BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Konsep Perdagangan Internasional Boediono (2005:10) perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukarmenukar atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud di sini. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung-rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran tersebut atau tidak. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dalam menerapkan dalil-dalil teori perdagangan internasional bagi hubungan-hubungan seperti ini, sebab tidak selalu sesuai dan mungkin bahkan menyesatkan. Aspek “kehendak sukarela” penting dalam perdagangan arti khusus karena memiliki implikasi yang sangat fundamental, yaitu perdagangan hanya akan terjadi apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Pemikiran Klasik dan Neoklasik mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam teori maupun maupun kebijaksanaan ekonomi internasional sampai
14
saat ini. Pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu pihak melihat adanya manfaat/keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut. Jadi motif atau dorongan bagi orang untuk melakukan tukar-menukar adalah kemungkinan diperolehnya manfaat tambahan tersebut. Manfaat ini sering disebut manfaat dari perdagangan atau gains from trade. Anggap ada dua konsumen yang masing-masing memiliki dua macam barang, beras (X) dan kain (Y) dengan jumlah tertentu. Konsumen 1 memiliki sejumlah X1 dari barang X dan Y1 dari barang Y. Konsumen 2 memiliki X2 dari barang X dan Y2 dari barang Y. Berikut gambar keadaan kedua konsumen tersebut dalam satu diagram yang sering disebut “diagram kotak dari Edgeworth-Bowley”. Gambar 2.1 Diagram kotak X2
O2
A
Y1
Y2 B
C E
D 1"1
1'1 1'2
1"2
11
12
O1
X1
Sumber: Boediono (2005:12)
15
Keadaan konsumen 1 digambarkan pada bagian kiri bawah dari kotak, dengan titik awal O1. Ia memiliki barang X sebanyak O1X1 dan barang Y sebanyak O1Y1. Kalau barang-barang yang dimilikinya tersebut ia konsumsi semuanya, ia kan memperoleh suatu tingkat kepuasan setinggi yang digambarkan oleh kurva indiferensi (indifference curve) 11. Keadaan konsumen 2 digambar pada bagian kanan atas dari diagram kotak, dengan titik awal O2. Ia memiliki O2X2 dari barang X dan O2Y2 dari barang Y. Kalau ia mengkonsumsikan seluruh barang X dan Y yang dimilikinya ia akan memperoleh suatu tingkat kepuasan yang dicerminkan oleh kurva indeferensinya 12. Titik A menunjukkan posisi konsumsi dari kedua konsumen bila masing-masing mengkonsumsikan seluruh barang yang dimilikinya. Kedua konsumen memiliki kemungkinan untuk melakukan pertukaran. Setiap titik yang terletak di dalam daerah arsiran akan menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi salah satu atau kedua konsumen tersebut jika dibandingkan dengan posisi titik awal yaitu A. misalnya, pada titik B konsumen 1 bisa memperoleh tingkat kepuasan yang lebih tinggi (I’1) dibanding dengan sebelumnya (I1). Demikian pula konsumen 2 akan memperoleh tingkat kepuasan yang lebih tinggi (I’2) dibanding sebelumnya (I2). Tetapi untuk bergerak dari posisi titik A ke titik B perlu dilakukan pertukaran. Dalam hal ini konsumen 1 harus menawarkan barang Y sebanyak AC untuk ditukarkan dengan barang X sebanyak CB. Kalau konsumen 2 mau menerima tawaran ini, ia tentunya harus mengurangi konsumsinya utnuk barang X sebanyak CB, dan sebagai
16
gantinya ia memperoleh barang Y sebanyak AC. Kemungkinan pertukaran antara kedua konsumen bisa menghasilkan pola konsumsi baru yang menguntungkan kedua belah pihak. Kenaikan kepuasan yang ditimbulkan oleh dibukanya kemungkinan pertukaran inilah yang disebut gains from trade. 2.1.2
Terjadinya Perdagangan Antarnegara Dari sudut lain dapat pula dilihat bahwa perdagangan internasional itu dipergunakan untuk melihat apakah pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa sudah terpenuhi atau tidak sebenarnya pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh penduduknya. Namun tidak dapat dihindarkan bahwa negara tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan atau ada kemungkinan alat pemuas belum bisa dihasilkan didalam negeri, sehingga harus didatangkan dari luar. Kondisi inilah yang melahirkan adanya transaksi perdagangan yang harus dilakukan oleh suatu negara ke negara lain. Negara sebenarnya melakukan pertukaran atau perdagangan, yang melakukannya adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Penduduk ini bisa warga, bisa sebuah perusahaan ekspor, perusahaan impor,
perusahaan
industri,
perusahaan
negara,
maupun
sebuah
departemen pemerintahan (Boediono, 2005:9). 2.1.3
Teori-teori Perdagangan Internasional Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara melakukan kerja sama
17
perdagangan
dengan
negara-negara
lain.
Teori
tersebut
makin
disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo, dan Heckser Ohlin (Manurung, Rahardja, 2005:67). 1)
Teori Pra Klasik (Merkantilisme) Merkantilisme adalah ajaran atau paradigma yang berkeyakinan bahwa perekonomian suatu negara makin mmakmur bila mampu surplus perdagangan. Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan impor. Dengan campur tangan pemerintah maka surplus neraca perdagangan selalu dipertahankan sehingga logam mulia akan mengalir ke dalam negeri.
2)
Teori Klasik a)
Kemanfaatan Absolut (absolute advantage : Adam Smith) Teori keunggulan absolut dibangun oleh Adam smith sebagai perbaikan atas merkantilisme. Menurut Smith, perdagangan akan meningkatkan kemakmuran bila melalui mekanisme
perdagangan
bebas.
Melalui
mekanisme
perdagangan bebas, para pelaku ekonomi di arahkan untuk melakukan
spesialisasi
dalam
upaya
meningkatkan
efisiensi. Sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan pertimbangan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan produksi dengan biaya lebih rendah. b)
Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage David Ricardo)
18
Menurut David Ricardo, suatu negara akan mengekspor produk di mana negara itu mempunyai comparative disadvantage yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang apabila dihasilkan sendiri akan mengeluarkan biaya yang besar atau mahal. Dalam hal ini nilai suatu barang juga ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dgunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Teori ini didasarkan pada penilaian tenaga kerja atau Theory of labour Value yang menyatakan bahwa, nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam yang dipelukan untuk memproduksinya (Hady, 2001:32). c)
Faktor Proporsi (Teori Heckscher-Ohlin) Teori perdagangan selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yaitu Eli Heckscher dan Bertil Ohlin yang terkenal dengan teori H-O. teori yang lebih modern ini menyatakan bahwa, terjadinya perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktor-faktor pemberian alam dan intensitas penggunaan produksi.
3)
Teori Permintaan dan Penawaran Pada prinsipnya perdagangan dua negara itu timbul karea adanya permintaan dan penawaran. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang dan penawaran suatu barang
19
terutama dipengaruhi oleh tingkat harga (Sadono, 2006:76). Hukum permintan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan “Makin rendah suatu harga barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang
yang
diminta”.
Perbedaan
harga
bukanlah
hanya
ditimbulkan oleh karena adanya ongkos produksi, tetapi juga karena perbedaan dalam pendapatan serta selera. Selain selera, permintaan akan suatu barang ditentukan oleh pendapatan. Kita dapat menduga bahwa ada hubungan antara pendapatan suatu negara dengan pembelian barang luar negeri (impor). Jika pendapatan naik, maka pembelian barang-barang dan jasa (dari dalam negeri maupun impor) dapat mengalami kenaikan. Sedangkan hukum penawaran menyatakan, “Makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah tersebut akan ditawarkan oleh para penjual, sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin sedikit barang tersebut ditawarkan”. Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah pada prinsipnya ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya perdaganagan internasional, yakni faktor-faktor mempengaruhi permintaan dan penawaran (Nopirin, 2009:3). Berikut adalah gambar analisis parsial perdagangan internasional:
20
Gambar 2.2 Analisis Parsial Perdagangan Internasional Harga (Rp)
(b) Harga (Rp) Ekspor
(a) SA
SXA
200 100
100 250 600
Harga (Rp)
DA QA
DMA QA
500
SXB
Harga (Rp)
(a) SB
300 200 Impor
100
(c)
600
Harga (Rp)
DB QB (e)
DMB
500
(d)
Q B
S XB S XA
300 200
DMB
100
DMA 500
Q
Sumber : Nopirin ( 2009:4) Karena harga keseimbangan yang terjadi di negara A berbeda (lebih rendah) dengan negara B maka perbedaan ini membuka kemungkinan untuk terjadinya perdagangan internasional. Barang akan mengalir (ekspor) dari negara A ke negara B. Harga barang tersebut di negara A akan naik (karena jumlahnya makin kecil) dan harga di negara B
21
akan turun (karena jumlahnya makin besar), sampai harga akan sama di kedua negara (harga keseimbangan), yakni pada harga Rp 200,00 per unit. Ekspor negara A sama dengan impor negara B, sejumlah 500 unit. Perdagangan tidak berhenti pada harga Rp 200,00 per unit, tetapi terus berlangsung pada volume 500 unit setiap periode dimana pada volume perdagangan ini harga di kedua negara itu sama. Tinggi rendahnya volume perdagangan ini sangat bergantung elastisitas permintaan impor dan penawaran ekspor di kedua negara, yang dapat ditunjukkan dengan lereng kurva SX dan DM (Nopirin, 2009:5). 2.1.4
Pengertian Neraca Pembayaran Neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan negara lain dalam suatu tahun tertentu (Sukirno, 2004:390). Sedangkan menurut Nopirin (2009:165), neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan ini sangat penting untuk memberikan informasi kepada penguasa, dalam hal ini adalah pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijakan moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional.
22
2.1.5
Pengertian Penduduk dalam Neraca Pembayaran Menurut Nopirin (2009:165), pengertian penduduk dalam suatu neraca pembayaran internasional meliputi: 1. Orang perorangan/individu Orang perorangan yang tidak mewakili pemerintah suatu negara (misalnya wisatawan) dianggap sebagai penduduk dimana mereka mempunyai tempat tinggal tetap atau penghasilan tetap. 2. Badan hukum Suatu badam hukum dianggap sebagai penduduk dari negara dimana badan hukum tersebut memperoleh status sebagai badan hukum. Sedangkan cabang-cabang yang ada di luar negeri dianggap sebagai penduduk luar negeri. 3. Pemerintah Badan-badan pemerintah adalah sebagai penduduk dari negara yang mewakili (misalnya diplomat kedutaan besar). Adapun yang termasuk dalam neraca pembayaran internasional hanyalah transaksi ekonomi internasional saja. Suatu neraca pembayaran internasional secara pembukuan selalu seimbang ini disebabkan setiap transaksi yang terjadi tercatat baik dalam rekening debit maupun kredit dan apabila terdapat sedikit perbedaan dalam jumlah total debit dengan kredit, perbedaan tersebut dicatat dalam rekening selisih perhitungan (Error and Omissions).
23
2.1.6
Komponen Neraca Pembayaran Balance of Payment (BoP) neraca pembayaran mencatat semua transaksi sebuah negara dengan negara lain, yang meliputi transaksi ekonomi internasional sebuah negara pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Neraca pembayaran memiliki komponen utama yaitu (Nopirin, 2009:166): 1)
Transaksi barang dan jasa Transaksi ini meliputi ekspor maupun impor barang-barang dan jasa, disebut pula transaksi yang sedang berjalan. Ekspor barang meliputi barang-barang yang bisa dilihat secara fisik, seperti misalnya minyak, kayu, tembakau, timah dan sebagainya. Ekspor jasa seperti misalnya: penjualan jasa-jasa angkutan, tourisme dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk juga pendapatan dari investasi kapital di luar negeri. Ekspor barang-barang dan jasa merupakan transaksi kredit sebab transaksi ini menimbulkan hak untuk menerima pembayaran (menyebabkan terjadinya lairan dana masuk). Impor barang-barang meliputi misalnya: barang-barang konsumsi, bahan mentah untuk industri dan kapital, sedang impor jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan (bunga, deviden atau keuntungan) untuk modal yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Impor barang-barang dan jasa merupakan transaksi debit sebab transaksi ini menimbulkan
24
kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain (menyebabkan aliran dana keluar negeri). 2)
Transaksi Modal Yang termasuk termasuk modal adalah: i.
Transaksi modal jangka pendek, meliputi: a. Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debit). b. Deposito bank di luar negeri (transaksi debit) atau deposito bank di dalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit). c. Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debit) atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara lain (transaksi kredit).
ii.
Transaksi modal jangka panjang meliputi: a. Investasi langsung di luar negeri (transaksi debit) atau investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit). b. Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain (transaksi debit), atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).
25
c. Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debit) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit). 3)
Transaksi Satu Arah Transaksi
satu
arah
adalah
transaksi
yang
tidak
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran, misalnya hadiah (gifts) dan bantuan (aid). Apabila suatu negara memberi hadiah atau bantuan kepada negara lain, maka ini merupakan transaksi debit. Sebaliknya, apabila suatu negara menerima bantuan atau hadiah dari negara lain merupakan transaksi kredit. 4)
Selisih Perhitungan (Errors and Omissions) Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi
debit.
Dengan
adanya
rekening
selisih
perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance). 5)
Lalu Lintas Moneter Transaksi
ini
sering disebut
“accomodating” sebab
merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi
lain.
Transaksi
lain
ini
sering
disebut
dengan
“autonomous” sebab transaksi ini timbul dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi transaksi lain yang sedang berjalan. Termasuk dalam
26
transaksi autonomous adalah transaksi-transaksi yang sedang berjalan, transaksi kapital serta transaksi satu arah. Perbedaan antara transaksi autonomous debit dnegan kredit diseimbangkan dengan transaksi lalu linta moneter. Transaksi ini timbul diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara transaksi autonomous debit dan kredit. Yang termasuk dalam lalu lintas moneter adalah mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar negeri serta aktiva luar negeri. Defisit atau surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari transaksi autonomous tersebut. Defisit apabila transaksi autonomous debit lebih besar daripada transaksi autonomous
kredit.
Sebaliknya,
surplus,
apabila
transaksi
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit. 2.1.7
Pengertian Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam satu tahun tertentu (Sadono, 2004:36). Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan nasional dari suatu periode ke periode lainnya. Dapatlah diramalkan bahwa apabila dibandingkan data pendapatan nasional dalam berbagai tahun tersebut, nilainya akan berbeda-beda dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan
27
nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu pertambahan fisikal barang dan jas yang dihasilkan dalam perekonomian serta kenaikan harga-harga yang berlaku dalam satu periode ke periode lainnya Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk dapat menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Nilai pendapatan nasional yang didapat dari perhitungan cara ini dinamakan pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan riil. 2.1.8
Hubungan Pendapatan Nasional dengan Saldo Neraca Pembayaran Tambunan (2001:129), mengungkapkan perubahan permintaan di dalam negeri, secara hipotesis dan terbukti secara empiris mempunyai korelasi positif dengan perubahan pendapatan dalam negeri. Jika pendapatan riil (pendapatan yang telah disesuaikan dengan nilai total impor)
meningkat,
konsumsi
barang
juga
meningkat.
Sebagian
peningkatan konsumsi akan diwujudkan dalam pembelian produk-produk impor. Mekanisme penyesuaian melalui pendapatan nasional, atau singkat “mekanisme pendapatan”, menunjukkan adanya saluran lain bagi proses penyesuaian neraca pembayaran. Kenaikan ekspor akan terjadi secara otomatis, melalui mekanisme pendapatan, akan mengakibatkan kenaikan ekspor sejumlah yang persis sama, sehingga keseimbangan neraca
28
pembayaran kana tercapai kembali. Hal ini berarti, bahwa mekanisme pendapatan bisa secara otomatis mengembalikan neraca pembayaran ke posisi keseimbangannya kembali apabila terjadi perubahan keadaan, seperti halnya kenaikan ekspor. (Matondang, dkk, 1997:105). Dapat disimpulkan,
pendapatan
nasional
berpengaruh
terhadap
neraca
pembayaran. 2.1.9
Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor diartikan dengan mengeluarkan barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai dengan ketententuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Pelaksanaan kegiatan ekspor setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda yang dilengkapi dengan ketentuan serta prosedur pelaksanaan transaksihususnya yang dilengkapi dengan kondisi dalam negeri (Roselyne, 1997:307). Sadono (2004:204), faktor-faktor yang menentukan ekspor adalah:
1. Daya saing dan keadaan ekonomi Negara lain Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara menjual ke luar negeri tergantung kemampuannya menyaingi barang-barang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain. Kemajuan yang pesat diberbagai negara akan meningkatkan ekspor suatu negara.
29
2. Proteksi di negara-negara lain Proteksi di negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara. Contohnya: kebijakan proteksi di negara-negara maju dapat menghambat perkembangan ekspor negara berkembang. 3. Kurs valuta asing Peningkatan kurs suatu negara terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor meningkat. Ekspor adalah penting dalam dua hal utama, yaitu bersama-sama dengan impor menghasilkan neraca pembayaran suatu negara dan ekspor menggambarkan suntikan dana dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional. Ekspor selalu meningktakan surplus atau menurunkan deficit neraca perdagangan, sebaliknya menurunnya nilai ekspor mengakibatkan defisit atau menurunnya surplus neraca perdagangan (Nopirin, 2009:241). Peranan ekspor akan menaikkan pendapatan, yang mana faktor-faktor produksi yang digunakan akan dapat meningkatkan pendapatan suatu negara. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan atas produksi industri
lokal
dan
industri-industri
tersebut
akan
meningkatkan
produksinya terutama digunakan untuk memenuhi pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri. 2.1.10 Pengertian Impor Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan cara memenuhi
30
ketentuan-ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000:11). Impor dilakukan karena tidak semua barang dan jasa dapat dhasilkan di dalam negeri. Impor dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki angka pengenal impor yaitu: 1) Angka Pengenal Impor Sementara (APIS) 2) Angka Pengenal Impor (API) 3) Angka Pengenal Terbatas (APT) Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru kecuali mendapat izin/rekomendasi dari Disperindag/lembaga pemerintah non-departemen. Memasukkan barang ke daerah pabean Indonesia untuk tujuan impor wajib menggunakan
pemberitahuan
impor
untuk
dipakai
(PIUD)
atau
pemberitahuan impor barang (PIB) dan membayar bea masuk atau dikenakan cukai impor sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang impor seperti barang pindahan, barang impor yang dibawa sementara pulang penumpang barang impor melalui jasa titipan, sarana laut dan udara serta barang impor tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Dirjen Bea dan Cukai, dilakukan dengan pemberitahuan impor barag tertentu. Besarnya impor yang dilakukan suatu negara dipengaruhi oleh kesanggupan barang-barang yang diproduksi di negara-negara lain mampu untuk bersaing dengan barang-barang dan jasa-jasa produksi domestik (Herlambang, 2001:267). Apabila barang-barang dari luar negeri seperti mutunya lebih baik dan harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri.
31
Berdasarkan laporan indikator Indonesia komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok: 1) Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bahan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama. 2) Impor bahan baku dan bahan penolong yang meliputi makanan dan minuman, bahan baku industri, barang konsumsi bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan perlengkapan. 3) Impor barang modal yang meliputi alat angkut industri, kendaraan penumpang dan selain alat angkut. 2.1.11 Pengertian Total Ekspor Impor Netto Impor dilakukan karena tidak semua barang dan jasa bisa dihasilkan di dalam negeri. Pengertian impor dalam sistem perdagangan Indonesia adalah perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Sadono (2004:203), impor adalah arus kebalikan dari ekspor yaitu kegiatan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian. Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan oleh sampai di mana kesanggupan barang-barang yang di
32
produksi di negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara itu. Faktor penentu utama yang terjadinya impor adalah pendapatan masyarakat suatu negara, di mana semakin tinggi pendapatan masyarakat semakin banyak pula impor yang dilakukan. Mankiw (2000:205) ekspor netto diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi barang dan jasa yang diimpor negara lain, dimana total ekspor impor netto ini menjukkan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa suatu negara yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. 2.1.12 Hubungan Total Ekspor Impor Netto dengan Saldo Neraca Pembayaran Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan di negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan negara tersebut untuk mengeluarkan barang – barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang di ekspor tersebut haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Perdagangan internasional akan membawa konsekuensi baik dari segi ekonomi maupun non ekonomi, baik yang positif maupun negatif. Salah satu bentuk perdagangan internasional adalah kegiatan ekspor . Ekspor adalah salah satu bagian dari perekonomian yang memegang
33
peranan penting dan melalui perluasan pasar dan akan mendorong sektor lainnya untuk tumbuh dan berkembang dalam perekonomian. Ekspor merupakan sumber pendapatan luar negeri suatu negara yang berupa devisa. Apabila suatu negara mengalami peningkatan ekspor maka valuta asing yang diperoleh
akan meningkat dan akan mempengaruhi saldo
neraca pembayaran. Ini berarti ekspor impor netto berpengaruh terhadap saldo neraca pembayaran. 2.1.13 Pengertian Kurs Sadono (2004:319), depresiasi atau apresiasi dalam sistem kurs mengambang akan mengakibatkan perubahan ekspor maupun inpor. Kurs dikatakan mengalami depresiasi saat nilai mata uang dalam negeri melemah berarti nilai mata uang asing menguat (kurs dollar Amerika Serikat), dimana keadaan ini akan mengakibatkan konsumen diluar negeri memiliki kemampuan membeli lebih banyak, sehingga penawaran produsen untuk ekspor akan meningkat, jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan positif dengan ekspor. Hubungan kurs valuta asing dengan ekspor dapat dijelaskan dengan konsep teori penawaran dimana penawarannya adalah ekspor dari negara yang bersangkutan, sedangkan harga yang dimaksud dalam hal ini adalah kurs valuta asing. Teori penawaran menyatakan bahwa apabila harga meningkat, maka penawaran akan komoditas tersebut juga akan meningkat, sebaliknya apabila harga rendah, maka jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang (Sadono, 2004:87).
34
2.1.14 Hubungan Kurs dengan Saldo Neraca Pembayaran Internasional Valuta tiap negara dinilai dari perspektif valuta lain memakai konsep nilai tukar, agar mempermudah transaksi-transaksi internasional. Nilai dari sebagian besar valuta berfluktuasi sepanjang waktu karena pengaruh pasar dan pemerintah. Tambunan (2001:130), menyatakan bahwa perubahan nilai tukar mata uang dapat berpengaruh langsung terhadap saldo neraca transaksi berjalan. Jika nilai tukar sebuah negara naik relatif terhadap nilai tukar negara lain, dengan aumsi ceteris paribus, saldo neraca berjalannya akan menurun. Produk-produk yang diekspor oleh negara tersebut akan menjadi mahal bagi negara-negara pengimpor. Konsekuensinya, permintaan atas produk-produk tersebut akan menurun. Penurunan permintaan tersebut selanjutnya akan mengakibatkan penurun pula pada neraca transaksi berjalan. Apabila kurs dollar Amerika Serikat meningkat maka akan meningkatkan saldo neraca transaksi berjalan. Ini berarti kurs dollar Amerika Serikat juga berpengaruh terhadap saldo neraca pembayaran. 2.1.15 Pengertian Penanaman Modal Asing Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dinamika
penanaman
pertumbuhan
ekonomi
modal dan
mempengaruhi mencerminkan
tinggi
marak
dan
rendahnya lesunya
pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat swasta dalam
35
negeri dan juga investor asing namun penanaman modal oleh pemerintah sendiri. Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa (Sadono, 2004:366). Secara garis besar investasi dapat digolongkan menjadi tiga (Sadono, 2004:366) yaitu antara lain: 1. Autonomouos Invesment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitas prasarana jalan dan irigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sector pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek social budaya yang ada di masyarakat. 2. Induced Invesment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambhan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan invetasi. 3. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang atau modal yang berlaku di masyarakat. Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA) menurut UndangUndang No.1/tahun 1996 adalah hanya meliputi “penanaman modal asing
36
secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang ini yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut”. Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenal dengan PMA merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Dibandingkan dengan investasi portofolio, PMA lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen, penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. 2.1.16 Hubungan
Penanaman
Modal
Asing
dengan
Saldo
Neraca
Pembayaran Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan penghasilan devisa dan mampu menghemat devisa, dan akan meningkatkan saldo
37
neraca pembayaran Indonesia. Penanaman modal asing berpengaruh terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia. 2.2
Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini sedikitnya mengacu pada penelitian sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk member dasar yang kuat dalam penyajian materi, baik dari segi pemilihan variabel maupun konsep yang dipakai. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Christian Adhi Prabowo (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Total Impor dan Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Cadangan Devisa tahun 1990-2004” dengan menggunakan teknik analisis linier berganda. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh total impor dan kurs dollar Amerika Serikat secara serempak terhadap cadangan devisa dimana Fhitung = 114,066 > Ftabel = 3,89. Dalam pengujian parsial variabel bebas terhadap variabel terikat didapatkan hasil variabel total impor dimana thitung = 5,87 > ttabel = -1,782 ini berarti tidak berpengaruh secara parsial terhadap cadangan devisa sedangkan variabel kurs dollar Amerika Serikat dimana thitung = 4,567 > ttabel = 1.782 ini berati berpengaruh positif terhadap cadangan devisa. Nilai R2 sebesar 0,950 berarti 95 persen variasi cadangan devisa dipengaruhi oleh variasi total impor dan kurs dollar Amerika Serikat, sisanya sebesar 5 persen dipengaruhi oleh variasi diluar model. Terdapat persamaan dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya sama-sama menggunakan variabel total impor dan kurs dollar Amerika Serikat, selain itu sama-sama menggunakan teknik analisis regresi linier
38
berganda dan analisis koefisien determinasi. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya dimana variabel terikatnya menggunakan variabel saldo neraca pembayaran sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel cadangan devisa, dan perbedaan dalam periode penelitian, dimana penelitian ini melakukan penelitian pada periode tahun 1998-2008 sedangakan pada penelitian sebelumnya pada periode 1990-2004. Penelitian kedua oleh Agustina Setianingrum (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Nilai total impor, Pendapatan Nasional, Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Cicilan Utang luar Negeri terhadap Saldo Neraca Transaksi
Berjalan Indonesia tahun 1993-2007”, dengan
menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh tingkat nilai total impor, pendapatan nasional, kurs dollar Amerika Serikat, dan cicilan utang luar negeri secara serempak terhadap saldo neraca transaksi berjalan Indonesia tahun 19932007 dimana didapat Fhitung = 9,589 > Ftabel = 3,48. Dalam pengujian parsial variabel bebas terhadap variabel terikat didapatkan hasil variabel tingkat nilai total impor dimana didapat ttabel = -1.245 > thitung -1.812, ini berarti tidak berpengaruh terhadap saldo neraca transaksi berjalan. Variabel pendapatan nasional didapatkan thitung = -0,069 > ttabel = -1,812, ini berarti tidak berpengaruh terhadap variabel saldo neraca transaksi berjalan, sedangkan variabel kurs variabel kurs dollar Amerika Serikat didapatkan thitung = 3,164 > ttabel = 1,812, ini berarti berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel saldo neraca transaksi berjalan. Dan variabel
39
cicilan utang luar negeri didapatkan thitung = 0,930 < ttabel = 1,812, ini berarti variabel cicilan utang luar negeri tidak berpengaruh terhadap saldo neraca transaksi berjalan. Nilai R2 sebesar 0,793 berarti 79,3 persen variasi saldo neraca transaksi berjalandipengaruhi variasi tingkat nilai total impor, pendapatan nasional, kurs dollar Amerika Serikat dan variasi cicilan utang luar negeri, sedangkan sisanya 20,7 persen dipengaruhi oleh variasi di luar model. Terdapat persamaan dalam penelitian ini dimana variabel bebasnya sama-sama menggunakan variabel total impor,kurs dollar Amerika Serikat dan variabel pendapatan nasional, selain itu sama-sama menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dan analisis koefisien determinasi. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya dimana variabel terikatnya menggunakan variabel saldo neraca pembayaran sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel saldo neraca transaksi berjalan, dan perbedaan dalam periode penelitian, dimana penelitian ini melakukan penelitian pada periode tahun 1998-2008 sedangakan pada penelitian sebelumnya pada periode 1993-2007.
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji ini yaitu : 1. Diduga pendapatan nasional, total ekspor impor netto, kurs dollar Amerika Serikat, dan penanaman modal asing secara serempak
40
berpengaruh signifikan terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia periode tahun 1990-2010. 2. Diduga pendapatan nasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia periode tahun 1990-2010. 3. Diduga total ekspor impor netto secara parsial berpengaruh signifikan terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia periode tahun 1990-2010. 4. Diduga kurs dollar Amerika Serikat secara parsial berpengaruh signifikan terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia periode tahun 1990-2010. 5. Diduga penanaman modal asing secara parsial berpengaruh signifikan terhadap saldo neraca pembayaran Indonesia periode tahun 1990-2010.
41