LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Berisi pengertian, interpretasi tema, dan studi banding terhadap tema sejenis. 4. Bab IV Analisis Tapak Berisi
analisis
fungsional,
analisis
peruntukan
lahan
dan
pemintakatan lahan, serta analisis kondisi dan potensi lingkungan. 5. Bab V Konsep Berisi konsep dasar perancangan, konsep perancangan tapak, dan konsep perancangan bangunan. 6. Bab VI Hasil Perancangan Berisi gambar hasil perancangan berupa gambar prarancangan, gambar sketsa, dan maket.
BAB II DESKRIPSI PROJEK TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
9
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
II.1 UMUM PROJEK : PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA PROJEK : ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR LOKASI : JALAN SUKAWANGI, SETIABUDI, BANDUNG TIPOLOGI : PUSAT KEBUDAYAAN STATUS KASUS : FIKTIF PENYANDANG DANA : THE JAPAN FOUNDATION, lembaga semiindependen yang bergerak di bidang pengembangan kebudayaan Jepang. PEMILIK : THE JAPAN FOUNDATION LUAS LAHAN : ± 11.000 m2 LUAS BANGUNAN : 5958,8 m2 PERATURAN : •
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 40%
•
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 1,6
•
Tinggi Bangunan maks. 11m
•
Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 4 m
KELENGKAPAN FASILITAS : •
Fasilitas komersial
•
Fasilitas pendidikan nonformal
•
Fasilitas untuk hobi dan minat anggota kelompok
•
Ruang terbuka
II.2 INTERPRETASI PROJEK II.2.1 DEFINISI-DEFINISI PROJEK “Pusat” atau “center (US)/centre(UK)” adalah 1
Middle point or part of something;
2
Building or a place for a particular activity
(Oxford Learners Pocket Dictionary New Edition,2003) 1
A focal point of attraction, concentration or activities;
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
10
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
2
a point, area, person/thing that’s most important or
priorital in relation to an indicated activity interest or condition (Webster’s 3rd Dictionary,------) “Kebudayaan” menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dalam rangka belajar.1 Selain itu, “kebudayaan” atau “culture” adalah keseluruhan hasil budhi cipta , karya, dan karsa manusia yang dipergunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya agar menjadi pedoman bagi tingkah lakunya sesuai dengan unsur-unsur universal di dalamnya.2 “Kelompok” atau “group” adalah kesatuan kolektif manusia yang beridentitas sama; dalam bentuk adat istiadatnya, sistem normanya, yang mengatur pola-pola interaksi antara masing-masing manusia.3 “Komunitas” atau “community” adalah suatu kesatuan sosial yang terutama terikat oleh rasa kesadaran wilayah.4 Berdasarkan definisi di atas, maka kasus projek Pusat Kebudayaan Jepang di Bandung ini adalah sebuah ‘bangunan’ yang mewadahi aktivitas ‘khusus’ yaitu aktivitas yang ada hubungannya dengan ‘cipta, karya, dan karsa’ manusia, terutama yang berasal dari negeri Jepang. Pengguna bangunan ini adalah ‘kelompok’ penggemar kebudayaan Jepang yang khususnya berada di Bandung. Pusat Kebudayaan Jepang yang akan dibangun di Bandung ini adalah sebuah pusat kebudayaan yang kegiatannya berdasarkan kegiatan kelompok penggemar kebudayaan Jepang. II.3 PROGRAM KEGIATAN, KEBUTUHAN RUANG, DAN PELAKU KEGIATAN
1
Koentjaraningrat.PengantarIlmu Antropologi.1990.hlm : 180. Suyono, Ariyono Drs.Kamus Antropologi____.hlm : 180. 3 Ibid.hlm : 187. 4 Ibid.hlm : 210 2
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
11
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Berdasarkan survei dan wawancara dengan anggota kelompok penggemar kebudayaan Jepang di Bandung, kegiatan yang ingin diwadahi di Pusat Kebudayaan Jepang ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Program Kegiatan NO 1
PELAKU AKTIVITAS
AKTIVITAS
-Grup band /penampil
Konser
musik
-Penonton,
festival budaya
dan
KEBUTUHAN
WAKTU
RUANG
KEGIATAN
-Lapangan/ruang
Setiap bulan
terbuka
pengunjung
-balairung -gelanggang
2
-Penikmat
olahraga
beladiri
Latihan
beladiri
:
kendo, karate, aikido
-Atlet 3 5 6
-Lapangan/ruang
Setiap
terbuka
bergiliran
hari
-Gelanggang olahraga
-Pengunjung pameran
Seminar, Pameran dan
-Balairung
-Penyaji pameran
workshop
-Ruang kelas
Penggemar
film
Menonton
film
Jepang
bersama
Penjual dan pembeli
Barter dan jual beli
Tiga bulanan
Balairung
Sewaktu-waktu
Toko-toko
Setiap hari
Ruang kantor
Setiap hari
-Ruang kelas
Setiap hari
barang 7
8
9
Pegawai
kantor
The
Kegiatan administratif
Japan Foundation dan
kantor
The
Japan
sukarelawan
Foundation (pengelola)
-Murid/peserta kursus
Kursus bahasa
-Pengajar
-Ruang kantor guru
-Pegawai
dan administrasi
-Peserta kursus
Kursus
-Pengajar
ikebana,
budaya
:
bonsai,
-Ruang
khusus
Setiap
hari
seperti kamar Jepang
bergiliran
-Ruang
Sewaktu-waktu
chanoyu 10
-Pegawai
Mencari
-Pengunjung
beasiswa,
informasi turisme,
pariwisata
II.4 STUDI BANDING PROJEK SEJENIS II.4.1 STUDI BANDING
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
12
pusat
informasi -Ruang resepsionis
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Studi banding terhadap projek sejenis dilakukan di dua kota yaitu Bandung dan Jakarta. Tempat yang dikunjungi adalah tempat-tempat yang merupakan pusat kebudayaan negara tertentu di kota tersebut. 1. Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda di Jakarta Erasmus Huis adalah sebuah pusat kebudayaan yang dimiliki oleh Kedutaan Besar Belanda. Didalam bangunan Erasmus Huis ini terdapat sebuah perpustakaan yang memiliki 22.000 judul buku, sebuah ruang pamer, auditorium berkapasitas 320 orang lengkap dengan ruang artis, dan sebuah ruang rapat untuk 20 orang. Kegiatan Erasmus Huis terutama kegiatan kursus bahasa dan kegiatan kesenian. Erasmus Huis juga menjadikan konser atau resital musik klasik dan jazz sebagai program andalannya. Kegiatan yang lain adalah menonton film bersama. Sasaran pengguna / target market Erasmus Huis adalah masyarakat umum yang tertarik pada kebudayaan Belanda. Pada tahun 2003 Erasmus Huis memiliki 5 orang staf asli Belanda dan 15 orang staf asal Indonesia. Setiap tahunnya Erasmus Huis mampu menerima 2000 orang peserta kursus bahasa. Berikut ini alur sirkulasi yang terjadi di dalam bangunan Erasmus Huis Jakarta : Perpustakaan
Pintu masuk
resepsionis
Ruang Pamer
Auditorium Ruang staf Diagram 2.1 Alur Sirkulasi Erasmus Huis Jakarta
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
13
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Gambar 2.1 Potongan Ruang Pamer
Gambar 2.2 Perpustakaan
1 Sumber www.erasmushuis.or.id
sumber
www.erasmushuis.or.id
Gambar 2.3 Denah Ruang Pamer Sumber www.erasmushuis.or.id www.erasmushuis.or.id
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
14
Gambar 2.4 Auditorium sumber
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Gambar 2.5 Perpustakaan 2
Gambar 2.6 Tampak luar Erasmus
Huis sumber
Sumber www.erasmushuis.or.id www.erasmushuis.or.id
Gambar 2.7 Plafon Auditorium
Gambar 2.8 Ruang Rapat
Gambar 2.9 R.Belakang
panggung Sumber dok. Pribadi
sumber dok.pribadi
sumber
dok.pribadi
Gambar 2.10 Ruang Ganti Artis Sumber dok. Pribadi
Gambar.2.11 R. Mesin Layar sumber dok.pribadi
2. JLCC (Japanese Language and Culture Centre), Pusat kursus bahasa Jepang di Bandung
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
15
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Bangunan ini memiliki fungsi pusat kursus khusus bahasa Jepang. Secara
institusi,
JLCC
dikenal
dekat
dengan
anggota
kelompok
penggemar kebudayaan Jepang di Bandung dan seringkali menjadi sponsor dari kegiatan yang dilakukan oleh kelompok. Fasilitas di dalam bangunan JLCC adalah ruang kelas sebanyak 5 buah dengan masingmasing berkapasitas maksimal 22 orang, ruang untuk 10 orang guru termasuk pengajar asli, ruang pegawai administrasi, perpustakaan, lobi dan resepsionis, dapur, toilet, dan musholla.
Berikut ini alur sirkulasi antar fungsi di dalam bangunan JLCC: Ruang Administrasi
Ruang Guru
Lobi dan resepsionis
perpustakaan
Kelas1 ,2,3
servis
Kelas 4,5
Diagram 2.3 Alur Sirkulasi dalam Bangunan JLCC Catatan : Perpusatakaan JLCC merupakan perpustakan yang berakses terbuka. Semua alur sirkulasi harus melewati perpustakaan.
Gambar 2.12 Pintu Sorong JLCC
Gambar 2.13 Lobi dan
Resepsionis Sumber dok. Pribadi
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
16
sumber dok. Pribadi
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Gambar 2.14 Perpustakaan
Gambar 2.15 R. Kelas
Gambar 2.16
R.Guru Sumber dok pribadi
sumber dok. Pribadi
sumber dok. pribadi
3. Goethe Haus , Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta Goethe Haus adalah pusat kebudayaan yang berada di bawah naungan Kedutaan Besar Jerman. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kursus bahasa Jerman, diskusi, dan pemutaran film. Fasilitas yang disediakan dalam bangunan Goethe Haus adalah lobi dan resepsionis, perpustakaan, ruang kelas, ruang guru, kantin, dan ruang terbuka di tengah bangunan untuk kegiatan luar ruang. Berikut ini adalah alur
sirkulasi dalam bangunan Goethe Haus
Jakarta :
Pintu masuk 1
Ruang Guru
Perpustakaan dan kantin
Pintu masuk 2
Auditorium Kelas Kelas1 ,2,3
Kelas 4,5
Diagram 2.4 Alur Sirkulasi dalam Bangunan Goethe Haus Jakarta
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
17
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
Gambar 2.17 Tampak Goethehaus Jkt
Gambar 2.18 Kantin Goethehaus
Jkt Sumber dok. Pribadi
Gambar 2.19 Denah Goethehaus Jkt 1
sumber dok. Pribadi
Gambar 2.20 Denah Goethehaus
Jkt 2 Sumber Goethe haus Jakarta
Sumber Goethe Haus
Jakarta
II.4.2 PERBANDINGAN DAN KESIMPULAN STUDI BANDING Beberapa hal penting yang diamati pada studi banding Pusat kebudayaan di Bandung dan Jakarta adalah peletakan, material, dan suasana di
perpustakaan, auditorium, dan ruang terbuka. Kesimpulan
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
18
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
dari studi banding ini menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan perancangan. Tabel 2.2 Perbandingan Beberapa Ruang Hasil Studi Banding ERASMUS
JLCC
GOETHE
HUIS
BANDUNG
JAKARTA
HAUS
KESIMPULAN
daerah
Mudah diakses
JAKARTA PERPUSTAKAAN
.
.
.
Peletakan
Dekat
Dekat
Di
resepsionis dan
resepsionis
pintu masuk
menjadi
dan
belakang
pusat
simpul sirkulasi Material
Kaca dan kayu
Kaca
dan
Kaca dan Kayu
Kaca dan Kayu
Hangat,
Hangat,
eksploratif,
suram
keramik
Suasana
Hangat. Banyak cahaya,
Terbuka.
tidak
suram.
tidak
banyak warna
AUDITORIUM Aktivitas
Peletakan
Konser
musik
Tidak ada
Konser
musik
klasik,
klasik, pemutaran
pemutaran film
film
Lantai atas, ada akses
Tidak ada
langsung
Ada langsung
dari foyer
akses dari
pintu masuk 2.
Konser
musik,
pemutaran film Auditorium akses
perlu
langsung
dari pintu masuk. Akusitik
harus
memadai
untuk
konser musik dan pemutaran film. Material
Dinding
bata
Tidak ada
dilapisi dan
sebagian
parket kayu Hangat,
bata
diplester,
glasswool Suasana
Dinding
warna
kecoklatan
glasswool dilapisi
glasswool Tidak ada
Warna
Material kayu dan untuk
19
peredam
pantulan bunyi. abu-abu
dan biru, dingin
Warna menentukan suasana
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
baik
yang
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR
tercipta RUANG TERBUKA Peletakan
.
.
Di luar fungsi –
Di area servis,
Di dekat kantin,
Tergantung tingkat
fungsi utama, di
digunakan untuk
kelas,
kepentingan
area kantin luar
parkir
perpustakaan
dan
fungsinya, terbuka
ruang biasanya
digunakan sebagai penghubung antarfungsi Material
Glassblock
Paving block
Glassblock
Material menggunakan bahan yang dapat membantu penyerapan air
Suasana
Teduh,
banyak
pepohonan
Panas, tidak ada
Tidak
peneduh
pepohonan tetapi
penting
banyak
mengundang
berpayung
ada meja
Pelemen peneduh
banyak
untuk orang
menggunakan ruang tersebut
Berdasarkan studi banding yang telah dilakukan, kebanyakan tempat yang dinyatakan sebagai sebuah ‘pusat kebudayaan’ tidak memiliki fasilitas komersial. Mengapa demikian? Kemungkinan besar karena pusat kebudayaan tersebut berada di bawah pengelolaan kedutaan besar atau dikelola oleh lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan. Dampak dari hal tersebut antara lain tidak terlihatnya aktivitas di tempat tersebut kecuali pada saat kelas bahasa akan dimulai atau pada saat berlangsung acara di dalam auditorium. Faktor penarik pengunjung hanya kelas bahasa—yang telah menjadi kewajiban bagi orang yang sudah membayar biaya kursus—dan perpustakaan yang pada umumnya memiliki koleksi buku baru, modern, serta lebih menarik daripada perpustakaan daerah. Tidak disediakannya fasilitas yang mewadahi kegiatan kelompok penggemar budaya Belanda atau Jerman di
TIFA NUR LATIFA/ 152 03 016
20