BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk
1. Profil a. Sejarah Payung tradisional asal Juwiring merupakan payung tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pada tradisional Juwiring tersebut bentuknya masih sangat sederhana, hanya berfungsi sebagai payung pelindung dari panas dan hujan. Setelah berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, payung-payung tradisional Juwiring mulai digunakan di kalangan keraton. Selain itu, minat masyarakat tethadap payung juga mulai meningkat. Hal ini membuat proses produksi payung meningkat dan akhirnya banyak dari warga Juwiring menjadi perajin payung untuk memenuhi kebutuhan pasar. Waktu terus berjalan hingga kurang lebih pada tahun 1960 sebuah Pabrik payung berdiri di daerah Juwiring. Dalam kegiatannya, pabrik ini tidak memproduksi payung kemudian menjualnya. Namun, pabrik ini bersifat sebagai pengepul payung hasil produksi warga sekitar lalu melalui pabrik inilah payung-payung tersebut di salurkan dan dijual kepada para konsumen. Beberapa tahun setelah berdiri, pabrik ini menerima kunjungan dari Jepang. Dalam kunjungan ini terdapat workshop tentang proses pembuatan payung tradsional. Setelah adanya kunjungan serta workshop proses pembuatan
5
6
payung tradisional tadi, tidak lama kemudian muncullah payung modern atau yang orang dahuu menyebutnya dengan istilah payung kalong. Keberadaan payung kalong ini sedikit mulai sedikit menggeser keberadaan payung tradisional Juwiring. Dalam perkembangannya, pabrik ini tidak berdiri lama. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, pabrik ini di tutup. Adanya payung kalong yang mulai bermunculan dan beredar luas di masyarakat menjadikan payung tradisional semakin tersisih keberadaannya. Selain itu, model sistem kerja yang diterapkan pada pabrik ini dirasa tidak menguntungkan dan cenderung merugikan perajin maka hal-hal ini lah yang memicu di tutupnya pabrik tersebut. Di sisi lain, tutupnya pabrik payung ini menguntungkan bagi para perajin karena para perajin dapat dengan leluasa memasarkan sendiri hasil produksinya kepada konsumen. Pada tahun 1970, kerajinan payung tradisional mengalami masa keemasannya. Para perajin banyak memproduksi berbagai macam payung dan berhasil memasarkan banyak payung kepada para konsumen. Selanjutnya, dari tahun ke tahun perkembangan payung tradisional mengalami pasang surut mulai dari para perajin maupun para konsumen payung. Para perajin yang awalnya menjamur di banyak desa di Juwiring, satu persatu mulai meninggalkan kegiatan produksinya. Tidak banyak perajin yang bertahan ditengah pasang surut perkembangan payung tradisional Juwiring. Selain itu, minimnya generasi penerus juga menyebabkan jumlah perajin payung semakin berkurang.
7
Pada tahun 2015, tercatat masih ada lima perajin yang hingga kini masih memproduksi payung. Hal ini mendapat respon yang baik dari berbagai pihak yang peduli akan keberadaan para perajin payung. Melalui berbagai kegiatan dan bantuan, akhirnya hingga kini para perajin dapat mempertahankan dan terus memproduksi payung dibawah naungan Industri Kreatif Rumah Tangga. Akhirnya, pada saat ini para perajin payung yang masih tersisa di Juwiring terus memproduksi payung mengikuti perkembangan jaman dimana payung yang di produksi tidak hanya sebagai pelindung dari panas maupun hujan saja tetapi juga ada yang di produksi untuk keperluan-keperluan lain yaitu seperti payung tari, payung upacara adat, dan juga payung estetika. Letak geografis : Dusun
: Gumantar
Desa
: Tanjung
Kecamatan
: Juwiring
Kabupaten
: Klaten
Provinsi
: Jawa Tengah
8
Peta :
Gambar 1 : Peta Kabupaten Klaten Sumber : www.google.com, 2016
b. Pembatasan Masalah Berdasarkan data pengrajin payung yang masih tersisa di Desa Tanjung Kecamatan Juwiring Klaten penulis mengambil salah satu industri pengrajin payung sebagai tempat pengambilan data. Adapun beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis memilih salah satu industri pengrajin payung adalah kegiatan kerja yang masih produktif, susunan organisasi yang jelas dan mampu mendukung penulis dalam menggali data. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis memilih Industri Kreatif Payung Lukis Ngudi Rahayu. c. Visi dan Misi Visi Melestarikan payung sebagai warisan budaya
9
Misi 1) Memproduksi payung dengan selalu menjaga kualitas yang baik 2) Berusaha dapat membuat segala jenis payung 3) Menjunjung tinggi payung - payung hasil produksi Juwiring dalam event event atau acara. d. Susunan Organisasi Kerajinan payung tradisional Juwiring dahulu pernah memiliki paguyuban atau organisasi antar pengrajin. Seiring berjalannya waktu, organisasi tersebut tidak lagi berjalan. Pengrajin Payung Juwiring saat ini tidak memiliki sebuah paguyuban atau organisasi yang digunakan sebagai wadah berkumpul para pengrajin untuk saling bertukar ide dan inovasi serta menampung aspirasi antar pengrajinnya dalam mengembangkan payung tradisional Juwiring. Para pengrajin kini mengembangkan usahanya sendiri - sendiri dan membuat inovasi sendiri untuk produk payung yang dibuatnya.
10
e. Alur kerja
Gambar 2 : Sistem Alur Kerja Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Bagan alur kerja diatas merupakan salah satu contoh alur kerja proses pembuatan payung pada industri Ngudi Rahayu dimana Pemilik sekaligus pemimpin industri yaitu Bapak Ngadi bertindak sebagai koordinator. Secara umum, bagan alur kerja diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Seorang pemimpin bertindak sebagai koordinator. Koordinator tersebut menyesuaikan jumlah pesanan payung dengan jumlah kerangka yang akan dibuat oleh pembuat kerangka. Kerangka yang sudah dibuat oleh perajin kerangka menghasilkan kerangka payung setengah jadi yang masih berupa rangkaian bambu-bambu. Selanjutnya, hasil kerangka payung tersebut diserahkan kembali kepada koordinator. Oleh koordinator, kerangka payung
11
tersebut diberikan kepada perajin sulam atau penyulam untuk proses penyempurnaan
kerangka.
Setelah
kerangka
tersebut
disulam,
maka
menghasilkan kerangka payung yang utuh atau siap di pasang kain (mayu). Sebelum proses pemasangan kain, kerangka payung yang utuh tadi diserahkan dahulu kepada koordinator untuk diberikan kepada pemayu atau seseorang yang memiliki keahlian dalam proses pemasangan kain. Setelah proses pemasangan kain selesai, akan diperoleh payung setengah jadi. Payung ini kemudian diserahkan kepada koordinator dan selanjutnya dilakukan proses pembatikan oleh perajin batik. Setelah proses pembatikan, payung payung yang siap finishing diserahkan kembali kepada koordinator untuk dilakukan proses finishing. Proses finishing merupakan proses terakhir dalam penyempurnaan payung setengah jadi sehingga menjadi produk payung yang siap dipasarkan. f. Sistem kerja Sistem kerja yang diterapkan pengrajin payung Juwiring adalah sistem tenaga kerja borongan. Sistem tenaga kerja borongan yaitu tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja. Berdasarkan sistem
tersebut
setiap
pengrajin
memiliki
beberapa
pekerja
dalam
memproduksi payungnya. Pengrajin payung yang memiliki banyak pekerja salah satunya adalah Pengrajin Ngudi Rahayu. Pengrajin Ngudi Rahayu memiliki 22 pekerja yang terbagi menjadi 6 pembuat kerangka, 7 penyulam, 3 pemasang kain, 4 pembatik, 2 pemlitur.
12
Pekerjaan yang diberikan oleh Pengrajin Ngudi Rahayu tidak dikerjakan di tempat, melainkan dikerjakan dirumah masing - masing. Hal tersebut dilakukan agar lebih efisien tempat dan para pekerja borongan juga dapat lebih nyaman karena bisa mengerjakan pesanan yang tidak hanya dari Pengrajin Ngudi Rahayu tetapi juga dari Pengrajin lainnya, selain itu para pekerja borongan juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah mereka.
2. Produk Coffee Table Book adalah sebuah buku bacaan ringan yang biasanya di tempatkan di meja yang digunakan untuk bersantai atau dimeja tamu yang akan bisa menjadi inspirasi percakapan, hiburan, atau mengurangi kebosanan. Buku ini tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun berupa karya-karya foto atau ilustrasi seseorang yang dijadikan sebuah buku. Pada proses pembuatannya, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu harus memiliki konsep dari dibuatnya buku tersebut, memiliki bahan berupa foto dan teks ataupun ilustrasi (jika yang ingin ditampilkan berupa ilustrasi) yang menunjang buku tersebut, menentukan layout buku baik cover buku maupun isi buku. Pada Cover biasanya diambil gambar yang mewakili isi buku, menggunakan judul dengan font menarik. Dibelakang buku biasanya ada kata bijak penulis/ kesimpulan buku. Selain itu, di dalam Coffee Table Books terdapat Contents, Latar belakang buku tersebut Isi Buku tersebut, dan Biografi penulis.
13
Coffee Table Book adalah buku yang dominasi contentnya berupa foto atau ilustrasi. Oleh karena itu, tampilan Coffee Table Book berbeda dengan buku pada umumnya. Kertas yang dgunakan lebih tebal daripada jenis buku yang lainnya, biasanya menggunakan kertas jenis art paper dan kertas jenis lainnya yang menimbulkan kesan tersendiri pada foto atau ilustrasi yang ditampilkan. Coffee Table Book biasanya berukuran cukup besar dan memiliki jenis sampul hard cover. Coffee Table Book biasanya mulai dari ukuran 20 cm x 20 cm hingga 21 cm x 28 cm, dapat berbentuk landscape maupun potrait. Jenis foto yang digunakan dalam Coffee Table Book biasanya berupa Landscape Photography, Human Interest dan Documentary Photography. Pada perancangan Coffe Table Book ini penulis menggunakan jenis foto Human Interest. Tema yang diangkat adalah salah satu kerajinan tangan Indonesia berupa payung Tradisional. Kerajinan payung tradisional yang ada di Indonesia salah satunya berada di daerah Klaten, tepatnya di Kecamatan Juwiring. Payung tradisional Juwiring mempunyai ciri khas pada proses pembuatannya yang cukup panjang dan rumit serta detail bagian per bagiannya. Selain itu, payung Juwiring juga dikenal sebagai payung yang biasa digunakan dalam berbagai acara adat di Keraton Kasunanan Surakarta maupun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Produk payung Juwiring secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam jenis payung yang di produksi, bahan baku pembuatan payung , alat pembuatan payung dan proses pembuatan payung.
14
a. Jenis Payung Payung yang dibuat di juwiring ini sangat beragam jenisnya mulai dari fungsi, ukuran dan bahannya. Jenis payung yang dibuat di Juwiring ini dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Berdasarkan Fungsinya : a) Payung Kebesaran / Payung Keraton
Gambar 3 : Payung Keraton Sumber : www.google.com, 2016
Payung kebesaran atau payung keraton adalah payung khusus yang menyatakan pangkat atau kedudukan seseorang. Payung pada masa lampau bukan semata penahan cuaca tetapi bentuk apresiasi yang menunjukkan dari kalangan mana ia berasal. Seberapa tinggi jabatan mereka dalam struktur pemerintahan masyarakat tradisional Jawa dan dapat dikatakan juga bahwa payung merupakan aksesoris dalam berbusana yang menunjukkan sebuah status sosial seseorang. Payung merupakan aksesoris kepriyayian dan kebangsawanan sehingga penggunaannya diatur.
15
b) Payung Tari
Gambar 4 : Payung Tari Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Payung Tari merupakan payung yang digunakan sebagai properti pada pertunjukan sebuat tari maupun teater. Payung jenis ini biasanya berwarna warni dan ukurannya tidak terlalu besar. Payung menjadi properti utama dalam setiap pementasan tari tradisional salah satunya adalah tari khas Minangkabau Sumatera Barat. Makna filosofi yang terdapat
dalam
payung
yang
dibawa
oleh
penari
pria
adalah
menggambarkan peran seorang pria dalam sebuah rumah tangga yang penuh
dengan
tanggungjawab,
kasih
sayang,
serta
memberikan
perlindungan bagi isterinya. c)
Payung Upacara Adat Payung Upacara Adat merupakan payung yang digunakan dalam
kegiatan adat atau tradisi - tradisi yang masih diyakini dan dilakukan oleh masyarakat. Payung upacara adat ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
16
(1) Payung Jenazah
Gambar 5 : Payung Jenazah Sumber : www.google.com, 2016
Payung jenazah merupakan payung yang digunakan pada prosesi upacara kematian. Payung jenazah merupakan tanda belas kasih cinta sanak keluarga terhadap orang yang baru saja meninggal. Dimaksudkan agar orang yang baru saja meninggal itu tidak kehujanan dan kepanasan selama di liang kubur. (2) Payung Susun
Gambar 6 : Payung Susun Sumber : www.google.com, 2016
17
Payung susun adalah payung yang dibuat bersusun atau bertingkat, biasanya dibuat tiga tingkat dengan bagian bawah payung ukuran paling besar, kemudian payung ukuran sedang sedang dan paling atas payung berukuran paling kecil. Payung susun ini biasanya digunakan untuk kegiatan budaya maupun sebagai dekorasi. d) Payung Dekorasi
Gambar 7 : Payung Dekorasi sebagai cup lampu Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Payung Dekorasi merupakan payung yang digunakan sebagai hiasan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Payung ini memiliki ukuran yang beragam, dari ukuran kecil hingga ukuran besar, ada juga yang berbentuk susun. Payung dekorasi yang berukuran besar biasanya digunakan sebagai dekorasi sebuah cafe atau
restaurant,
sedangkan payung yang berukuran kecil atau payung susun biasanya digunakan untuk mendekorasi ruangan pada rumah.
18
2) Berdasarkan Ukurannya : a) Diameter 3 m b) Diameter 2 m c) Diameter 120 cm d) Diameter 80 cm e) Diameter 70 cm f) Diameter 60 cm g) Diameter 50 cm h) Diameter 40 cm 3) Berdasarkan Bahan Pembuatan a) Payung Kain
Gambar 8 : Payung Kain Organdi Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Payung kain merupakan payung yang terbuat dari berbagai jenis kain sesuai dengan kegunaannya. Kain yang digunakan untuk membuat payung ini antara lain, Mori, Organdi, Troso, Jarik, Bludru dan
19
Poleyster. Kelebihan dari payung kain ini adalah lebih tahan lama dan lebih kuat dibandingkan dengan payung kertas. b) Payung Kertas
Gambar 9 : Payung Kertas Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Payung kertas merupakan payung yang terbuat dari kertas. Kertas yang digunakan untuk membuat payung ini adalah kertas semen. Payung kertas biasanya digunakan sebagai payung jenazah sekali pakai. Payung ini biasanya juga digunakan dalam acara lomba melukis anakanak. Seiring dengan perkembangan jaman payung kertas sudah jarang dibuat kecuali hanya untuk payung jenazah sekali pakai atau kegiatan lomba maupun workshop melukis payung.
20
b. Bahan Baku Pembuatan Payung Bahan baku untuk pembuatan payung banyak jenisnya dan perlu memperhatikan kualitas agar tidak mengurangi mutu payung . Bahan yang dipilih memiliki kelebihan masing – masing sesuai yang dibutuhkan untuk payung yang akan dibuat. Berikut adalah bahan baku pembuatan payung : 1) Kayu a) Kayu Kenanga
Gambar 10 : Kayu Kenanga Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Kenanga (bahasa Latin: Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang menghasilkannya. Ada dua forma kenanga, yaitu macrophylla, yang dikenal sebagai kenanga biasa, dan genuina, dikenal sebagai kenanga filipina atau ylang-ylang. Selain itu, masih dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa), yang banyak ditanam sebagai hiasan di halaman rumah. Kenanga tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 12 meter.
21
Pada proses pembuatan payung, kayu kenanga digunakan sebagai bungkul. Hal ini dikarenakan kayu kenanga memiliki tekstur yang kuat dan tahan lama. Satu balok kayu kenanga ukuran 2 meter dapat dihasilkan kurang lebih 200-300 bungkul. b) Kayu Mlinjo (So)
Gambar 11 : Kayu Melinjo (So) Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae). Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. Pohon Melinjo dapat tumbuh hingga tinggi 25 meter. Pada proses pembuatan payung, kayu So digunakan sebagai gagang atau pegangan payung. Hal ini dikarenakan kayu So memiliki tekstur yang kuat, tahan lama dan tidak mudah dimakan hewan pengerat.
22
2) Bambu
Gambar 12 : Bambu Wulung Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Salah satunya adalah Bambu wulung. Bambu wulung adalah bambu yang warna kulitnya wulung/hitam/hijau kehitaman/ungu tua dan ada garis berwarna kuning di sepanjang batang maupun rantingnya. Diameter bambu wulung mayoritas antara 5-12 cm dengan panjang/tinggi antara 7-18 meter. Pada proses pembuatan payung, bambu wulung digunakan sebagai ruji untuk pembuatan kerangka payung. Hal ini karena bambu wulung tahan lama dan tidak mudah lapuk. Satu batang bambu wulung dapat dihasilkan kurang lebih untuk 10 kerangka payung.
23
3) Kertas dan Kain a) Kertas Semen
Gambar 13 : Kertas Semen Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Kertas semen adalah kertas bekas bungkus semen yang memiliki tekstur kuat, sedikit kaku dan tahan air bila sudah dilapisi dengan cat. b) Kain Mori
Gambar 14 : Kain Mori Sumber : www.google.com, 2016
Kain mori adalah kain tenun berwarna putih yang digunakan untuk bahan membuat kain batik. Bahan baku kain mori terbuat dari bahan katun, polyester, rayon dan juga sutra. Ada 2 jenis kain mori yaitu kain mori yang telah mengalami proses pemutihan atau bleaching
24
dan kain mori yang belum diputihkan. Kain yang belum diputihkan disebut juga kain belacu. c) Kain Polyester
Gambar 15 : Kain Polyester Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Kain polyester adalah kain sintetis, yang memiliki arti serat buatan dan tidak tersedia secara bebas di alam, seperti katun, viscose, sutera,
dan
kain
lainnya
yang
seratnya
diolah
dari
alam.
Polyester adalah kain yang digunakan untuk menambah kualitas jenis kain tertentu, seperti resistensi terhadap kerutan. Jenis kain ini juga digunakan untuk memberi efek keras pada bahan kain lainnya dan memberi kekuatan. Keunggulan kain yang terbuat dari serat Polyester ini dikenal memiliki daya tahan lama, tidak mudah kusut, dan lebih cepat kering pada saat dijemur.
25
d) Kain Organdi
Gambar 16 : Kain Organdi Sumber : www.google.com, 2016
Kain ini terbuat dari benang seperti rayon, polyester maupun sutera. Kain yang terasa halus dan ringan di tangan ini mempunyai karakteristik transparan, mudah dibentuk dan tidak terlalu kaku jika diaplikasikan. e) Kain Lami Woli
Gambar 17 : Kain Lami Woli Sumber : www.google.com, 2016
Sesuai dengan namanya, kain wol ini tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. Kelebihan dari kain ini adalah awet dan tahan lama.
26
f) Kain Troso
Gambar 18 : Kain Troso Sumber : www.google.com, 2016
Tenun ikat troso atau kain ikat troso adalah kriya tenun Jepara tepatnya dari Desa Troso dan berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah. g) Kain Jarik
Gambar 19 : Kain Jarik Sumber : www.google.com, 2016
27
Jarik adalah kain panjang berwarna latar hitam dengan corak batik warna coklat dengan motif batik yang beranekaragam. h) Kain Beludru
Gambar 20 : Kain Beludru Sumber : www.google.com, 2016
Kain beludru ini biasanya terbuat dari bahan dasar sutera walaupun kadang ada yang terbuat dari kain velvet yang berbahan dasar katun dan beberapa kain velvet sintetis lain yang terbuat dari polyester, nilon, viscose, acetate dan campuran bahan bahan fiber sintetis lainnya. 4) Cat a) Cat Air
Gambar 21 : Cat Air Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
28
Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, kulit, kain, kayu, atau kanvas.Secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. b) Cat Minyak
Gambar 22: Cat Minyak Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Cat minyak adalah cat yang terdiri atas partikel-partikel pigmen warna yang diikat (direkat) dengan media minyak pengikat pigmen warna yaitu minyak linen dapat juga dengan minyak papaver dalam bentuk pasta, sedangkan untuk mengencerkan cat tediri dari campuran terpentin dengan minyak linen.
29
c) Cat Emas (Brom)
Gambar 23 : Cat Emas (Brom) Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Cat emas (brom) merupakan cat minyak dengan karakteristik warna cemerlang, pigmen emas tebal dan mudah menempel pada furniture. d) Cat Plitur (Politur)
Gambar 24 : Cat Politur Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Politur adalah pewarna kayu yang bersifat transparan, dan tidak menutup serat kayu, sehingga kayu nampak lebih indah. Cat ini
30
biasanya berwarna coklat. Cat ini biasanya digunakan untuk mengecat gagang pada payung. e) Benang 1) Benang Wol
Gambar 25 : Benang Wol Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Benang wol merupakan serat tekstil yang diperoleh dari bulu domba dan hewan tertentu lainnya. 2) Benang Kenur
Gambar 26 : Benang Kenur Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
31
Benang kenur merupakan benang yang biasa disebut dengan monofilament. Bahan utama pembuatan benang kenur adalah exstruded nylon. Sifatnya yaitu kuat dan tahan lama. 3) Lem Lem adalah zat atau bahan perekat yang berfungsi merekatkan dua bagian suatu benda. Material pembentuk lem terbuat dari dua jenis bahan yaitu bahan sintetis dan bahan alami. Lem yang digunakan pada pembuatan payung dahulu menggunakan lem berbahan alami, namun karena saat ini bahan sulit dicari maka lem yang digunakan adalah lem berbahan sintetis. Lem berbahan sintetis ini menggunakan pelarut kimia dan lem akan mengering setelah pelarutnya menguap dan lem jenis ini sangat mudah terbakar. 4) Paku Paku adalah sebuah benda yang ditembuskan menggunakan palu untuk merekatkan dua bua benda yang akan digabungkan.
32
c. Alat Pembuatan Payung Alat yang digunakan dalam pembuatan payung sangat beragam. Alat tersebut memiliki kegunaannya masing - masing. Alat pembuatan payung ini dibedakan menjadi dua, yaitu alat umum dan alat khusus. Berikut adalah alat alat pembuatan payung : 1) Alat umum Alat umum merupakan alat yang biasa digunakan pada proses pembuatan kerajinan lain maupun proses lainnya. Alat tersebut antara lain : a) Bur Listrik b) Bendo c) Gergaji d) Jarum e) Penjepit f)
Gunting
g) Mesin PakuTembak h) Mesin Amplas Listrik i)
Tang
j)
Palu
2) Alat khusus Alat khusus merupakan alat yang jarang atau mungkin tidak pernah dipakai dalam proses pembuatan kerajinan lainnya. Alat tersebut antara lain :
33
a) Uncek
Gambar 27: Alat Uncek Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Uncek merupakan alat yang digunakan untuk melubangi bungkul. Alat ini memiliki ujung seperti jarum dan bagian pegangan terbuat dari kayu. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan cara diputar menggunakan kedua tangan hingga menembus bungkul yang dilubangi. b) Lodok
Gambar 28 : Alat Lodok Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Lodok merupakan alat yang digunakan untuk menancapkan pada bungkul. Fungsi dari alat ini yaitu sebagai pegangan atau pengunci
34
ketika bungkul akan dilubangi maupun digergaji secara manual. Lodok ini terbuat dari kayu yang dibuat memanjang dan ujungnya mengerucut agar dapat masuk pada lubang dibagian tengah bungkul. c) Pangot
Gambar 29 : Alat Pangot Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Pangot merupakan alat yang sering digunakan dalam proses pembuatan payung. Alat ini sangat serbaguna. Bentuknya hampir mirip dengan clurit, pegangannya terbuat dari kayu dan bagian lainnya terbuat dari besi. Bagian alat ini yang terbuat dari besi pada sisi ujung dan pinggirnya tipis dan tajam seperti pisau.
35
d) Kuas
Gambar 30 : Kuas Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Kuas merupakan alat yang digunakan untuk melukis atau membatik payung. Kuas ini berbeda dari kuas pada umumnya. Kuas ini terbuat dari bambu, bagian ujung kuas terbuat dari rambut. Ukuran dari kuas ini bermacam - macam sesuai dengan keperluannya. e) Mesin Bubut Dinamo
Gambar 31 : Mesin Bubut Dinamo Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Mesin bubut dinamo merupakan alat yang digunakan untuk membuat bungkul dan menuran pada payung. Alat ini dirakit sendiri
36
oleh pengrajin payung. Alat ini digerakkan oleh dinamo. Cara kerja alat ini yaitu memutar kayu yang dipasang pada pengait yang terdapat di bagian tengah. Kayu yang terpasang dan berputar kemudian diukir oleh pengrajin menggunakan pangot sampai membentuk bungkul maupun menuran. d.
Proses Pembuatan Payung Proses pembuatan payung tradisional Juwiring ini cukup panjang dan rumit, sehingga melibatkan banyak orang dalam pembuatannya. Butuh keahlian dan ketelatenan untuk membuat sebuah payung ini, sehingga orang yang ingin membuatnya tidak bisa jika hanya mempelajari secara singkat proses pembuatannya. Proses pembuatan payung sendiri dibagi menjadi 5 bagian utama, yaitu : 1) Proses Pembuatan Kerangka
Gambar 32 : Kerangka Setengah Jadi Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
37
Proses pembuatan kerangka merupakan proses membuat bagian bagian kerangka pada payung yang bahan dasarnya dari kayu dan bambu. Proses pembuatan kerangka dibagi menjadi 5 : a) Pembuatan Bungkul
Gambar 33 : Bungkul Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Bungkul merupakan bagian pada kerangka payung yang digunakan untuk menyambungkan atau menyatukan ruji-ruji dan sanggan pada payung. Bahan pembuatan bungkul adalah kayu kenanga. Proses pembuatan bungkul meliputi : (1) Pemotongan kayu menjadi bentuk tabung Pada proses ini, kayu kenanga gelondongan yang berukuran 1-2 meter dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dipotong berukuran lebih kecil dan dibuat menjadi bentuk tabung. (2) Pembubutan membentuk lekukan bungkul Pada proses ini, kayu kenanga yang sudah berbentuk seperti tabung dibubut dengan menggunakan alat mesin bubut dinamo. Kayu kenanga yang sudah terpasang kemudian dibentuk hingga
38
membentuk lekukan bungkul. Satu kayu kenanga berbentuk tabung tersebut dapat dibuat menjadi 2 pasang bungkul. (3) Pemotongan bungkul Proses pemotongan ini dilakukan untuk memisahkan bungkul yang masih menjadi satu bagian yang kemudian dipotong menjadi satuan. (4) Pembuatan lubang dibagian tengah bungkul Bungkul yang sudah menjadi satuan kemudian bagian tengahnya dibor menggunakan bor listrik. Tujuan dari membuat lubang pada bagian tengah bungkul yaitu, agar mempermudah dimasuki alat lodok yang fungsinya sebagai pegangan dalam proses penggergajian maupun proses pemasangan ruji dan sanggan pada payung. (5) Penggergajian dibagian pinggir bungkul Proses ini merupakan proses terakhir pembuatan bungkul. Bungkul yang bagian tengahnya sudah berlubang kemudian pada bagian pinggir bungkul digergaji untuk tempat memasukkan ruji dan sanggan. Banyaknya penggergajian dalam satu bungkul tergantung ukuran payung yang dibuat.
39
b) Pembuatan Menuran
Gambar 34 : Menuran Payung Tari Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Menuran merupakan bagian ujung dari payung yang berbentuk kerucut. Bahan pembuatan menuran adalah kayu kenanga. Proses pembuatan pembuatan menuran sama dengan pembuatan bungkul. Berikut ini adalah tahapan proses pembuatan menuran : (1) Pemotongan kayu menjadi bentuk tabung Proses ini sama dengan proses pembuatan bungkul, yaitu kayu kenanga dibuat menjadi bentuk tabung. Berbeda dengan pembuatan bungkul, kayu yang berbentuk tabung ukurannya lebih kecil dari ukuran pembuatan bungkul. Kayu berbentuk tabung tersebut juga hanya dapat menjadi satu buah menuran. (2) Pembubutan membentuk lekukan menuran Proses ini juga sama dengan pembuatan bungkul yaitu menggunakan mesin bubut dinamo yang kemudian dibentuk menjadi menuran.
40
c) Pembuatan Ruji dan Sanggan
Gambar 35 : Ruji dan Sanggan Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Ruji merupakan kerangka bagian atas yang disusun melingkar dan digunakan untuk menempelkan kain ataupun bahan payung lainnya. Sedangkan sanggan merupakan kerangka bagian bawah yang digunakan untuk menyangga kerangka bagian atas agar payung dapat terbuka. Pembuatan ruji dan sanggan ini melalui beberapa proses, antara lain : (1) Ngesik Ngesik merupakan proses menguliti bambu yang tujuannya untuk membuat bambu lebih bersih dan ketika diberi lem dapat merekat dengan kuat. (2) Ngliningi Ngliningi
merupakan
proses
membelah
bambu
menjadi
beberapa bagian yang nantinya dibuat sebagai ruji dan sanggan. Satu bambu bulat dapat menjadi kurang lebih 60 biji ruji dan satu bambu bulat dapat menjadi 100 biji sanggan.
41
(3) Ngongoti / Njegleki Ngongoti / Njegleki merupakan proses membuat lengkungan pada bagian depan dan belakang ruji. Bagian depan ruji lengkungan yang dibuat kurang lebih setengah bagian pada ruji, sedangkan pada bagian belakang, lengkungan yang dibuat kurang lebih berukuran 1 cm. (4) Ngebor Ngebor merupakan proses pemberian lubang pada ruji dan sanggan yang nantinya digunakan untuk memasukkan benang dalam proses penyulaman. (5) Mbontosi Mbontosi merupakan proses menipiskan ujung belakang pada ruji yang bertujuan agar ruji dapat masuk ke sela-sela dari bungkul yang digergaji pada saat proses perakitan bungkul dan ruji. (6) Nyudeti Nyudeti merupakan proses membelah bagian tengah ruji yang nantinya digunakan untuk memasukkan sanggan pada saat perakitan kerangka. (7) Nipisi Nipisi merupakan proses menipiskan ujung belakang pada sanggan yang bertujuan agar sanggan dapat masuk ke sela-sela
42
dari bungkul yang digergaji pada saat proses perakitan bungkul dan sanggan. (8) Ngongko Ngongko merupakan proses menata bambu yang sudah menjadi ruji. Tujuan dari proses ini yaitu agar ruji dapat tertata dengan rapi dan tidak berantakan. d) Pembuatan Gagang
Gambar 36 : Gagang Payung yang Belum di Plitur Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Gagang merupakan bagian pada payung yang digunakan untuk pegangan payung. Bahan pembuatan gagang adalah kayu mlinjo. Proses pembuatan gagang ini meliputi : (1) Pembubutan gagang Pembubutan gagang merupakan proses pembentukan gagang berbentuk tabung panjang menggunakan mesin bubut. Proses pembubutannya yaitu kayu mlinjo yang masih utuh dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dimasukkan kedalam mesin dan keluar sudah menjadi gagang berbentuk tabung panjang.
43
(2) Pelubangan ujung pegangan Pelubangan ujung pegangan merupakan proses membuat lubang pada ujung pegangan yang nantinya digabungkan pada gagang. (3) Penggabungan Penggabungan merupakan proses menggabungkan gagang dengan pegangan. e) Ngrancang (Perakitan Kerangka)
Gambar 37 : Proses Ngrancang Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Perancangan
kerangka
merupakan
tahap
terakhir
dari
pembuatan kerangka. Tahap ini merancang semua bagian dari kerangka payung yang sudah dibuat. Perancangan kerangka ini terdapat beberapa proses, antara lain : (1) Ngunceki / Nginceri Ngunceki / Nginceri merupakan proses melubangi bungkul agar dapat dimasuki benang pada saat proses perakitan bungkul dengan ruji dan sanggan.
44
(2) Nyurupke Nyurupke merupakan proses merakit atau menggabungkan ruji ke bungkul dan sanggan ke bungkul. (3) Ngrancang Ngrancang merupakan tahap menggabungkan ruji dan sanggan yang sudah terpasang di bungkul. Proses penggabungan ini posisi ruji berada diatas yang nantinya akan dipasangi dengan penutup kerangka baik berupa kain, kertas maupun plastik. Sedangkan posisi sanggan berada dibawah, tujuannya agar dapat menyangga ruji sehingga payung dapat terbuka. (4) Nguraki Nguraki merupakan tahap melubangi bungkul pada kerangka yang sudah dirakit yang fungsinya agar gagang dapat masuk pada keranga, sehingga mudah untuk disatukan.
2) Proses Penyulaman Kerangka
Gambar 38 : Proses Penyulaman Kerangka Payung Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
45
Proses penyulaman merupakan proses menyulam benang pada bagian dalam kerangka. Fungsi dari penyulaman sendiri yaitu sebagai penguat kerangka, selain itu juga untuk memperindah pada bagian dalam kerangka payung.
3) Proses Pemasangan Kain
Gambar 39 : Proses Pemasangan Kain Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Proses pemasangan kain merupakan proses pemasangan penutup bagian atas kerangka payung. Kain yang dipasang pada kerangka payung beranekaragam jenisnya, tergantung jenis payung yang dibuat. Proses ini juga tidak hanya memakai kain saja melainkan juga menggunakan kertas dan juga plastik sesuai dengan kebutuhannya. Pemasangan kain ini terdapat beberapa proses, antara lain : a) Trenten Trenten merupakan proses mengikat benang pada ujung ruji hingga melingkar mengikuti bentuk dari kerangka . Tujuan dari proses ini
46
yaitu agar jarak ruji yang satu dengan ruji yang lainnya sama dan teratur. b) Ngelem Ngelem merupakan proses pemberian lem pada setiap ruji kerangka payung agar saat kain dipasang dapat merekat pada ruji - ruji dari kerangka payung. c) Mayu Mayu merupakan proses pemasangan kain pada kerangka payung. Proses pemasangan kain dilakukan secara perlahan agar kain rapi dan tidak kusut. d) Penjemuran Penjemuran merupakan proses menjemur payung setelah kerangka payung selesai dipasangi kain. Tujuan dari penjemuran ini adalah agar lem kering sehingga kain dapat menempel dengan kuat pada kerangka payung. Proses penjemuran biasanya dilakukan selama beberapa jam tergantung panas sinar matahari. e) Mlipiti Mlipiti merupakan proses merapikan pinggiran payung karena kain yang dipasang melebihi ukuran kerangka payung. Tujuan lain dari proses ini adalah agar kain tidak mudah lepas dari kerangka karena kain yang melebihi kerangka di lem masuk kebagian dalam payung.
47
4) Proses Pembatikan
Gambar 40 : Proses Pembatikan Payung Tari Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Proses pembatikan merupakan proses memberi motif pada kain payung. Proses pemberian motif pada kain payung biasanya dilakukan pada bagian atas kain dan ada juga yang di bagian dalam payung. Proses pembatikan payung ini meliputi : a) Pengecatan Dasar Pengecatan dasar merupakan proses pengecatan pada kain payung. Proses ini tidak dilakukan pada semua payung, namun hanya dilakukan pada payung yang berwarna putih, tujuannya untuk memberi warna dasar pada payung. Proses pengecatan bagian atas payung dilakukan dua kali pengecatan dan bagian dalam payung hanya satu kali pengecatan. b) Pembatikan Pembatikan merupakan proses pemberian motif pada payung. Proses pembatikan biasanya dilakukan pada payung tari, payung
48
kraton dan payung jenazah. Motif yang dilukis pada payung berbeda beda bentuknya.
5) Proses Finishing
Gambar 41: Proses Finishing Payung Tari Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016
Proses finishing merupakan proses terakhir dari pembuatan payung. Proses ini merupakan proses menyatukan semua perlengkapan pada payung. Proses finishing ini antara lain : a) Pemlituran Gagang Pemlituran gagang merupakan proses dimana gagang yang sudah siap dicat dengan menggunakan cat plitur agar warnanya lebih menarik. b) Pemasangan Gagang Pemasangan gagang merupakan proses dimana gagang yang telah diplitur dipasang pada bagian bawah payung. Gagang dimasukan ke lubang bungkul pada sanggan dan juga bungkul pada ruji yang kemudia dipaku agar lebih kuat dan tidak lepas.
49
c) Pemasangan Menuran Pemasangan menuran merupakan proses memasang menuran pada ujung payung. Tujuan pemasangan menuran pada ujung payung selain memperindah tampilan payung juga sebagai penutup lubang bungkul pada ruji. d) Pengebroman Pengebroman merupakan proses pemberian cat warna emas pada menuran dan juga bungkul pada sanggan yang berada dibagian dalam payung.
6) Proses Pelengkap Proses pelengkap merupakan proses tambahan pada pembuatan payung. Proses ini tidak dilakukan pada semua jenis payung melainkan pada payung jenis tertentu saja. Proses pelengkap ini meliputi : a) Nyeret Nyeret merupakan proses pemberian cat warna emas pada kain payung bagian atas membentuk garis melingkar mengikuti bentuk payung. Proses ini biasanya dilakukan pada jenis payung jenazah. b) Gombyoki Gombyoki merupakan proses memberi hiasan pada payung dibagian pinggir dan dibagian bawah menuran. Proses ini biasanya dilakukan pada payung jenazah, payung kraton dan payung dekorasi. Proses gombyoki ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
50
(1) Gombyok Atas Gombyok atas merupakan pemasangan kain berbentuk persegi kecil yang pinggirnya terdapat anyaman benang. Gombyok ini di lipat - lipat dan dipasang pada bagian bawah menuran. (2) Gombyok bawah Gombyok bawah merupakan pemasangan hiasan seperti benang yang disulam pada bagian pinggir payung melingkar mengikuti bentuk payung.
3. Kegiatan Promosi Proses promosi yang dilakukan para perajin payung di Juwiring yaitu melalui kegiatan festival maupun pameran. Tidak ada promosi khusus yang diterapkan para perajin tersebut. Hal ini dikarenakan hampir semua perajin payung di Juwiring sudah memiliki pelanggan tetap yang secara rutin memasarkan payung-payung hasil produksi para perajin. Tidak hanya itu, dengan adanya festival maupun pameran yang mengikutsertakan payung Juwiring untuk dipamerkan, juga menjadi peluang tersendiri bagi para perajin untuk memperoleh pasar baru sehingga pelanggan dan pemesannya bertambah dengan sendirinya.
51
Gambar 42 : Stand Payung Juwiring pada Festival Payung di Solo Sumber : Dokumentasi Ngudi Rahayu, 2015
Gambar 43 : Pameran Dompet Dhuafa di Jakarta Sumber : Dokumentasi Ngudi Rahayu, 2015
52
B. Target Market
Target market adalah proses menentukan pilihan satu atau lebih sasaran pasar yang akan dimasuki atau dilayani kebutuhannya. Target market dari payung traditional Juwiring ini diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Segmentasi Geografis Segmentasi pasar atas dasar geografis yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara membagi pasar kedalam unit-unit geografis seperti negara, provinsi, kabupaten, kota, desa dan lain sebagainya. Berikut adalah segmentasi geografis : A. Primer
: Klaten, Solo, Jogja dan sekitarnya
B. Sekunder
: Seluruh Indonesia dan Mancanegara
2. Segmentasi Demografi Segmentasi pasar atas dasar demografis yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis, seperti umur, jenis, kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Berikut adalah segmentasi demografi : A. Usia
: 21 – 60 tahun keatas
B. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan C. Pendidikan
: Semua jenjang pendidikan
D. Kelas Sosial
: Semua lapisan masyarakat
53
C. Profil Penerbit
1.
Sejarah Perusahaan Kompas Gramedia, disingkat KG, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 28 Juni 1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong) adalah orang pertama mendirikanya, kemudian di lanjutkan oleh Jakob Oetama, dan pada saat ini Kompas Gramedia dipegang oleh Agung Adiprasetyo sebagai Chief Executive Officer. Para pendiri Kompas Gramedia ini memiliki tujuan yang sama yaitu ingin memakmurkan bangsa Indonesia melalui intelektualitas dan bisa mendorong minat baca masyarakat Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui edukasi. Grup Kompas Gramedia menerbitkan untuk pertama kalinya adalah majalah Intisari pada tahun 1963, disusul dua tahun kemudian pada tanggal 28 Juni 1965, memulai menerbitkan sebuah koran harian Kompas. Bp. Oetama juga merambah dunia penerbitan, percetakan dan usaha retail buku dan majalah. Selain itu, di sadari bahwa toko buku adalah sebuah alat distribusi yang baik dalam dunia.
54
Penerbit
dan
percetakan
saja
tidaklah
cukup
untuk
dapat
mendistribusikan produk secara merata ke seluruh Indonesia, Itulah sebabnya Kelompok Kompas Gramedia (KKG) mendirikan jaringan toko buku. Maka pada tahun 1970. Toko buku Gramedia pertama dibuka untuk bisnis di jalan Gajah Mada, Jakarta. Bisnis ini cukup bagus dan berkembang pesat. Saat ini, Gramedia memiliki 99 toko buku yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. 2. Profil Perusahaan PT. Gramedia Pustaka mencakup seluruh wilayah di Indonesia melalui toko buku Gramedia atau kantor pemasaran dan outlet yang bekerjasama dengan PT.Gramedia Pustaka diseluruh Indonesia. Dan untuk target market secara khusus yaitu seluruh wilayah Kota Solo dan sekitarnya, juga dapat berkunjung ke offline store di : a. TB. Gramedia Slamet Riyadi. Jl, Brigjen Slamet Riyadi No. 284. Telp.(0271) 741 888 / 715 625; Fax. (0271) 729 174 b. TB. Gramedia Solo Square Jl. Slamet Riyadi No. 451 – 455 Telp.(0271) 765 1755 / 56; Fax. (0271) 765 1758 3. Target Market a. Umum Secara umum, target market PT. Gramedia ini mencakup seluruh wilayah Indonesia. Dengan berkunjung di toko buku atau kantor pemasaran dan outlet yang bekerjasama dengan PT.Gramedia Pustaka diseluruh Indonesia. Untuk pasar di luar Indonesia, pemesanan dapat di lakukan
55
melalui online dengan berkunjung ke website www.gramediaonline.com atau ke www.gramediapustaka.com. b. Khusus Konsumen yang berdomisili dari Solo, dan sekitarnya yang bisa langsung berkunjung ke toko buku Gramedia yang ada di Solo. TB.Gramedia Slamet Riyadi dan di TB. Gramedia Solo Square. Atau melalui media online
Perlu diketahui juga bahwa PT.Gramedia memiliki beberapa penerbit intern yang menghandle sendiri-sendiri jenis buku yang diterbitkan dan berikut ini adalah penerbit intern yang menghandle buku cergam anak : a. Grasindo PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Grasindo didirikan pada tahun 1990 untuk berpartisipasi dan mengantisipasi derasnya jasa pendidikan yang tidak jarang bergeser dari misi semula. Awalnya, Grasindo bergerak pada bidang penerbitan bukubuku teks atau pelajaran untuk siswa dan mahasiswa. Namun sekarang Grasindo juga mengembangkan sayapnya ke buku-buku di luar buku teks atau buku pelajaran. Diawali dengan diterbitkannya buku cerita-cerita rakyat, lagu anak-anak karya komposisi Indonesia, permainan anak-anak yang menunjang kepiawaian anak dalam bidang matematik dan buku-buku "Bagaimana" atau "How To" untuk orang tua dalam mendidik anakanaknya.
56
b. Gramedia Pustaka Utama Gramedia Pustaka Utama dididrikan pada tahun 1974, dan Gramedia Pustaka Utama dikenal sebagai penerbit buku best-seller dari novel, motivasi, marketing, sampai resep masakan. Bahkan logo GM di sampul buku seolah menjadi jaminan bermutunya sebuah buku. Saat ini publikasi Gramedia Pustaka Utama mencakup buku anak (fiksi dan nonfiksi), buku remaja, novel, novel grafis, dan buku mengenai bahasa dan sastra Indonesia.
Gambar 44 : Logo “GRAMEDIA” Sumber : gramediaonline.com, 2016
Logo PT Gramedia Pustaka Utama adalah GM merupakan singkatan dari GRAMEDIA.Warna dari logo tersebut berwarna merah, tetapi di setiap buku terbitan PT.Gramedia Pustaka Utama dapat berubah-ubah disesuaikan dengan warna cover buku. Alasan nama Gramedia Sendiri sengaja ditulis dengan huruf capital karena Gramedia merupakan penerbit buku umum terbesar yang memiliki nilai-nilai dasar yaitu integritas dan profesionalisme. Filosofi perusahaan merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama yang menjadi pandangan hidup dan landasan berpijak setiap karyawan didalam melaksanakan tugasnya.Filosofi perusahaan senantiasa menjiwai dan menjadi pedoman di dalam menentukan sistem, peraturan perusahaan, strategi, serta kebijakan lainnya dalam upaya mewujudkan sasaran dan cita-cita perusahaan.
57
Alamat perusahaan : PT.Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building, Blok I. Lantai 4 & 5, Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270. Telp. (021) 53650110 & 53650111 .Fax.(021) 5300545.|
Website
www.gramedia.com.
Menteri
Kehakiman nomor : C2-5791.H.T.01.01.TH.89. SIUP nomor : 01496/1.824.51. NPWP : 01.352.974.8-073.000 Bidang Usaha : Percetakan dan Penerbitan Buku. 4.
Produk Umum dan Layanan Semula pada saat berdiri Toko Buku Gramedia hanya menawarkan buku. Namun saat ini ragam produknya sudah semakin berkembang, Toko Buku Gramedia sekarang tidak hamya menyediakan produk buku namun juga non buku yang ada di Toko Buku Gramedia.antara lain : stationery, fancy, peralatan kantor, peralatan olahraga, dan produk berteknologi tinggi seperti CD-ROM, audio-video book, dan berbagai produk lain. Pemasaran produk tersebut, didukung ratusan penerbit dan pemasok dalam dan luar negeri, termasuk didalamnya beberapa penerbit intern KKG, seperti : Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Gramedia Widya Sarana, Bhuana Ilmu Populer, dan Penerbit Gramedia Majalah.