BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan tercapainya derajat kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan tersebut yang dilaksanakan secara efisien dan berkualitas serta terjangkau. Tujuan ini oleh WHO dirumuskan dalam satu paduan tiga kata efficiency, equity, quality (Hatta, 2008) Menurut Zailani dan Ahmad dalam Hatta (2008), tujuan yang paling utama
dari
rumah
sakit
adalah
yang
menghasilkan
outcome
yang
menguntungkan bagi pasien, provider dan masyarakat. Outcome yang didapatkan sangat bergantung dari mutu pelayanan yang dierikan. Mutu pelayanan adalah suatu pencapaian hasil yang optimal untuk setiap pasien, terhindarnya pasien dari komplikasi akibat tindakan dokter dan perhatian terhadap
kebutuhan
pasien
dan
keluarganya
dengan
upaya
yang
memperhatikan efektfitas biaya serta terekam dalam suatu dokumentasi yang masuk akal. Pengumpulan data di rumah sakit merupakan data yang dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan dan lain-lain (Hatta,2008) Di dalam proses pengambilan keputusan dalam mengatasi berbagai masalah diperlukan memperhitungkan segala aspek, sehingga keseimbangan tujuan dapat tercapai. Pada perkembangannya untuk mengambil keputusan harus didasari oleh hal yang ilmiah dan juga fakta (evidence based) . ilmiah
1
adalah sesuatu yang bersifat ilmu, sedangkan ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang kemudian disusun dan membentuk pola yang teratur (sistematis) yang diperoleh melalui penggunaan akal dan kecendekiaan. Fakta adalah fenomena yang diamati atau dipelajari. Di dalam proses pengambilan keputusan sebenarnya dilakukan transformasi dari data yang telah diproses sehingga menghasilkan informasi (Hatta,2008) Penerapan
pengkodean
sistem
ICD
(International
Statistical
Classification of Diseases and Related Helath Problems) diantaranya digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan (Hatta,2008) Pemeliharaan dan pemetikan informasi merupakan fungsi penting pada setiap fasilitas asuhan kesehatan. Dua alat yang digunakan untuk memudahkan pemeliharaan dan pemetikan data informasi kesehatan adalah indeks dan register, indeks adalah “segala sesuatu yang berfungsi untuk mengarahkan, menunjukkan, atau memudahkan rujukan”. Register adalah “pencatatan resmi berbagai benda, nama, atau tindakan” (Huffman 1994). Indeks dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau istilah penting yang terdapat dalam buku tersusun menurut abjad yang memberi informasi tentang halaman tempat kata atau istilah tersebut ditemukan. Kegiatan pengindekan adalah pembuatan tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam kartu indeks. Hasil pengumpulan kode yan berasal dari data penyakit, operasi pasien dan pengumpulan data dari indeks yang lain sebagai bahan untuk penyajian data statistik kesehatan. Beberapa macam indeks yang dibuat oleh bagian rekam medis diantaranya adalah indeks utama pasien, indeks penyakit
2
(rawat jalan dan rawat inap), indeks operasi, indeks kematian, dan indeks dokter (Budi, 2011). Komputerisasi informasi ini telah memajukan proses perencanaan kebutuhan masa depan, pengolahan data, serta penelitian penyakit dan akibatnya. Ketersediaan informasi melalui komputerisasi telah membawa bagian informasi kesehatan menjadi profesional manajemen informasi kesehatan, seperti pada semua sistem
lain, komponen kunci peranan ini
adalah pemahaman bagaimana data dikumpulkan, keterbatasannya, dan pemakaian yang semestinya. Peningkatan tuntutan akan informasi kesehatan ini mengharuskan fasilitas untuk memelihara sistem informasi yang efektif dan efisien dengan menggunakan indeks dan register yang semestinya. Penggunaan
komputer
dengan
kesanggupannya
untuk
menerima,
menyimpan, dan menghasilkan data secara efisien dan mudah merupakan suatu keharusan. Profesional informasi kesehatan harus menentukan sesering apa indeks digunakan dan untuk tujuan apa. Jumlah dan jenis data yang diperlukan untuk diindeks bisa ditentukan dengan mempelajari pola penggunaan, seorang dokter atau komite staf medis mungkin menggunakan indeks penyakit dan prosedur untuk memetik catatan medis untuk tujuan berikut: 1. Untuk mereview kasus-kasus suatu penyakit di masa lalu dalam rangka
mendapatkan
pemahaman
akan
penanganan
masalah
kesehatan pasien yang sedang dihadapinya. 2. Untuk menguji teori dan membandingkan data pada penyakit tertentu dan/atau pengobatan dalam rangka penelitian dan menyiapkan naskah ilmiah.
3
3. Untuk menggali data tentang utilitas fasilitas dan menentukan kebutuhan fasilitas akan perlengkapan, tempat tidur, staf, dsb yang baru di berbagai bagian. 4. Untuk mengevaluasi mutu pelayanan di suatu fasilitas. 5. Untuk melakukan penelitian epidemiologis dan kontrol infeksi. 6. Untuk mengumpulkan data penatalaksanaan resiko, misalny insiden komplikasi medis dan bedah (Huffman,1994) Dalam Huffman,1994. Indeks penyakit berisi daftar penyakit dan kondisi sesuai dengan sistem klasifikasi (pengkodean) yang digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu contoh rekapan dari indeks penyakit yang sangat berguna untuk pembuatan pelaporan adalah data 10 besar penyakit dan untuk pengolahan data morbiditas rawat jalan dan laporan RL4b. Keterlambatan pengkodean indeks penyakit khususnya rawat jalan akan sangat mempengaruhi terhadap pengolahan laporan terutama laporan morbiditas rawat jalan dan laporan 10 besar penyakit, selanjutnya akan mengakibatkan keterlambatan pengiriman laporan yang waktunya atau periode sudah diatur dalam Sistem Pelaporan Rumah Sakit. Keterlambatan dalam pengiriman data bisa disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara unit kerja sehingga masing-masing unit tidak terintegrasi. Pada studi pendahuluan dan wawancara singkat dengan kepala bidang rekam medis yang dilakukan peneliti di RS Bethesda pada bulan oktober 2013. Bahwa masih ada permasalahan yang terdapat di bidang rekam medis yang belum terselesaikan yakni belum terlaksananya kegiatan penginputan kode penyakit pasien rawat jalan secara maksimal dan masih mengalami
4
keterlambatan dilihat dari penginputan kode penyakit rawat jalan dari seluruh klinik pada tahun 2012 hanya menginputkan kode diagnosa dari Instalasi Gawat Darurat di bulan Oktober saja, dan keterlambatan penginputan koding indeks penyakit rawat jalan sebesar 98,3% yang mengakibatkan laporan RL4B (morbiditas rawat jalan) tidak lengkap dan mengalami keterlambatan pengiriman, dan pada tahun 2013 pengiriman laporan RL4B (morbiditas rawat jalan) juga mengalami keterlambatan pengiriman laporan dan mengirimkan laporan yang tidak lengkap dan prosentase kode yang belum diinput adalah 99,3% dikarenakan koding indeks penyakit rawat jalan yang diinputkan oleh petugas rekam medis bagian koding morbiditas rawat jalan hanya berjumlah satu orang dan terlambat diinput kedalam komputer sehingga mengakibatkan keterlambatan pengiriman laporan RL4B dan ketidaklengkapan laporan RL4B . Maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian di Rumah Sakit Bethesda. Penelitian ini berjudul “Analisa Penyebab Keterlambatan Input Kodefikasi Indeks Penyakit Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta”
B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apa yang menjadi penyebab proses keterlambatan penginputan indeks penyakit pasien rawat jalan di RS. Betesda?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisa proses pelaksanaan koding indeks penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proses pelaksanaan koding indeks penyakit pasien rawat jalan meliputi pengisian diagnosa, penginputan kode penyakit pasien rawat jalan, pengolahan dan penyajian data. b. Mengetahui faktor penyebab keterlambatan penginputtan koding indeks penyakit pasien rawat jalandi RS Bethesda. c. Mengetahui dampak dari keterlambatan penginputan koding indeks penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit a. Menambah bahan evaluasi terhadap pelaksanaan kodefikasi penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta. b. Dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu koding penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta. 2. Bagi Institusi Pendidikan a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan referensi dalam mempelajari pelaporan data rumah sakit.
6
b. Hasil penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan antara teori yang diberikan dengan kenyataan yang ada di lapangan. 3. Bagi peneliti lain a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian lainnya di masa yang akan datang. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk penelitian selanjutnya. c. Sebagai media belajar dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta memberikan gambaran mengenai pelaksanaan koding penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda.
E. Keaslian penelitian. Penelitian tentang “Analisa Penyebab Keterlambatan penginputan indeks penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta” merupakan suatu penelitan yang mirip dengan penelitian sebelumnya, letak persamaan dan perbedaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Margareta Iriyati (2008) tentang “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Penyusunan Laporan Data RL1 Di Instalasi Radiologi Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Hasil dan pembahasannya adalah faktor yang mempengaruhi adalah SDM yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya karena petugas itu sendiri kurang mampu dalam pengetahuan administrasi khususnya mengenai pelaporan dan komputerisasi, dan belum adanya koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengen penelitian
7
yang dilakukan oleh Margareta Iriyati adalah sama-sama membahas mengenai faktor keterlambatan. Perbedaannya yaitu terletak pada lokasi penelitian, dan subjek penelitian, peneliti membahas tentang faktor yang mempengaruhi keterlambatan penginputan indeks penyakit pasien rawat jalan
sedangkan Margareta Iriyati tentang keterlambatan penyusunan
laporan data RL 1 di instalasi radiologi. 2. Ika Septiana Dewi (2012) yang berjudul “Faktor Penyebab Keterlambatan Pengambilan Sensus Harian Pasien Rawat Inap di RSUD Sleman” hasil penelitan menunjukkan kurangnya SDM di bagian sensus harian pasien rawat inap di setiap bangsal, dan dalam pelaksanaannya pengambilan sensus di setiap bangsal perawatan tersebut tidak dilakukan setiap hari tidak sesuai dengan Hatta (2008) yang menyatakan bahwa data sensus pasien rawat inap merupakan data yang harus dikumpulkan setiap hari dan merupakan aktifitas pasien untuk 24 jam periode waktu lapor. Persamaan peneliti dengan penelitian Ika Septiana Dewi ini adalah jenis penelitan deskriptif kualitatif dan teknik dan alat pengumpulan data. Perbedaannya peneliti berfokus kepada faktor keterlambatan penginputan indeks penyakit pasien rawat jalan sedangkan Ika Septiana Dewi pada faktor keterlambatan pengambilan sensus harian rawat inap. 3. Ira Sukmaningrum (2009) yang berjudul “Tinjauan Pelaksanaan Sensus Harian Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sensus harian rawat inap di RSUD kota Yogyakarta meliputi pengisian data sensus oleh perawat jaga malam, pengiriman ke Urusan Rekam Medis, dan pengolahan data oleh petugas sensus dan pelaporan di Urusan Rekam
8
Medis. Sosialisasi dan koordinasi yang dilakukan oleh perawat dan petugas sensus di Urusan Rekam Medis masih kurang, sehingga data sensus harian
pasien
rawat
inap
belum
akurat
sehingga
menyebabkan
keterlambatan dalam pengiriman sensus harian rawat inap ke Urusan Rekam Medis. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh sukmaningrum adalah jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya yaitu terletak pada waktu dan lokasi penelitian, dan pokok bahasan. Penelitian sukmaningrum bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengisian data dan pengolahan sensus rekam medis serta mengetahui penyebab ketidakakuratan data sensus harian pasien rawat inap sedangkan peneliti bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan keterlambatan penginputan kode indeks penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta. 4. Emi Riastiti (2012) dengan judul penelitian Pelaksanaan Pelaporan Morbiditas Pasien Rawat Jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta. Hasil penelitian adalah bahwa penganggung jawab pembuatan laporan bulanan morbiditas pasien rawat jalan di setiap unit BP4 Yogyakarta berbedabeda. Proses pengumpulan data laporan bulanan juga dilaksanakan karena belum terdapat prosedur tetap tertulis. Persamaan penelitian dengan peneliti adalah penelitian dengan menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya yaitu terletak pada pokok bahasan, waktu, lokasi penelitian dan penelitian Emi Riastiti ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan pelaporan morbiditas pasien rawat jalan di balai pengobatan penyakit paru (BP4) , sedangkan
9
peneliti
bertujuan
untuk
mengetahui
faktor
yang
menyebabkan
keterlambatan penginputan kode indeks penyakit pasien rawat jalan di RS Bethesda Yogyakarta.
10