereka
27
2.9
Teori Pembelajaran Matematika yang Berkaitan dengan Alat Musik Kelintang Kayu Menurut D’ambrosio(Shirley, 1995) pengajaran matematika bagi setiap orang
seharusnya disesuaikan dengan budayanya. Untuk itu diperlukan suatu jembatan yang menghubungkan antara matematika dengan budaya itu sendiri. Pada dasarnya peserta didik, telah memiliki pengetahuan awal yang diperoleh dari lingkungan sosial budayanya. Hanya saja pengetahuan tersebut masih perlu digali, dibangun dan dikembangkan selama proses belajar mengajar, sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang lebih aktual. Dalam pembelajaran disekolah, guru dapat memotivasi siswa agar lebih tertarik mempelajari matematika dengan mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan contoh konkret model matematika tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sebagian besar siswa yang telah memiliki pengetahuan awal tentang contoh tersebut, hal ini akan menjadi konsep awal mereka untuk mempelajari materi. Sedangkan kemungkinan akan sebagian kecil siswa yang belum mengetahui tentang model matematika tersebut, walaupun dalam lingkungan budayanya sudah ada, siswa akan merasa tertantang untuk mencari tahu keberadaan dan wujud benda tersebut, apakah benar sesuai dengan apa yag telah guru sampaikan merupakan salah satu model matematika materi yang telah mereka pelajari atau tidak. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan motivasi belajar untuk lebih memahami materi ajar yang telah guru sampaikan sekaligus mengenal kebudayaannya (Shirley:1995). Pembelajaran matematika yang sesuai dengan pembelajaran berbasis budaya ini adalah pendekatan pembelajaranContextual Teaching and Learning. Pendekatan
28
ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Alat musik kelintang kayu merupakan alat musik tradisional hasil kreativitas kebudayaan daerah Jambi. Dengan menggunakan alat musik ini tentunya guru bisa mengajar sebuah materi matematika yang berkaitan yaitu pada materi pola barisan dan deret. Dalam hal ini guru mengajarkan siswa dengan konteks alat musik kelintang kayu, hal ini selain bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran, namun juga bertujuan untuk mengenalkan siswa dengan kebudayaan tradisional mereka.
2.10
Pembelajaran CTL
2.10.1. Pengertian CTL Menurut Hosnan (2014:267) kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan. Dengan demikian, contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga, contextual teaching and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik-baik jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Sehingga, CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar
29
mengajar disekolah. Secara umum, contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan. Dalam proses belajar sehari-hari, siswa diminta untuk dapat mengeksplorasi segala kemampuannya dalam bidang mata pelajaran yang mereka sukai. Hasnawati (2006) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yangdimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual tidak bersifatekslusif akan tetapi dapat digabung dengan model-model pembelajaran yang lain, misalnya: penemuan, keterampilan proses, eksperimen, demonstrasi, diskusi, dan lain-lain. Selanjutnya Nurhadi (Hosnan, 2014:267) mengemukakan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif. Dari
beberapapendapat
di
atas,
dapatdisimpulkanbahwapembelajarankontekstualmerupakankonsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang
30
terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses merekonstruksi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat 2.10.2. Karakteristik CTL Nurdin (2009) ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu : 1. Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang 2. Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif 3. Pembejaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber 4. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa 5. Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum. Sedangkan menurut Hosnan (2014:269) karakteristik CTL yang membedakan dengan pembelajaran model lainnya adalah sebagai berikut : 1. Kerja sama 2. Saling menunjang 3. Menyenangkan dan mengasyikan 4. Tidak membosankan 5. Belajar dengan bergairah 6. Pembelajaran terintegrasi 7. Menggunakan berbagai sumber siswa aktif
31
Selanjutnya berdasar hasil penelitian Hasnawati (2006) pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan konsep kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut : a.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapi
b.
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugastugas bermakna
c.
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
d.
Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja
kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi e.
Kebersamaan, kerjasama, dan saling memahami satu dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek pembelajaran yang menyenangkan
f.
Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama
g.
Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan
2.10.3 KomponenCTL Menurut Hosnan (2014:269-270) terdapat tujuh komponen utama dalam pembejaran kontekstual yaitu : 1)
Konstruktivisme (Constructivism)
32
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang. Dalam konstruktivisme ada beberapa hal sebagai berikut : a.
Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
b.
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide , kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan (discovery)
c.
Belajar adalah proses aktif mengkonstruksi pengetahuan dari abstaksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.
2)
Menemukan (Inquiry) Menemukan (inqury) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri fakta yang dihadapinya.
33
3)
Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Sejalan dengan Mulyasa (Hosnan 2014:271), ada 6 keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan. Dalam pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu, peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaanpertanyaan , guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. 4)
Masyarakat Belajar (Learning Community) Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pemahaman
anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar dalam CTL adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. 5)
Pemodelan (Modelling) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Pemodelan merupakan azaz yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran teoritis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya
34
verbalisme. Konsep pemodelan dalam CTL menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. 6)
Refleksi Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan
cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya. 7)
Penilaian Nyata Menurut Hamdayana (2014:51) penilaian nyata adalah proses yang dilakukan
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan intektual mental siswa. Bentuk penilaian autentik ini antara lain : a. Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Berlangsung selama proses secara terintegrasi c. Dilakukan melalui berbagai cara (tes dan nontes) d. Alternatif bentuk kinerja, observasi, portofolio dan jurnal
35
2.10.4 KelebihandanKekuranganCTL 1)
Kelebihan a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa
konstruktivisme,
karena dimana
metode setiap
pembelajaran siswa
CTL
dituntun
menganut untuk
aliran
menemukan
pengetahuannya sendiri 2)
Kelemahan a) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. b) Guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun, dalam konteks ini, tentunyaa siswa memerlukan perhatian dan bimbingan dai guru agar tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.11
Karakteristik Materi Pola Barisan dan Deret Barisan dan deret merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang
mempelajari tentang bilangan. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar masalah matematika yang ditemui biasanya berupa bilangan. Bilangan tersebut ada yang
36
diterapkan langsung dalam perhitungan, tetapi ada juga bilangan yang membentuk sebuah aturan atau pola tertentu. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari adalah pada susunan buah di supermarket, susunan kaleng dan lain-lain. Tanpa disadari manusia telah menerapkan konsep barisan dan deret dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tidak hanya dalam pola-pola tersebut, dalam alat musik tradisional sejak zaman dulu ternyata manusia telah menerapkan konsep barisan dan deret yaitu pada alat musik tradisional Jambi kelintang kayu. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa dalam alat musik tradisional budaya Jambi yaitu kelintang kayu terdapat kaitannya dalam materi pola barisan dan deret. 2.12
keterkaitan Alat Musik Kelintang dalam pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan eksperimen yang
dialami oleh peserta didik sehingga peserta didik bisa memahami tentang konsep matematika yang dipelajari dari berbagai hal yang berasal dari lingkungan sekitar mereka, sehinggga peserta didik memiliki kemampuan untuk menyimpulkan ide -ide yang mereka temukan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran itu juga berasal dari lingkungan sekitar. Dalam lingkungan perserta didik terdapat banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan matematika. Salah satunya adalah alat musik kelintang. Selain itu untuk kegiatan pembelajaran serta pemahaman konsep materi, penggunaan alat musik kelintang dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam hal kebudayaan lokal yang saat ini hampir punah.
37
Dengan menggunakan alat musik kelintang ini guru dapat menerapkan materi pola barisan dan deret.
Sumber. Artikel Alat Musik Kelintang Kayu Jambi Gambar 2.1. Alat Musik Kelintang Kayu
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa bentuk alat musik kelintang kayu terbuat dari kayu dengan ukuran kepingan yang berbeda yang tanpa disadari perbedaan tersebut membentuk sebuah pola barisan. Tentunya dalam pembuatan alat musik tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai panjang kepingan kayu yang berbeda-beda dan setiap kepingan kayu tersebut menghasilkan nada yang berbeda. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi bentuk pola panjang kayu dari nada yang pertama ke nada berikutnya.