BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:849) pengaruh adalah “daya
yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Dari pengertian ini telah ditemukan bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa ada hal yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah.. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya. 2.2
Auditing Menurut Arens et al (2012: 4) pengertian auditing adalah sebagai berikut : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Berdasarkan definisi auditing
yang dikemukakan di atas dapat
diterjemahkan bawah auditing merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti
7
8
tentang informasi untuk menentukan serta melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Agoes (2012: 4) menjelaskan bahwa auditing adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9), pengertian audit adalah sebagai berikut: “Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi , dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataaan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan “.
Berdasarkan definisi audit yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa audit merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif tentang kegiatan dan kejadian ekonomi , untuk kemudian hasilnya diinformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2.3
Audit Internal
2.3.1
Pengertian Audit Internal Audit internal dapat diartikan sebagai aktivitas pemeriksaan dan penilaian
dalam suatu perusahaan secara menyeluruh, yang bertujuan untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif.
9
Menurut Intitute of Internal Auditors (IIA) dalam Reding, et al (2009: 1-2) bahwa audit internal adalah: “An independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.
Definisi tersebut dapat diartikan bahwa audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Sedangkan Sawyer
(2005: 10) mendefinisikan bahwa audit internal
adalah: Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. b. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti. d. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi. e. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
10
f. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit internal, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah bagian dari perusahaan yang memberikan
jaminan dan jasa konsultan dimana seorang auditor harus
objektif dan independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, serta memberikan nilai tambah dan inovasi-inovasi, membantu
para anggota perusahaan agar
mereka dapat
melaksanakan
tanggungjawabnya secara efektif sesuai dengan pengendalian intern yang telah ditetapkan dan membantu perusahaan dalam meminimalisir risiko atau manajemen risiko yang efektif. 2.3.2
Pengertian Auditor Internal Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu
perusahaan yang betugas untuk melakukan aktivitas pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2002:29) mendefinisikan Auditor Internal sebagai berikut: “Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”. Auditor Internal dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikenal dengan sebutan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Ketentuan perundang-undangan yang mendukung eksistensi Satuan Pengawasan Intern BUMN sudah cukup memadai. Di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 mengenai BUMN
11
sebagaimana diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 45 Tahun 2005 perihal pendirian Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, diatur mengenai eksistensi, tugas dan tanggung jawab, serta pelaporan SPI sebagai berikut : a. Pada setiap BUMN dibentuk SPI yang dipimpin seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. b. SPI bertugas : 1) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan operasional dan keuangan BUMN,
menilai pengendalian, dan
pelaksanaannya pada BUMN, serta memberikan saran-saran perbaikannya. 2) Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas SPI kepada Direktur Utama. 3) Memonitor tindak lanjut atas hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan. c. Direktur Utama menyampaikan hasil pemeriksaan SPI kepada seluruh anggota Direksi, untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam Rapat Direksi. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh SPI. d. Atas permintaan tertulis Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil pelaksaan tugas SPI.
12
2.3.3
Fungsi Audit Internal Fungsi Audit Internal menurut Mulyadi (2002:211) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Audit Internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intenal dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsi audit internal merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian internal yang lain. b. Fungsi Audit Internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam organisasi, dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen, auditor internal menyediakan jasa tersebut. Auditor internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan akuntansi. 2.3.4
Tanggung Jawab Auditor Internal Tanggung jawab seorang auditor internal dalam perusahaan tergantung
pada status dan kedudukannya di dalam struktur organisasi. Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi. Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan, yang harus disetujui dan ditinjau atau review oleh pengawas (Tugiman,1997:53).
13
2.3.5 Tujuan Audit Internal Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:15) menyatakan bahwa: “Tujuan, kewenangan dan tanggungjawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI) dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi “.
Agoes (2004: 222) mengemukakan bahwa tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit internal adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatankegiatan berikut: a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal; b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen; c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan; d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya;
14
e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen; dan f. Menyarankan
perbaikan-perbaikan
operasional
dalam
rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. 2.3.6
Ruang Lingkup Tugas Audit Internal Lingkup tugas audit internal sebagaimana telah diatur oleh Konsorium
Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:20) yaitu sebagai berikut: a. Pengelolaan risiko, audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi
terhadap
peningkatan
pengelolaan
risiko
dan
sistem
pengendalian intern; b. Pengendalian, audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. c. Proses governance, audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut: 1)
Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi;
2)
Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas;
15
3)
Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi; dan
4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan, dan mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan auditor eksternal serta manajemen. Untuk saat ini auditor internal dituntut untuk merubah prioritasnya yang dijelaskan dalam Standard 2100 (IPPF,2012 : 10) yaitu: a. Governance The internal audit activity must assess and make appropriate recommendations
for
improving
the governance process
in
its
accomplishment of the following objectives: 1) The internal audit activity must assess and make appropriate recommendations for improving the governance process in its accomplishment of the following objectives: 2) Promoting appropriate ethics and values within the organization; 3) Ensuring effective organizational performance management and accountability; 4) Communicating risk and control information to appropriate areas of the organization; and 5) Coordinating the activities of and communicating information among the board, external and internal auditors, and management.
16
b. Risk Management The internal audit activity must evaluate the effectiveness and contribute to the improvement of risk management processes. 1) The internal audit activity must evaluate the effectiveness and contribute to the improvement of risk management processes. 2) Interpretation: Determining whether risk management processes are effective is a judgment resulting from the internal auditor’s assessment that: 3) Organizational objectives support and align with the organization’s mission; 4) Significant risks are identified and assessed; 5) Appropriate risk responses are selected that align risks with the organization’s risk appetite; and 6) Relevant risk information is captured and communicated in a timely manner across the organization, enabling staff, management, and the board to carry out their responsibilities. c. Control The internal audit activity must assist the organization in maintaining effective controls by evaluating their effectiveness and efficiency and by promoting continuous improvement. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup penugasan audit internal untuk saat ini sudah bergeser prioritas utamanya, yaitu proses peningkatan tata kelola yang menjadi unsur pertama prioritas audit internal dalam
17
penugasannya yang berbeda dengan standar sebelumnya yang menjadikan unsur pengelolaan resiko menjadi prioritas utamanya. Apabila laporan audit dari audit eksternal terhadap laporan keuangan suatu organisasi belum dinyatakan wajar tanpa pengecualian, Tugiman (2011: 13) berpendapat bahwa tugas audit internal adalah: a. Tidak memikirkan dulu bidang risk management, governance processes atau akan memberikan nilai tambah (add value); b. Membantu organisasinya dulu agar pengendalian internnya memadai, dengan sasaran laporan keuangan organisasi untuk mencapai opini audit eksternal wajar tanpa pengecualian; c. Apabila pengendalian intern belum atau tidak memadai, hal ini berarti organisasinya: 1) belum/tidak efektif dan belum/tidak efisien kegiatannya; dan atau 2) keandalan integritas informasi belum/tidak dapat dipercaya; dan atau 3) terhadap hukum dan peraturan perundangan-undangan belum/tidak patuh; d. harta organisasi belum/tidak dijaga dengan baik. e. Audit internal dalam organisasinya seperti poin ke tiga di atas, tugasnya bertahap dengan urutan prioritas: f. membantu agar informasi handal dan dapat dipercaya, termasuk keamanan harta; g. membantu agar kegiatan organisasi efektif dan efisien; dan
18
h. membantu agar kegiatan organisasi mematuhi hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tugas audit internal dalam organisasi yang pengendalian internnya telah memadai yaitu meliputi: 1) Mengevaluasi agar pengendalian intern terus meningkat; 2) Membantu pengelolaan risiko organisasi; 3) Menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai, dan meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan; dan 4) Melakukan evaluasi
dan mendorong organisasi agar reputasinya
meningkat (add value). 2.4
Kompetensi Kompetensi merupakan kualifikasi yang diperlukan oleh auditor internal
dalam menjalankan aktivitas pemeriksaan. Kompetensi auditor internal akan tercapai apabila dalam melaksanakan pemeriksaan auditor internal memiliki keahlian, kecermatan profesional, dan meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. Kompetensi menurut IIA Code of ethics dalam Reding et al (2009: 1-16) menyatakan bahwa: “Internal auditors must possess the knowledge , skills, and other competencies needed to perform their individual responsibilities. The internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge skills and other competencies needed to perform its responsibilities” Definisi tersebut dapat diartikan bahwa seorang auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip yang salah satu diantaranya merupakan kompetensi, dalam penerapan prinsip kompetensi internal
19
audit diharapkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam memenuhi tanggung jawab. Menurut IIA Code of Ethics dalam Reding et al (2009) bahwa seorang internal auditor dalam pelaksanaan prinsip kompetensi: a. Shall engage only in those services for which they have the necessary knowledge, skills and experience. b. Shall perform internal audit services in accordance with the international standards for the professional practice of internal auditing. c. Shall continually improve their proficiency and the effectiveness and quality of their service.
Definisi tersebut dapat diartikan bawah internal auditor dalam pelaksanaan prinsip kompetensi: 1) hanya boleh terlibat dalam suatu layanan yang mereka miliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya; 2) Wajib melakukan jasa audit internal sesuai dengan standar internasional untuk praktek profesional audit internal; dan 3) Harus terus meningkatkan kemampuan, efektivitas, serta kualitas layanan mereka. Kompetensi merupakan suatu kualitas mendasar dan sangat diperlukan oleh setiap auditor internal agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Apabila seorang auditor internal telah terbukti mampu membina suatu hubungan audit dengan baik, hampir seketika itu pula kompetensinya akan mendapat pengakuan. Tentu saja kompetensi tersebut memiliki tingkatan yang perlu diperhatikan oleh penyelia dan manajer audit dalam memberikan tugas kepada seorang auditor internal. Menurut Tugiman (2005: 159) Kesalahan dalam menempatkan seorang Internal Audit dengan tenaga seadanya pada umumnya akan merusak hubungan audit.
20
Dalam Standar Atribut 1200 (SPAI,2004) mengatakan bahwa seorang auditor internal itu harus memiliki kompetensi yang dinyatakan seperti berikut : “Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggungjawabnya. Aktivitas Audit Internal secara kolektif harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggungjawabnya”. Sedangkan dalam Standar 1210 (IPPF,2012:5) menyebutkan bahwa kompetensi adalah: “Internal auditors must possess the knowledge, skills, and other competencies needed to perform their individual responsibilities. The internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge, skills, and other competencies needed to perform its responsibilities”.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:57),
menyatakan
bahwa: “penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional”. Keahlian dan kecermatan profesional dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Keahlian Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggungjawabnya. b. Kecermatan Profesional
21
Auditor internal menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang audit internal yang prudent dan kompeten. Dalam menerapkan
kecermatan
mempertimbangkan
ruang
profesional lingkup
auditor
penugasan;
internal
perlu
kompleksitas
dan
materialitas yang dicakup dalam penugasan; kecakupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance; biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan; dan penggunaan teknik-teknik dengan bantuan komputer dan teknik-teknik analisisnya.
Kompetensi adalah kemahiran profesional yang harus dimiliki oleh auditor internal, maka dari itu auditor harus memiliki beberapa keahlian yang harus dimiliki menurut (Moller and Witt, 2000:5-16) keahlian yang harus dimiliki oleh auditor adalah sebagai berikut : a.
Kepegawaian (Staffing) Mengacu pada persyaratan bahwa bagian audit internal harus memberikan jaminan mengenai keahlian dan latar belakang pendidikan audit internal yang memadai, yang akan berperan sebagai audit internal dalam perusahaan.
22
b. Pengetahuan, keterampilan dan disipilin (Knowledge, skill and discipline) Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus mempunyai pengetahuan, keahlian, dan disiplin tinggi yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab auditnya. c. Pengawasan (Supervision) Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus menyediakan jaminan bahwa audit internal harus diawasi sebagaimana mestinya. d. Kepatuhan terhadap standar perilaku (Compliance with standart of conduct) Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus memenuhi standarstandar pelaksanaan profesional dalam melakukan audit. e. Hubungan manusia dan komunikasi (Human relation and communication) Mensyaratkan bahwa auditor internal harus terlatih dalam berhubungan dengan pihak lain dan melakukan komunikasi secara objektif. f. Pendidikan lanjutan (Continuing education) Mensyaratkan bahwa auditor internal harus memelihara kompetensi pekerjaan melalui pendidikan lanjutan. g. Kecermatan profesional ( Due professional care) Mensyaratkan
bahwa
auditor
internal
harus
melatih
keahlian
profesionalnya dengan berusaha mendapatkan pendidikan lanjutan untuk melaksanakan audit internal.
23
2.5
Pelaksanaan Audit Internal Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan penting
yang dilakukan oleh auditor internal dalam menjalankan proses audit untuk menentukan arah, tujuan, dan pendekatan dalam proses audit internal. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal ( 2004: 22-25) pelaksanaan audit internal adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Penugasan Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran , waktu dan alokasi sumberdaya , dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan: 1) Sasaran dari kegiatan dan mekanisme yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya. 2) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan operasi yang diaudit serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh organisasi. 3) Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal. 4) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal.
24
b. Pelaksanaan Penugasan Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. 1) Mengidentifikasi Informasi, auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. 2) Analisis dan Evaluasi, auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat. 3) Dokumentasi Informasi, auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan. 4) Supervisi penugasan, setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf. c.
Komunikasi Hasil Penugasan Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu. 1) Kriteria komunikasi, komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindak lanjutnya. 2) Kualitas komunikasi, komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu. Jika komunikasi akhir mengandung kesalahan dan kealpaan, penanggungjawab fungsi audit internal harus
25
mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima komunikasi sebelumnya. 3) Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar, dalam hal terdapat penugasan
ketidakpatuhan tertentu,
terhadap
komunikasi
standar
yang
hasil-hasil
mempengaruhi
penugasan
harus
mengungkapkan: a) Standar yang tidak dipatuhi b) Alasan ketidakpatuhan c) Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan 4) Penyampaian Hasil-hasil Penugasan, penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak. d.
Pemantauan Tindak Lanjut Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak-lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen. Sedangkan menurut Standard IPPF (IPPF,2013:13-18) bahwa pelaksanaan
audit internal adalah sebagai berikut: a.
Engagement Planning Internal auditors must develop and document a plan for each engagement, including the engagement’s objectives, scope, timing, and resource allocation. In planning the engagement, internal auditors must consider:
26
1) The objective of the activity being reviewed and the means by which the activity controls its performance; 2) The significant risks to the activity, its objectives, resources, and operations and the means by which the potential impact of risk is kept to an acceptable level; 3) The adequacy and effectiveness of the activity’s governance, risk management, and control processes compared to a relevant framework or model; and 4) The opportunities for making significant improvement to the activity’s governance, risk management, and control processes. b.
Performing the Engagement Internal auditors must identify, analyze, evaluate, and document sufficient information to achieve the engagement objectives. 1) Identifying information, internal auditors mus identify sufficient, reliable, relevant, and useful information to achieve the engagement’s objectives. 2) Analysis and evaluation, internal auditors must base conclusions and engagement results on appropriate analyses and evaluations. 3) Documenting information, internal auditors must document relevant information to support the conclusions and engagement results. 4) Engagement supervision, engagements must be properly supervised to ensure objective are achieved, quality is assured, and staff is developed.
c.
Communicating Results Internal auditors must communicate the results of engagement.
27
1) Criteria
for
communicating,
communications
must
include
the
engagement’s objectives and scope as well as applicable conclusions, recommendations, and action plans. 2) Quality of communications Communications must be accurate, objective, clear, concise, constructive, complete, and timely. Accurate communications are free from errors and distortions and are faithful to the underlying facts. Objective communications are fair, impartial, and unbiased and are the result of fairminded and balanced assessment of all relevant facts and circumtances. Clear communication are easily understood and logical, avoidung unnecessary technical language and providing all siginificant and relevant information. Concise communications are to the point and avoid unnecessary elaboration, superfluos detail, redudancy, and wordiness. Constructive communication are helpful to the engagement client and the organization and lead to improvements where needed. Complete communications lack nothing that is essential to the target audience and include all significant and relecant information and observations to support recommendations and conclusions. Timely communications are opportune and expedient, depending on the significance of the issue, allowing management to take appropriate corrective action. 3) Use of conducted in comfomance with the international standards for the professional practice of internal auditing, internal auditors may report
28
their engagement are conducted in conformance with the international standards for the professional practice of internal auditing, only if the results of the quality assurance and improvement program support the statement. d.
Monitoring Progress The chief audit executive must establish and maintain a system to monitor the disposition of results communicated to management. 1) The chief audit executive must establish a follow-up process to monitor and ensure that management actions have been effectively implemented or that senior management has accepted the risk of not taking action. 2) The internal audit activity must monitor the disposition of results of conculting engagement to the extent agreed upon with the client. Prosedur pemantauan hasil audit internal menurut Tampubolon (2005:153)
terdiri dari: a.
Evaluasi terhadap anggapan yang diberikan oleh manajemen.
b.
Evaluasi terhadap jangka waktu yang dibutuhkan oleh manajemen untuk menanggapi hasil observasi dan rekomendasi yang termuat dalam laporan hasil audit, dengan mempertimbangkan bahwa semakin segera sebuah isu diselesaikan akan semakin baik.
c.
Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat: 1) Diketahui perkembangannya.
29
2) Diingatkan apabila belum melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau sampai batas waktu dijanjikan. d.
Analisis dan verifikasi kecukupan tindak lanjut Dari hasil pemantauan tindak lanjut, dilaksanakan analisis dan verifikasi kecukupan atas realisasi perbaikan. Apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap hal tersebut.
e.
Adanya sebuah prosedur komunikasi yang memungkinkan Satuan Kerja Audit Internal ( SKAI) mendorong manajemen untuk meningkatkan tanggapannya yang dinilai kurang memuaskan atau tidak sesuai yang diharapkan dan disepakatinya.
f.
Pelaporan tindak lanjut Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) memberikan laporan tertulis kepada direktur utama dan dewan komisaris/komite audit
untuk
tindakan
administratif lebih lanjut. 2.6 Kualitas Audit Internal Audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya. Standar tersebut terangkum dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI,2004). Standar Profesi Audit Internal merupakan Pedoman Praktik Audit Internal yang menjadi sumber rujukan bagi auditor internal dalam menjalankan fungsinya
30
secara profesional. Standar Profesi Audit Internal terdiri dari Standar Atribut, Standar Kinerja, dan Standar Implementasi. Standar atribut dan Standar Kinerja berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal, sedangkan Standar Implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan phak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit, mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar Implementasi merupakan standar yang diterbitkan di masa mendatang untuk kegiatan tertentu, misalnya kegiatan Assurance, Conculting, Investigasi, dan Control Self Assessment (CSA). Menurut Performance Standards (IPPF,2012:9) sifat dari kegiatan audit adalah: a. Managing The Internal Audit activity : The chief audit executive must effectively manage the internal audit activity to ensure it adds value to organization b. Planning : The chief audit executive must establish a risk-based pla to determine the priorities of the internal audit activity, consistent with the organization’s goals. c. Communicating and Approval : The chief audit executive must communicate
the
internal
requirements,
including
audit
significant
activity’s interim
plans
and
changes,
resource to
senior
management and the board for review and approval. The chief audit executive must also communicate the impact of resource limitations.
31
d. Resouce Management : The chief audit executive must ensure that internal audit resources are appropriate, sufficient, and effectively deployed to achieve the approved plan. e. Policies and Procedures : The chied audit must establish policies and procedures to guide the internal audit activity. f. Coordination : The chief audit executive should share information and coordinate activites with other internal and external providers of assurance and conculting services to ensure proper coverages and minimize duplication of efforts. g. Reporting to Senioer Management and the Board : The chief audit executive must report periodically to senior management and the board on the internal audit activity’s purpose, authority, responsibility, and performance relative ti its plan. Reporting must also include significant risk exposures and control issues, including fraud risk, governance issues, and other matters needed or requested by senior managemenet and the board. h. External Service Provider and Organizational Responsibility for Internal Auditing : when an external service provider serves as the internal audit activity, the provider must make the organization aware that the organization has the responsibility for maintaining an effective internal audit activity.
32
Standar Kinerja ( SPAI,2004) menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar tersebut terdiri dari : a. Pengelolaan Fungsi Audit Internal: Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi. b. Lingkup Penugasan: Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. c. Perencanaan Penugasan: Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu, dan alokasi sumber daya. d. Pelakasanaan Penugasan: Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisa, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. e. Komunikasi Hasil Penugasan: Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu. f. Pemantauan Tindak Lanjut: Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.
33
AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa : “Good quality audits require both competence (expertise) and independence. These qualities have direct effect on actual audit quality, as well as potential interactive effects. In addition, financial statement users perception of audit quality are a function of their perception of both auditor independence and expertise” Dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh audit. Kompetensi berperan langsung terhadap terjadinya audit yang berkualitas. 2.7 Laporan Audit Internal Setelah pemeriksaan selesai dilakukan oleh auditor internal, maka auditor internal akan menuangkan hasil pemeriksaannya kedalam suatu laporan. Laporan hasil audit harus memenuhi kriteria dan kualitas tertentu. Menurut Tampubolon (2005:128), kriteria laporan adalah sebagai berikut: a. Hasil audit yang dikomunikasikan harus mencakup tujuan luas atau ruang lingkup , kesimpulan, rekomendasi, dan rencana tindak perbaikan yang telah disepakati. b. Observasi dan rekomendasi yang dimuat dalam laporan harus didasarkan pada atribut-atribut sebagai berikut: 1) Kondisi, yaitu keadaan sebenarnya sesuai bukti yang ditemukan auditor dalam kegiatan pemeriksaannya. Dalam hal ini auditor mengidentifikasi sifat dan luasnya temuan atau sebuah jawaban dari kondisi yang tidak memuaskan.
34
2) Kriteria, yaitu standar, ukuran, atau harapan yang ditetapkan dan digunakan untuk melakukan evaluasi dan/atau verifikasi. 3) Akibat yang mungkin ditimbulkan (effect), yaitu risiko atau eksposur yang diperoleh karena kondisi tidak konsisten dengan kriteria. Tingkat signifikasnsi dari kondisi atau temuan yang ada biasanya ditentukan dari nilai risikonya. 4) Penyebab (cause), yaitu alasan yang menyebabkan adanya perbedaan antara yang diharapkan (criteria) dan kondisinya yang nyata. Mengidentifikasi penyebab dari kondisi atau temuan yang tidak memuaskan merupakan prasyaray bagi rekomendasi atau tindak perbaikan yang tepat. 5) Rekomendasi, yaitu saran auditor untuk megatasi risiko atau untuk mengatasi masalah yang ada. Hubungan antara rekomendasi dan penyebab yang mendasarinya haruslah jelas dan logis. Rekomendasi harus secara tepat mengarah kepada apa yang harus diperbaiki atau diubah dan siapa yang bertanggung jawab melakukannya. Biaya untuk mengimplementasikan dan memelihara rekomendasi tersebut harus selalu dibandingkan dengan risiko. c. Auditor harus mengkomunikasikan pendapatanya secara menyeluruh. d. Laporan mengenai progress audit,baik format maupun isi harus ditetapkan dan disesuaikan dengan sifat pemeriksaan dan kebutuhan dari pengguna laporan.
35
Dalam standar 2060 (IPPF,2012:10) di jelaskan tentang Reporting to Senior Management and the Board : ” The chief audit executive must report periodically to senior management and the board on the internal audit activity’s purpose, authority, responsibility, and performance relative ti its plan. Reporting must also include significant risk exposures and control issues, including fraud risk, governance issues, and other matters needed or requested by senior managemenet and the board”.
Sedangkan Kualitas Laporan menurut Tampubolon (2005:131) adalah sebagai berikut: Komunikasi hasil audit harus akurat (benar,bebas dari error dan salah saji atau menyesatkan), objektif (wajar, netral, dan tidak bias), jelas (logis dan mudah dimengerti), concise (langsung, hemat kata-kata dan tidak berulang-ulang), konstruktif (mendorong kepada perbaikan), sistematis, dan tepat waktu. a. Laporan hasil audit yang final harus dikomunikasikan secara tertulis, apabila dalam laporan final ini terdapat error dan omission yang baru diketahui kemudian, kepala SKAI (Satuan Kerja Audit Internal) wajib mengkomunikasikan informasi ini ke semua individu yang telah menerima laporan hasil audit final yang adil. b. Laporan hasil audit yang final harus didistribusikan (disseminate) kepada individu-individu yang berwenang, yaitu mereka yang dapat memastikan bahwa hasil audit ini punya kaitan langsung dengan tugas mereka.
36
2.8
Kerangka Pemikiran Suatu perusahan memiliki tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam setiap
kegiatan operasinya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan fungsi pengawasan yang baik. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan operasi perusahaan berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu pengawasan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memfungsikan auditor internal sebagai fungsi pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja perusahaan, mencari kepastian dan keakuratan dari objek yang diaudit, serta memberikan rekomendasi yang tepat bagi manajemen perusahaan. Audit internal merupakan unit atau bagian dari suatu organisasi yang memegang
peranan
penting dalam
perusahaan, terutama untuk menjamin
efisiensi dan efektifitas dari keseluruhan fungsi organisasi. Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten. Kompetensi merupakan hal yang berkaitan dengan profesi auditor. Fungsi pemeriksaan intern dapat dilakukan oleh auditor internl, mengingat auditor internal lebih mengenal dan menguasai situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut dibandingkan oleh auditor eksternal. Fungsi audit internal adalah memberikan jasa assurance dan jasa conculting secara objektif dan independen , yang dirancang untk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Kegiatan tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
37
mengevaluasi dan memperbaiki efektifitas proses manajemen risiko (risk management), pengendalian (control), dan tata kelola ( governance). Hal tersebut telah didefinisikan oleh The IIA Board of Director (1999) dalam Reding et al ( 2009:1-2) yang mengatakan bahwa audit internal adalah “an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value amd improve an organization operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.
Internal audit sebagai orang yang berperan dalam memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan dengan melaksanakan aktivitas audit yang baik tentu harus mempunyai kompetensi. Fungsi audit internal merupakan evaluasi yang komprehensif atas berbagai aktivitas yang ada didalam perusahaan dan tidak terbatas hanya kepada masalah keuangan saja, melainkan juga meliputi seluruh aspek dan aktivitas yang ada dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka internal audit dituntut untuk selalu terus mengembangkan kemampuan profesionalnya, apalagi dengan semakin meningkatnya peran auditor internal yang bukan hanya sekedar watchdog tetapi sudah bergeser perannya menjadi consultant. Kemampuan profesional auditor internal dapat dinilai salah satunya melalu kompetensi yang dimiliki oleh auditor internal. Standar IIA mengharuskan auditor internal untuk melaksanakan aktivitas pemberian konsultasi dan keyakinan memadai, yang berarti mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi tanggung jawab mereka.
38
Kompetensi menurut IIA Code of ethics dalam Reding et al (2009: 1-16) menyatakan bahwa “Internal auditors must possess the knowledge , skills, and other competencies needed to perform their individual responsibilities. The internal audit activity collectively must possess or obtain the knowledge skills and other competencies needed to perform its responsibilities” Definisi tersebut dapat di artikan bahwa auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip yang salah satu diantaranya merupakan kompetensi, dalam penerapan prinsip kompetensi internal audit diharapkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam memenuhi tanggung jawab. Kompetensi merupakan suatu kualitas mendasar dan sangat diperlukan oleh setiap Internal Audit agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Apabila seorang auditor internal terbukti mampu membina suatu hubungan audit dengan baik, hampir seketika itu pula kompetensinya akan mendapat pengakuan. Tentu saja kompetensi tersebut memiliki tingkatan yang perlu diperhatikan oleh penyelia dan manajer audit dalam memberikan tugas kepada seorang Internal Audit. Kemampuan profesional yang dimiliki auditor internal secara individual ataupun secara kolektif harus sesuai dengan bidang audit yang akan dilaksanakannya.
Auditor
internal
dituntut
mampu
menerapkan
standar
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, dan teknik-teknik pemeriksaan yang baik dan tepat. Penerapannya juga harus dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. Auditor internal yang baik mampu mengikuti dinamika bidang yang akan diauditnya dengan baik, berkaitan dengan
39
perubahan
peraturan
perundang-undangan,
perubahan
keadaan
ekonomi,
perubahan situasi dan kondisi, yang dapat mempengaruhi proses auditnya. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan harus menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Audit internal dalam penugasannya bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas audit yang harus disetujui dan ditinjau (review) oleh atasan auditor. Kegiatan pelaksanaan audit meliputi perencanaan penugasan, pelaksanaan penugasan, komunikasi hasil penugasan, dan pemantauan tindak lanjut (SPAI,2004) Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan diatas, penulis beranggapan bahwa adanya pengaruh antara kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit. Adapun anggapa ini dituangkan dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kompetensi Auditor Internal
Kualitas Pelaksanaan Audit
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.8.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan, dan disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Kompetensi
40
auditor internal akan tercapai apabila dalam menjalankan aktivitas pemeriksaan, auditor internal memiliki keahlian, menerapkan kecermatan profesional dan meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. Kompetensi diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan agar auditor internal dapat mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti tersebut selesai diuji. Gut et al (1994:25) dalam Mansouri et al (2009) , menyatakan bahwa: “The audit should be performed and the report prepared with due professional care by persons who have adequate training, experience and competence in auditing”. Auditors are expected by third parties to have academic training in accounting, taxation, auditing, and other areas related to their profession”. Maka dari itu auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya Dari penyataan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa audit seharusnya dilaksanakan oleh seorang yang mempunyai kompetensi dan auditor diharapkan memiliki tiga bagian ilmu yang dapat digunakan dalam menjalankan penugasannya, yaitu accounting, taxation, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan profesinya. Dari beberapa penelitian sebelumnya didapatkan hasil sebagai berikut:
41
1) Hasil penelitian Sukriah,dkk (2009) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sejalan dengan penelitian tersebut. 2) Hasil penelitian Yusnita (2009) menyatakan bahwa kompetensi auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaannya. 3) Hasil penelitian Rizqia (2011) menyatakan bahwa objektivitas dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap laporan audit. 4) Hasil penelitian Astuti (2010) menyatakan bahwa kompetensi auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. 5) Hasil penelitian Wandira (2011) menyatakan bahwa kompetensi auditor internal berpengaruh sangat kuat terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. maka dapat disimpulkan dari beberapa penilitian sebelumnya bahwa kompetensi auditor internal mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kualitas laporan audit.
2.9
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian keterkaitan antara kompetensi terhadap kualitas
pelaksanaan audit internal diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit. Hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: H1 : Kompetensi Auditor Internal berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit.