BAB II KAJIAN PUSTAKA Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam kajian pustaka ini meliputi beberapa hal, antara lain adalah: kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Adapun ketiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: A. Kajian Teori 1.
Hakikat Tingkat Keterampilan Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “tingkat” dapat diartikan sebagai pangkat, derajat, jenjang atau kelas. Sedangkan “keterampilan” berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Maka, tingkat keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan atau kemampuan seseorang yang dikelompokkan pada suatu pangkat, derajat, jenjang atau kelas tertentu. Tingkat keterampilan setiap orang dalam setiap hal pasti akan berbeda-beda., sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat keterampilan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan orang tersebut dalam menyelesaikan suatu tugas. Keterampilan juga dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran. Penguasaaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana seorang mengembangkan seperangkat respon ke dalam suatu pola gerak terkoordinasi, teroganisir, dan terintegrasi. Sebagai indikator dari tingkat kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pencapai
6
suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seorang mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Menurut Amung Ma’mun dan Yudha (2000: 58) untuk memperoleh tingkat keterampilan diperlukan pengetahuan yang mendasar tentang bagaimana keterampilan tertentu bisa dihasilkan atau diperoleh serta faktor– faktor apa saja yang berperan dalam mendorong penguasaan keterampilan. Pada intinya bahwa suatu keterampilan itu baru dapat dikuasai atau diperoleh apabila dipelajari atau dilatihkan dengan persyaratan tertentu, satu diantaranya adalah kegiatan pembelajaran atau latihan keterampilan tersebut dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang memadai. Lebih lanjut Sage dalam Muhamad Muhsin (2008: 10) menyatakan bahwa sebagai pendekatan telah dikembangkan untuk menggolongkan keterampilan gerak. Setiap system penggolongan didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak yang dikaitkan dengan aspek – apek spesifik dari keterampilan tersebut. Setidaknya ada empat kategori yang dapat mewakili penggolongan keterampilan gerak, yaitu: berdasarkan keterlibatan tubuh dalam melakukan gerak, berdasarkan stabilitas nasional lingkungan, berdasarkan saat dimulai dan saat berakhirnya gerakan dilakukan dan berdasarkan ketepatan gerakan. Dengan demikian maka terdapat beberapa jenis keterampilan yang digolongkan berdasarkan beberapa aspek yang terdapat dalam diri manusia itu. Menurut Hottinger dalam Muhamad Muhsin (2008: 10) keterampilan gerak sering diklasifikasikan berdasarkan faktor – faktor genetik dan lingkungan yang dibagi menjadi 2, yaitu: keterampilan phylogenetic, yang
7
muncul dengan sendirinya atau secara genetic, sebagai hasil dari proses bertambahnya usia, keterampilan ontogenetic, merupakan keterampilan yang dihasilkan berdasarkan pengalaman. Berdasarkan uraian diatas seseorang yang memiliki keterampilan phylogenetic lebih mudah menguasai keterampilan – keterampilan olahraga bila bandingkan dengan keterampilan ontogenetic, akan tetapi pada hakikatnya keterampilan – keterampilan olahraga merupakan keterampilan ontogenetic. Meskipun ontogenetic merupakan hasil dari pengaruh lingkungan, penguasaan keterampilan tetap tergantung pada kesiapan dan kematangan individu. Menurut Cratty dalam Muhamad Muhsin (2008:11) bahwa berdasarkan keterlibatan tubuh dalam pola gerak, keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu: keterampilan gerak kasar (gross motor skill), dan keterampilan gerak halus (fine motor skill), kedua keterampilan tersebut berada dalam sebuah komunitas, dari halus ke kasar, berdasarkan ukuran besar kecilnya otot yang terlibat, jumlah tenaga yang dikeluarkan atau lebar ruang yang dipakai untuk melakukan gerakan. Sebagai contoh keterampilan gerak kasar adalah kegiatan yang melibatkan keseluruhan gerak tubuh dan gerak seluruh anggota badan seperti berjalan, berlari, berenang, melompat, dan meloncat termasuk keterampilan gerak kasar. Sedangkan keterampilan gerak halus menggunakan otot – otot kecil seperti jari – jari, tangan, lengan, yang melibatkan koordinasi mata tangan seperti menjahit, mengetik, dan menulis. Sedangkan
menurut
Sudrajat
Prawirasaputra
(2000:
19-21),
keterampilan dasar secra umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
8
keterampilan lokomotor, keterampilan nonlokomotor, dan keterampilan manipulative.
Keterampilan
lokomotor
adalah
keterampilan
untuk
menggerakkan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, contohnya adalah seperti jalan, lari, lompat dan loncat. Keterampilan dasar yang dominan dalam jenis lokomotor ini harus didukung oleh kekuatan dan kecepatan, bahkan juga power seperti untuk gerakan melompat. Keterampilan nonlokomotor adalah jenis keterampilan yang dilakukan dengan menggerakkan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang tumpuan atau tangan tetap berpegang pada pegangan, contohnya adalah berdiri tegak dengan salah satu kaki diangkat, keterampilan ini termasuk keterampilan keseimbangan (balance). Sedangkan keterampilan manipulative adalah keterampilan menggunakan anggota badan, tangan atau kaki untuk mengontrol bola, contohnya menyepak bola dengan kaki. Menurut Amung Ma’ mun dan Yudha (2000: 70), pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: faktor proses belajar mengajar, faktor pribadi dan situsional (lingkungan). Faktor proses belajar (learning proses). Dalam pembelajaran gerak, proses belajar yang harus diciptakan adalah dilakukan berdasarkan tahapan–tahapan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenaranya serta dipilih berdasarkan nilai manfaatnya. Faktor pribadi (personal factor), setiap orang merupakan individu yang berbeda–beda baik fisik, mental, maupun kemampuannya. Faktor situsional
9
(situsional factors) yang termasuk ke dalam faktor situsional itu antara lain, tipe tugas yang diberikan, peralatan yang digunakan termasuk median belajar, serta kondisi sekitar di mana pembelajaran itu dilangsungkan. Berdasar dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa keterampilan diartikan sebagai kemampuan atau kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan yang didapat melalui proses belajar. Dimana, dalam melaksanakan sebuah pelatihan atau pembelajaran harus secara terus menerus dan berpedoman pada prosedur latihan yang tepat. 2.
Hakikat Keterampilan Bermain Sepaktakraw Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 15) untuk dapat bermain sepaktakraw yang baik haruslah seseorang mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik pula. Kemampuan dan keterampilan yang dimaksud adalah menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki, memainkan bola dengan kepala, memainkan bola dengan dada, memainkan bola dengan paha, memainksn bola dengan bahu. Namun tidak berarti bahwa prestasi sepaktakraw hanya ditentukan oleh teknik dasar yang baik saja. Factorfaktor lainpun masih banyak lagi yang dapat menunjang peningkatan prestasi sepaktakraw tersebut Charsian Anwar ( 1999: 4). Sejalan dengan hal tersebut, Muhmad Suhud dalam Muhamad Muhsin (2008: 19) menyatakan bahwa dalam usaha menguasai dan meningkatkan penguasaan teknik keterampilan bermain sepaktakraw yang dimiliki, maka latihan harus dilakukan secara sistematis teratur dan metodis. Untuk bermain sepaktakraw yang baik dituntut untuk
10
mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar dalam bermain sepaktakaw (PB Persetasi dalam Muhamad Muhsin, 2008: 20). Berdasar beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, disamping harus memiliki kemampuan dasar dan kondisi fisik yang baik, juga harus memiliki keterampilan, teknik dasar dan kondisi fisik yang baik, juga harus memiliki keterampilan, teknik dan taktik yang baik. Penelitian ini secara khusus ditekankan pada penguasaan teknik dasar dalam bermain sepaktakraw. Menurut Ratinus Darwin dalam Muhamad Muhsin (2008: 20), teknik – teknik dasar permainan sepaktakraw adalah : sepakan / menyepak, meliputi : sepaksila, sepakkuda, sepakcungkil, menapak, dan sepakbadek / sepaksimpuh: main kepala (heading) meliputi : dahi, samping kanan kepala, samping kiri kepala, belakang kepala : mendada, memaha dan membahu. Menurut Muhamad Suhud dalam Muhamad Muhsin (2008: 20), teknik sepaktakaw meliputi: sepakan yaitu : sepakkuda, sepaksila dan sepaksamping: menahan yaitu menahan dengan paha, dan menahan dengan dada, smash yaitu dengan sundulan kepala (heading) dan sepakan kaki. Menurut Ratinus Darwis dalam Muhamad Muhsin (2008: 20), bahwa teknik dasar bermain sepaktakraw adalah: sepakan, memainkan bola dengan kepala, mendada, memaha, membahu, sedangkan teknik khusus meliputi : sepakmula, menerima sepakmula, mengumpan, smesh dan blok. Menurut PB Persetasi dalam Muhamad Muhsin (2008: 21), teknik dasar permainan
11
sepaktakraw meliputi: sepakan; macam sepakan: sepaksila, sepakkura, sepakcungkil, sepaktapak, sepakbadek; sepakmula (service); block (menahan); heading (menyundul bola); memaha; mendada; dan smesh, macam smesh : smesh gulung, smesh kedeng, smesh gunting, smesh lurus, dan smesh telapak kaki. Menurut Sudrjat Prawirasaputra (2000: 24), teknik dasar bermain sepaktakraw yaitu: sepaksila, sepakkuda, sepakbadek, sepakcungkil, heading, memaha, mendada, menapak, sepakmula ( service ), smesh,dan blocking. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsurunsur teknik dasar memainkan bola takraw adalah : teknik menyepak, teknik memainkan dengan kepala, yakni mendada atau memainkan bola dengan bahu. Meskipun banyak ragamnya tetapi teknik dasar yang terutama harus dikuasai dalam bermain sepaktakraw. Maka dari itu peneliti hanya menentukan faktor– faktor yang dominan dalam permainan sepaktakraw, yaitu meliputi : sepakan atau menyepak, ini sangat penting karena sepakan atau menyepak dapat dikatakan sebagai ibu dari permainan sepaktakraw karena bola banyak dimainkan dengan menggunakan kaki atau sepakan, mulai dari permulaan sampai membuat point dapat dikatakan menggunakan kaki, di samping heading yang merupakan salah satu teknik dasar yang sering digunakan untuk membuat point . Berdasar dari uraian teknik sepaktakraw di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk bermain sepaktakraw dengan baik, terdapat beberapa unsure taknik
yang
harus
dikuasai.
Teknik-teknik
tersebut
adalah
teknik
sepakan/menyepak meliputi; sepak mula, sepak sila, sepak kuda, teknik
12
heading dan teknik smash. Adapun beberapa teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Sepak Mula Servis atau sepak mula merupakan awal dari permainan sepaktakraw. Sepak mula dilakukan oleh tekong pada lingkaran sepak mula kearah lapangan lawan setelah apit melambungkan bola. Sepak mula merupakan suatu hal yang penting karena point atau angka dapat diperoleh oleh regu yang melakukannya. Oleh karena itu, tekong hendaknya dapat melakukan sepak mula yang baik dan dapat mencari sasaran yang lemah dan sukar untuk menerima atau mengontrolnya. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 62) teknik sepak mula meliputi: berdiri ditempat (lingkaran) servis), satu kaki didalam lingkaran dan satu kaki diluar lingkaran, tangan kiri (jika tekong menyepak dengan kaki kanan) menunjukkan jalannya bola yang akan dilambungkan oleh apit sesuai dengan permintaan tekong, sebaiknya bola ditendang ketika ketinggiannya kurang lebih setengah lutut, setelah bola disepak, badan digerakkan mengikuti lanjutan gerakan kaki sepak untuk menjaga keseimbangan. Selanjutnya, Sudrajat Prawira Saputra (2000: 34) mengemukakan bahwa gerakan dalam melakukan sepak mula adalah sebagai berikut: tekong berdiri pada kedua kaki menghadap pada pelambung bola, lingkaran yang berada dilapangan sebagai tempat tekong melakukan sepak mula, satu kaki boleh berada diluar lingkaran, tapi satu kaki lagi tidak
13
boleh menginjak apalagi keluar lingkaran ketika tekong melakukan sepak mula, setelah bola melewati net/jarring menyentuh atau tidak maka tekong boleh keluar dari lingkaran tersebut, berbagai cara dapat dilakukan tekong pada waktu melakukan sepak mula, fungsi sepak mula adalah sebagai awal dari permainan. Berdasar dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sepak mula merupakan sepakan awal yang dilakukan oleh tekong kedaerah lapangan lawan sebagai cara untuk memulai permainan. Teknik yang perlu dikuasai dalam keterampilan sepak mula yaitu sikap permulaan servis dan saat perkenaan bola. b.
Sepak Sila Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 16) sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepek sila dapat digunakan untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan antaran bola dan menyelamatkan dari serangan lawan. Fungsi sepak sila menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 26) meliputi: sebagai sepakan sajian awal (servis) atau sepak mula, untuk menerima smash dan langsung dilambungkan dan diarahkan kepada apit kiri atau apit kanan, untuk menyuguhkan umpan kepada smasher. Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 24) teknik dasar sepak sila dilakukan dengan cara: berdiri pada kedua kaki menghadap kearah datangnya bola, berdiri pada satu kaki, kaki kiri atau kaki kanan, bila berdiri pada kaki kiri, maka kaki kanan ditarik keatas dan telapak kakinya
14
menghadap lutut kaki kiri kemudian diturunkan setinggi mata kaki, kaki kiri ditarik lagi keatas sampai setinggi lutut secara berulang-ulang, pemain berdiri pada dua kaki, kaki kiri di depan kaki kanan, berat badan bertumpu pada kaki kiri dan menghadap pelambung bola. Menurut Muhammad Suhud (1989: 13) cara melakukan sepak sila adalah: kaki sepak ditempatkan pada posisi melipat, perkenaan bola berada diantara kedua paha setinggi lutut, kaki tumpu agak ditekuk, badan agak membungkuk, bola sepak berada dibawah mata kaki, kaki dibakukan. Berdasar dari uraian diatas, bahwa sepak sila merupakan gerakan menyepak dengan menggunakan kaki bagian dalam guna melambungkan bola kearah lawan. Keterampilan yang perlu dikuasai adalah sikap tubuh sebelum malakukan sepakan, gerakkan kaki mulai dari mengangkat kaki, gerakan saat menyepak, dan gerakan saat kaki sepak kembali ke posisi semula. c.
Sepak Kuda Sepak kuda adalah sepakan atau menyepak dengan menggunakan kura kaki atau punggung kaki. Sepak kuda atau sepak kura digunakan untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan kencang atau keras, menyelamatkan dari serangan lawan dan mempertahankan diri dari serangan lawan, memainkan bola dan menguasai bola dalam usaha menyelamatkan bola. ( Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, 1992: 22) Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 22-23), teknik atau cara melakukan sepak kuda adalah: berdiri dengan kedua kaki terbuka
15
selebar bahu, lutut kaki sepak dibengkokkan sedikit sambil ujung jari mengarah ke tanah/lantai, kaki tendang diangkat ke arah bola yang datang di bawah lutut, bola disentuh pada bagian bawahnya dengan bagian atas kaki (punggung kaki), mata melihat kearah bola datang, badan dibungkukkan sedikit, kaki tumpu ditekuk, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan, bola disepak ke atas setinggi kepala. Sikap dasar dan gerakan dalam melakukan sepak kuda adalah: pemain berdiri pada kedua kaki menghadap datangnya bola, kedatangan bola disambut oleh ayunan kaki kanan dan bola memantul setelah menyentuh arah punggung kaki kanan tersebut dan pandangan mata difokuskan pada arah bola, gerakan tersebut dilakukan dengan konsentrasi pikiran ditujukan kepada kawan regunya atau kearah daerah lawan melalui atas net (jarring), fungsi sepak kuda adalah sebagai sepakan smash yaitu dengan cara melakukan gulingan badan (seperti salto) dan sentakan kaki pada waktu melakuka sepakan. (Sudrajat Prawirasaputra, 2000: 26) Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik sepak kuda sama halnya dengan teknik sepak sila. Perbedaannya, hanya perkenaan bola. Pada teknik sepak kuda, menggunakan punggung kaki. Selain itu, teknik sepak kuda juga dapat dilakukan oleh seorang pemain untuk melakukan smash.
16
d.
Heading Heading memainkan bola dengan kepala. Bola dipukul dengan bagian kepala misalnya dengan dahi, samping kanan kepala, samping kiri kepala dan kebagian belakang kepala. (Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, 1992: 37) Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 29-30) sikap dasar dalam melakukan heading adalah: berdiri pada kedua kaki menghadap kedatangan bola, heading biasa dilakukan dengan dahi samping kanan/kiri kepala dan belakang kepala, bola datang setinggi kepala, maka kepala menyambutnya dengan suatu gerakan kaki atau dan kepla guna membantu tenaga pantulan atau arah yang diperlukan, bola berkecepatan tinggi cukup disambut dengan kepala dan mengarahkannya, benturan bola pada kepala cukup keras, sehingga si pemain harus memprhitungkan akan risiko yang akan dirasakannya, fungsi heading ini sebagai alat pembendung (blocking) atau smash juga digunakan sebagai umpan. Berdasar paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa heading merupakan keterampilan teknik memainkan bola dengan menggunakan bagian kepala (bagian depan/belakang dan samping kanan/kiri) ke arah yang diinginkan oleh pemain, baik digunakan untuk umpan, blocking ataupun smash.
e.
Smash Smash atau rejam (istilah Malaysia) adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerakan terakhir dari gerakan kerja serangan.
17
(Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, 1992: 69). Menurutnya, ada beberapa teknik dalam melakukan gerakan smash yaitu: perhatian dipusatkan kepada bola, jangan ragu-ragu untuk melakukan smash, ambilah keputusan yang tepat, tentukan kemana smash akan diarahkan, melompat dengan ketinggian secukupnya sesuai dengan keperluannya bila perlu lebih tinggi lagi agar hasilnya sempurna, memukul bola dilakukan saat lompatan tertinggi, waktu smash net/jaring jangan sampai tersentuh, mata diarahkan ke bola. Sedangkan menurut Muhammad Suhud (1989: 22-23) teknik dasar dalam melakukan smash meliputi: bola berada di atas net, sepakan punggung kaki sambil menggulung badan, saat bagian tubuh (kaki, kepala) mengenai bola maka kaki harus dihentakkan, bola harus dikejar, waktunya harus tepat, gerakan tubuh harus cepat, gerakan kaki, kepala sebagai alat smash harus sesuai dengan arah dan tujuan smash, lihat keadaan bola (tinggi, rendah dan jalannya bola), atur posisi tubuh ketika akan melakukan smash, sesudah menginjak tanah lagi maka pemain harus segera pindah ke posisinya yang baru dilapangan. Berdasar paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa smash merupakan gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak terakhir dari gerakan kerja serangan. Kegagalan dalam melakukan smash ke daerah lawan maka akan memberi peluang bagi pihak lawan untuk memberikan serangan balik. Namun sebaliknya, keberhasilan dalam melakukan smash maka akan menghasilkan angka atau nilai.
18
3.
Hakikat Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakurikuler maupun kokurikuler, termasuk pada waktu jam sekolah tetapi tidak ada pelajaran (misalkan setelah ulangan umum, ebtanas, menghadapi kenaikan kelas) ; dapat pula pada waktu libur. (Depdikbud, 1988: 9). Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat dan minat. Yudha M. Saputra (1998: 9) berpendapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran sekolah, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antara mata pelajaran, menyalurkan minat dan bakat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai. Terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang dilaksanakan di sekolah yaitu ekstrakurikuler olahraga antara lain: sepak bola, bola voli dan sepaktakraw. Disamping ekstrakurikuler olahraga terdapat ekstrakurikuler pramuka, dan masih banyak lagi kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan disekolah. Dari beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan yang hampir sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan siswa mengingat terbatasnya jam pelajaran yang disediakan sokolah untuk program ekstrakurikuler. Berdasarkan
urain
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilaksanakan di
19
sekolah maupun diluar sekolah yang bertujuan untuk menambahkan wawasan dan keterampilan siswa sesuai dengan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa. 4.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas Atas Anak usia sekolah dasar umur 10-12 tahun meriupakan individu yang sangat aktif dalam melakukan aktivitas fisik dan mengisi waktu luangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Phil Yanuar yang dikutip oleh Nur Hadi Santoso (1999: 26) menyatakan bahwa mereka tidak bisa tinggal diam dan selalu bergerak hampir setiap stimulus atau rangsangan yang datang dari sekelilingnya selalu dijawab dengan gerakan. Mereka selalu ingin mengetahui dan mencoba sesuatu yang dilihatnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan.
Namun
menggambarkan
untuk
pertumbuhan
lebih dan
mudah
membahasnya
perkembangan
tahap
para
pakar
demi
tahap.
(Annarino, 1980 dan Cowell, 1995) yang dikutip oleh Sukintaka (1992:42-43) Siswa kelas IV, V, VI kira-kira berumur 10-12 tahun mempunyai katakteristik sebagai berikut: Karakter jasmani siswa kelas IV umur 10 tahun : a. b. c. d. e. f. g.
Perbaikan koordinasi dalam ketrampilan gerak. Daya tahan berkembang. Pertumbuhan tetap. Koordinasi mata dan tangan baik. Sikap tubuh yang kurang baik mungkin diperlihatkan. Perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar. Secara fisiologis putrid pada umumnya mencapai kematangan lebih dahulu daripada anak laki-laki. h. Gigi tetap, mulai tumbuh. i. Perbedaan secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata.
20
Karakteristik jasmani siswa kelas V-VI umur 11-12 tahun : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Pertumbuhan lengan dan tungkai makin besar. Ada kesadaran mengenai badannya. Anak laki-laki lebih menguasai permainan kasar. Pertumbuhan tinggi dan berat badan tidak baik. Kekuatan otot tidak menunjang pertumbuhannya. Perbedaan akibat jenis kelamin makin nyata. Waktu reaksi makin baik. Koordinasi makin baik. Badan lebih sehat dan kuat. Tungkai mengalami masa-masa pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan bagian anggota atas. Perlu diketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot dan ketrampilan antara laki-laki dan perempuan.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian dari Muslimin terhadap mahasiswa program studi PJKR Tahun 2011 yang terdiri dari 169 orang dengan teknik pengambilan tes buatan M. Husni Thamrin dkk (1995) yang terdiri dari sepakmula, sepaksila, sepakkuda, heading dan Smesh hasilnya menunjukan 11 orang atau 6,51% mendapatkan kategori “Baik Sekali”, 90 orang atau 53,25% mendapatkan kategori “Baik”, 67 orang atau 39,64% mendapatkan kategori “Sedang” dan sisanya hanya 1 orang atau 0,60% mendapatkan kategori “Kurang”. 2. Penelitian yang sejenis dengan masalah dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Saeful Bahri (2010), berjudul Tingkat Keterampilan Bermain Sepaktakraw anggota club arma pelajar di kabupaten purworejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 orang siswa yang mengikuti tes keterampilan bermain sepaktakraw terdapat 5 Orang siswa atau
21
19,2% yang mendapat kategori “Baik Sekali”, 14siswa atau 53,8% berkategori “Baik”, dan7 siswa atau 26,9% berkategori “Sedang” C. Kerangka Berpikir Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan bermain sepaktakraw yang baik. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dasar bermain sepaktakraw. Meliputi menyepak dengan meggunakan bagian-bagian kaki, memainkan bola dengan kepala, memainkan bola dengan dada (mendada), memainkan bola dengan paha (memaha) dan memainkan bola dengan telapak kaki (menapak). Kemampuan dasar di atas itu antara satu dengan yang lainya merupakan satu-kesatuan
yang tidak terpisahkan. Tanpa menguasai kemampuan atau
keterampilan dasar, sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik. Teknik / keterampilan dasar akan dimiliki dengan baik apabila berlatih dengan baik dan kontinyu. Namun tidak berarti bahwa prestasi sepaktakraw itu hanya ditentukan oleh teknik dasar yang baik saja. Faktor–faktor lain pun banyak yang menunjang peningkatan prestasi seperti taktik dan mental dalam bermain. Dalam permainan sepaktakraw menyepak adalah gerakan yang paling dominan. Keterampilan menyepak merupakan ibu dari permainan sepaktakraw karena bola dimainkan terbanyak dengan menggunakan kaki, mulai dari permulaan permainan sampai membuat poin atau angka. Proses belajar mengajar olahraga pilihan sepaktakraw merupakan proses pembelajaran biasa dan tidak ada bedanya dengan proses pembelajaran mata kuliah yang lain. Setiap saat para dosen mengevaluasi untuk mengetahui dimana letak
22
kesalahan dan tentunya akan diadakan perbaikan bila diperlukan. Tes keterampilan bermain sepaktakraw dilakukan terhadap siswa putra peserta ekstrakurikuler sepaktakraw Sekolah Dasar Sekolah Dasar Negeri 1 Karangsari Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun 2011/2012 merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar Tingkat Keterampilan Bermain Sepaktakraw Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler Sepaktakraw Sekolah Dasar Negeri 1 Karangsari Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun 2011/2012.
23