13
BAB II DESKRIPSI RSJPD HARAPAN KITA
2.1.
Sejarah Singkat Perusahaan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK)
didirikan oleh Yayasan Harapan Kita, dan diresmikan pada tanggal 9 Nopember 1985 oleh Presiden RI. Dibangun di atas sebidang tanah seluas 22.389 m2, di Jalan S. Parman Kavling 87 Slipi, Jakarta Barat. Fasilitas rumah sakit ini dirancang mirip Texas Heart Center - Houston, berkat arahan Prof. Michael de Bakey. Pada saat itu, hanya dirancang untuk 111 tempat tidur saja, tetapi kebutuhan pengembangannya di masa depan telah diperhitungkan. Meskipun mengemban misi pelayanan, pendidikan/ pelatihan dan penelitian, namun sesuai kebutuhan masyarakat, peran pelayananlah yang paling menonjol. Disamping itu, ada tugas khusus dari Pemerintah yaitu membina pelayanan jantung terpadu di berbagai wilayah Indonesia. Pada saat peresmian, Yayasan Harapan Kita menyerahkan kepemilikan rumah sakit kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI. Akan tetapi, karena biaya kelola yang sangat tinggi, maka pemerintah menyerahkan pengelolaannya kepada Yayasan Harapan Kita sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 57/Menkes/SK/II/1985. Dengan dukungan dana yang kuat dan kerja keras seluruh stafnya, tahun demi tahun RSJHK memperlihatkan kemajuan yang pesat, diikuti penambahan jumlah tempat tidur dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Sebagai pusat pelayanan kardiovaskular yang paripurna (komprehensif/ 13
14
holistik), RSJPDHK melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
kardiovaskular.
pendidikan/pelatihan
Institusi
kardiovaskuler,
ini
juga
memproduksi
menjadi
Dokter
wahana
Spesialis
dan
Subspesialis, perawat, teknisi dan tenaga kesehatan lainnya yang mendalami bidang kardiovaskular. Untuk menunjang tercapainya misi tersebut, dari sejak awal telah dilakukan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang menempatkan Bagian Kardiologi di RSJPDHK. Namun demikian, kerjasama dengan Fakultas Kedokteran lain juga dibina dalam upaya memenuhi kebutuhan pengembangan tenaga ahli kardiovaskular nasional. Disamping menyelenggarakan pendidikan/pelatihan di RSJPDHK, alih teknologi kepada rumah sakit vertikal milik Departemen Kesehatan RI dan rumah sakit umum milik pemerintah daerah juga dilaksanakan melalui kunjungan supervisi para pakarnya ke rumah-rumah sakit tersebut. Berikutnya terbentuklah jejaring pelayanan jantung, dimana RSJHK menjadi pusat rujukan dan Pusat Jantung Regional (pelayanan jantung terpadu di rumah-rumah sakit daerah) sebagai bagian dari jejaring yang harus dibina dan dikembangkan. Sejalan dengan perkembangan pelayanan dan pendidikan, maka peran sebagai Pusat Penelitian Kardiovaskular juga semakin nyata meskipun belum menonjol. Berbagai jenis penelitian, baik penelitian dasar, translasi dan penelitian klinik dilakukan dengan dukungan dana yang amat terbatas. Kerjasama dengan institusi riset dalam dan luar negeri juga telah dibina. Pada perkembangan selanjutnya, pada tanggal 31 Juli 1997 Yayasan Harapan Kita menyerahkan sepenuhnya pengelolaan RSJPDHK kepada
15
Departemen
Kesehatan
RI.
Memperhatikan
tantangan-tantangan
dalam
manajemen perumah-sakitan, yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi dimana tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan semakin tinggi, maka diperlukan kebebasan gerak dalam pengelolaan rumah sakit. Agar prestasi kerja yang telah dicapai dapat terus ditingkatkan, maka Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah RI nomor 126 tahun 2000 telah merubah status RSJPDHK menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK). Dengan demikian RSJPDHK menjadi bagian dari Badan Usaha Milik Negara dibawah Departemen Keuangan RI. Ketika status Perjan dihapus, Departemen Kesehatan pada tanggal 13 Juni 2005 menetapkan RSJPDHK sebagai unit pelaksana teknis Departemen Kesehatan dengan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU),sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2005. Meskipun untuk misi pelayanan telah banyak kemajuan yang dicapai, terlihat pada jumlah aktifitas pelayanan yang terus meningkat. Kapasitas tempat tidur yang semula hanya 111 telah berkembang menjadi 340 tempat tidur (2013). Kamar kateterisasi yang semula hanya 2 kini menjadi 5; demikian halnya kamar operasi tadinya hanya 3 kini menjadi 6. Akan tetapi, beberapa kelemahan organisasi memang masih dirasakan, terutama birokratisasi yang masih lekat. Ada dua nuansa pelayanan yang mewarnai operasional pelayanan RSJPDHK, yaitu nuansa sosial dannuansa kegiatan usaha. Nuansa sosial menonjol ketika berbicara mengenaipelayanan publik untuk kelompok marginal (program Jamkesmas, Jamkesda, Caritas) dan Asuransi Kesehatan Sosial, dimana
16
RSJPDHK sering kali harus merugi karena tarif yang ditetapkan Kementerian Kesehatan di bawah perhitungan unit cost. Nuansa kegiatan usaha muncul ketika ada keinginan untuk dapat memperoleh profit, kegiatan ini disebut layanan eksekutif yang dilaksanakan di Paviliun dr. Sukaman. Profit yang diperoleh tentu tidak untuk dibagikan kepada manajemen atau karyawan, tetapi digunakan untuk bisa bertahan dan berkembang.Adapun Visi RSJPDHK adalah menjadi ”Institusi Kardiovaskular Terpercaya di Asia Pasifik”.
2.2. Lingkup Bidang Usaha Sebagai Pusat Rujukan Nasional untuk pelayanan kardiovaskular yang paripurna, RSJPDHK melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
kardiovaskular.
pendidikan/pelatihan
Institusi
kardiovaskuler,
ini
juga
memproduksi
menjadi
Dokter
wahana
Spesialis
dan
Subspesialis, perawat, teknisi dan tenaga kesehatan lainnya yang mendalami bidang kardiovaskular. Adapun pelayanan kardiovaskular antara lain Poli Rawat Jalan Umum, Poli Rawat Jalan Eksekutif, Diagnostik Non Invasif, Diagnostik Non Invasif Vaskular, Diagnostik Invasif, Intervensi Non Bedah, Intalasi Gawat Darurat, Bedah Jantung, Pencitraan :Kardiologi Nuklir dan MSCT.
2.3. Sumber Daya Saat ini RSJPDHK memiliki tenaga sebanyak 84 dokter spesialis, terbanyak adalah spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Terdapat juga spesialis lain untuk menunjang pelayanan kardiovaskular, yaitu Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Gizi Klinik, Spesialis Patologi Klinik,
17
Dokter Umum dan Dokter Gigi, dan 786 perawat. Jumlah tenaga kesehatan lain 259 orang dan tenaga non kesehatan/umum sebanyak 607 orang.
Tabel 2.1 Jumlah Karyawan RSJPDHK Karyawan Dokter Perawat Penunjang Medik
Total 84 786 866
TOTAL
1.736
Sumber: UPF Rekam Medis RSJPDHK (2014)
RSJPDHK terdiri dari 5 (lima) gedungyaitu gedung administrasi, rawat inap/jalan biasa,rawat inap/jalan eksekutif, pusat peneltian dan pusat pendidika latihan. Fasilitas yang tersedia yaitu ruang kateterisasi jantung, ruang diagnostik non invasif, echo, vaskular, nuklir, MSCT, MRI/MRA, ruang bedah jantung anak, ruang ablasi vena, ruang rawat inap (CVCU, ICU, PICU, intermediet, eksekutif dan biasa), ruang rawat jalan umum
dan eksekutif dan ruang rehabmedik
kardiovaskular. RSJPDHK dalam menjalankan organisasi mempunyai struktur organisasi dalam SK Menkes No 2357/Menkes/Per/XI/2011 (lampiran 1).
2.4. Tantangan Bisnis Perusahaan Jika dibandingkan dengan data kesejahteraan penduduk Jabodetabek, dimana penduduk kelas menengah atas dan atas besarnya 45%, maka cukup besar jumlah penduduk yang memanfaatkan fasilitas kesehatan kardiovaskular swasta dan luar negeri.Pasien Rawat Inap di RSJPDHK kebanyakan adalah jaminan Asuransi Kesehatan (ASKES) yakni sebesar 45%. Proporsi pasien bayar sendiri
18
36% dan pasien jaminan perusahaan hanya 7%. Pasien Jamkesmas/Jamkesda dan Caritas mencapai 12%. Bila paket tarif ASKES dan Jamkesmas dan sejenisnya dibawah unit cost, tentu potensi defisit sangat besar. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa segmen pelanggan terbesar RSJPDHK adalah masyarakat kelas menengah.
Gambar 2.1 Proporsi Pelanggan RSJPDHK Sumber: Sub-Bagian Pengembangan SDM RSJPDHK (2014)
Peran PT Askes di masa depan akan semakin besar, seiring dengan penerapan Universal Coverage, maka trend kedepan proporsi pasien ini akan terus meningkat. Penghematan harus benar-benar dilakukan, karena paket pelayanan yang dipakai adalah paket INA CBGs yang nilainya dibawah unit cost; artinya kendali biaya perlu ditekankan agar tidak merugi. Untuk itu RSJPDHK perlu membina kerjasama yang semakin erat dengan PT Askes dan rajin melakukan negosiasi tarif dengan Kementerian Kesehatan. Dengan perkiraan tingkat kesakitan untuk penyakit Kardiovaskular sebesar 5% dari populasi, maka untuk kelas menengah-atas saja diperkirakan ada sekitar 700.000 populasi yang menderita penyakit jantung. Sedangkan untuk kelas menengah bawah diperkirakan ada sekitar 115.000 orang. Kedua segmen ini memiliki perilaku berbeda dalam berobat antara lain:
19
1) Untuk pasien kelas menengah ke bawah, mereka lebih memilih pengobatan alternatif maupun pergi ke RS Pemerintah. Kelambatan membawa pasien ke rumah sakit mengakibatkan tingkat mortalitas yang tinggi. Untuk itu, komunikasi, edukasi dan informasi tentang pola hidup sehat, mengenali gejala dini serangan jantung dan segera mencari pertolongan ke rumah sakit menjadi kunci utama. 2) Untuk segmen menengah ke atas, akan pergi ke praktek pribadi, RS Swasta bahkan ke luar negeri. Seorang pasien bedah jantung rata-rata menghabiskan sekitar Sin $ 35.000 untuk operasi dan sekitar Sin $ 24.000 untuk tindakan intervensi non bedah. Dengan layanan premium di Indonesia yang lebih murah, diharapkan sebagian market ini bisa ditangkap. Jika kedua segmen ini digabungkan, maka akan ada potensi kenaikan pendapatan rumah sakit karena bertambahnya minat pasien menggunakan jasa RSJPDHK. Selama tidak ada institusi terpercaya yang memenuhi harapan mereka, maka kondisi ini akan terus terjadi. Pada saat ini segmen pasar RSJPDHK masih cukup kecil dalam kapasitasnya sebagai pusat rujukan nasional. Dengan segmen pasar sekitar 4% secara total. Khususnya untuk pasien kelas menengah atas (eksekutif) yang segmen pasar lebih kecil lagi, yaitu sekitar 3% untuk rawat jalan dan 1 % untuk rawat inap. Hal ini menandakan kurang optimalnya pelayanan kepada segmen atas. Jika merujuk pada visi yang saat ini ada, tentunya peran pusat rujukan nasional dapat dikatakan belum berfungsi optimal. Bahwasanya saat ini banyak
20
rumah sakit lain mampu memberikan layanan seperti yang diberikan oleh RSJPDHK. Oleh karena itu, selain mengembangkan pelayanan, maka pendidikan dan penelitian serta kerjasama dengan Institusi Internasional menjadi penting untuk dikembangkan agar citra dan kepercayaan masyarakat Indonesia meningkat.
2.5. Proses Bisnis Perusahaan 2.5.1. Kegiatan Pelayanan Pelayanan medis RSJPDHK mempunyai dua kategori, yaitu pelayanan umum dan pelayanan eksekutif. Pelayanan eksekutif di Paviliun dr. Sukaman merupakan upaya manajemen untuk menambah pendapatan, guna menutupi biaya pelayanan umum (publik/sosial) dan investasi agar mampu bersaing. Dalam hal mutu layanan, tidak ada perbedaan antara keduanya; yang berbeda adalah kenyamanan ruang dan layanan non medis.
Pelayanan kardiovaskular
paripurna/holistik (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, telah mencapai berbagai prestasi sebagai berikut : 1) Promosi, Prevensi dan Deteksi Dini
Bekerjasama dengan Yayasan Jantung Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), RSJPDHK telah melaksanakan berbagai kegiatan promosi dan prevensi penyakit kardiovaskular kepada masyarakat diluar rumah sakit. Di dalam rumah sakit sendiri, setiap hari dilaksanakan program promosi dan prevensi penyakit kardiovaskular kepada pasien dan keluarganya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Divisi Rehabilitasi dan Prevensi. Upaya deteksi dini faktor risiko dan penyakit kardiovaskular dilakukan melalui pelayanan
21
deteksi dini kardiovaskular (cardiovascular check-up) di Paviliun Eksekutif dr. Sukaman. 2) Pelayanan Poliklinik
Pelayanan poliklinik umum mempunyai 15 ruang pemeriksaan di lantai 1 Gedung Perawatan I, beroperasi pada hari dan jam kerja pemerintah. Sebagai pusat rujukan kardiovaskular tingkat tersier, dikembangkan layanan poliklinik subspesialistik. Yang sekarang sudah ada: poliklinik aritmia, gagal jantung, vaskular, pediatrik/ penyakit jantung bawaan (PJB). Pelayanan poliklinik eksekutif mempunyai 10 ruang pemeriksaan di lantai 1 paviliun dr. Sukaman, beroperasi setiap hari kecuali Minggu, dari jam 08.00 hingga jam 20.00, kecuali Sabtu hingga jam 13.00. Disamping itu, juga terdapat klinik deteksi dini kardiovaskular (Cardiovascular Medical Check Up) di lantai 2. 3) Pelayanan Diagnostik Non Invasif
Elektrokardiografi sebagai sarana diagnostik yang paling sederhana, dikerjakan di poliklinik. Di laboratorium diagnostik non invasif kardiovaskular tersedia fasilitas holter dan monitoring tekanan darah ambulatoir,
uji
ekokardiografi
latih
jantung
dengan
(treadmill
berbagai
dan
modalitas
ergocycle),
pemeriksaan
dan yang
berkembang di dunia. Pemeriksaan diagnostik non invasif untuk vaskular juga
cukup
representatif
dengan
tersedianya:
Duplex
vaskular,
pletysmografi dan lain-lain. Di lantai 1 dan 2 Paviliun Eksekutif juga tersedia pemeriksaan treadmill, ekokardiografi dan Duplex vaskular untuk kepentingan pasien poliklinik dan deteksi dini kardiovaskular.
22
Sedangkan di laboratorium pencitraan, tersedia fasilitas pemeriksaan nuklir, Multislice Computed Tomography (MSCT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). 4) Pelayanan Diagnostik Invasif dan Intervensi Non Bedah
Aktifitas di laboratorium kateterisasi kardiovaskular kini berkembang ke berbagai bentuk tindakan intervensi non bedah menggantikan tindakan bedah. Instalasi ini dilengkapi dengan 5 sarana angiografi, dimana satu diantaranya digunakan untuk kasus pediatrik dan penyakit jantung bawaan, satu ruang lagi untuk elektrofisiologi dan intervensi aritmia. 5) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat memberikan layanan 24 jam perhari dengan kualitas sama. Percutaneous Coronary Intervention (PCI) primer dilakukan melebihi 200 kasus pertahun sesuai indikasi, tanpa melihat latar belakang sosial ekonomi pasien. 6) Pelayanan Bedah Jantung
Pelayanan Bedah Jantung dewasa dan anak terpisah lokasinya, untuk dewasa di lantai 2 gedung perawatan I, sedangkan untuk anak dan penyakit jantung bawaan di lantai 8 gedung perawatan II. Masing-masing mempunyai tim yang sudah sub-spesialistik. 7) Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap (Ranap) terbagi atas ranap intensif surgikal (Intensive Care Unit, ICU), ranap intermediate dan ranap biasa dewasa kelas I, II, III, jumlah tempat tidur keseluruhan adalah 340.
23
8) Pelayanan Rehabilitasi Kardiovaskular
Pelayanan rehabilitasi dilaksanakan di ruang-ruang rawat pasien untuk fase I, dan di ruang rehabilitasi lantai 2 gedung perawatan II untuk fase II dan fase III. 9) Pelayanan Penunjang
Kinerja unit penunjang pelayanan meliputi layanan pelayanan radiologi dan ultrasonografi (oleh dua Spesialis Radiologi), selain memberi layanan foto rontgen dan ultrasonografi organ tubuh, fasilitas diagnostik Nuklir, MSCT, MRI juga dipakai oleh staf untuk kasus non kardiak, pelayanan laboratorium patologi klinik dan mikrobiologi dengan kelengkapan biomarker jantung (oleh dua spesialis Patologi Klinik), pelayanan farmasi dengan satu ahli farmasi klinik, pelayanan Gigi, pelayanan Spesialis lain seperti pelayanan Neurologi, pelayanan Pulmonologi, pelayanan Penyakit Dalam dan pelayanan Konsultasi Gizi.
2.5.2. Kegiatan Pendidikan Dalam aktifitas pendidikan, RSJPDHK bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Meliputi penyediaan wahana pendidikan untuk mahasiswa, spesialis/subspesialis jantung dan pembuluh darah, bedah toraks kardiovaskular, anestesi dan intensivist. Namun, sesuai kebutuhan maka RSJPDHK juga memberikan kesempatan pada Fakultas Kedokteran lain untuk memanfaatkannya terutama untuk pengembangan spesialis/subspesialis. Berbagai bentuk pelatihan singkat juga dikembangkan bagi dokter umum seperti kursus Sindrom Koroner Akut, Gagal Jantung dan Kursus EKG bersama PERKI.
24
Berbagai bentuk pelatihan juga dikembangkan bagi Perawat, seperti Kursus Dasar Keperawatan Kardiovaskular, Kursus Kekhususan Keperawatan Kardiovaskular,
Kursus
Lanjut
Keperawatan
Kardiovaskular.
PJN
juga
merupakan wahana utama pendidikan keteknisian kardiovaskular.
2.5.3 Kegiatan Penelitian Dalam hal penelitian, bersama Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
FKUI
juga
telah
dikembangkan
berbagai
pohon
penelitian,
memproduksi penelitian dasar, penelitian translasi dan penelitian klinik yang berhasil dipresentasikan dalam forum dan jurnal ilmiah kardiovaskular nasional maupun internasional. Pembangunan Gedung Penelitian yang direncanakan operasional pada tahun 2012 ternyata mengalami kendala teknis, disinilah perkembangan riset kardiovaskular kelas dunia diharapkan dapat berlangsung lebih produktif.
2.5.4. Kegiatan dan Kinerja Pembinaan Jejaring Hingga saat ini telah dibuat MOU dengan (1) Pelayanan Jantung Regional di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Palembang, Padang, Bali, Yogyakarta, Medan, Padang, Menado, Makasar, Banda Aceh. (2) Lima Rumah Sakit di Jakarta yaitu RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, RSUD Cengkareng, RSUD Tarakan dan RSUD Pasar Rebo. (3) Rumah Sakit di luar Negeri (Sister Hospital) yaitu Korea Selatan, Malaysia, USA, Eropa, Australia dll untuk pelayanan Kardiovaskuler. (4) Perusahaan (425), Yayasan (18), Bank (22) dan Perusahaan Assuransi (38).
25
2.5.5. Kegiatan Pelatihan Dokter spesialis yang mmengikuti program pelatihan sub spesialisasi di bidang kardiologi intervensi harus memiliki kemampuan dalam membaca angiogram koroner. Pelatihan ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses pendidikan sub-spesialis dalam bidang kardiologi intervensi di Indonesia. Penyelesaian dari pelatihan selama sedikitnya satu tahun harus mencakup: a) Anatomi dan fisiologi kardiovaskuler b) Biologi vaskuler dan patologi c) Patofisiologi (dengan aplikasi klinik: pencitraan intrakoroner) d) Farmakologi (termasuk terapi anti-thrombotik dan thrombolitik, kontras) e) Pencitraan radiologi dan kemanan penggunaan radiasi f) Pemilihan pasien, indikasi dan keterbatasan g) Design alat intervensi dan performanya h) Tatalaksana klinis dan strategi, pra dan pasca-prosedur Menyelesaikan seluruh program pelatihan akan memberikan kredibilitas secara internasional dan legitimasi professional kepada peserta pelatihan. Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan harus dimonitor secara terus-menerus dengan mengakreditasi aktivitas pendidikan kesehatan berkelanjutan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah system magang dan pendidikan formal. Sistem magang merupakan hal utama dari proses pelatihan di bidang kardiologi intervensi. Peserta pelatihan diwajibkan untuk terlibat dalam perencanaan
prosedur,
penilaian
adanya
indikasi
dan
indikasi
kontra,
pembentukan risiko spesifik pasien berdasarkan karakteristik klinis dan angiografi. Secara umum, pelatihan selama satu tahun dibagi menjadi empat
26
semester dan mencakup aktivitas di ruangan rawat inap dan laboratorium kateterisasi. Di semester 1 peserta pelatihan umumnya mempersiapkan pasien untuk dilakukan intervensi termasi angiografi diagnostik, membantu pengawas pendidikan atau ahli intervensi lain melakukan prosedur angioplasty sedangkan di semester 2, peserta pelatihan melakukan prosedur angiografi sederhana sebagai operator mandiri dimana pengawas pendidikan / supervisor turut merencanakan prosedur, menilai dan memberikan nasehat pada kasus komplikasi. Sementara metode pelatihan yang merangkap di dalam pendidikan formal diatur oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah pada tingkat lokal oleh institusi/RS atau universitas yang terakreditasi. Peserta pelatihan harus menghadiri setidaknya 15 hari penuh (120 jam) dalam 1 tahun sesi formal dalam bidang kardiologi intervensi termasuk live courses. Pembelajaran melalui jurnal, buku ajar dan internet merupakan bagiian dari proses pelatihan. Metode penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pelatihan berupa logbook procedural dimana seluruh peserta pelatihan diharuskan mencatat seluruh prosedur kateterisasi yang harus dikategorikan indikasinya sebagai kasus elektif, urgensi atau emergensi. Peserta pelatihan harus melakukan setidaknya 200 prosedur sebagai operator pertama dimana seperempatnya merupakan prosedur penyakit jantung koroner akut. Logbook procedural akan dievaluasi dan ditandatangani setiap bulannya oleh direktur pelaksana pelatihan. Penilaian harus mencakup seluruh pertimbangan dari anggota lain (dokter bedah, ahli jantung, perawat senior laboratorium kateterisasi, kepala radiographer dan teknisi jantung serta anggota staf junior, pendaftar pelatihan kardiologi).