BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. penelitian terhadap sosiologi sastra sudah sering dilakukan oleh para peneliti. (1) Sariati (2010) dalam skripsinya “ Drama Gong Mategul Tan Patali Karya I Nyoman Suwija Analisis Sosiologi Sastra : “ Dalam perbandingan “. Pada penelitian tersebut, Sariati meneliti mengenai nilai nilai sosial budaya Bali yang terkandung di dalam Drama Gong Mategul Tan Patali Karya I Nyoman Suwija. Dalam Penelitiannya Sariati menggunakan pendekatan sosiologi untuk menganalisis Drama Gong Mategul Tan Patali Karya I Nyoman Suwija. Penelitian ini sebatas karya sastra dan sejauh mana sosial budaya Bali yang tercermin di dalamnya. Dalam hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sariati hampir sama dengan apa yang dilakukan penulis tetapi perbedaannya adalah penulis menganalisis tentang bentuk, fungsi dan makna pada wacana Drama Gong I Made Subandar hasta Komala. (2) Nathalya (2010) dalam skripsinya “Naskah Drama Gong Samar Wana Karya I Nyoman Suwija : Analisis Struktur dan Nilai”, dalam penelitiannya Nathalya menganalisis hanya pada naskah drama gong
8
“Samar wana” saja. Jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Karena Dalam penelitiannya penulis melakukan penelitian bukan dari naskah atau teks play, melainkan membuat sebuah naskah dari sebuah pementasan yang sudah di rekam dalam bentuk VCD. (3) Meitri (2009) dalam skripsinya “ Drama Gong Larasati karya Ketut Putru Analisis Sosiologi Sastra”, dalam penelitiannya Meitri ingin memberikan gambaran yang jelas dalam memahai karya sastra drama. Berdasarkan aspek sosial dalam drama gong “Larasati” . Penulis ingin membandingkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Meitri karena penulis melakukan penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Keunikan yang dilakukan penulis ialah penulis tidaklah menggunakan naskah sebagai sumber data, melainkan membuat naskah baru dari sebuah pertunjukan drama gong yang sudah dipentaskan dan menggunakan kajian yang berbeda dari penelitian sebelumnya
2.2 Konsep Konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan konsep–konsep itu seorang peneliti memang dapat menata
hasil
pengamatannya
kedalam
suatu
tata
kepahaman
yang
menggambarkan dunia realitas sebagaimana yang dirasa, dialami, dan diamati. Disamping itu, dalam proses pengamatan dan pemahaman setiap subjek memang selalu bertindak selektif mengamati aspek-aspek tertentu dari objek yang diteliti.
9
2.2.1 Teks Drama Drama dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu drama tradisional dan drama modern. Drama tradisional merupakan cabang kesenian yang telah dianggap sebagai milik sendiri oleh masyarakat pendukung yang cenderung ditampilkan secara improvisatoris dan spontanitas. Drama tradisional tidak hanya ditampilkan melalui laku dan dialog, tetapi juga dengan cara menyanyi, banyolan, dan biasanya diiringi gambelan. Selanjutnya, mengenai drama modern merupakan drama yang didasarkan pada lakon tertulis dari suatu hasil karya sastra (Ranuara, dkk, 1984/1985 : 3-5). Sebagai karya sastra, drama mempunyai keunikan tersendiri berbeda dengan genre sastra lain. Bila dilihat di dalam drama terdapat beberapa unsur yang membantu dalam pementasan drama tersebut ialah sebagai berikut : (1) Babak adalah bagian dari sebuah lakon drama. (2) Adegan ialah bagian dari sebuah lakon drama itu sendiri. (3) Prolog yaitu kata pengantar atau pendahuluan sebuah lakon. (4) Dialog yaitu percakapan diantara para pelaku atau pemain dalam sebuah pementasan. (5) Monolog ialah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. (6) Epilog ialah kata penutup yang mengakhiri sebuah lakon biasanya merupakan ikhtisar dari cerita dalam drama. (7) Mimik yaitu ekspresi (gerak –gerik) muka/wajah pemain untuk memberi gambaran emosi yang sesuai dengan cerita drama. (8) Pantomim yaitu ekspresi (gerak-gerik) anggota tubuh untuk menggambarkan emosi yang sesuai dengan jalan cerita (Tofani dan Nugroho, 1995 : 170) . Waluyo (2002 : 8) juga menyebutkan bahwa ada beberapa struktur drama yang diperlukan untuk memahami naskah drama secara lengkap dan terinci,
10
yaitu : plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, dialog (percakapan), setting/landasan/tempat
kejadian,
tema/nada
dasar
cerita,
amanat/pesan
pengarang, petunjuk teknis dan drama sebagai interpretasi kehidupan. perlu ditekankan disini bahwa struktur yang dimiliki sebuah naskah drama tidak terlepas dari hubungannya dengan pelaksanaan pementasan. Dalam drama, Prolog merupakan kata pengantar atau pendahuluan sebuah lakon. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung. Dialog merupakan percakapan diantara para pelaku atau pemain dalam sebuah pementasan. Dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seorang pemain yang berbisik, misalnya, harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat didengarkan para penonton. Drama Gong adalah salah satu seni pertunjukan tradisional Bali yang di modifikasikan sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu jalinan kesenian utuh yang integratif. Drama Gong adalah drama yang pada umumnya sering menampilkan lakon-lakon kuno yang bersumber pada cerita-cerita romantis, seperti cerita Panji.
11
2.2.2 Bentuk, Fungsi dan Makna Menurut Tarigan (1984:88), drama memiliki suatu bentuk yang bentuknya tersebut di bagi menjadi tiga bagian, yaitu : (1) drama dalam bentuk prosa , (2) drama berbentuk puisi, (3) drama berbentuk campuran prosa dan puisi. Berdasarkan ketiga bentuk yang dipaparkan di atas, maka drama gong “ I Made Subandar Hasta Komala” termasuk kedalam bentuk prosa. Dengan demikian unsur-unsur prosa tidak bisa lepas dari pembentukan strukturnya. Struktur bentuk drama antara lain : (1) Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarangnya pada bagian awal. (2) Babak adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu. (3) Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas. (4) Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Fungsi drama adalah sebagai sarana menyampaikan informasi baik dan buruk dalam bentuk pertunjukan kelompok. Drama juga dapat dipakai sebagai media ekspresi dan komunikasi. Bagaimana ekspresi marah, sedih, gembira, gemas, gengsi, sombong, ramah, congkak dapat dikeluarkan melalui kegiatan berolah drama. Selain itu drama juga berfungsi sebagai media pendidikan dalam rangka interaksi edukatif secara kelompok. Makna sebuah drama terkandung didalam satuan naratif sebuah drama seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat.
12
2.2.3 Nyineb Wangsa
Berkenaan dengan wangsa atau yang sering disebut dengan catur wangsa, yaitu : wangsa Brahmana, Ksatria, Wesia dan Sudra. Tiga wangsa pertama yaitu Brahmana, Ksatria dan Wesia disebut Triwangsa, sedangkan Wangsa Sudra disebut Wangsa Jaba. Wangsa menunjukkan stratifikasi sosial yang sifatnya vertikal (dalam arti ada satu Wangsa yang lebih tinggi dari Wangsa yang lain) dan catur wangsa ditentukan berdasarkan garis keturunannya.
Nyineb wangsa dengan menghilangkan status wangsa tersebut sebagian besar karena menyembunyikan jati diri untuk mencapai sebuah tujuan. Istilah lain dari nyineb wangsa adalah nyineb raga.Dalam kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali, Nyineb raga berasal dari kata sineb berarti tutup. Kata sineb Mengalami proses afiksasi menjadi kata nyineb. Sedangkan kata raga memiliki arti diri. Jadi nyinep raga memiliki arti menutup diri atau istilah lainnya adalah penyamaran, penyamaran ini dilakukan untuk sebuah tujuan tertentu.
2.3 Landasan Teori
Secara epistimologi, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kontemplasi kosmos dan realitas. setelah mengalami perluasan makna, secara definitive
teori diartikan sebagai
kumpulan
konsep
yang
telah teruji
keterandalannya. Teori berfungsi untuk mengubah dan membangun pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
13
Karya sastra dibuat oleh pengarang untuk di nikmati oleh pembaca. Maka dari itulah antara karya sastra, pengarang maupun pembaca tidak dapat dipisahkan. Untuk membedah karya sastra yang di buat oleh pengarang maka di perlukan teori yang relevan dengan objek. Teori yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah adalah teori Struktural, dan teori Semiotik. Teori struktural digunakan untuk membedah struktur drama gong “I Made Subandar Hasta Komala”. Sedangkan teori Semiotik digunakan untuk mengetahui tanda tanda. Kedua teori tersebut digunakan bersama-sama untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian terhadap drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” tidak bisa dilepaskan dari penelitian terhadap naskahnya.
2.3.1 Teori Semiotik Makna-makna yang terkandung di dalam drama gong ini juga menjadi bahan analisis dari penelitian. Untuk mengungkapkan makna-makna dari drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” digunakan teori semiotik. Literatur yang menjelaskan bahwa semiotik berasal dari kata semeion, yang berarti tanda (Enraswara, 2008 : 64). Semiotik berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaat terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantara tanda-tanda proses kehidupan menjadi lebih efisien, dengan perantara tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia, dengan demikian manusia adalah homo semioticus.
14
Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota bedan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, pakaian, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2002 : 40).Semiotik sebagai discourse analysis yang paling dasar cara dan kerjanya adalah mengamati tanda (ikon, indeks, symbol) dengan tujuan untuk menemukan makna makna tanda. Teori tersebut untuk mengungkapkan makna makna di dalam tanda bahasa yang terdapat di dalam teks drama gong “I Made Subandar Hasta Komala”.
2.3.2 Teori Struktur Pada prinsipnya kajian struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara lebih cermat, teliti, mendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisi dan aspek karya sastra, yang bersamasama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw,1984 : 135). Analisis struktur menjelaskan unsur-unsur pembentuk hubungan antar unsur dan hubungan antara unsur-unsur dengan unsur itu sendiri. Telah diakui pula bahwa analisis yang hanya berdasarkan struktur mengandung kelemahan, yaitu (1) Melepaskan karya sastra dari latar belakang sejarahnya, dan (2) Mengasingkan karya sastra dari relevansi budayannya. Tetapi bagaimananpun juga analisis struktur merupakan prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah pada halhal lain (Theeuw,1984 : 61).
15
Selanjutnya Luxemburg (1986 : 38) menyatakan bahwa struktur pada pokoknya berarti sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif, seperti misalnya pertentangan dan konflik. Kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukan kepada keseluruhan ini dan bukan yang lain. Struktur drama dalam analisis ini akan dibagi dua yaitu struktur bentuk dan struktur narasi. Hal ini dikarenakan struktur drama berbeda dengan karya sastra fiksi lainnya, namun ada pula unsur fiksi lain yang masuk dalam karya drama. Dalam struktur bentuk akan disajikan unsur-unsur khusus drama agar ciri khas struktur drama dapat terlihat dengan jelas, sedangkan dalam struktur narasi akan disajikan unsur-unsur fiksi lainnya yang masuk dalam drama. Struktur bentuk akan berpedoman pada pendapat Sumardjo dan Saini K.M. (1988: 136-139) yang mengemukakan bahwa unsur-unsur drama terdiri atas ; (1) Babak adalah bagian dari drama naskah itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu; (2) Adegan ialah bagian dari babak yang batasannya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas; (3) Dialog ialah bagian dari drama naskah yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain ; (4) Petunjuk pengarang ialah bagian naskah yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau awak pementasan misalnya sutradara, pemeran, dan penatas seni mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau
16
perbuatan dan sifat tokoh cerita : (5) Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal; (6) Epilog biasanya berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita, kadang-kadang kesimpulan itu disertai pula dengan nasihat atau pesan; (7) Solilokui merupakan ungkapan pikiran atau perasaan seorang tokoh cerita yang diungkapkannya kepada dirinya sendiri, baik pada saat tokoh lain maupun terutama pada saat ia seorang diri; (8) Aside adalah bagian dari drama naskah yang diucapkan oleh salah seorang tokoh cerita dan ditujukan langsung kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada di pentas tidak mendengar. Kata aside sendiri, yang berarti kesamping, menyarankan bahwa katakata tokoh itu diucapkan sambil memalingkan muka dari tokoh lain yang ada di pentas dan secara langsung dimaksudkan agar diterima langsung oleh penonton. Dalam drama yang berupa naskah, ada beberapa struktur drama yang diperlukan untuk memahami naskah drama secara lengkap dan terinci, yaitu : plot atau kerangka
cerita,
penokohan
setting/landasan/tempat
kejadian,
dan
perwatakan,
tema/nada
dasar
dialog
(percakapan),
cerita,
amanat/pesan
pengarang, petunjuk teknis dan drama sebagai interpretasi kehidupan (Waluyo, 2002 : 8). Luxemburg (1986:160) juga menekankan bahwa unsur-unsur drama terdiri dari dialog, alur, penokohan, dan latar. Sehingga dalam drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” unsur-unsur prosa menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari strukturnya disamping struktur drama itu sendiri. Teori struktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari beberapa pandangan di atas dengan menggunakan kerangka kerja yang meliputi : struktur bentuk drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” yang terdiri dari;
17
prolog, babak, adegan dan dialog, sedangkan struktur narasi yang terdiri dari; alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema, dan amanat. Tinjauan struktur yang digunakan dalam drama ini adalah langkah awal untuk melakukan pembedahan terhadap drama gong “I Made Subandar Hasta Komala” kemudian dilanjutkan dengan pendekatan semiotika.
18