9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian tersebut adalah: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aryantica (2012) yang berjudul “Analisis Psikologi Sastra Tokoh Kafka Tamura Dalam Novel Umibe No Kafuka Karya Haruki Murakami”. Penelitian tersebut menganalisis tentang dua tokoh utama yang diceritakan dari dua sudut pandang yang berbeda dan difokuskan pada masalah kondisi psikologi tokoh Kafka Tamura dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologinya. Teori yang digunakan dalam menganalisis psikologi tokoh Kafka Tamura adalah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud yang terdiri dari id, ego dan superego. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan data-data, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Untuk metode dalam penganalisisan data digunakan metode deskriptif analisis, yaitu menguraikan data-data dan mendeskripsikan unsur-unsur yang mengandung aspek psikologi. Dari hasil analisis yang diketahui bahwa keadaan psikologi tokoh Kafka Tamura dipengaruhi oleh id yang selalu menguasai ego. Meskipun tokoh Kafka juga memiliki superego dalam dirinya, hal itu tidak dapat menahan id yang dimilki oleh tokoh Kafka. Kondisi psikologis tokoh Kafka Tamura yang cenderung dikuasai oleh id ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu rasa takut dan khayalan.
9
10
Persamaannya terletak pada permasalahan yang akan dibahas, yaitu membahas kondisi psikologis dari tokoh dalam karya sastra, namun penelitian Aryantica lebih menitikberatkan pada psikologis tokoh Kafka secara umum sedangkan penelitian yang dilakukan kali ini lebih menitikberatkan pada permasalahan psikologis yang lebih khusus yaitu mengenai oedipus-kompleks pada tokoh Ma kun dalam novel Tokyo Tawā: Okan to Boku, Tokidoki, Oton karya Riri Furanki. Penelitian Aryantica memberikan gambaran tentang cara menganalisis tokoh dalam karya sastra dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan gambaran secara umum tentang pengertian teori psikologi sastra. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Fadli (2003) dengan judul penelitian “Analisis Kejiwaan Tokoh Keiko Dalam Novel Utsukushisa To Kanashimi To Karya Kawabata Yasunari“. Dalam penelitian tersebut membahas tentang kondisi kejiwaan tokoh Keiko. Tokoh Keiko adalah seorang wanita cantik yang sangat ahli dalam merayu laki-laki dan penuh dengan perasaan dendam. Orang tua Keiko meninggal dunia ketika ia masih kecil. Pada saat Keiko berusia 4 tahun ia telah berani mencium bibir pamannya sendiri karena perasaan suka dan hasrat seksualnya terhadap sosok ayah. Seiring berjalannya waktu perasaan Keiko berubah menjadi suka terhadap gurunya sendiri yang tidak lain adalah seorang wanita. Rasa sukanya terhadap wanita timbul karena pengalaman masa kecilnya yang tidak bisa mengidentifikasikan sosok ibu karena ibunya telah meninggal dunia. Perkembangan psikoseksual tokoh Keiko disebabkan karena kurangnya pengidentifikasian terhadap sosok ayah dan ibu yang menyebabkan psikoseksual tokoh Keiko tidak berkembang dengan sewajarnya. Persamaan penelitian Fadli dengan penelitian yang dilakukan ini terletak pada teori yang digunakan yaitu
11
teori perkembangan psikoseksual. Penelitian Fadli lebih difokuskan pada tokoh Keiko yang mengalami kejiwaan aneh yaitu menyukai sesama jenis dan bertingkah laku secara tidak wajar sedangkan penelitian yang dilakukan kali ini menganalisis tentang perkembangan psikoseksual tokoh Ma kun yang mencintai ibunya dan susah lepas dari ibunya. Penelitian Fadli memberikan gambaran untuk penelitian yang akan dilakukan mengenai teori perkembangan psikoseksual dan cara menganalisis perkembangan psikoseksual tokoh dalam karya sastra. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Arimbawa (2010) dengan judul penelitian “Analisis Tokoh Utama dalam Novel Botchan Karya Natsume Souseki Berdasarkan Pendekatan Psikologi Sastra”. Dalam penelitian tersebut, Arimbawa menggunakan teori Psikologi dari Sigmund Freud yang meliputi unsur-unsur kepribadian berupa id, ego, dan superego. Watak tokoh Botchan sangat dipengaruhi oleh unsur id sehingga ego nya sangat berpatokan pada keinginankeinginan yang berasal dari id tersebut. Selain itu, superego nya juga berfungsi sangat baik sehingga mampu menyeimbangkan keinginan yang berasal dari id agar bisa disesuaikan dengan perintah-perintah dan larangan-larangan dari orang sekitarnya. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Arimbawa dengan penelitian ini adalah menggunakan psikologi sastra sebagai acuan dalam menganalisis karakteristik tokoh dalam karya sastra. Perbedaannya terletak pada permasalahan yang diteliti. Penelitian Arimbawa banyak memberikan gambaran mengenai cara menganalisis kejiwaan tokoh dalam karya sastra dengan psikologi sastra.
12
2.2 Konsep Dibutuhkan beberapa konsep untuk menunjang penelitian ini. Adapun konsep yang dipakai adalah sebagai berikut: 2.2.1 Gangguan Psikoseksual Gangguan psikoseksual adalah adanya ketidakwajaran seksual yang terjadi karena faktor psikologis seseorang. Awal gangguan ini terjadi karena perkembangan seksual seseorang dari masa anak-anak awal yang tidak normal. Dalam psikodinamika, terdapat beberapa tahapan perkembangan psikoseksual manusia. Tahapan perkembangan tersebut membentuk setiap karakter individu dengan kepribadian yang berbeda, misalnya pada tahap perkembangan ketika anak mulai mengenal kelamin yang dimilikinya. Pada tahap ini terjadinya oedipus-kompleks pada anak laki-laki dan elektra kompleks pada anak perempuan. Pola asuh berlebihan yang diberikan orang tua akan menyebabkan oedipuskompleks dan elektra kompleks terus dibawa hingga dewasa. Hal ini akan menjadi suatu ganguan psikoseksual pada anak karena perkembangan seksual anak tidak akan berkembang dengan sempurna (Sadarjoen, 2005: 35). 2.2.2 Oedipus-Kompleks Definisi oedipus-kompleks yaitu hasrat yang dimiliki anak-anak untuk melakukan hubungan seksual dengan orang tuanya yang berlainan jenis kelamin. Keadaan oedipal dari perkembangan dalam masa kanak-kanak awal merupakan satu manifestasi dari fase genital awal dari perkembangan ( Chaplin, 2011: 338). Dorongan incest dengan ibu serta sikap menentang terhadap ayah menyebabkan anak laki-laki mengalami konflik dengan orang tuanya, terutama ayah. Ia membayangkan bahwa ayah akan melukainya dan hal ini sering
13
menyebabkan munculnya dikastrasi (kecemasan akan dikebiri). Dikastrasi ini menyebabkan munculnya keinginan untuk mencintai ibu dan rasa permusuhan terhadap ayah. Anak laki-laki menutup dorongan seksual dan rasa erotisnya terhadap ibu oleh sikap penurut dan sayang terhadap ibu (Calvin dan Gardner, 2008: 93-96). Istilah oedipus-kompleks terdiri dari kata “oedipus” dan “kompleks”. Kompleks disini berarti sistem gagasan yang dikuasai oleh emosi sehingga dapat menimbulkan tingkah laku yang tidak wajar sedangkan kata oedipus diambil dari salah satu cerita Yunani karya Sophocles (Anindya, 2011). Penderita oedipuskompleks pada masa kecilnya berusaha untuk menahan hasrat seksualnya terhadap ibu dan perasaan cemburu terhadap ayah. Akibatnya, anak tersebut mempunyai perasaan bersalah yang berlebihan dan mengalami konflik emosional hingga ia dewasa sehingga secara tidak langsung alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan ibunya, kemudian memilih untuk mencintai wanita yang lebih tua. Dorongan hasrat untuk mencintai wanita yang lebih tua karena terobsesi dengan ibu adalah salah satu karakteristik yang khas dari oedipus-kompleks. Karakteristik lainnya dari oedipus-kompleks adalah selalu bergantung kepada ibu dalam hal materi dan kebutuhan lainnya, selalu ingin dimanja dan tidak ingin menjadi dewasa. Selain itu, adanya persaingan yang berlebihan antara anak dengan ayah atau anak dengan teman dekat ibunya, serta adanya rasa cemas yang berlebihan apabila dirinya ditinggal oleh ibu karena masih belum mampu untuk hidup sendiri walaupun sudah dapat dikatakan dewasa. Apabila penderita oedipuskompleks masih memiliki seorang ibu, ia akan lebih memilih untuk terus bersama
14
dengan ibunya dan tidak adanya rasa ketertarikan terhadap lawan jenis (Freud dalam Semiun, 2006: 14-16).
2.3 Kerangka Teori Teori yang digunakan untuk menganalisis oedipus-kompleks pada tokoh Ma kun dalam novel Tokyo Tawā: Okan to Boku, Tokidoki, Oton karya Riri Furanki yaitu teori Psikologi Sastra. Dengan didukung oleh teori Perkembangan Psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. 2.3.1 Teori Psikologi Sastra Psikologi sastra adalah suatu teori untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Melalui pemahaman terhadap kejiwaan tokoh dalam karya sastra, masyarakat dapat memahami perubahan dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan kejiwaan. Dengan adanya kaitan yang erat antara aspek psikologis dengan unsur tokoh dan penokohan maka karya sastra yang relevan untuk dianalisis secara psikologis adalah karya-karya yang memberikan intensitas pada suatu aspek kejiwaan (Ratna, 2004: 342-350). Novel Tokyo Tawā: Okan to Boku, Tokidoki, Oton karya Riri Furanki ini memiliki aspek kejiwaan yang sangat menonjol, yaitu adanya perilaku oedipus-kompleks pada tokoh Ma kun sehingga tepat dianalisis dengan teori psikologi sastra. 2.3.2 Teori Perkembangan Psikoseksual Pada perkembangan psikoseksual manusia dibentuk dari berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal dan berkembang melalui serangkaian tahapan-tahapan hingga dewasa yang tidak terlepas dari adanya libido (gairah
15
seksual). Pada manusia terdapat empat fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian individu. Adapun fase-fase perkembangan psikoseksual itu adalah sebagai berikut: 1. Fase Oral Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada masa ini bayi biasanya melakukan rangsangan pada mulut atasnya seperti menghisap. Hal ini merupakan tingkah laku yang menimbulkan
kesenangan
atau
kepuasan.
Objek
yang
paling
pertama
menimbulkan suatu kepuasan atau kesenangan adalah buah dada ibu atau botol susu. Individu yang pada fase oral memperoleh perangsangan oral yang berlebihan ataupun sangat kekurangan, di masa dewasanya akan memiliki kepribadian dengan karakter yang penurut, pasif dan kurang matang dalam menjalani kehidupan. Pada fase oral yang kedua, gigi mulai tumbuh dan mulai menggigit bendabenda yang ada disekitarnya sebagai pengungkapan frustasi yang disebabkan karena ketidakhadiran ibu dan objek pemuas kebutuhannya. Apabila individu sangat terpaku pada fase oral yang kedua ini maka individu tersebut di masa dewasanya akan memiliki karakter cenderung mendominasi orang lain untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. 2. Fase Anal Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini kepuasan dari mulut dialihkan ke daerah dubur dan kesenangan yang
16
diperoleh dalam kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan feces (kotoran). Pada fase ini anak mulai diperkenalkan tentang kesehatan oleh orang tua melalui toilet training, yaitu latihan mengenai bagaimana dan di mana seharusnya membuang kotorannya. Melalui toilet training ini anak mulai belajar mengendalikan diri. Orang tua yang cara penerapan toilet training keras dan menekan, mengakibatkan anak di masa dewasanya memiliki karakter keras kepala, kaku, kikir, terlalu teliti, dan suka akan kebersihan. Apabila orang tua membiarkan anaknya membuang kotoran sesuka hatinya, individu setelah dewasa akan memiliki kecenderungan memandang orang lain sebagai objek untuk dimiliki atau dikuasai. 3. Fase Falik Fase falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yaitu suatu fase ketika libido (gairah seksual) dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Anak mulai tertarik untuk memainkan alat kelaminnya dengan maksud untuk memperoleh suatu kepuasan. Pada fase ini anak sudah mengetahui tentang hubungan seks karena mereka pernah menyaksikan orang tuanya melakukan hubungan seks atau mendengar cerita mengenai hubungan seks dari anak-anak lain. Pada fase ini ditemui adanya oedipus-kompleks untuk anak laki-laki dan elektra kompleks untuk anak perempuan. Oedipus-kompleks dan elektra kompleks memiliki pengertian adanya hasrat yang dimiliki anak kepada orang tua yang berlawanan jenis dan menganggap orang tua dari jenis kelamin yang sama sebagai saingannya.
17
Pada masa falik mulai terbentuknya superego pada diri anak. Apabila anak tidak bisa mengatasi oedipus-kompleks maupun elektra kompleks yang dialaminya pada masa falik, konflik ini selamanya akan dibawa hingga dewasa. Ketika berakhirnya fase falik, anak memasuki periode laten atau masa tenang. Periode yang berlangsung sampai pubertas ini mengakibatkan aktivitas seksual berkurang dan libido disalurkan ke dalam aktivitas nonseksual seperti belajar, olah raga dan berteman. 4. Fase Genital Fase genital adalah masa pubertas yang dialami individu. Pada fase ini individu mengalami peningkatan dalam dorongan seksual dan mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenisnya. Pada fase ini dimulai aktivitas kencan atau pacaran. Karakter fase genital menggambarkan tipe ideal dari kepribadian seseorang, yaitu individu mampu mengembangkan relasi seksual yang matang dan bertanggung jawab. Untuk mencapai karakter genital ini individu harus terbebas dari ketidakpuasan dan hambatan pada masa kanak-kanak awal. Individu yang pada masa awal perkembangan psikoseksualnya mengalami traumatik atau kecenderungan pada satu fase, akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan fase genital. Dalam melewati fase-fase perkembangan psikoseksual ini seseorang dapat dinyatakan gagal apabila mengalami kegagalan dalam mengatasi konflik pada tiap fase perkembangan. Perkembangan psikoseksual ini berhenti pada tahap genital hingga seseorang dewasa (Freud dalam Koeswara, 1991: 48-54). Dalam novel Tokyo Tawā: Okan to Boku, Tokidoki, Oton karya Riri Furanki terdapat tokoh Ma kun yang tidak bisa lepas dari ibunya dan mencintai
18
ibunya sampai dewasa sehingga ia susah untuk hidup sendiri. Karakter tokoh Ma kun mencerminkan oedipus-kompleks pada fase falik yang masih dibawa sampai ia dewasa sehingga teori perkembangan psikoseksual ini sangat cocok digunakan untuk menganalisis oedipus-kompleks pada tokoh Ma kun.