BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi massa 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam catatan sejarah publistik, komunikasi massa dimulai satu abad setelah mesin cetak ditemukan oleh Johan Gutanberg.6 Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latincommunication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, dalam proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan. Itulah sebabnya komunikasi harus bersifat dua arah agar Terjadi suatu pertukaran pikiran dan informasi antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, dalam komunikasi yang efektif maka setidaknya harus di ketahui bentuk-bentuk komunikasi. Bentuk-bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi berkelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
6
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2004, hal 67
14
15
Adapun pengertian komunikasi masss yang paling sederhana adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, seperti surat kabar, televsi, radio dan film. Dari definisi
tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti pengajian majlis taklim di lapangan luas, jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikasi individual untuk memperoleh massa. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi bagi dibaurkan dengan informasi dan hiburan. Maka dari itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal. Selain itu, banyak definisi yang di kemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Gerbner dalam Elvinaro Ardianto (2007) adalah “ mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies.” Artinya komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry. 7 Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak secara luas secara 7
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa. Edisi Revisi simbiosa Rekatama Media: Bandung. 2007, hal.3
16
terus menerus dalam jarak waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dilakukan oleh perorangan, melainkan harus lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak di lakukan oleh masyarakat industri. Adapun definisi massa menurut Wright dalam Elvinaro Ardianti (2007), sebagai berikut :“ this new from can be distinguished from older types by the following major characteristic: it’s directed toward relatively large,
heterogeneous,
and
anonymous
audiences,
messages
are
transmitted publicly, ten times to reach most audiences members simultaneously, and are transient in character, the communicator tends to be to operate within a complex organization that may involve great expense.8 Artinya, komunikasi massa dia rtikan sebagai jenis komunikasi yang di tujukan kepada sejumlah khalayak yang relative beda, heterogen dan anonym melalui, media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat di terima serentak pada waktu yang sama dan sesaat.
2.1.2
Sifat-Sifat Komunikasi Massa Ada beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan
sekaligus membedakan dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat sifat yang di maksud menyangkut hal-hal sebagai berikut :
8
Marheni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik.Graha Ilmu: Jakarta, 2009, hal 222-224
17
1.
Sifat komunikator Sesuai sengan hakikatnya, di dalam sifat penggunaan media atau
saluran secara professional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka pemilik media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelasan tugas, fungsifungsi serta misi tertentu. 2.
Sifat pesan Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai
hal dari berbagai tempat di muka bumi. Sementara itu, isi media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut di ketahui oleh masyarakat umum.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Devito mengatakan, bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting di bahas adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi menghibur, De Vito menyebutkan bahwa media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak.
2.
Fungsi meyakinkan, meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade)
18
3.
Mengiinformasikan, menurut De Vito sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari media.
4.
Menganugrahkan status, daftar seratus orang terpenting
Selain itu menurut Lassawell dan Wright9 komunikasi massa memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah : 1.
Sueveliance (pengawasan lingkungan) Meninjau pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi
mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news. 2.
Correlation (korelasi) Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan
dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian.Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda. 3.
Transmission (transmisi) Meninjau pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai
dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
9
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa. Grasindo: Jakarta: 2010, hal 11-12
19
4.
Entertainment (hiburan) Meninjau pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang di maksudkan
untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. Selain itu juga Wilbur Scramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa menjadikan lingkungan sekitar untuk kita mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell10 yang menyebutkan fungsi fungsi komunikasi massa sebagai berikut: 1.
Surveillance of the environment
Fungsi sebagai pengamatan lingkungan , yang oleh Schramm di sebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher. 2.
Correlation of the parts of society in responding to the environment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengam lingkungan.Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi the forum. 3.
Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya.Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher. 10
Wiryanto.Teori Komunikasi Massa. Grasindo: Jakarta 2010. Hal 10-11
20
2.1.4 Unsur-unsur komunikasi massa Komunikasi massa terdiri dari unsur unsur (source), pesan (message) , saluran (channel) dan penerima (receiver) serta efek (effect). Menurut Harold D.Lasswell11 guna memahami komunikasi massa, kita harus mengerti unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan, who say what in which cahnnel to who,n and with what effect? 1.
Unsur who (sumber atau komunikator) Sumber utama dalam komunkasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person)
2.
Unsur says what (pesan) Organisasi
memiliki
rasio
keluaran
yang
tinggi
atas
masukannya, maka organisasi sanggup melakukan encode ribuan atau jutaan pesan-pesan yang sama pada saat yang bersamaan 3.
Unsur in which channel (saluran atau media) Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa, tanpa saluran ini pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat, luas dan simultan.
11
Wiryanto.Teori Komunikasi Massa. Grasindo: Jakarata. 2010, hal 3-9
21
4.
Unsur to whom (penerima atau mass audience) Unsur ini menyangkut sasaran sasaran komunikasi massa, seperti perorangan-perorangan yang membaca surat kabar, yang membuka halaman-halaman majalah, yang sedang mendengarkan radio, yang sedang menikmati film bioskop atau film televisi di sebut sebagai perorangan-perorangan dalam mass audience.
5.
Unsur with what effect (unsur efek atau akibat) Unsur ini sesungguhnya “lekat” pada unsur audience.Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat keterpaan pesan-pesan media.
2.1.5 Karakteristik Komunikasi Massa 1. Komunikator terlembagakan Komunikator menyusun pesan dalam
bentuk artikel,
bergerak dalam organisai yang kompleks proses penyusananpesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. 2. Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifatterbuka artinya komunikasi massa itu di tujukan untuk semua orang dan tidak di tujukan untuk sekelompok
orang tertentu. Oleh karenanya, sifat komunikasi
massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa dan opini.
22
3. komunikannya anonym dan heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonym dan hetrogen. Pada komunikasi antar personal, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti : nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal ,bahwa mungkin mengenal sikap dan prilakunya, sedangkan dalam komunikasi, massa ,komunikator
tidak
mengenal
komunikan
(anonim),karena
komunikasi menggunakan media dan tidak tatap muka. 4. Media massa menimnbulkan keserempakan Kelebihan
komunikasi
massa
di
bandingkan
dengan
komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dengan jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpuisah. 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang di katakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana
23
cara mengatakan, yang juga mengisyaratkan hubungan para peserta komunikasi itu. Sementara Rakhmat (2003) menyebutkan sebagai proporsi unsur isi dan unsur hubungan. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah Selain ada ciri khas yang merupakan keunggulan komunikasi massa di bandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi
massa
yang merupakan kelemahannya karena
komunikasinya melalui media massa, maka
komunikator dan
komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. 7. Stimulasi alat indera terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antar personal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi , komunikator dan komunikan , dapat di gunakan secara maksimal. 8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feed back merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antar personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi sering kali dapat di lihat dari feed back yang di sampaikan oleh komunikan.
24
2.1.6 Ciri-Ciri Komunikasi Massa 1. Berlangsung satu arah
One way communication
Tidak terdapat arus bailk kepada komunikator (wartawan)
Arus balik tertunda (delayed feedback)
2. Komunikator melembaga
Institutionalizes communicator (komunikator melembaga)
Di dukung orang lain (team work)
Collective communicator ( komunikator kolektif)
3. Pesan bersifat umum
Pesan yang disampaikan dalam media massa bersifat umum
Di tujukan kepada umum
Kepentingan umum
4. Komunikan heterogen
Heterogen
Terpencar pencar
Satu sama lain tidak saling mengenal
Berbeda dalm berbagi hal (jenis kelamin, usia, agama, budaya, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan hidup ,keinginan dan cita cita)
25
2.2
Film Sebagai Media Massa 2.2.1. Pengertian Film Film adalah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang
lebih luas, bisa juga termasuk yang disiarkan.
Komunikasi massa adalah komunikasi yang di salurkan oleh pemancarpemancar yang sifatnya audio atau visual dalam bentuk film.12 Menurut UU perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan di rekam dengan pita selulid, pita video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya.
2.2.2 Karakteristik Film Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie.Film secara kolektif sering disebut sinema.Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.Film juga sebenarnya merupakan lapiasan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = 12
Cangara Hafield. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo: Jakarta. 2002, hal 138
26
gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut kamera. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figure palsu) dengan kamera, dan atau oleh animasi.Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan tekhnologi). Butiran silver halide yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer). Film dilahirkan sebagai tontonan umum (awal 1900-an), karena semata-mata menjadi alternative bisnis besar jasa hiburan di masa depan manusia kota. a. Film
dicap
“hiburan
rendahan”
orang
kota,
namun
sejarah
membuktikan bahwa film mampu melakukan kelahiran kembali untuk kemudian mampu menembus seluruh lapisan masyarakat, juga lapisan menengah dan atas., termasuk lapisan intelektual dan budayawan. Bahkan kemudian seiring dengan kuatnya dominasi system industri. b. Hollywood, lahir film-film perlawanan yang ingin lepas dari ciri film hpllywood yang kemudian melahirkan film-film auter. Yakni film-film personal sutradara yang sering disebut sebagai film seni.
27
Dalam pertumbuhannya, baik film hiburan yang mengacu pada Hollywood ataupun film-film seni kadang tumbuh berdampingan, saling memberi namun juga bersitegang.Masing-masing memiliki karakter diversifikasi pasar, festival dan pola pengembangannya sendiri. Sementara pada proses pertumbuhan film Indonesia tidak mengalami proses kelahiran kembali, yang awalnya dicap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelas menengah ke atas, juga intelektual dan budayawan.13 Film merupakan media komunal dan penggabungan dari berbagai tekhnologi
dan
perkembangan
unsur-unsur tekhnologi
kesenian. fotografi
Film dan
penggabungan rekaman
dari
suara.Juga
komunalberbagai kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik.Sejarah film Indonesia menunjukkan unsur-unsur penggabungan dan komunal dari film tidak mengalami pertumbuhan berarti. Akibatnya ketika
masyarakat
dimanjakan
unsure
visual
dan
audio,
dari
perkembangan teknologi media dan seni lainnya seperti televise, seni rupa, dan lain-lain, masyarakat Indonesia tidak mendapatkannya dalam film.14 1. Cerita 2. Dituturkan 3. Penonton 4. Rangkaian gambar bergerak
13 14
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, kencana, hal 160-161 http://tentangfilm.blogspot.com/2007/12/sutrada-adalah-orang-bertugas.html
28
Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung, dan sebagainya.Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya.Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film.Film menggunakan usnur gambar sebagai sarana utama untuk menyampaikan informasi. Dalam sejarahnya, film adalah kesinambungan dari fotografi.Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian unsure suara melengkapi unsure gambar.Gambar dan suara, keduanya secara bersama-sama menyampaikan cerita pada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara.Bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memeberikan kepada kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan semikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film, maka harus berfikir visual. Artinya, berfikir bagaimana suatu informasi akan disampaikan dalam bentuk. Unsure suara (dialog, musik, dan efek) merupakan sarana penunjang. Unsure suara dipergunakan apabila: 1. Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan 2. Gambar tidak efektif dan efisien 3. Suara dipergunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan 4. Suara dipergunakan sebagai kebutahan realitas
29
Unsur-unsur diatas merupakan komponen ketika bukan hanya gambar saja yang ditunjang dalam membuat film, akan tetapi suara akan membuat imajinasi para penonton. Gambar dan suara yang tepat dan jelas akan membuat film semakin menarik, didukung oleh teknik gambar yang menarik.15
2.2.3 Fungsi Film Fungsi hiburan mengalahkan fungsi film sebagai pendidikan dan penyebaran informasi.Film yang identik dengan fiksi, meski ada film yang berangkat dari fakta, seharusnya bisa membuat penulis scenario lebih berimajinasi. Film merupakan salah satu media massa dari komunikasi massa maka peran dan fungsi film sendiri sama dengan peran dan fungsi dari komunikasi massa, yaitu dapat digunakan sarana penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan. Fungsi film adalah ketika khalayak menonton film terutama untuk hiburan, akan tetapi dalam film terkandung fungsi informative maupun edukatif, bahkan persuasive. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.Film edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang
15
http://pelajarfilmmaker.multiply.com/2008/006/07journal/item/65
30
objektif atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.16
2.3 Genre Film 2.3.1 Pengertian Genre Film Istilah genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentu” atau “tipe”.Kata genre sendiri mengacu pada istilah biologi yakni, Genius, sebuah klasifikasi flora dan fauna yang tingkatnya berada di atas spesies dan dibawah family.Genius mengelompokkan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik tertentu. Dalam film genre dapat diklasifikasikan dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi, dan subjek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre popular seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horror, western, thriller, noir, roman, dan sebagainya.Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film.Genre juga membantu kita memilah film tersebut sesuai dengan spesifikasinya.Dalam industry film sendiri sering menggunakan sebagai marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan di tonton.17 Sebenarnya tidak ada patokan baku tentang penggolongan dan criteria-kriteria genre film. Kalaupun ada, penggolongan ini tidaklah 16 17
http://oliviadwiayu.worpress.com/2006/I/03/bentuk-bentuk-media-massa Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, cet. Ke-1, hal.10
31
bersifat kaku dan statis, tetapi selalu berubah.Bahkan dapat dikatakan bahwa genre film dalam beberapa hal tergantung pada penonton.Karena penonton selalu berubah maka criteria genre pun berubah.Asumsi tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada satu kesepakatan pun tentang definisi genre sehingga kita sering menggunkaan secara longgar, dan tidak ada kesepakatan di antara kritikus tentang batasan-batasan dari masingmasing genre film.Sebuah genre film sering lebih dari genre karena banyak film yang menggabungkan elemen-elemen yang biasa terdapat dalam beberapa genre, atau film tersebut merupakan gabungan dari beberapa genre sehingga tidak memiliki genre tersendiri.Oleh karena itu, satu genre dapat saja tumpang tindih dengan genre yang lain, apalagi bila cerita dalam sebuah film memadukan format yang berbeda.
2.3.2 Genre Induk Premier Genre induk premier merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan popular sejak awal perkembangannya sinema era 1990-an. 1. Aksi Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat. 2. Drama Film drama umumnya berhibingan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan yang
32
nyata.Konflik bisa di picu oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam. 3. Epik Sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar belakang sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos atau legenda. 4. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata.Film berhubungan dengan unsur magis, mitos negeri dongeng, imajinasi, serta alam mimpi.Film fantasi juga terkadang dengan aspek religi. 5. Fiksi ilmiah Fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah seringkali berhubungan dengan teknologi dan kekuatan yang berada diluar jangkauan masa kini serta berhibingan dengan karakter non-manusia atau arfisial. 6. Horror film horror memiliki memberikan efek rasa takut, kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horror umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhibingan dengan dimensi supranatural atau sisi gelap manusia.
33
7. Komedi Film komedi adalah jenis film yang bertujuan utamanya memancing tawa penontonnya.Film komedi biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi bahasa, hingga karakternya.Film komedi juga biasanya dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending). 8. Kriminal dan gangster Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok
bawah
tanah
yang
bekerja
dibawah
system
hokum.Seringkali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. 9. Musikal Genre musical adalah film yang mengkombinasi unsure music, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi).Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. 10. Petualangan Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke satu wilayah asimg yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti,
34
harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral(emas dan berlian) dan sebagainya. 11. Perang Genre perang mengangkat tema kengerian serta terror yang ditimbulkan oleh aksi perang.Tidak seperti epic sejarah, perang umumnya menampilkan adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategis yang relatif modern. 12. Western Western adalah sebuah genre orisinil milik amerika.Genre ini memiliki beberapa cirri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting seringkali menampilkan kota kecil, perkampungan suku Indian serta perternakan. Contoh: koboi, Indian dan lain-lain . 2.3.3 Genre Induk Sekunder Genre induk sekunde adalah genre-genre besar dan popular yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk premier : 1. Bencana Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedy atau musibah baik sekala kecil maupun besar yang mengancam jiwa banyak manusia. Film bencana dibagi menjadi menjadi dua jenis, bencana alam dan bencana buatan manusia,
35
2. Biografi Biografi secara umum merupakan perkembangan dari genre drama dan epic sejarah.Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh di masa lalu maupun kini. Umumnya menggambarkan kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar. 3. Detektif Genre detektif merupakan pengembangan dari genre criminal dan gangster.Inti cerita umumnya berpusat pada sebuah kasus criminal yang belum terselesaikan. 4. Film Noir Film noir (:noa) yang bermakna gelap merupakan turunan dari genre criminal dan gangster. Film noir merupakan genre dengan pendekatan sinematik yang paling unik ketimbang genre-genre yang lainnya.Tema selalu berhubungan dengan tindak criminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan.Alur ceritanya penuh dengan misteri, sulit ditebak, penuturan kilas balik serta narrator. 5. Melodrama Melodrama merupakan pengembangan dari genre drama yang sering di istilahkan opera sabun atau film “ cengeng” (menguras air mata). Melodrama
menggunakan
cerita
yang
mampu
mengubah
penontonnya secara mendalam dengan dukungan unsur melodi.
emosi
36
6. Olahraga Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlit, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri.Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa olahraga besar. 7. Perjalanan Genre perjalanan atau sering diistilahkan road film merupakan genre khas milik Amerika yang sangat popular di era klasik 8. Roman Film roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari genre drama.Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. 9. Superhero Film superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan antara genre fiksi ilmiah, aksi, serta fantasi.Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antar sisi baik dan sisi jahat. 10. Supernatural Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban serta kekuatan mental mmebaca pikiran.
37
11. Spionase Film spionase atau agen rahasia adalah salah satu genre popular kombinasi antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata-mata atau agen rahasia. 12. Thriller Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran, ketidakpastian, serta ketakutan pada penontonnya.
2.3.4 Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". 1. Unsur-unsur Intrinsik Novel Unsur-unsur sebuah karya sastra merupakan pembangun yang menjadi tolak ukur sebuah karya sastra. Secara jelas unsur intrinsik merupakan landasan atau dasar di dalam menganalisa seperti yang dijelaskan beberapa ahli. Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud unsur intrinsik adalah hal-hal yang membangun sebuah karya sastra dari dalam, yang meliputi tema, penokohan,
38
alur/plot, latar/setting, sudut pandang (pusat pengisahan) gaya bahasa, dan amanat. 2. Tema dan amanat Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita yang paling banyak menimbulkan konflik. Jika permasalahan yang diajukan dalam cerita diberi jalan keluarnya oleh pengarang, maka jalan keluar itulah yang disebut amanat. Amanat yang terdapat dalam karya sastra tertuang secara implisit. Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Sudjiman (1986:35) Amanat secara eksplisit yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. 3. Alur/plot Menurut Stanton (1965:14) plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa
yang
lain.
Peristiwa-peristiwa
cerita
39
dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama)cerita. 4. Pengertian Unsur Ekstrinsik Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang ada di luar tubuh karya sastra tetapi sangat berpengaruh terhadap isi karya sastra tersebut. Misalnya : Kapan karya sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, dsb. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
Latar belakang kehidupan pengarang
Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 67), tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tokoh menurut Nurgiyantoro (1995:173) adalah pelaku, sekaligus penderita kejadian dan penentu perkembangan cerita baik itu dalam cara berfikir, bersikap, berperasaan, berperilaku, dan bertindak secara verbal maupun non verbal. Latar menurut Sudjiman (1991 : 44),adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
40
Alur menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995 : 113), adalah cerita berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Aminuddin (2000: 80-81) menambahkan bahwasanya dalam memahami watak tokoh utama, pembaca dapat menelusurinya lewat : (1) Ttuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) Gambaran
yang
diberikan
pengarang
lewat
gambaran
lingkungannya maupun cara berpakaian, (3) Menunjukkan bagaimana prilakunya, (4) Melihat bagaimana tokoh it berbicara tentang dirinya, (5) Memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya, (8) Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi (9) Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.
2.4
Unsur Naratif 2.4.1 Pengertian Film secara umum dapat di bagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan sistematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam
41
film cerita unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, naratif secara keseluruhan dan saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan.
2.4.2 Unsur Naratif Setiap cerita apapun berbentuk dan pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film yang termasuk dalam unsur naratif yaitu :18 1. Cerita atau plot Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak.Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. 2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terkait dalam sebuah ruang.Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang-ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas.
18
Ibid, hal. 18
42
3. Hubungan naratif dengan waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu.Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu dan frekuensi waktu. 4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni: a. Pencitraan terbatas (restricted narration) Informasi cerita dibatasi dan terkait hanya pada satu orang karakter saja b. Pencitraan tak terbatas (omniscient narration) Informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja. 5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku, cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan. 6. Pola struktur naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum dibagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan dan penutup.
43
7. Struktur tiga babak Model struktur naratif yang paling lama, popular serta berpengaruh sepanjang sejarah film.Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi. 8. Alternatif struktur tiga babak Pola
struktur
memiliki
kemungkinan
yang
tidak
terbatas.Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang biasa di tempatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi plot, naratif, realistic, serta pola non linier.
2.4.3 Makna Menurut Kincaid dan Schramm yang di kutip oleh Sobur mengemukakan bahwa makna kadang-kadang berupa satu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan.19Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia.Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistic.Itu sebabnya, beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. Ada beberapa pandangan yang menjelaskan ihwal teori atau konsep makna. Model proses makna: 19
Ibid, hal.224
44
1. Makna ada di dalam diri manusia Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia.Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan.Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksud. 2. Makan berubah Kata-kata relatif statis.Banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahin yang lalu.Tetapi makna dari kata-kata ini terus berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.bandingkanlah, misalnya makna kata-kata berikut bertahun-tahun yang lalu dan sekarang.Hubungan di luar nikah, obat, agama, hiburan dan perkawinan. 3. Makna membutuhkan acuan Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana, ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. 4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna Berkaitan erat dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengkaitkannya dengan acuan yang konkret dan dapat di amati.
45
5. Makna tidak terbatas jumlahnya Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.Karena itu, kebanyakan kata
mempunyai
secara
berbeda
oleh
dua
orang
yang
berkomunikasi. 6. Makna di komunikasi hanya sebagian Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian (event) bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan.
2.5.
Komparatif Penelitian membandingkan.
komparatif Penelitian
adalah
penelitian
inidilakukan
untuk
yang
bersifat
membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
46
Jadi peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
2.5.1 Tujuan Penelitian Komparatif a.
Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.
b.
Untuk
membuat
generalisasi
tingkat
perbandingan
berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu. c.
Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. a) Rumusan Masalah Penelitian Komparatif Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda. b) Kerangka Teori Penelitian Komparatif Pada kerangka teori penelitian komparatif menggunakan kerangka teori yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut
47
memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan. c) Hipotesis Penelitian Komparatif Hipotesis pada penelitian komparatif menggunakan hipotesis komparatif.
Hipotesis
komparatif
adalah
merupakan
jawaban
sementara terhadap rumusan masalah komparatif, pada rumusan ini variabelnya sama tapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. d) Sifat Penelitian Komparatif Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Expost fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudann variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari satu atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri
kembali
masa
lalu
untuk
mencari
sebab-sebab,
kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini cenderung menggunakan data kuantitatif.
48
e) Syarat Penggunaan Penelitian Komparatif Penelitian komparatif dapat digunakan jika : 1. Metode
eksperimental
yang
dianggap
lebih
kuat
tidak
memungkinkan untuk dilakukan 2. Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor – faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara langsung 3. Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel bebas ) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat – buat, serta mencegah interaksi secara normal dengan variabel – variabel lain yang berpengaruh 4. Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan f) Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Komparatif Ritz mengidentifikasikan beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian komparatif. Kelebihan penelitian kausal komparatif sebagai berikut: 1. Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan. 2. Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.
49
3. Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan. Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. 2. Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang secara aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah penelitian. 3. Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil, tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil yang ditentukan. 4. Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari penyebab lain dari kejadian yang lain. 5. Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit. 6. Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat. 7. Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti kelompok berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk tujuan
50
perbandingan, penuh dengan masalah karena kategori ini adalah samar, berubah-ubah, dan bersifat sementara. 8. Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah tidak memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol.
2.5.2. Analisis Framing Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan penulis berita.cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,bagian mana yang di tonjolkan dan dihilangkan,serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Melalui analisi framing akan dapat diketahui siapa menendalikan siapa,siapa lawan siapa,mana kawan mana lawan,mana patron mana klien,siapa diuntungkan siapa dirugikan,siapa menindas dan siapa tertindas. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mugkin diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni-kreatifitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodelogi tertentu.Ada dua esensi utama analisi framing yaitu, a. Bagaimana peristiwa dimaknai,ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. b. Bagaiman fakta ditulis,aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata,kalimat,dan gambar untuk mendukung gagasan.
51
Pan dan Gerald M. Kosicki Model analisis framing menurut Pan & Kosicki. Dalam tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse, Pan & Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural tersebut membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita— kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu— kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa— pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa—ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan sebagainya). Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita. Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa.
52
Struktur
tematik
berhubungan
dengan
cara
wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Sedangkan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu.
Tabel 2.1 Model Pan dan Gerald M. Kosicki
STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
Headline, lead, latar informasi,
SINTAKSIS Cara wartawan
1.Skema Berita
Cara wartawan mengisahkan fakta
kutipan, sumber, pernyataan, penutup
menyusun fakta SKRIP
UNIT YANG DIAMATI
2.Kelengkapan Berita
5W+1H
53
1.Detail TEMATIK Cara wartawan menulis fakta
2.Maksud Kalimat Hubungan 3.Nominalisasi Antar
Paragraf,Kalimat,Komposisi
Kalimat 4.Koherensi 1.Bentuk Kalimat 2.Kata Ganti RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
1.Leksikon 2.Grafis 3.11. Metafor 1.12. Pengandaian
Kata, idiom, gambar/foto, grafik