BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan.
Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka juga berfungsi untuk mengetahui kedudukan penelitian disamping penelitian lain yang relevan (Chaer, 2007 : 26). Adapun kajian pustaka dari penelitian ini dapat yaitu :
2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang menggunakan objek berupa teks drama sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun dengan judul drama yang berbeda. Berikut ini akan dipaparkan penelitian yang menggunakan teks drama sebagai objek. Penelitian oleh Paulus Yos Adi Riyadi, Ida Bagus Agastia, Made Soreyana, dan Made Suarsa yang berjudul Struktur Drama Bali Modern pada tahun 1982. Adapun dalam penelitian tersebut membahas mengenai struktur drama Bali modern dua buah drama dengan judul yang berbeda yaitu Nang Képod karya Ketut Aryana dan drama Kobaran Apiné karya Gede Dharna. Dalam mengkaji strukturnya hanya dibahas mengenai tema, penokohan, alur, latar serta analisis keseluruhan dalam drama.
7
Penelitian oleh Ayu Putri Suryaningrat pada tahun 2009 yang berjudul “Drama Gong Prabu Rancang Kencana Karya Ketut Putru Analisis Sosiologis”. Adapun dalam penelitian ini membahas tentang aspek-aspek sosial yang terdapat di dalam “Drama Gong Prabu Rancang Kencana”. Aspek-aspek sosial yang dijelaskan pada skripsi ini meliputi aspek agama (aspek tattwa, aspek susila, aspek upacara), aspek kesetiaan, aspek cinta kasih, aspek kepemimpinan, aspek estetika, dan aspek poligami. Penelitian dalam drama “Mulih” juga memakai pendekatan Sosiologis dalam pengkajiannya, dan membahas mengenai masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam drama dan kesesuaiannya dengan kenyataan di luar karya sastra. Penelitian oleh Dwi Okarnidyanti pada tahun 2009 yang berjudul “Drama Naskah Saput Poleng Analisis Struktur dan Nilai”. Adapun dalam penelitian ini membahas tentang struktur yang membangun karya sastra “Drama Saput Poleng” beserta nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini jika dilihat dari objek yang dipergunakan, yaitu menggunakan drama sebagai objek penelitian, hanya saja penelitian tersebut memfokuskan terhadap pembongkaran struktur dan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah Drama Saput Poleng. Penelitian terhadap drama Mulih terutama pengungkapan strukturnya lebih lengkap dari penelitian mengenai drama yang lainnya. Penelitian oleh Sri Agustini pada tahun 2012 terhadap drama “Kobaran Apine” juga lebih dititik beratkan pada sosiologi karya sastranya. Analisis sosiologi pada penelitian drama “Kobaran Apine” hanya memasalahkan karya
8
sastra itu sendiri yang menekankan pada aspek-aspek sosial yang terdapat di dalam drama “Kobaran Apine” meliputi aspek agama (aspek tattwa, aspek susila, aspek upacara), aspek kepemimpinan, aspek kesetiaan, dan aspek cinta kasih. Kelebihan penelitian drama Mulih dapat dilihat dari pengkajian strukturnya. Unsur-unsur yang membangun drama mulih dibuat lebih mengkhusus dengan menggunakan teori Luxemburg mengenai struktur drama. Naskah drama tidak bisa dipisahkan dengan pementasan, pembaca membaca suatu teks drama, lalu mencoba menafsirkan peristiwa apa saja yang terjadi dalam setiap dialognya. Kelebihan lainnya adalah perubahan karakter yang terjadi pada tokoh Anak bajang dalam drama.
2.2
Konsep Dalam penelitian ini, akan dipaparkan beberapa konsep yang bermanfaat
bagi penelitian drama “Mulih” yaitu konsep drama, dan konsep masalah-masalah sosial.
1.2.1 Drama Drama adalah bentuk cerita yang melukiskan sifat dan sikap manusia yang terdiri atas gerak, gaya orang berbicara (mimik) yang menimbulkan kehebatan dan ketegangan perasaan pada para pembaca, pendengar atau penontonnya. Drama merupakan suatu karangan dalam prosa atau puisi yang memotret kehidupan tokoh dengan bantuan dialog, gerak dan yang direncanakan bagi pertunjukan teater suatu lakon atau drama closet merupakan suatu lakon yang dibuat terutama
9
sekali sebagai bahan bacaan, bukan sebagai produksi panggung (Webster’s dalam Tarigan, 1984: 70). Drama “Mulih” merupakan suatu karangan prosa karena bersifat paparan atau berbentuk cerita. Setiap dialog-dialog dalam teks drama merupakan suatu rangkaian cerita yang saling berkaitan. Kata Mulih disini artinya pulang. Sesuai dengan isi ceritanya, Mulih memiliki makna ganda yaitu pulang dari rantauan dan pulang ke sisi Tuhan. Tarigan (1984: 83) juga mengatakan jenis drama menurut genre-nya dibagi menjadi empat, yaitu: (1) tragedi, (2) komedi, (3) melodrama, dan (4) farce (drama yang berhubungan erat dengan komedi). Drama juga memiliki suatu bentuk, yang dapat dibagi atas: (i) drama bentuk prosa, (ii) drama bentuk puisi, dan (iii) drama berbentuk campuran prosa dan puisi. Pokok drama adalah cerita yang membawakan tema, diungkapkan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya.
1.2.2 Masalah Sosial Soekanto
(1990:
395-397)
mengatakan
gejala-gejala
yang
tidak
dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal itu disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan gejala-gejala abnormal tersebut dinamakan masalah-masalah sosial. Jadi pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah
10
sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang di anggap baik dan apa yang di anggap buruk.
Masalah sosial yang dtitikberatkan pada penelitian ini yaitu masalah Kemiskinan, serta dampak yang ditimbulkan seperti alkoholisme (kecenderungan untuk meminum alkohol lebih dari yang direncanakan) dan kejahatan (pembunuhan).
Soerjono Soekanto (1990: 406) mengatakan, kemiskinan di artikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya pedagangan ke seluruh dunia, dan ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial.
1.2.3 Landasan Teori Penelitian terhadap drama Mulih menggunakan dua analisis yaitu: analisis struktur dan sosiologis. Teeuw (1984 : 135-136) mengatakan analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam keterkaitan dan keterjalinan semua analisir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Kutha Ratna (2004: 91) mengatakan bahwa strukturalisme merupakan paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak antar hubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, dipihak lain hubungan unsur dengan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif seperti
11
keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Luxemburg (1986: 160) mengatakan dalam sebuah modul analisa struktur drama, tiga aspek hendaklah ditinjau: situasi bahasa, penyajian, dan alurnya. (1) Menurut situasi bahasa dialog atau teks pokok mnjadi paling penting. Tetapi petunjuk-petunjuk bagi pementasan atau teks samping juga termasuk teks drama. (2) Penyajian unsur-unsur alur, seperti para pemain, peristiwa, jangkauan waktu, dan ruang terjadi secara khusus. (3) Segi-segi alur. Drama “Mulih” akan dikaji melalui unsur-unsur pembangun drama, sesuai dengan teori Luxemburg (1986: 160-173) yaitu : (1) Dialog (situasi bahasa utama) di dalamnya terdapat bagian- bagian seperti: situasi bahasa dialogal, dialog dan latarnya, dialog dan perbuatan. (2) Teks samping (3) Penyajian, dalam sebuah drama alur tidak diceritakan, melainkan secara visual dipanggungkan. Ini ada pengaruh bagi penyajian unsurunsurnya. Di sini akan dibahas aspek-aspek penyajian yang bersifat khas bagi sebuah drama. Di bawah ini akan dibahas penyajian peristiwa, penggarapan waktu, tokoh-tokoh, serta ruang digarap (4) Alur di bagi menjadi dua bagian yaitu : peristiwa-peristiwa dan para pelaku (Luxemburg, 1986: 149-153).
Penelitian drama Mulih dikaji menggunakan pendekatan sosiologi karya sastranya yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rene Welek dan Austin Warren (1956: 84) poin kedua. Damono (1978: 3) mengatakan karya sastra sebagai cerminan masyarakat. Cerminan masyarakat dimaksudkan sampai sejauh mana karya sastra mampu mencerminkan masyarakat pada kenyataannya di luar karya sastra.
12