BAB II DASAR PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan salah satu topik diantara sekian banyak topik lainnya dalam ilmu social. Komunikasi massa merupakan bagian dari ilmu komunikasi yang lebih luas, yaitu komunikasi manusia (human communication). Berger dan Chaffe (1987:17) mendifinisikan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami produksi, proses dan efek dari sistem symbol dan tanda dengan mengembangkan teori-teori yang dapat diuji, berisi generalisasi hokum yang menjelaskan gejala-gejala yang berhubungan dengan produksi, proses, dan efek. Istilah komunikasi massa yang muncul pertama kali pada tahun 1930an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara sederhana mendefinisikan komunikasi massa. 1 Istilah massa menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara komunikasi mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan. Proses komunikasi massa tidaklah sama dengan media massa (organisasi yang memiliki teknologi yang memungkinkan terjadinya komunikasi massa). Media massa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan orang perorangan
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal 5 1
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
(individu) atau organisasi. Media massa yang membawa pesan-pesan pribadi (personal), seperti ucapan terima kasih, ucapan selamat atau duka cita yang sifatnya pribadi. Dengan demikian, telah jadi penyatuan (konvergensi) komunikasi dimana garis batas antara bidang public dan pribadi serta komunikasi skala luas dan komunikasi individu semakin tidak jelas batasnya.
Istilah
komunikasi
massa
(mass
communication)
dicetuskan
sebagaimana juga media massa (mass media) pada awal abad ke-20 untuk menggambarkan apa yang kemudian merupakan fenomena social barua dan ciri utama dari dunia baru yang muncul yang dibagun pada fondasi industrialism dan demokrasi populer.2 Perlu dipahami bahwa komunikasi massa yang digambarkan tidak lagi menjadi satu-satunya alat komunikasi pada tingkat masyarakat (maupun global). Teknologi baru telah berkembang yang terdiri atas jaringan potensial cadangan komunikasi. Komunikasi massa dalam artian skala besar, merupakan konten publik yang mengalir satu arah yang terus berkuasa, tidak lagi hanya dimiliki oleh media massa tradisional. Media-media ini dilengkapi oleh media baru (terutama internet dan teknologi mobile) serta jenis-jenis konten dan aliran baru yang juga dibawa pada saat yang bersamaan.
2.2 Film Sebagai Media Massa
2
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Salemba Humanika, Jakarta, 2011, hal 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
Film pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat persentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, music, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan diwilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respon terhadap penemuan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Definisi tentang film dalam konteks yang lain menurut Oey Hong Lee, menyebutkan bahwa film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul didunia, mempunyai masa pertumbuhan diakhir abad ke-19 yang merintangi surat kabar sudah dibikin lenyap. Pencirian film sebagai bisnis pertunjukan dalam bentuk baru bagi pasar yang meluas bukanlah keseluruhan ceritanya. Terdapat tiga elemen penting lainnya dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas. Dua elemen lain dalam sejarah film adalah munculnya beberapa sekolah seni film (Huaco,1963) dan munculnya gerakan film dokumenter.3
2.2.1 Pengertian Film
3
Ibid., hal 35-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan gambar atau biasa disebut celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh emulsi.Secara universal film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk seni, bentuk populer dari karakter dirkam dari benda/ lensa (kamera) atau animasi.4 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Terbitan Balai Pustaka (1990:242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negative (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 tahun 1992 tentang perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan system mekanik, elektronik atau lainnya. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No 33 Tahun 2009 tentang perfilman (UU baru tentang perfilman) “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
Pancajavandalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film, PT. Java Pustaka Group, Surabaya, 2011, Hal 1
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”. Ada banyak sekali literatur yang menjelaskan film, berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang universal. Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam daribenda atau lensa (kamera) atau animasi. Keistimawaan film. Lima diantaranya adalah : 1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal. 2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung. 3. Film dapat berkomunikasi dengan para penonton untuk membuat perubahan. 4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan. 5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar.5
2.2.2 Jenis-jenis Film a.
Film Cerita
Javandalasta, Panca. 2011. “5 Hari Mahir Bikin Film, Jangan Cuma Bisa Nonton,Ayo Bikin Filmmu Sendiri !!!”. Surabaya: Mumtaz Media. Hal 1 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
Film cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topic film bisa berupa cerita ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik. Film cerita bisa disebut juga film fiksi, karena film terbentuk karena adanya skenario (cerita) yang idenya didapat berdasarkan pengalaman seseorang.
b.
Film Berita Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Jadi berita juga harus penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca berita yang membacakan narasinya. Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan kurang baik. Dalam hal ini terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh.
c.
Film Dokumenter Film Dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty
sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interprestasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. Misalnya, seorang sutradara ingin membuat film dokumenter mengenai para pembatik dikota pekalongan, maka ia akan membuat naskah yang ceritanya bersumber pada kegiatan para pembatik sehari-hari dan sedikit merekayasanya agar dapat menghasilkan kualitas film cerita dengan gambar yang baik.
d.
Film Kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Dapat
dipastikan, kita semua mengenai tokoh Donal Bebek (Donald Duck), Putri Salju (Snow White), Micky Mouse yang diciptakan oleh seniman Amerika Serikat Walt Disney.Sebagian besar film kartun diputar terus dan membuat kita tertawa karena tingkah dan kelucuan dari karakter kartun. Namun ada juga kartun yang membuat penontonnya memunculkan rasa iba karena penderitaan tokohnya.6
2.3 Dokumenter Apabila carita peristiwa yang disajikan dalam berita televisi baik hardnews ataupun softnews merupakan tipe film faktual, termasuk feature. Maka rekaman gambar seremonial organisasi (kegiatan formal) ataupun budaya
Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., Dra. Luktiati Komala, M.Si., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal 138-140 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
tradisional/adat (life style) yang direkam untuk kepentingan pribadi atau dipublikasikan adalah film dokumentasi/film nonfiksi. Konsep film faktual dan film dokumentasi yang berkolaborasi menghasilkan suatu karya film dokumenter atau deprogram televise disebut sebagai dokumenter televise. Film dokumenter marak dibuat dan telah menjadi industry film sendiri yang berkembang pesat didunia. Film dokumenter berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidupan manusia secara regional maupun internasional. Karya dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara keseluruhan. Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flaherty di New York Sun pada 8 februari 1926. Salah satunya adalah yang berjudul Nanook Of The North, film tersebut tidak lagi sekedar “mendongeng” ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian actual yang ada. Bill Nichols mengatakan film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas menggunakan fakta dan data. 7 Dokumenter televisi adalah program dokumenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (dengan voice over, hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor),
7
Bill, Nichols, 2001, Introduction to Documentary, Indiana University Press.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Menurut Frank E. Beaver mengatakan film dokumenter biasanya di-shoot disebuah lokasi nyata, tidak menggunakan aktor dan temannya terfokus pada subjek-subjek seperti sejarah, ilmu, pengetahuan, sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita gali.8 Menurut Paul Rotha, Film dokumenter adalah mengkombinasikan seni pembuatan film, seni produksi dan penulisan jurnalistik.9 Namun berdasarkan sejarah munculnya film dokumenter dengan memperhatikan beberapa karya yang telah dihasilkan. Maka para pakar film documenter dahulu memproduksinya dengan fokus pendekatan pada bagian-bagian yang berbeda, sehingga apabila diamati perbedaannya menghasilkan gendre documenter yang berfariasi. Salah satunya adalah Dziga Vertov adalah seorang sineas documenter atau dokumentaris yang lahir di Rusia, 2 Januari 1896, ia memiliki latarbelakang sebagai reporter. Karaya fil dan teori Vertov sangat memengaruhi para sineas documenter generasi berikutnya di seluruh dunia. Dalam pembuatan dokumenter dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan tidak peru mengusun tempat karena film dokumenter ini adalah film yang alami sesuai dengan keadaan yang ada. Untuk anggota dalam pembuatan
Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-Dasar Produksi Televisi : Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi,Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta : Kencana. Hal 316. 9 Rotha Paul, Sinclair Road, and Ricard Graffith. 1949. Documentary film. New York : Communications Arts Books. Hal 70 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
dokumenter cukum sutradara yang mempunyai ide, kameramen yang bertugas mengambil gambar, scrip writer yang menulis naskah, dan editor yang bertugas menyusun gambar hingga membentuk sebuah film yang utuh. Mencuplik dari buku yang berjudul Dasar-dasar Produksi Televisi, Fachrudin, Andi. Membagi jenis atau biasa kita kenal dengan gendre, film dokumenter terbagi menjadi 11 macam, diantaranya: 10
1. Dokumenter Laporan Perjalanan Pada awalnya sebuah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang hal kecil sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah yang biasa digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, trafel film, travel documentary, dan adventures film. Menggambarkan sebuah perjalanan lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Menekankan pada visi dan solusi mengenai proses menuju inovasi, dikembangkan dengan wawancara disertai komentar kritis untuk membentuk sebuah opini baru.
2. Dokumenter Sejarah Film dokumenter ini menceritakan sebuah sejarang, peristiwa yang sudah berlalu.
10
Berisi perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, benda
Op.cit., Andi Fachruddin, hal 322-334
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
peninggalah terdahulu, dan lain sebagainya. Film jenis ini biasa dibuat bertujuan untuk mengenang dan mengedukasi penerus bangsa mengenai sejarah-sejarah yang perlu diketahui. Namun pada awalnya film sejarah ini dibuat untuk propaganda. Diawali pada perang dunia I sekitar tahun 1914 hingga 1918, kemudian dilanjutkan dengan perang dunia II sekitar tahun 1935 hingga 1950-an. Dalam film tersebut juga dapat memberikan pencerahan, pemahaman, dan manipulasi. Pada era reformasi, peta film dokumenter sejarah diproduksi penekanannyakarena kebutuhan msyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Yang disebabkan karena mobilitas pekerjaan msyarakat sangat tinggi hingga membatasi mereka akan pengetahuan tentang sejarah. Seperti film Expedition, morotai peninggalan sejarah yang terlupakan, merupakan dokumenter tentang sejarah peninggalan kolonial Belanda yang memiliki nilai historis tinggi namun terbengkalai. Dalam pembuatan film jenis sejarah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilik dokumenter sejarah adalah : periode (waktu peristiwa sejarah), tempat (lokasi peristiwa sejarah), dan pelaku sejarah.
3. Dokumenter Potret/Biografi Film jenis ini adalah representasi dari sebuah kisah, pengalaman hidup seseorang yang mempunyai nilai lebih dalam diri orang tersebut, nilainya berupa keunikan, kehebatan kemampuan yang dimiliki, atau pun kesedihan yang dapat memotifasi banyak orang. Berntuk postet umumnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
berkaitan dengan aspek human interest, sementara ini turunan bisa merupakan kritik, penghormatan, atau simpati. Potret tidak harus mengenai seseorang atau individu, tetapi dapat pula mngenai sebuah komunitas, sekelompok kecil individu atau sebuah lokasi. Sedangkan biografi, mengenai seorang tokoh atau individu, selain mengenai profesi atu posisi, juga dikupas dan diketengahkan gambaran sejak masa kecil hingga dewasa. Dalam pembuatan sebuah dokumenter jenis ini harus memiliki ketelitian agar tidak tumpang-tindih atau kerancuan. Karena dokumenter jenis ini hampir mirip dengan dokumenter sejarah yang menampilkan sejarah dari lingkungan, situasi, kondisi, tempat, waktu dan akhirnya bisa mendekati dokumenter sejarah. Bergitu juga sebaliknya dengan dokumenter jenis sejarah.
4. Dokumenter Perbandingan/Kontradiksi Dokumenter jenis ini menjelaskan tenatng sebuah perbandingan , bisa dari seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, perilaku, dan peradaban suatu bangsa. Sebuah cerita yang mengemukakan perbedaan suatu situasi atau kondisi dari sebuah objek/subjek dengan yang lainnya. Dapat pula perbandingan mengenai masa lampau dan masa kini perihal budaya suatu masyarakat, dalam tradisi, kesenian serta politik. Misalnya film karya Michael Moore dalam Sicko (2007) yang membandingkan kebijakan dan pelayanan kesehatan di Amerika dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
tiga negara maju lainnya, yaitu Kanada, Inggris, dan Perancis serta satu negara berkembang yaitu Kuba. Hasilnya ternyata Amerika Serikat jauh tertinggal dalam pelayanan kesehatan bahkan antar orang yang mempunyai asuransi kesehatan dan yang tidak mempunyai asuransi hampir tidak ada bedanya. Sebab uang asuransinya sulit keluar sehingga mereka harus membayar sendiri biaya dokter dan rumah sakitnya. Pada film dokumenter yang
penulis
mengangkat
bergendre
dokumenter
perbandingan/
kontradiksi. Di mana film ini akan lebih mengarah kepada kontradiksi, penjelasan kontradiksi itu apakarena belum ada kejelasan atas status dan juga kedudukan dari masyarakat takmad dan hingga saat ini hal tersebut masih dalam perdebatan.
5. Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film dokumenter jenis ini adalah sebuah film yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suati teori, sistem, bedasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasaannya bisa di tunjukan untuk publik khusus dan juga untuk publik umum. Jenis film ilmu pengetahuan ini dapat dibagi menajadi sub-genre yang sangat banyak : a. Film dokumenter sains. Film ini biasanya ditunjukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
b. Film instruksional. Film ini dirancang khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin mereka lakukan, mulai dari membuat kolam peliharaan ikan benih, membuat robot, merancnag roket, hingga memelihara bunga.
6. Dokumenter Nostalgia Film jenis ini mengangkat dari sebuah kisah-kisah kilas-balik dan nampak tilas terdahulu. Bentuk nostalgia terkadang dikemas dengan menggunakan
penunturan
perbandingan,
yang
mengetengahkan
perbandingan mengenai kondisi dan situasi masa lampau dengan masa kini. Jenis dokumenter ini juga tidak jauh berbeda dengan dokumenter jenis sejarah hanya saja dokumenter nostalgia lebih kepada kilas balik atau napak tilas dari kejadian seseorang atau sekelompok.
7. Dokumenter Rekonstruksi Dokumenter jenis ini biasa di temui pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada film etnografi (ilmu tentang kebudayaan) dan antropologi visual. Pecahan atau bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini di susun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Dokumenter ini memberi gambaran ulang terhadap oeristiwa yang terjadi
secara
utuh.
mempresentasikannya
Biasanya kepada
ada
penonton
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
kesulitan sehingga
sendiri
dalam
harus
dibantu
23
rekonstruksi peristiwanya. Peristiwa yang memungkinkan direkonstruksi adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan) dan bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan). Konsep penuturan rekontruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatik, tetapi lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa. Pada akhirnya, memang tergantung tema, karena ada pula yang memperhatikan unsur dramatik dalam struktur penuturan.
8. Dokumentasi Investigasi Dokumenter jenis ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas. Peristiwa besar yang pernah menjadi berita hanyangat media massa di seluruh dunia, disebut juga dokumenter jurnalistik. Investigasi jurnalistik atauu investigasi report, biasanya aspek visual yang menonjol. Peristiwa yang diangkat yaitu peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik atau tidak. Dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa.
9. Dokumenter Eksperimen/ Seni Sebuah seni menggabungkan gambar, musik, dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun dialog/wawancara.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang dpaat membangkitkan emosi penontonnya. Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film ekperimental sesuai dengan namanya, film jenis ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan, namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.
10. Dokumenter Buku / Harian Pada jenis dokumenter ini mengkombinasikan antara dokumenter laporan perjalanan dan dokumenter nostalgia masa lalu. Jalan cerita pada dokumenter ini mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi dan karakterisitik yang sangat subjektif, seperti halnya sebuah buku harian. Karena buku harian bersifat probadi, tak hanya mengherankan bila terlihat pula penuturan dokumenter sangat subjektif, karena berkaitan dengan visi atau pandangan seseorang terhadap komunitas atau lingkungan tempat ia berada. Struktur ceritanya cenderung linier serta kronologi, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta sering kali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detail.
11. Dokumenter Drama
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
Dokudrama adalah sebuah gendre dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun yang pernah terjadi. Doku drama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, runag, waktu) cenderung untuk di rekonstruks. Ruang (tempat) akan dicari semirip mungkin dengan tempat aslinya bahkan jika memungkinkan di bangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Disini peneliti mengambil kategori film dokumenter ini sebagai dokumenter
Biografi/Potret,
dimana
film
dokumenter
peneliti
menceritakan tentang biografi/potret dari Daniel Alamsjah yang menjadi tokoh inspiratif dalam pembangunan Bukit Rhema dan juga dalam pembangunan bukit rhema tersebut juga memiliki tujuan yang akan menginspirasi kepada para wisatawan lokal maupun internasional sehingga tempat wisata religi ini bisa dikenal hingga internasional.
2.4 Editing Editing video adalah kegiatan memilih, menyusun ulang, dan memanipulasi klip video untuk membuat rangkaian video yang memenuhi tujuan pembuatannya, misalnya untuk menceritaikan sesuatu atayu menyampaikan pesan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
Idealnya kegiatan editing video ini dilakukan dengan mengacu kepada dokumen tertentu berupa naskah scenario. Dalam proses produksi video keseluruhan yang terbagi menjadi 3 tahap yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Editing video termasuk ke tahap terakhir yaitu tahap pasca produksi yang meliputi sejumlah tugas pemilihan, pemotongan, dan merangkai ulang footage (klip video) seperti yang dijelaskan dalam bagian deskripsi kerja.11 Fungsi Editing Video mencakup capture video, editing, dan outputting. Pada capture video, hasil video shooting yang masih dalam bentuk tape ditransfer ke dalam bentuk file computer melalui proses video capture. Meskipun mungkin diketahui bahwa banyak hasil shooting yang tidak sesuai dengan tuntutan scenario (misalnya karena adegan gagal, atau tes shooting), adalah kelaziman untuk mengcapture dulu semua hasil rekaman ke computer untuk di edit kemudian. Diproses editing video inilah dilakukan pemotongan, pemilihan, dan penyusunan ulang gambar, agar sesuai dengan animasi, visual efek, dan sebagainya. Setelah dilengkapi dengan pekerjaan sound, animasi, visual efek, dan dianggap selesai, proses editing pun diakhiri dengan outputting, yaitu ekspor ke format file tertentu yang diinginkan untuk proses selanjutnya. Stanley Kubrick mengatakan bahwa proses penyuntingan adalah tahapan dari sebuah produksi yang unik di dalam motion pictures. Semua aspek didalam pembuatan film terdapat keunikan tersendiri karena memiliki beberapa unsur seperti fotografi, arah seni, penulisan dan keserasian bunyi yang direkam menjadi
11
Op.cit., Panca Javandalasta hal 45-47
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
kesatuan yang saling mendukung. Dan penyuntingan adalah cara memproses itu semua menjadi unik untuk memfilmkan atau menjadi sebuah film yang utuh. Selain harus mengerti apa inti penyuntingan gambar, seorang penyunting gambar juga harus mengeri dan memahami beberapa peraturan untuk menyunting gambar. Agar gambar yang dihasilkan adalah gambar yang baik. Editing adalah seni menggabungkan gambar dan audio agar memiliki alur cerita yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi pemirsa. Edward Dmytryk menetapkan tujuh “peraturan tentang memotong gambar” yang harus dikuasai oleh seorang penyunting gambar, yaitu:12 1. Tidak pernah membuat suatu potongan gambar tanpa suatu alas an yang positif. 2. Manakala ragu-ragu tentang frame mana yang tepat untuk dipotong, maka panjangkan saja tanpa harus dipotong. 3. Di
dalam
pergerakan
gambar
dimungkinkan
melakukan
pemotongan gambar asalkan tidak mengurangi nilai dari pergerakan tersebut. 4. Melakukan atau membuat hal yang baru adalah hal yang lebih baik daripada melakukan atau menggunakan hal yang lama. 5. Semua sequence dan scenes pertama hingga terakhir harus menggambarkan sebuah alur cerita yang berkesinambungan.
Dmytryk, Edward, 1984, On Film Editing: An Introduction to the Art of Film Construction, Boston: Focal Press 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
6. Memotong sesuai dengan nilai-nilai yang ada. Bukan dari segi perbandingan. 7. Dahulukan unsur-unsur penyuntingan kemudian baru format penyuntingan. Sedangkan menurut Wlater Scott Murch, dalam penyuntingan film ada enam hal yang utama untuk memutuskan kapan kita harus memotong gambar. Hal tersebut disusun menurut arti penting atau yang paling utama dulu:13 a) Emosi. Sudahkah mencerminkan apa yang penyunting gambar rasakan dengan pada yang dirasakan oleh audiensi? b) Cerita. Sudahkan anda melakukan penyuntungan gambar sesuai dengan cerita dan tujuan? c) Irama, sudahkan sesuai alur cerita yang menarik dan juga kebenaran yang ada? d) Penglihatan, apakah audiens sudah dapat melihat fokus utama dari sebuah moment yang ada e) Layar adalah bidang two-dimension, bahwa televisi atau film adalah sebuah layar yang terbentuk untuk dua dimensi dan tingkat kejelasan visual sangat berbeda dengan kenyataan. f) Three-dimensional, bagaimana kita dapat menghasilkan sebuah gambar yang audiensi dapat merasakan secara psikologis seperti ia melihat visual dengan mata sendiri.
Murch Walter, 2001, In the Blink of an Eye: a Perspective on Film Editing, Edisi revisi. SilmanJames Press 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
Teknologi penyuntingan gambar pada dunia penyiaran, yaitu audio/video telah berkembang dengan pesat belakangan ini. Secara Garis besar metode penyuntingan dapat dibagi menjadi empat cara, sebagai berikut: 1. Film Splitcing (Menyambung film) adalah metode yang pertama kali digunakan pada proses penyuntingan gambar. Mesin penyuntingan film yang pertama kali dibuat hanya dapat melakukan proses pemotongan film dan penyambungan kembali potongan-potongan film tersebut. Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan sebuah splicer dan proses perekaman kembali dilakukan menggunakan mesin moviola. Metode ini juga mengenal cara menyalin atau mengkopi film negative kedalam film positif yang dikenal dengan nama workprint. Metode ini lahir sebelum adanya teknologi kaset berformat digital seperti Betacam, Betamax, VHS, DV, MiniDV, dan Hi8. Jadi, pada metode ini proses penyuntingan gambar hanya dapat dilakukan pada film-film yang menggunakan film negatif atau film positif saja. Bukan kaset film yang berformat digital. 2. Tape to tape (Linear) generasi kedua dari metode penyuntingan gambar adalah linear atau biasa dikenal dengan metode tape to tape. Metode ini lahir setelah munculnya kaset video yang berformat digital. Cara kerjanya hamper sama dengan metode film splitcing, yaitu dengan cara merekam atau mengopi gambar yang berada pada satu kaset ke kaset lainnya (tape to tape), jadi mirip
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
seperti kita merekam lagu dengan menggunakan tape recorder. Keuntungannya adalah prosesnya tidak memakan waktu yang cukup banyak adapun kelemahan cara ini adalah gambar yang sudah direkam tidak dapat disusun ulang atau dipindah-pindahkan tanpa merekam kembali semua gambar dari awal. 3. Digital komputerisasi atau nonlinear. Metode ini juga dikenal dengan penyuntingan nonlinear. Metode penyuntingan ini dilakukan dengan menggunakan software komputer seperti Avid, Adobe Premiere, Ulead, Pinacle, dan final cut pro. Seluruh software penyuntingan yang berkembang belakangan ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Keunggulan dan kelemahan ini yang biasa menjadi bahan pertimbangan untuk tingkatan penggunaan. 4. Live Editing. Adalah penyuntingan gambar dilakukan untuk program acara yang disiarkan secara live atau langsung. Metode menggunakan alat yang sama dengan penyuntingan linear. Bedanya adalah ia tidak hanya direkam saja namun disiarkan secara langsung kepada audiens. Pihak yang sangat berperan dalam proses editing adalah editor. Adapun tugas editor antara lain sebagai berikut: a. Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
b. Melakukan pemilihan shot yang terpakai dan yang tidak sesuai shooting report. c. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. d. Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya e. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepada editor untuk keperluan editing. Berikut ini salah satu langkah proses editing yang di gunakan oleh editor yaitu proses off-line editing dan on-line editing.
2.4.1 Editing Offline Off line editing adalah suatu proses editing yang dilakukan dengan cara mentransfer master tape ke dalam format yang lebih sederhana (misalnya VHS tape), kemudian rangkaian gambar-gambar tadi disusun sesuai dengan alur cerita dalam naskah (jenis editing yang digunakan adalah simple edit atau cut to cut). Proses editing ini biasanya dilakukan oleh seorang sutradara kemudian dilakukan pengolahan data dalam edit data management, disini merupakan proses penentuan bagian mana yang memerlukan transisi selain cut, output dari offline adalah berupa data yang disimpan dalam media kertas atau hardisk. Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yatiu mencatat kembali semua hasilshooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline. Sesudah editing kasar ini jadi, reporter membuat naskah yang dilengkapi dengan uraian narasi, timecode, dan bagaian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Tujuan dari offline ini, antara lain: a. Mempercepat proses kerja editing, mudah dalam mencari gambar bahkan dapat deprogram melalui peralatan editing controller. b. Menghemat penggunaan video head dari VCR. c. Mempermudah kerja editor dalam mengedit dan memahami alur cerita dari naskah.
2.4.2 Editing Online Online Editing adalah proses pengolahan data dari offline menjadi suatu hasil editing (slave tape) dengan menggunakan master tape dari hasil produksi (shooting). Di sini data offline dapat dikoreksi dan dirubah kembali oleh seorang editor. Penambahan dan pemilihan jenis efek dilakukan pada online editing ini, termasuk juga proses titling dan mixing, sehingga menghasilkan suatu paket acara yang siap untuk disiarkan. Berdasarkan
naskah editing,
editor
mengedit
hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskahediting. Demikian pula sound asli dimasukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. Software yang peneliti gunakan adalah Adobe Premiere. Pada tahap editing tidak hanya melakukan cut-to-cut saja tetapi juga memberikan efek transisi agar film yang dihasilkan lebih dramatis dan menarik.
Gambar 2.1 Adobe PremierPro Di dukung dengan perangkat editing, seorang editor dituntut memiliki sense of story telling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun setiap shot-shot gambar. Editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatic
yang
ada
di
dalam
shot-shot
yang
disusun
dan
mampu
mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut dari awal hingga akhir film. Teknik continuity merupakan salah satu hal penting yang harus di perhatikan saat editing karena untuk menghasilkan alur cerita yang menarik dan mudah dipahami, perlu adanya continuity.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
2.4.3 Montage Menurut Sergei Einstein Sergei Eisenstein merupakan sutradara terbesar di jamannya. Ia menulis banyak ide-ide film serta mengajukannya kepada generasi director di rusia. Komitmennya saat muda untuk menjadi pembuatan film, Eisensten mencoba untuk berteori tentang editing film. Teorinya tentang editing memiliki lima komponen yaitu Metric Montage, Rhytmic Montage, Tonal Montage, Overtonal Montage dan Intellectual Montage.14 Pada tahun 1920-an awal mula muncul montage sebagai Montage Teori editing, yang merupakan kepercayaan bahwa dua gambar terkait dapat diedit bersama-sama untuk menghasilkan baru pemikiran, ide, atau emosi dalam pikiran pemirsa. a.
Metric Montage
Metrik Montage mengacu pada panjangnya sebuah shot yang saling berhubungan satu sama lain. Tanpa memperhatikan kontennya, memperpendek sebuah shot juga menyingkat waktu penonton untuk menyerap semua informasi yang ada di tiap shot. Hal ini meningkatkan ketegangan yang dihasilkan dari tempat kejadian. Penggunaan close-up dengan tembakan pendek menciptakan urutan lebih intens. Teori ini merujuk untuk mendapatkan aspek emosi penonton dengan mengacu pada panjang dan shot yang berhubungan dengan shot lainnya. Fungsi dari memperpanjang atau mempersingkat shot tanpa memperhatikan isi dari cerita
14
K, Dancyger. The Tecnique of Film and Video Editing. Elservier. Oxford. Hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
adalah untuk memberikan ketegangan pada film yang dapat dirasakan langsung oleh peonton. b.
Rhytmic Montage
Rhytmic Montage mengacu pada kelangsungan yang timbul dari pola visual dalam gambar. Kontinuitas berdasarkan tindakan pencocokan dan arah layar adalah contoh dari montase berirama. Jenis montase ini memiliki potensi besar untuk menggambarkan konflik karena kekuatan yang berlawanan dapat disajikan dalam hal menentang arah layar serta bagian dari frame.
c.
Tonal Montage
Tonal montage mengacu keputusan editing dilakukan untuk membentuk karakter emosional adegan yang dapat berubah dalam perjalanan di TKP. Nada atau suasana hati digunakan sebagai pedoman untuk menafsirkan montase tonal, dan meskipun teori mulai terdengar intelektual, itu tidak berbeda dari usulan Ingmar Bergman bahwa editing mirip dengan musik, bermain emosi dari adegan yang berbeda. Teori ini bertujuan untuk membentuk karakter emosional dari sebuah adegan, nada dan suasana hati juga digunakan sebagai tumpuan untuk menafsirkan tonal montage. Penulis menggunakan Teori ini, karena suara atau backsound yang akan penulis gunakan akan sama sesuai gambar yang telah tim ambil gambarnya. Dan dapat dipastikan akan sesuai adegan yang sedang berlangsung dengan diiringi backsound atau suara yang akan penulis edit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
36
d.
Overtonal Montage
Overtonal montage adalah gabungan antara interaksi metrik, berirama, dan tonal montages. interaksi yang mencampur kecepatan, ide, dan emosi untuk menginduksi efek yang diinginkan dari para penonton. Teori merupakan penggambungan ketiga teori sebelumnya yaitu metric montage, rhythmic montage dan tonal montage, dimana dampaknya pada penonton menjadi lebih abstrak dan rumit. Pencampuran antara kecepatan, ide, dan emosi untuk menciptakan efek yang diinginkan dari para penonton. Agar penonton dapat terbawa kedalam suasana film yang seakan-akan penonton sedang berada di dalah film tersebut. 15
e.
Intellectual Montage
Montage intelektual mengacu pada pengenalan ide menjadi urutan sangat dituntut dan yang emosional. Teori ini lebih menjelaskan sebuah keadaan dengan menggunakan simbol-simbol gambar yaitu berupa timelaps atau footage yang bertujuan untuk menghasilkan makna tertentu yang dapat mewakili suatu permasalah atau konflik yang di sedang bahas. Penulis juga menggunakan teori jenis ini mengacu pada pengenalan ide adegan yang sangat dibentuk emosinya Montage jenis ini merupakan sebuah gambar yang memiliki makna tersendiri yang dapat menggambarkan sesuatu.
15
K, Dancyger. The Tecnique of Film and Video Editing. Elservier. Oxford. Hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
Editor sendiri berusaha memberikan keanekaragaman visual film melalui pemilihan shot, aransemen dan timing serta berusaha menyesuaikan kebutuhan gambar sesuai naskah. Tugas Utama editior adalah menciptakan dan menjaga kesinambungan setiap pemindahan adegan atau shot. Perpindahan dari shot ke shot yang lain harus layak dan halus (smooth). Seorang editor memutuskan berapa lama waktu aksi akan dipresentasikan pada penonton. Editor dituntut untuk memeliki sense of story telling ( kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktu cerita yang menarik, serta kadar dramatic yang ada di dalam shot-shot yang disusun dan mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
2.4.4 Peran dan Tanggung Jawab Editor Peran Seorang editor atau penyunting gambar adalah bagaimana mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian disusun kembali menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki dramatisi dan estetis. Jika dalam suatu penggarapan program acara televise, vidfeo, fil pada saat tahap produksi menjadi tanggung jawab sutradara maka dalam tahap pascaproduksi editor yang bertanggung jawab penuh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
38
Seorang editor berkuasa untuk mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian disusun kembali menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki nilai dramatisasi dan estetis. Editor adalah orang terakhir dari seluruh pekerja produksi dalam penggarapan sebuah karya visual film dan program acara televise. Pekerjaannya adalah mengkolaborasikab berbagi unsur kreatif sehingga mampu memberikan sentuhan seni pada hasil akhir karya visual. 16
2.5 Tipografi Tipografi atau ilmu tentang huruf-huruf dimulai sejak usaha manusia berusaha menuangkan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada orang melalui tulisan. Mengenal latar belakang ini diperlukan agar pembaca dapat memahami perkembangan dari tahap ke tahap budaya manusia dalam hal tulis-menulis. Dalam melakukan komunikasi dan menyampaikan pesan pada awalnya dikenal ada dua acara, yaitu menuturkan pesan itu atau menuliskannya. Manusia melakukan dengan cara menggurat, mengukir, mentakik, menggambar, dan akhirnya menulis dan mencetak.17 Tipografi
dibagi
kedalam
2
macam
jenis,
yaitu
:
"Typography" (Tipografi) merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan
kenyamanan
membaca
semaksimal
mungkin.
Anton Maburi,2013, Teori Dasar Editing: Produksi Program Acara Televisi dan Film, Depok : Mind 8 Publishing House, hal 36 17 Adi Kusrianto,2004, Tipografi komputer untuk desainer grafis, Yogyakarta: Andi, hal 3 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
39
Seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak. 2.5.1 Font Peran dari pada tipografi itu sendiri adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Terkadang secara tidak sadar, kita selau berhubungan dengan tipografi setiap hari dan setiap saat. Seperti koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang biasa kita kenakan dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Perkembangan tipografi saat ini sudah mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan (hand drawn) hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya. Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sbb : 1. Roman Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
40
garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. 2. Egyptian Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil. 3.
Sans Serif Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
4. Script Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab. 5. Miscellaneous Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
2.5.2 Warna Penjelasan secara singkat mengenai warna dan artinya sehingga anda dapat menyesuaikan kombinasi warna terhadap bentuk atau desain kemasan anda. Berikut
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
41
beberapa warna dan artinya yang dapat ceritadesain.com sampaikan guna dapat lebih menunjang pengetahuan kita bersama dalam hal warna dan filosofinya. a. Biru (Trust), memberi kesan konsevatif, dapat dipercaya dan diandalkan serta memiliki stabilitas yang kuat, warna biru seringkali digunakan oleh lembaga keuangan ataupun produsen hardware untuk desain logo perusahaan dan alatalat promosi seperti brosur dan flayer, tidak hanya itu saja saat ini media sosial seperti Facebook atau Twitter juga menggunakan warna biru untuk dasar warna yang mendominasi pada website mereka yang secara tidak langsung memberi pernyataan bahwa kami ada dan akan terus ada sampai kapanpun, contoh pada produsen makanan dan minuman yang menggunakan warna biru adalah Pepsi,Aqua, Baskin Robbins, dll. b. Merah (Excitement), warna merah sering diartikan sebagai warna yang dapat memberi rangsangan emosi menggebu-gebu terhadap sesuatu, dalam sebuah studi kasus warna merah secara umum digunakan untuk menarik perhatian (grab attention) dari pejalan kaki maupun pengendara yang dapat memberi pengaruh kepada mereka sehingga dapat menarik untuk mengetahui lebih akan apa yang ditawarkan, hal ini dikarenakan secara tidak disadari warna merah tersebut dapat menaikkan tekanan darah atau rasa lapar terhadap apa yang anda tawarkan seperti halnya KFC, CocaCola, Pizza Hut, dll. c. Kuning (Warm), warna menyenangkan, yang memberikan kesan hangat, lucu, dan ceria yang dapat memberikan efek bahagia dan senang, warna kuning ini sering digabungkan bersama warna merah seperti pada logo warna kuning juga digunakan oleh perusahaan besar seperti Shell, Nat Geo Channel, pada bidang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
42
makanan dan minuman warna ini juga digunakan oleh Burger King yang digabungkan dengan warna lainnya. d. Oranye (Youthful), warna oranye merupakan paduan antara warna merah dan warna kuning, kedua warna ini sangat mudah menarik perhatian, oleh karena itu warna oranye memiliki arti yang sama pada warna merah dan warna kuning seperti passion pada warna merah dan fun pada warna kuning yang erat kaitannya dengan sesuatu yang baru dan berjiwa muda seperti warna yang digunakan pada logo e. Hijau (Growth), diartikan juga sebagai pembaruan dan pertumbuhan, kesan ini dapat memberi penguatan pada brand produk anda seperti warna yang digunakan pada logo Starbuck. Warna hijau memberi filosofi pertumbuhan yang berlangsung terus menerus pada perusahaan atau produk anda, warna hijau juga memberikan efek tenang dan rileks yang dapat menarik perhatian konsumen. Warna hijau juga erat kaitannya dengan alam, oleh sebab itu warna hijau juga sering diaplikasikan pada produk organik yang memberi kesan segar dan menyehatkan. f. Coklat (Reliability) warna ini dapat mewakili cita rasa yang bisa diandalkan, warna coklat erat kaitannya dengan produk cokelat sebab nama produk dan warna produknya sama sehingga produsen cokelat cenderung menggunakan warna coklat untuk desain kemasan mereka g. Abu-Abu (Sopistication) warna abu-abu memberikan kesan canggih namun tidak sedikit produsen makan yang menolak warna abu-abu ini untuk desain kemasan maupun desain restoran mereka, hal ini merujuk pada studi kasus yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
43
mengemukakan bahwa warna abu-abu dapat mengurangi nafsu makan, sehingga pada sebagian desainer kemasan produk makanan, warna abu-abu tidak merekomendasikan warna abu-abu untuk dijadikan sebagai warna utama dalam desain kemasan melainkan warna abu-abu hanya dipakai sebagai pelengkap untuk menyempurnakan desain mereka. h. Ungu (Feminime), warna ungu erat dikaitkan dengan unsur misteri dan kewanitaan, jika diberikan nuansa yang sedikit lebih gelap maka dapat memberi kesan yang glamor, kekayaan dan kemewahan i. Hitam (Maskulin), sama halnya dengan warna ungu, kesan pada warna hitam menunjukkan kesan maskulin dan elegan, warna hitam cenderung digunakan untuk mengangkat popularitas dari sebuah produk karena kesan mewah yang kuat dari warna hitam. j. Putih (Purity), memberi arti kepolosan dan kemurnian namun dalam dunia kemasan warna putih cenderung digunakan untuk mengangkat kesan bersih dan higienis, sehingga memberi gambaran bahwa produk yang berada dalam kemasan tersebut sangat steril dan bersih sehingga layak untuk dimiliki.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z