BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 1. Manajemen Operasional a. Pengertian Manajemen Operasional Menurut P. Tampubolon (2014:6) Ada tiga pengertian yang penting mendukung pelaksanaan kegiatan manajemen operasional yaitu: fungsi manajemen operasional, sistem manajemen operasional dan keputusan di dalam manajemen operasional. Pertama; manajemen operasional yang dapat dinyatakan, bahwa manajer opersional bertanggung jawab untuk mengelola bagian atau fungsi di dalam organisasi yang menghasilkan barang dan jasa. Kedua; mengenai sistem yang berkaitan dengan perumusan sistem transformasi (konversi) yang menghasilkan barang dan jasa. Terakhir, merupakan unsur terpenting di dalam manajemen operasional yaitu pengambilan keputusan, khususnya keputusan yang tidak terprogram dan berisiko. Menurut Jay Heizer dan Berry Rander (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kemudian Menurut Eddy Herjanto (2007:2), manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Sedangkan Pendapat lain yang
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dikemukakan Manahan P. Tampubolon (2014:14), Manajemen operasional didefinisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti; tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen masukan (input) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang atau jasa/layanan. Dimana manajer dapat melakukannya dengan pendekatan Classical, behavioral, dan model-model yang dianalisis dengan ilmu manajemen. Berdasarkan definisi diatas manajemen operasi merupakan kegiatan mengatur atau mengelola secara optimal atas sumber daya yang tersedia dalam suatu proses transformasi, sehingga menjadi output yang mempunyai manfaat lebih dari sebelumnya. Peranan Manajemen operasi di dalam merubah input menjadi output dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 2.1 Alur Operasi Merubah Input Menjadi Output Jadi apa yang sudah digambarkan diatas dapat kita mengetahui sebuah rangkaian umpan balik yang efektif dapat mengevaluasi kinerja proses apakah sesuai dengan rencana atau standar. Rangkaian umpan balik ini dapat mengevaluasi kepuasa pelanggan dan mengirimkan tanda bagi mereka yang mengendalikan input dan proses.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
b. Strategi Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:51), perusahaan mencapai misi mereka melalui tiga cara yakni : 1) Bersaing Dalam Diferensiasi. Diferensiasi berhubungan dengan penyajian sesuatu keunikan. Diferensiasi harus diartikan melampaui ciri fisik dan atribut jasa yang mencakup segala sesuatu mengenai produk atau jasa yang mempengaruhi nilai dimana konsumen dapatkan darinya. 2) Bersaing dalam biaya. Kepemimpinan biaya rendah berarti mencapai nilai maksimum sebagaimana yang diinginkan pelanggan. Hal ini membutuhkan pengujian sepuluh keputusan manajemen operasi dengan usaha yang keras untuk menurunkan biaya dan tetap memenuhi nilai harapan pelanggan. Strategi biaya rendah tidak berarti nilai atau kualitas barang menjadi rendah. 3) Bersaing dalam respons. Keseluruhan nilai yang terkait dengan pengembangan dan pengantaran barang yang tepat waktu, penjadwalan yang dapat diandalkan dan kinerja yang fleksibel. Respons yang fleksibel dapat dianggap sebagai kemampuan memenuhi perubahan yang terjadi di pasar dimana terjadi pembaruan rancangan dan fluktuasi volume.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Tiga strategi yang ada masing-masing memberikan peluang bagi para manajer operasi untuk meraih keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing berarti menciptakan sistem yang mempunyai keunggulan unik atas pesaing lain. Idenya adalah menciptakan nilai pelanggan (customer value) dengan cara efisien dan efektif.
2. Pengertian Supply Chain Management Supply chain management adalah hubungan timbal balik antara penyedia dan pelanggan untuk menyampaikan nilai-nilai yang sangat optimal kepada pelanggan dengan biaya yang cukup rendah namun memberikan keuntungan supply chain secara menyeluruh (Christopher, 2011:4). Menurut Heizer dan Render (2011:451), Supply chain managemnt yang mengikuti konsep supply chain managemnt yang benar dan baik akan dapat memberikan dampak peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun pada sistem rantai pasokan yang dibangun perusahaan tersebut. Lebih lanjut Heizer dan Render (2011:453) menyatakan bahwa, perusahaan perlu mempertimbangkan masalah rantai pasokan untuk memastikan bahwa rantai pasokan mendukung strategi perusahaan. Pada berbagai definisi supply chain management di atas maka bisa dikatakan secara umum semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain adalah kegiatankegiatan dalam cakupan supply chain management.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain Management Bagian Pengembangan produk Pengadaan
Perencanaan & Pengendalian Operasi / Produksi Pengiriman / Distribusi
Cakupan kegiatan antara lain Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi Sumber: I Nyoman Pujawan (2010) Menurut Drs. Amin Widjaya Tunggal (2008:4) tujuan utama SCM adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan persediaan buffer yang terlibat antara beberapa departemen dalam satu rantai dengan cara saling membagi informasi mengenai demand dan persediaan yang ada sekarang. Aplikasi supply chain management pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu penurunan biaya (cost reduction), penurunan modal (capital reduction), dan perbaikan pelayanan (service improvement).
3. Pengertian Cost Reduction Cost Reduction adalah strategi supply chain manajemen yang dijalankan harus dapat meminimalkan biaya logistic yang terjadi, misalmya dengan cara atau metode standard yang dapat meminimalkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
biaya operasional. Menurut Radnor (2007), Tiga aspek rasionalitas yang menjadi acuan penting untuk pengambilan keputusan: 1. Adanya tujuan dalam menentukan produk. 2. Mencari penawaran terbaik 3. Mempertahankan keberhasilan dalam jangka panjang. Dua kriteria penting dalam menentukan keberhasilan jangka panjang adalah : a. Penggunaan metode yang sama dalam jangka waktu lama b. Rata-rata jangka panjang pertumbuhan kinerja. Salah satu kendala untuk pengembangan teori pengurangan biaya adalah alokasi sumber daya berdasarkan rasionalitas akibat tidak adanya formulasi yang jelas dan tepat apa yang dimaksud dengan "satisficing." Dalam penerapannya, analisis pengurangan biaya dan perubahan teknis akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
4. Pengertian Capital Reduction Capital
Reduction
adalah
strategi
yang
ditujukan
untuk
meminimalisasikan tingkat investai didalam strategi logistik, strategi ini dapat menghasilkan biaya variabel yang lebih tinggi dari pada strategi yang membutuhkan level yang lebih tinggi untuk investai, tetapi pada saat pengambilan investai diharapkan dapat meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Menurut Wines, et al (2011), pengurangan
pengeluaran suatu
perusahaan harus diklasifikasikan sebagai pengurangan sebanding atau pengurangan selektif. Pengurangan selektif adalah salah satu yang berlaku dalam pengadaan barang, untuk masing-masing kriteria dalam pengadaan barang, untuk mencapai kesepakatan bersama dalam menyetujui syarat pengurangan pengeluaran, umumnya diputuskan pada rapat, pengurangan selektif adalah salah satu di mana kriteria di atas terpenuhi dan resolusi khusus yang diperlukan.
5. Pengertian Service Improvement Service improvement adalah strategi proses yang harus selalu diperbaiki dan produktif untuk dijalankan perusahaan agar bisa dilaksanakan dengan efisien. Berdasarkan Riset dan penelitian Insitute for innovation and improvement atau NHS (2013) ada banyak model yang dapat mendukung proyek perbaikan kinerja sebuah perusahaan. Dengan mempromosikan dua model seperti: lima langkah untuk mendukung keberhasilan dalam mengelola proyek perubahan dari konsep awal sampai selesai, dan Model untuk Peningkatan pelayanan dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengembangkan, menguji dan menerapkan perubahan. Dalam pendekatan untuk meningkatan keberhasilan service ada lima langkah yang dijelakan oleh NHS dengan menggunakan kerangka sistematis dari awal sampai akhir proyek perbaikan kinerja dan pelayanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
yang akan memberikan dampak positif bagi kinerja karyawan. Kelima langkah tersebut adalah : a. Tahap Preperation (persiapan) menggabungkan segala sesuatu yang perlu Anda lakukan sebelum memulai pekerjaan. b. Tahap Launch (peluncuran) adalah awal resmi dari proyek. Tim harus dibentuk;
rencana
proyek,
rencana
komunikasi
dan
rencana
pengumpulan data harus di tempat dan sponsor eksekutif diidentifikasi untuk mendukung proyek tersebut. c. Tahap Diagnosis (diagnosa) adalah tentang memahami proses saat ini, menghilangkan asumsi, menggunakan data untuk mendefinisikan masalah dan untuk membangun baseline data. d. Tahap Test dan langkah-langkah solusi potensial tahap implementasi menggunakan "Plan Do", mengimplementasikan solusi terbaik dan memperkenalkan standar kerja dan kesalahan pemeriksaan untuk proses berkelanjutan kualitas. e. Tahap terakhir adalah evaluasi dimana pecapaian keberhasilan, belajar dan prinsip ditangkap dan perbaikan menjadi norma (NHS, 2013).
6. Hakekat, Pelaksanaan, Filosofi Pengadaan Barang dan Jasa Menurut Sutedi (2012:7) Pengertian pengadaan barang/jasa yaitu mencakup penjelasan dari dari seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan, penentuan pemenang lelang hingga tahap pelaksanaan dan proses adminis-trasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
seperti jasa konsultasi teknis, jasa konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum atau jasa lainnya. Hakekat, Pelaksanaan, Filosofi Pengadaan Barang dan Jasa sebagai berikut: a. Hakekat Pengadaan barang dan jasa adalah upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diingikannya, dengan menggunakan metoda dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. b. Pelaksanaan Pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan sebaik-baiknya jika kedua belah pihak pengguna penyedia haruslah selalu berpatokan kepada filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, c. Filososfi pengadaan barang/jasa Dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan dan dilakukan atas dasar pemikiran yang logis serta sistematis. Mengikuti norma dan etika yang berlaku berdasarkan metoda dan proses yang baku 7. Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa Penerapan E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa memiliki beberapa prinsip. sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, prinsip-prinsip tersebut adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum. b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya. d. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas. e. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan
yang
sehat
diantara
sebanyak
mungkin
penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
f. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan
pengadaan
barang/jasa
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Pengertian Sistem Tender Konvensional Procurement adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan berdasarkan pemikiran logis dan sistematis dan mengikuti norma dan etika yang berlaku yang sesuai dengan metode pengadaan barang dan jasa (Siahaya, 2012:1). Menurut Turban et al (2010:251) yang dikutip dari tulisan Kalakota mengemukakan procurement mengacu pada semua aktivitas yang melibatkan proses mendapatkan barang - barang dari pemasok; hal ini meliputi pembelian, dan kegiatan logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan. Terdapat beberapa metode procurement yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menperoleh barang dan jasa menurut Turban (2010:251) membuat sistem penawaran dimana supplier akan berkompetisi antara satu sama lain. Biasanya metode ini digunakan dalam pengadaan yang kuantitasnya besar. 1. Membeli langsung dari pabrik, wholesaler, dan pengecer, baik dari katalog yang telah disediakan, maupun dengan metode negosiasi. 2. Membeli dari lelang, baik yang bersifat pribadi maupun umum, dimana perusahaan berpartisipasi sebagai pembeli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
3. Membeli dari catalog perantara (e-distributor) yang menggabungkan katalog- katalog penjual lainnya. 4. Membeli dari katalog pembelian internal, dimana katalog vendor yang telah disetujui oleh perusahaan, termasuk harga yang telah disepakati bersama, tergabung didalamnya. 5. Bergabung dengan suatu grup sistem pembelian yang menggabungkan permintaan anggota-anggotanya dan mengumpulkannya menjadi jumlah yang besar. 6. Membeli pada industrial mall 7. Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagi informasi mengenai penjualan dan persediaan, sehingga ketika persediaan berkurang dan mengalami stock- out, perusahaan dapat melakukan just-in-time delivery. Pola hubungan para pihak dalam pengadaan barang dan jasa seperti pada gambar :
a.
Pengguna
c.
Barang /Jasa
Keterangan:
b.
Panitia
a.
Pola pelaksnaan
b.
Proses pemilihan penyedia barang dan jasa
c. Hubungan transaksional
Gambar 2.2 Pola Hubungan Para Pihak Sumber: PT Indika Energy
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penyedia
22
SOP BUSINESS PROCESS IMPROVMENT USER /REQUESTOR
PROCUREMENT
LEGAL
FIN
MULAI ( MR / ROA )
BERDASARKAN BUDGET
MR/PO PENAWARAN TBA,CBE,PA
SETELAH DISETUJUI BUDGET HOLDER
COPY PO 2 KE FIN VERIFIKASI MR/ROA
DIBUATKAN TBA & DILENGKAPI DGN SCORING PASS
RFQ & TBA
REVIEW AGREEMENT INV, FPS, DO
CBE & PA FINALISASI/SIGNIN G AGREEMENT
Pemilihan Supplier
PO ASLI KE SUPPLIER COPY PO 1 DIFILE COPY PO 2 KE FIN COPY PO 3 KE USER TANPA NOMINAL Terima Barang Dari Supplier NOTE : Serah Terima Barang Ke User
Gambar 2.3 Flow Chart Sistem Konvensional Sumber: PT Indika Energy
http://digilib.mercubuana.ac.id/
INV,FPS,DO SUPPLIER KIRIM LANGSUNG KE FIN
23
9. Pengertian Sistem Tender E-procurement Maria Avilla dalam jurnalnya (2014:14) mengatakan penerapan EProcurement berakibat pada terjadinya sejumlah pengurangan, mulai dari harga pembelian barang, waktu proses pembelian, penagihan, dan pembayaran, hingga pengurangan biaya administrasi maupun waktu dari proses pengadaan barang. Selain itu, melalui E-Procurement, proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa menjadi lebih transparan, terbuka, dan menciptakan persaingan yang sehat dengan berkurangnya tatap muka antara panitia pengadaan dengan pihak calon penyedia barang dan jasa, serta meminimalisasi terjadinya penyimpangan maupun persekongkolan tender yang sering terjadi. itur utama E-Procurement meliputi : a. Katalog elektronik untuk item-item standar/inti. b. Kemampuan punch-out ke situs-situs web pemasok untuk produkproduk yang dinamis/bermacam-macam. c. Memunculkan kembali daftar-daftar permintaan/belanja untuk itemitem yang dibeli secara teratur. d. Jalur-jalur persetujuan yang menyatu built -in untuk menjalankan kendali anggaran belanja. e. Kemampuan untuk memberi laporan informasi manajemen yang detil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.2 Penelitian Terdahulu Annisa Karimah Wulansari, (2013). Penerapan e-procurement terhadap penghematan biaya pengadaan barang dan jasa studi kasus universitas Jember, data dari diolah dan dianalisis secara deskriftif dengan pendekatan kualitatif, hasilnya penerpan e-procurement di unversitas Jember berpengaruh terhadap penghematan biaya pengadaan perpaket sebesar Rp. 7.190.000,-. Riza Gilang Ariandy, (2014) Pengaruh Penerapan Cost Reduction Terhadap Profitabilitas : Studi Empiris pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Penerapan cost reduction berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan daerah bank perkreditan rakyat jawa barat, jawa tengah dan jawa timur. Artinya semakin meningkatnya penerapan cost reduction diprediksikan akan meningkatkan ratarata profitabilitas. Dari hasil regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ketika penerapan cost reduction naik sepuluh milyar rupiah maka profitabilitas akan meningkat sebesar 0,00406 persen. International
Journal
of
Emerging
Technology
and
Advanced
Engineering Website: www.ijetae.com (ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume 3, Issue 7, July 2013), Artikel ini berfokus pada pentingnya proses pengadaan barang dan jasa melalui e-tendering dengan sekuritas seperti proses tender. Proses membuktikan handal, aman dan waktu efisien dengan intervensi manusia sedikit, lengkap otomatis sistem dapat dicapai melalui penerapan yang tepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Shu Yee,Yuqi Gu, Ke Chen, (2009), A comparative Study of Procurement Mangement in China’s Petrochemicl Companies, kesimpulan bahwa meskipun kedua perusahaan sangat banyak terkait, dan berada di wilayah yang sama yang berarti mereka menghadapi tantangan regional yang sama, praktek-praktek mereka sangat berbeda. BASF - YPC menggunakan praktek yang lebih standar dari YPC. Salah satu alasan tim menemukan adalah karena pengaruh dari BASF pada perusahaan patungan. Sebagai perusahaan kelas dunia BASF memastikan bahwa
semua
anak
perusahaan
dan
afiliasinya
termasuk
BASF-YPC
memanfaatkan prosedur standar internasional dan ini adalah refleksi dari departemen pembelian. M.V. Jooste and C. de W. van Schoo, A Framework For The Implementation Of E-procurement e-procurement potensi signifikan hadir melalui sejumlah manfaat berwujud dan tidak berwujud dan juga akan membantu mendorong on-line proses kolaborasi rantai pasokan antara perusahaan. Sejumlah implementasi belum mencapai hasil yang dijanjikan karena mereka menganggap e -procurement dari solusi dan bukan sudut pandang bisnis dan strategi pandang. Sebelum keputusan solusi e-procurement, perusahaan harus memiliki strategi sourcing untuk masing-masing kelompok komoditas mereka mendapatkan. Ita Akyuna Nightisabha, Djoko Suhardjanto, Bayu Tri Cahya, Persepsi Pengguna Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pada Pemerintah Kota Yogakarta Terhadap Implemnetasi Sistem E–Procurement, (2009), uji beda independent simple t–test (Ghozali,2006), Hasil uji validitas dan realibilitas instrument penelitian yang disebar pada panitia pengadaan dan penyedia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
barang/jasa juga menunjukkan bahwa semua butir/item pertanyaan berkorelasi dengan skor total konstruk/ dimensi secara signifikan, semua konstruk/ dimensi dari variabel e-procurement tersebut mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas, peneliti menggunakan metode internal consistency dengan menggunakan cronbach’s alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan jawaban yang konsisten dari waktu ke waktu dan memberikan nilai cronsbach’s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali 2006). Dari hasil tabel 8 di atas terlihat bahwa koefisien alpha setiap konstruk/dimensi dalam variabel e-procurement semuanya bernilai > 0,60. Dengan demikian jawaban dari masing-masing pertanyaan dalam tiap konstruk/ dimensi pada kuisioner tersebut dapat dikatakan reliable.
2.3 Rangka Pemikiran Dimulai dari pengamatan terdapat permasalahan, tantangan, dan keinginan untuk terus melakukan perbaikan atas kinerja Procurement di PT Indika Energy, peneliti melakukan evaluasi perbandingan sistem pengadaan barang dan jasa yang sebelumnya menggunakan sistem manual atau konvensional dengan sistem ERP SAP, perbandingan tersebut untuk membandingkan proses pengadaan dengan cara tender, terkait dengan cost reduction,capital reduction dan service improvement, serta dapat melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa yang efektif dan efisien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
SUPPLIER
PRODUCTION SYSTEM
ERP - SAP
KONVENSIONAL Uji Beda (Paired sample t test)
Cost Reduction, Capital Reduction, Service Improvement Gambar 2.4 Rangka Pemikiran Sumber: Penulis
2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, setelah melakukan evaluasi terhadap kedua proses pengadaan dengan cara konvensional dan cara e-procurement bagaimana proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan di PT Indika Energy dapat dan bisa berjalan sesuai dengan standar operasional perusahaan yang telah ditetapkan dan dapat mempercepat proses pengadaan barang dan jasa serta mempermudah pekerjaan sebelum dan setelah implementasi e-procurement yang berpengaruh terhadap cost reduction, capital reduction dan service improvement.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
H1 :
Terdapat perbedaan antara cost reduction dengan sistem pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sistem konvensional e-procurement
H2 :
Terdapat perbedaan antara capital reduction dengan sistem pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sistem konvensional konvensional e-procurement
H3 :
Terdapat perbedaan antara service improvement dengan sistem pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sistem konvensional maupun konvensional e-procurement
http://digilib.mercubuana.ac.id/