BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1
Kajian Pustaka Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan
sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut: Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995). Hasil
penelitian
dari
Rusprianti
menunjukkan
bahwa
jodoushi
~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna keharusan bagi lawan bicara mengenai harapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini,
9
10
makna yang timbul bukan hanya makna mengenai pengharapan saja, namun dapat memiliki makna nasehat atau perintah. Jodoushi ~zaru wo enai mengandung makna keharusan yang wajib dilakukan ketika tidak ada pilihan lainnya sehingga terkesan adanya suatu keterpaksaan. Penelitian ini dengan penelitian Rusprianti memiliki kesamaan sumber data, teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993) dan meneliti tentang penggunaan jodoushi. Namun, penelitian ini difokuskan pada jodoushi dantei, sedangkan penelitian Rusprianti difokuskan kepada jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai yang termasuk ke dalam jodoushi handan no hitsuzen teki na kiketsu. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan mengenai penggunaan seperti subtitusi dari jodoushi dantei. Manfaat penelitian Rusprianti bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993). Sulatri (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan ~darou dan ~kamoshirenai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami”, dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih (metode distribusional), teknik ganti sebagai teknik dasar dan teknik lanjutan yang bersifat deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian Sulatri mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Yuuko, dkk (1998), Tanaka (2007), Tomomatsu (2010), Yasuo (1993), Yasuko (2005), dan Chaer (2007).
11
Hasil penelitian dari penelitian Sulatri yaitu, jodoushi ~darou dapat digunakan untuk menyatakan dugaan (suiryou), konfirmasi (kakunin) dan untuk menguatkan perasaan, sedangkan jodoushi ~kamoshirenai digunakan untuk menyatakan dugaan, kemungkinan yang rendah dan ketika pembicara tidak yakin atas apa yang dikatakan. Penelitian ini dengan penelitian Sulatri memiliki kesamaan pada metode analisis data yaitu menggunakan metode agih dan kesamaan dalam meneliti tentang penggunaan jodoushi, sedangkan pada objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda. Kelebihan penelitian ini yaitu jodoushi dantei yang digunakan lebih bervariasi sehingga pemaparan mengenai penggunaan seperti subtitusi antar-jodoushi dantei lebih beragam. Manfaat penelitian Sulatri bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan metode analisis data yang menggunakan metode agih. Diahantari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Verba Bantu ~te shimau pada Novel Kokoro Karya Natsume Souseki”, pada tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan yaitu teknik sisip kemudian menggunakan metode deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah Takayuki (1998), Iori Isao dkk (2000), Ichikawa (2005), Tanaka (2007) dan Tomomatsu (2010) dan teori yang mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989).
12
Hasil penelitian yang dilakukan Diahantari adalah verba bantu ~te shimau dapat digunakan untuk menekankan penyelesaian suatu tindakan, penyesalan seseorang tentang apa yang dilakukan atau penyesalan tentang tindakan seseorang atau sesuatu yang telah terjadi, menyampaikan kejadian diluar dugaan atau yang tidak diduga oleh pembicara, menjelaskan atau memberi alasan, menyatakan peristiwa atau hal di masa depan, menyatakan kesulitan atau kesusahan pembicara dan menyatakan kegagalan pembicara. ~Te shimau juga memiliki makna penyelesaian dan penyesalan sesuai konteks kalimatnya. Penelitian Diahantari dengan penelitian ini sama-sama menggunakan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui, sedangkan objek penelitian dan teori yang digunakan dalam menganalisis fungsi berbeda. Kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan subtitusi atau saling menggantikan antar-jodoushi dantei. Manfaat penelitian Diahantari bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui.
2.2
Konsep Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang nantinya memudahkan
dalam penyampaian hasil penelitian. Konsep-konsep tersebut meliputi hinshi bunrui ‘kelas kata’, jodoushi, jenis jodoushi, jodoushi dantei, dan konstruksi jodoushi dantei. 2.2.1
Hinshi bunrui Hinshi bunrui ‘kelas kata’ dalam bahasa Jepang di antaranya termasuk jiritsugo
‘kata yang berdiri sendiri’ sedangkan sisanya yakni fuzokugo ‘kata bantu’. Kelas kata
13
yang termasuk jiritsugo yaitu meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi/i-keiyoushi ‘adjektiva-i’, keiyoudoushi/na keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi ‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’, sedangkan yang termasuk ke dalam fuzokugo yaitu joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’ (Sudjianto dan Dahidi, 2004:148-149).
2.2.2
Jodoushi Jodoushi diterjemahkan menjadi verba bantu dengan kanji yang membentuk
jodoushi yaitu jo pada jodoushi dapat dibaca tasukeru yang memilki arti bantu, membantu atau menolong. Sedangkan doushi pada jodoushi memiliki arti verba atau kata kerja (Sudjianto, 2007:118-119). Menurut Yasuo dalam Sudjianto (1985:193) jodoushi adalah salah satu kelas kata yang bersama-sama dengan partikel termasuk pada kelompok fuzokugo. Penggunaan jodoushi dapat mengalami perubahan dan dipakai setelah nomina, verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan sebagainya. 2.2.2.1 Jenis jodoushi Jodoushi menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113-133) digolongkan menjadi tujuh belas jenis yaitu: 1. Ukemi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu reru dan rareru. 2. Sieki wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi seru dan saseru. 3. Kibou/yokkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu tai/tagaru, hoshii/hoshigaru, dan ~te moraitai/~te hoshii.
14
4. Kanou wo arawasu ii kata terbagi menjadi tiga yaitu (reru)/rareru kanou doushi, koto ga dekiru, dan uru/eru. 5. Youtai wo arawasu ii kata yaitu souda. 6. Hikyou wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu youda, mitaida, dan gotoki/gotoku 7. Handan no hitsuzen teki na kiketsu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi empat yaitu nakerebanaranai/nakerebaikenai, zaru wo enai, wake ni wa ikanai, dan beki da. 8. Dantei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi delapan di antaranya yaitu da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai. 9. Kako/kanryou oyobi wo jitsugen kakutei no jitai wo arawasu ii kata yaitu ta. 10. Futei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu nai dan nu (n)/zu. 11. Ishi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu u/you, mai, dan tsumori da. 12. Denbun wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu souda, to iu koto da/to no koto da, dan ndatte. 13. Suiryou/suitei/Suisoku nado wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tujuh yaitu darou, u/you, mai, kamoshirenai, rashii, youda, dan mitaida. 14. Kanyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu u/you dan ~nai ka/~masenka.
15
15. Kankoku wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu houga ii, ~tara douka, dan koto da. 16. Kyouka/kyoyou oyobi kinshi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu ~te (mo) ii/~te (mo) kamawanai, ~te wa ikenai/~te wa naranai, dan bekarazu. 17. Irai/youkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu ~te kure ~te kurenaika ~te moraenaika, dan ~se (sase) te kure ~se (sase) te kurenaika ~se (sase) te moraenaika ~se (sase) te morau. Pada penelitian ini difokuskan pada jodoushi atau verba bantu yang termasuk jenis dantei pada point ke delapan. 2.2.2.2 Jodoushi Dantei Menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113), jodoushi dantei digunakan ketika menyatakan simpulan, kepastian atau ketetapan akan suatu pernyataan. Jodoushi dantei dibagi atas jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai. Berikut penjelasan dari ke delapan jodoushi dantei, sebagai berikut: 1. Jodoushi Dantei Da Sakata dan Kuromachi, 1993:113-114 menyatakan bahwa: 一般に文表現に用いられる場合は、叙述した事柄についての肯定的な 断定判断を表す。 Ippan-ni bun hyougen ni mochiirareru baai wa, jojutsu shita kotogara ni tsuite no koutei-tekina dantei handan wo arawasu.
16
‘Pada umumnya, situasi yang digunakan pada ungkapan kalimat menjelaskan anggapan simpulan positif suatu pengutaraan.’ Contohnya : 4) これ Kore Ini
は wa TOP
私 の watashi no saya GEN
本 hon buku
だ。 da. JD
‘Ini adalah buku saya.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei da menyatakan suatu anggapan simpulan positif mengenai suatu pengutaraan. Selain itu, jodoushi dantei da merupakan jenis verba mengenai ketetapan dan kepastian, sehingga salah satu makna yang timbul yaitu makna mengenai ketetapan atau kepastian akan suatu hal. 2. Jodoushi Dantei No Da Sakata dan Kuromachi (1993:118), menyatakan bahwa: 表現形式によって異なり、統一的な解釈を与える。場面や文脈により、 自分自身に対しては納得であったり、相手に対しては説明・説得であ ったりし、場合によっては勧告・命令の意を帯びたりなどする。 Hyougen keishiki ni yotte kotonari, touitsu-tekina kaishaku wo ataeru. Bamen ya bunmyaku ni yori, jibun jishin ni taishite wa nattoku deattari, aite ni taishite wa setsumei settoku deattari shi, baai ni yotte wa kankoku/meirei no i wo obitari nado suru. ‘Memberikan penafsiran seragam, berbeda menurut bentuk pengungkapannya. Berdasarkan keadaan, terdapat maksud perintah dan nasihat. Berdasarkan konteks dan suasananya, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan adanya persetujuan diri sendiri.’ Makino dan Tsutsui (1989:325), juga menambahkan bahwa: A sentence ending which indicates that the speaker is explaining or asking for an explanation about some information shared with the hearer, or is talking about something emotively, as if it were of common interest to the speaker and the hearer.
17
‘Akhir kalimat yang menunjukkan bahwa pembicara menjelaskan atau meminta penjelasan tentang informasi bersama dengan pendengar, atau berbicara tentang suatu emosional, seolah-olah itu kepentingan umum untuk pembicara dan pendengar.’ Contohnya : 5) 窓 Mado Jendela
が 開いている から ga aite iru kara NOM membuka karena
寒い samui dingin
のだ。 no da. JD
‘Dingin karena membuka jendela.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei no da memiliki makna memberikan penafsiran seragam, berbeda dari bentuk pengungkapannya, memberikan simpulan berdasarkan keadaan yang menyatakan maksud perintah, nasihat, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan persetujuan diri sendiri. Selain itu, jodoushi dantei no da juga memiliki makna menjelaskan atau meminta informasi seolah-olah untuk kepentingan umum. 3. Jodoushi Dantei Wake Da Sakata dan Kuromachi (1993:123), menyatakan bahwa: 文的な要素を受ける「わけだ」は事の成り行きやものの道理などから 必然的にそのような結論に達するという判断を表すのに用いる。した がって、そのような結論に至る理由付けたや推論の過程がともに述べ られることが多い。 Bun-tekina youso wo ukeru ‘wake da’ wa koto no nariyuki ya mono no douri nado kara hitsuzen-teki ni sono youna ketsuron ni tassuru to iu handan wo arawasu no ni mochiiru. Shitagatte, sono youna ketsuron ni itaru riyuu tsuketa ya suiron no katei ga tomoni noberareru koto ga ooi. ‘Unsur kalimat wake da digunakan untuk menjelaskan anggapan atau simpulan yang wajar karena kebenaran dan keadaan suatu hal. Oleh sebab itu, secara bersamaan banyak mengungkapkan proses dugaan dan pemberian alasan hingga sampai pada simpulan yang seperti itu.’
18
Makino dan Tsutsui (1989:531), juga menambahkan bahwa: The speaker’s conclusion obtained through deductive, logical judgment or calculation on the basis of what he has heard or read. ‘Simpulan pembicara diperoleh melalui deduktif, penilaian logis atau perhitungan atas dasar apa yang telah didengar atau dibaca.’ Contohnya: 6) 時差 Jisa Perbedaan waktu
が ga NOM
4時間 あるから、現地 yon-jikan arukara, genchi 4 jam karena waktu setempat
の 8時 no hachi-ji GEN jam 8
は wa TOP
日本 で Nihon de Jepang di
正午 shougo tengah hari
に なる ni naru DAT menjadi
は wa TOP
ちょうど choudo persis
わけだ。 wake da JD
‘Jam 8 di waktu setempat, karena perbedaan waktu 4 jam, tak heran di Jepang menjadi siang hari.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei wake da dalam penelitian ini memiliki makna menjelaskan simpulan secara logis dengan mengungkapkan dugaan dan alasan. 4. Jodoushi Dantei Mono Da Sakata dan Kuromachi (1993:125-126), menyatakan bahwa: 「ものだ」は、何らかの事柄をきっかけとして、あることに思い至っ たり、ある意識が心中にわいたりしたという話し手の気持を表すのに 用いられる。また、意外な事実に接して感じる驚きや、心を動かされ るようなできごとに接して発する詠嘆、過去を振り返っての壊旧の情 など、種々の心情のこめられる用法がある。 ‘Mono da’ wa, nanraka no kotogara wo kikkake to shite, aru koto ni omoi itattari, aru ishiki ga shinjyuu ni waitari shita to iu hanashite no kimochi wo arawasu no ni mochiirareru. Mata, igai na jijitsu ni sesshite kanjiru odoroki ya,
19
kokoro wo ugokasareru youna dekigoto ni sesshite hassuru eitan, kako wo furikaette no kaikyuu no jyou nado, shuju no shinjyou no komerareru youhou ga aru. ‘Mono da digunakan untuk menjelaskan perasaan pembicara yang timbul pada isi hati, sampai berpikir pada suatu hal sebagai pemicunya hal tersebut. Pada pemakaiannya juga dimasukkan bermacam-macam perasaan hati seperti nostalgia dengan melihat kembali ke masa lampau, mengeluarkan suara kagum dengan menerima peristiwa yang menyentuh perasaan, merasa terkejut dengan menerima fakta yang diluar dugaan, dan lain-lain.’ Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa: When mono indicates a reason or an excuse it is used only in very informal speech. ‘Ketika mono menunjukkan alasan atau alasan itu hanya digunakan dalam sambutan yang sangat informal.’ Contohnya : 7) たま Tama Sesekali こと koto hal
に ni DAT
は wa TOP
年寄り toshiyori orang tua
の 言う no iu GEN mengatakan
を 開く ものだ。 wo kiku mono da. AKU mendengar JD
‘Sesekali harus mendengar hal yang dikatakan orang tua.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei mono da memiliki makna menjelaskan suatu perasaan yang timbul pada isi hati hingga berpikir pada pemicu dari suatu hal yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai perasaan hati seperti nostalgia, perasaan yang menyentuh perasaan, perasaan terkejut, dan lain-lain. Selain itu jodoushi dantei mono da juga memiliki makna menunjukkan suatu alasan yang digunakan dalam bentuk informal. Oleh karena itu, makna jodoushi dantei mono da dalam penelitian ini adalah menjelaskan perasaan hati yang di dalamnya terdapat
20
perasaan nostalgia, peristiwa yang menyentuh perasaan dan perasaan terkejut dalam konteks informal. 5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai Sakata dan Kuromachi (1993:127), menyatakan bahwa: 「~にちがいない」は、必ずしも客観的な論拠は得ていなくても、あ ることを事実だと判断し、それを確言する意を表すのに用いられる。 ‘~Ni chigainai’ wa, kanarazushimo kakkantekina ronkyo wa ete inakute mo, aru koto wo jijitsu da to handan shi, sore wo kakugen suru i wo arawasu no ni mochiirareru. ‘Pola ~ni chigainai meskipun tidak selalu memperoleh suatu dasar argumen secara objektif, namun digunakan untuk menjelaskan maksud secara yakin dan anggapan mengenai suatu kenyataan.’ Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa: The speaker is convinced that there is no mistake on his part in guessing something. ‘Pembicara yakin bahwa tidak ada kesalahan dalam menebak sesuatu.’ Contohnya: 8) あの 件 について は、 彼女 Ano ken ni tsuite wa, kanojyo Itu peristiwa mengenai TOP dia うそをついている にちがいない。 uso wo tsuite iru ni chigainai. melakukan kebohongan JD
が ga NOM
‘Tidak diragukan lagi mengenai peristiwa itu, dia berbohong.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni chigainai memiliki makna menyatakan suatu dasar argumen yang diperoleh secara objektif/umum. Selain itu, jodoushi dantei ~ni chigainai dapat digunakan ketika menjelaskan simpulan secara yakin mengenai suatu kenyataan.
21
6. Jodoushi Dantei Hazu Da Sakata dan Kuromachi (1993:129), menyatakan bahwa: 「はずだ」は、何らかの根拠に基づいて、あることの実現が当然のこ ととしてとらえられる事態だ、あるいは、ある事柄がどんな点から見 ても事実だと推論した結果を表すのに用いられる。 ‘Hazu da’ wa, nanraka no konkyo ni motozuite, aru koto no jitsugen ga touzen no koto to shite toraerareru jitai da, aruiwa, aru kotogara ga donna ten kara mite mo jijitsu da to suiron shita kekka wo arawasu no ni mochiirareru. ‘Hazu da digunakan untuk menunjukkan hasil dari fakta dugaan yang dilihat dari bagaimana titik suatu hal atau kondisi yang ditangkap sebagai hal sewajarnya berdasarkan suatu alasan.’ Makino dan Tsutsui (1989: 133), juga menambahkan bahwa: A dependent noun which expresses the speaker’s expectation that something will take place or took place or that someone or something is or was in some state. ‘Kata benda yang menyatakan harapan pembicara bahwa sesuatu akan terjadi atau berlangsung atau bahwa seseorang atau sesuatu berada di beberapa situasi/keadaan.’ Contohnya: 9) この Kono Ini わかる wakaru mengerti
程度 の こと teido no koto taraf GEN hal はずだ。 hazu da. JD
は、 wa, TOP
子供 kodomo anak-anak
に だって ni datte DAT juga
‘Mengenai taraf ini, anak-anak juga seharusnya mengerti.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei hazu da memiliki makna menunjukkan hasil dari fakta dugaan berdasarkan suatu alasan dan makna menyatakan harapan pembicara bahwa akan terjadi atau berlangsungnya sesuatu.
22
7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai Sakata dan Kuromachi (1993:132), menyatakan bahwa: 「~にほかならない」は原因や理由が何であるか、あるいは、それか ら必然的にどんな結論が導き出されるかなどについての判断を表す。 ‘~Ni hokanaranai’ wa genin ya riyuu ga nan dearu ka, aruiwa, sorekara hitsuzen-teki ni donna ketsuron ga michibiki dasareru ka nado ni tsuite no handan wo arawasu. ‘Pola ~ni hokanaranai digunakan ketika menjelaskan anggapan mengenai asal simpulan yang bagaimana atau apa, sehingga menjadi sebab dan alasan.’ Makino dan Tsutsui (1995:245), juga menambahkan bahwa: A phrase that is used to indicate that an action / state mentioned in the topic phrase or clause is nothing but something. ‘Sebuah frase yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah aksi/ situasi/keadaan yang disebutkan dalam kalimat topik atau klausa hanyalah sesuatu.’ Contohnya: 10) 彼 Kare Dia の no GEN
の no GEN 努力 doryoku usaha
今日 の 成功 は kyou no seikou wa hari ini GEN keberhasilan TOP の たまもの no tama mono GEN hasil
長年 naganen banyak tahun
にほかならない。 ni hokanaranai. JD
‘Keberhasilan dia hari ini hanya menjadi hasil usahanya dalam banyak tahun.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki makna menjelaskan simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Selain itu, penggunaannya juga dapat menunjukkan sebuah tindakan/keadaan yang disebutkan dalam topik tidak lain hanyalah sesuatu.
23
8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai Sakata dan Kuromachi (1993:133), menyatakan bahwa: 「~にすぎない」は、「その程度・範囲を出ない」と言う意で、「特 に問題にするほどのことはない」とか「たいしたことはない」「決し て十分な、また、満足できるものではない」などという気持をこめて、 事態をそうとらえるという判断を表す。 ‘~Ni suginai’ wa, ‘sono teido hani wo denai’ to iu i de, ‘tokuni mondai ni suru hodo no koto wa nai’ toka ‘taishita koto wa nai’, ‘kesshite jyuubun na, mata, manzoku dekiru mono dewanai’ nado to iu kimochi wo komete, jitai wo sou toraeru to iu handan wo arawasu. ‘Pola ~ni suginai digunakan ketika menunjukkan simpulan yang ditangkap dari suatu anggapan, dengan memasukkan perasaan seperti ‘tidak pernah cukup selanjutnya tidak dapat puas hati’, ‘tidak seberapa’, ‘khususnya tidak cukup untuk masalah’ dengan maksud yang dikatakan ‘tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan itu.’ Makino dan Tsutsui (1995:271), juga menambahkan bahwa: Something or someone is nothing more than what is stated in terms of amount, degree, status, significance, etc. ‘Sesuatu atau seseorang tidak lebih dari apa yang dinyatakan dalam hal jumlah, derajat, status, signifikansi, dan lain-lain.’ Contohnya: 11) 近い Chikai Dekat の no GEN
うちに uchi ni dalam waktu は 単なる wa tannaru TOP belaka
大地震 oojishin gempa bumi 推測 suisoku dugaan
が 起きる という ga okiru to iu NOM terjadi dikatakan にすぎない。 ni suginai. JD
‘Tidak lebih dari dugaan belaka bahwa gempa bumi yang besar akan terjadi dalam waktu dekat.’ Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni suginai memiliki makna menyatakan simpulan yang tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan dan menyatakan sesuatu/seseorang tidak lebih dari jumlah, derajat, dan status.
24
2.2.2.3 Konstruksi Jodoushi Dantei Dalam segi kategori sintaksis atau yang disebut dengan kelas kata, hubungan gramatikal antar-kata dalam kalimat terdapat nomina, verba, adjektiva, adverbial, adposisi, dan lain sebagainya (Verhaar, 2012:170). Selain itu, dalam membentuk sebuah kalimat terdapat juga pembentukkan atau konstruksi di dalamnya. Konstruksi menurut Makino dan Tsutsui (1989), menyatakan bahwa: 1. Jodoushi Dantei Da Makino dan Tsutsui (1989:18) menyatakan pembentukan dari verba bantu da yaitu: a. X wa Y + da Contoh: 12) 田中さん Tanaka-san Saudara Tanaka
は wa TOP
学生 gakusei mahasiswa
だ・です。 da/desu. JD
‘Tanaka adalah seorang mahasiswa.’
b. Subjek + adjektiva (i/na) bentuk biasa + da Contoh: 13) 山川さん Yamakawa-san Saudara Yamakawa ‘Saudara Yamakawa sehat.’ c. X wa Y ga~ + da
は wa TOP
元気 genki sehat
だ。 da. JD
25
Contoh: 14) 本田さん Honda-san Saudara Honda
は wa TOP
テニス tenisu tenis
が 上手 ga jyouzu NOM pandai
だ。 da. JD
‘Saudara Honda pandai bermain tenis.’ Dalam hal ini, X berarti pernyataan/argumen pertama yang diakhiri dengan kategori nomina dan Y berarti pernyataan/argumen kedua yang diakhiri dengan kategori nomina. 2. Jodoushi Dantei No Da Makino dan Tsutsui (1989:325-326) menyatakan pembentukan dari verba bantu no da yaitu: a. Verba bentuk biasa + no da Contoh: 15) 日本語 Nihon go Bahasa Jepang
を 勉強している wo benkyoushite iru AKU belajar
のだ。 no da. JD
‘Kenyataannya (saya) sedang belajar bahasa Jepang.’ b. Adjektiva (i) bentuk biasa + no da Contoh: 16) あの Ano Itu
ビール biiru bangunan
は wa TOP
高かった takakatta tinggi
‘Kenyataannya bangunan itu tinggi.’ c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + no da
のだ。 no da. JD
26
Contoh: 17) 私 Watashi Saya
は wa TOP
まだ mada masih
十七な juushichi na 17 tahun
のです。 no desu. JD
‘Alasannya saya masih berusia 17 tahun.’ 3. Jodoushi Dantei ~Wake Da Makino dan Tsutsui (1989:532) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~wake da yaitu: a. Verba bentuk biasa + wake da Contoh: 18) A: 毎日 Mainichi Setiap hari
三時間 san-jikan tiga jam
勉強している benkyou shite iru belajar
も mo juga
日本語 を nihongo wo bahasa Jepang AKU
ん ですか。 n desu ka. NOM KOP
‘Apakah (anda) juga telah belajar bahasa Jepang tiga jam setiap hari ?’ B: よく 出来る Yoku dekiru Dengan baik bisa
わけです wake desu JD
ね。 ne. SHU
‘Tak heran (anda) bisa dengan baik ya.’ b. Adjektiva (i) + wake da Contoh: 19) 昨日 Kinou Kemarin
は wa TOP
三時間 san-jikan tiga jam
しか shika hanya
寝ていない。 nete inai. tidur
27
道理 douri alasan
で de KOP
眠い nemui mengantuk
わけだ。 wake da. JD
‘Kemarin tidur hanya tiga jam. Tidak heran alasannya saya mengantuk.’ c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + wake da Contoh: 20) スミスさん Sumisu-san Saudara Smith を した wo shita AKU melakukan
は wa TOP
十年間 も jyuu nenkan mo sepuluh tahun PAR
の no NOM
だから dakara karena
テニス tenisu tenis
上手な jyouzu-na pandai
わけだ。 wake da. JD
‘Karena saudara Smith telah bermain tenis selama sepuluh tahun, tidak heran (dia) pandai.’ d. Nomina {to iu/datta} + wake da Contoh: 21) A : 山田さん は Yamada-san wa Saudara Yamada TOP こと koto hal
は wa TOP
英語 eigo bahasa Inggris
なんでも nande mo segala sesuatu
の no GEN
しっています。 shitte imasu. mengetahui
‘Saudara Yamada tahu segala sesuatu tentang bahasa Inggris.’ B : 生き字引 Ikijibiki Kamus hidup
という to iu dikatakan
わけですか。 wake desu ka. JD
‘Sehingga itu berarti (ia) dikatakan kamus hidup?’
28
4. Jodoushi Dantei Mono Da Makino dan Tsutsui (1989:258-259) menyatakan pembentukan dari verba bantu mono da yaitu: a. Verba bentuk biasa + mono da Contoh: 22) 昔 Mukashi Dahulu
は wa TOP
よく 映画 yoku eiga sering film
を 見た wo mita AKU menonton
ものだ。 mono da. JD
‘Karena dahulu sering menonton film.’ b. Verba bentuk masu tai + mono da Contoh: 23) こんな いい うち に Konna ii uchi ni Seperti ini bagus rumah di
一度 ichido sekali lagi
住んで見たい sunde mitai ingin tinggal
ものだ。 mono da. JD ‘Bagaimana mungkin ingin tinggal sekali lagi di rumah bagus seperti ini.’ c. Adjektiva (i/ na) bentuk biasa + mono (da) Contoh: 24) A : どうして Doushite
行かない ikanai
の? no ?
‘Mengapa tidak datang ?’ B : だって、 Datte, KOP
忙しい isogashii sibuk
もの。 mono. JD
29
‘Karena saya sibuk.’ 5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai Makino dan Tsutsui (1989:305) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~ni chigainai yaitu: a. Verba bentuk biasa + ni chigainai Contoh: 25) 二人 Futari Kedua orang 楽しく tanoshiku menikmati
は wa TOP
今頃 imagoro sekarang
泳いでいる oyoide iru berenang
ハワイ Hawai Hawaii
で de LOK
にちがいない。 ni chigainai. JD
‘Tidak diragukan lagi kedua orang itu sekarang sedang menikmati berenang di Hawaii.’ b. Adjektiva (i) bentuk biasa + ni chigainai Contoh: 26) 山口さん Yamaguchi-san Saudara Yamaguchi
は wa TOP
頭がいい atama ga ii pintar
にちがいない ni chigainai. JD
‘Tidak ada keraguan bahwa saudara Yamaguchi pintar.’ c. Adjektiva (na) stem nomina { ᴓ /datta} + ni chigainai Contoh: 27) 一人 Hitori Sendiri
で de KOP
外国 gaikoku luar negeri
へ e ke
行く iku pergi
の no NOM
30
は 大変 wa taihen TOP sulit
にちがいない。 ni chigainai. JD
‘Tidak diragukan lagi pergi ke luar negeri sendiri menyulitkan.’ d. Nomina + ni chigainai Contoh: 28) あれ Are Itu
は wa TOP
トンプソンさん Tonpuson-san Saudara Thompson
にちがいない。 ni chigainai. JD
‘Tidak diragukan lagi itu pasti Saudara Thompson.’ 6. Jodoushi Dantei Hazu Da Makino dan Tsutsui (1989:133-134) menyatakan pembentukan dari verba bantu hazu da yaitu: a. Verba bentuk biasa + hazu da Contoh: 29) 大野先生 は サンドロ Oono sensei wa Sandoro Profesor Ono TOP Sandra
を 知っている はずだ。 wo shitte iru hazu da. AKU tahu JD
‘Profesor Ono seharusnya tahu Sandra.’ b. Adjektiva (i) bentuk biasa + hazu da Contoh: 30) あの Ano Itu
本 hon buku
は wa TOP
高かった takakatta mahal
‘Buku itu seharusnya mahal.’ c. Adjektiva (na) stem na/datta + hazu da
はずだ。 hazu da. JD
31
Contoh: 31) その Sono Itu
アパート apaato apartemen
は wa TOP
きれいな kirei na bersih
はずだ。 hazu da. JD
‘Apartemen itu seharusnya bersih.’ d. Nomina no/datta + hazu da Contoh: 32) カールソンさん Kaaruson san Saudara Carlson
は wa TOP
昔 先生 だった はずだ。 mukashi sensei datta hazu da. dulu guru KOP JD
‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’ 7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ni hokanaranai yaitu: a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai Contoh: 33) (彼 の (Kare no Dia GEN
話 は) 冗談 にほかならない。 hanashi wa) jyoudan ni hokanaranai. pembicaraan TOP bergurau JD
‘Pembicaraan dia hanya menjadi gurauan.’ b. ~no wa~ kara + ni hokanaranai Contoh: 34) 働く Hataraku Bekerja
の は no wa NOM TOP
お金 okane uang
が ga NOM
欲しい hoshii ingin
32
から kara NOM
にほかならない。 ni hokanaranai. JD
‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’ c. ~wa~koto + ni hokanaranai Contoh: 35) 読書 Dokusho Membaca こと koto NOM
は wa TOP
著者 chosha penulis
と to dengan
対話する taiwa suru dialog
にほかならない。 ni hokanaranai. JD
‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’ 8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~ ni suginai yaitu: a. Nomina + ni suginai Contoh: 36) 彼 は 私 の ボーイフレンド Kare wa watashi no bouifurendo Dia TOP saya GEN pacar 一人 hitori seorang
にすぎない。 ni suginai. JD
‘Dia tidak lebih dari seorang pacar saya.’ b. Number/counter + ni suginai
の no GEN
33
Contoh: 37) これ Kore Ini の no GEN
は 数 ある wa suu aru TOP jumlah ada 一例 ichirei sebuah contoh
中 naka dalam
の ほん no hon GEN buku
にすぎない。 ni suginai. JD
‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada dalam buku.’ c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai Contoh: 38) 彼 Kare Dia
は (ただ) 人 の 意見 wa (tada) hito no iken TOP hanya orang GEN pendapat
受け売りしている ukeuri shite iru membeo
(だけ) (dake) hanya
を wo AKU
にすぎな い。 ni suginai. JD
‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’ Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei juga
memiliki
makna
mengenai
ketetapan
atau
kepastian.
Pada
konsep
Sakata&Kuromachi (1993), tidak dijelaskan tambahan makna selain makna simpulan.
34
2.3
Kerangka Teori Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang
terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu: 2.3.1
Sintaksis Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi
berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina, preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai konstruksi jodoushi dantei.
35
2.3.2
Semantik Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna
jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba. Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna nonreferensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini, menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui (1989&1995). Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya.
36
Contoh: 39) Adik jatuh dari sepeda 40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu 41) Dia jatuh cinta pada adikku 42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari penggunaan kata tersebut.