BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 44 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu, sebuah sarana pelayanan kesehatan juga mempunyai kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis. Rumah sakit diselenggarakan berasakan Pancasila dan berdasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika, dan proesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Rumah sakit mempunyai tgas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Menurut Depkes RI (1997), unit kerja rekam medis merupakan kelompok kerja rekam medis meliputi tempat pendaftaran pasien, assembling, coding, indexing, filing, sensus, dan pelaporan. Berdasarkan Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, tenaga kesehatan adalah tenaga yang ikut memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gigi. Dalam hal ini petugas pendaftaran pasien termasuk didalamnya. Petugas pendaftaran pasien merupakan tenaga kesehatan yang langsung memberikan pelayanan pada pasien pertama kali saat pasien tersebut akan berobat di suatu sarana pelayanan kesehatan. Peran petugas pendaftaran pasien sangatlah penting karena di tempat pendaftaran lah seorang pasien
1
mendapatkan kesan baik atau pun buruk pada suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, petugas pendaftaran harus terampil, cepat dan tepat guna menunjang kelangkapan data rekam medis yang valid. Petugas pendaftaran pasien di suatu sarana pelayanan kesehatan/ rumah sakit biasanya diklasifikasikan berdasarkan pasien yang berobat, yaitu petugas pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap. Berdasarkan jenis kunjungan pasien, pendaftaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendaftaran pasien lama dan pendaftaran pasien baru. Selain itu untuk loket pendaftaran biasanya dibedakan berdasarkan jenis pasien yang ada di saryankes setempat, seperti loket pasien umum, loket pasien karyawan, loket pasien asuransi dan pasien gawat darurat. Sejak tahun 1968, Pemerintah Indonesia memberlakukan sistem Asuransi Kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Dalam perjalanannya, asuransi kesehatan di Indonesia telah berevolusi sebanyak lima kali, hingga pada tahun 2014 berganti menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau BPJS Kesehatan. Sistem asuransi kesehatan tersebut mulai berlaku pada 1 Januari 2014 dan diatur dalam Undang-Undang no. 24 tahun 2011 tentang BPJS. Pendaftaran untuk pasien asuransi/BPJS di suatu rumah sakit/ sarana pelayanan kesehatan berbeda dengan pendaftaran pasien pada umumnya. Proses pendaftaran pasien BPJS terbilang lebih lama daripada proses pendaftaran pasien pada umumnya. Oleh karena itu, petugas pendaftaran BPJS akan mendapatkan beban kerja serta tanggung jawab yang lebih besar. Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar kerja menurut jenis pekerjaannya. Apabila seorang petugas bekerja sesuai standar,
2
maka tidak menjadi masalah. Sebaliknya, jika petugas bekerja dibawah standar maka beban kerja yang diemban berlebih. Sementara itu, jika bekerja di atas standar, dapat berarti estimate standar yang ditetapka lebih rendah dibanding kepasitas
petugas
itu
sendiri
(Mangkuprawira,
2003).
Untuk
menjaga
keseimbangan antara produktivitas dengan beban kerja pasien yang dilayani, maka dalam melaksanakan pelayanan kesehatan petugas pendaftaran perlu berpedoman terhadap standar waktu. Apabila jumlah petugas pendaftaran pasien tidak seimbang dengan beban kerja, jumlah pasien yang berkunjung, dan jumlah jam kerja, maka produktifitas petugas pendaftaran dapat menurun maupun berlebih. Dengan demikian, dalam menjaga produktifitas petugas suatu sarana pelayanan kesehatan/ rumah sakit, jumlah tenaga kerja harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan November 2014, RS PKU Muhammadiyah Bantul memiliki 10 petugas pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap. Dari 10 petugas tersebut 7 diantaranya adalah petugas pendaftaran untuk pasien umum dengan shift kerja 3 petugas untuk pagi-siang hari, 2 petugas untuk siang-petang, dan 2 petugas untuk malam-dini hari. Semetara 3 petugas lainnya mendaftarkan pasien BPJS yang mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, yaitu hanya satu shift saja, pagisiang hari. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pasien BPJS di RS PKU Muhammadiyah Bantul terbilang cukup banyak yaitu sekitar 4400 setiap bulannya, hal tersebut dilihat dari antrian pasien terutama di pagi hari yang menumpuk di depan loket pendaftaran. Dengan petugas pendaftaran pasien
3
BPJS yang hanya berjumlah 3 orang, petugas merasa keteteran melayani pasien setiap harinya. Selain itu, pasien BPJS juga harus mengantri lama sampai tempat duduk yang disediakan oleh rumah sakit kurang, tidak jarang banyak pasien yang berdiri menunggu. Untuk membantu petugas pendaftaran yang mendaftarkan pasien, biasanya, petugas lain diturunkan untuk membantu proses pendaftaran. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Kepala Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Bantul, beban kerja di RS PKU Muhammadiyah Bantul terakhir dihitung pada tahun 2014. Hasil perhitungan beban kerja yang digunakan untuk menentukan kebutuhan petugas rekam medis menghasilkan kekurangan petugas sebanyak
2 petugas untuk
pendaftaran umum rawat jalan, 2 petugas untuk bagian filing, 1 petugas untuk bagian assembling, 1 petugas untuk bagian coding, dan 1 petugas untuk bagian pelaporan. Namun, untuk beban kerja pada petugas pendaftaran BPJS sendiri belum dihitung oleh Unit Kerja Rekam Medis di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan “Bagaimana Perencanaan Kebutuhan Petugas Pendaftaran Pasien BPJS Berdasarkan Beban Kerja di RS PKU Muhammadaiyah Bantul?”
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis kebutuhan petugas pendaftaran pasien BPJS di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan beban kerjanya. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proses pelaksanaan pendaftaran pasien BPJS di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul b. Mengetahui hambatan pada proses pendaftaran pasien BPJS beserta upaya untuk mengatasinya c. Menghitung kebutuhan petugas pendaftaran pasien BPJS di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan beban kerja dengan rumus WISN dan FTE d. Pengorganisasian petugas pendaftaran BPJS di Rumah Sakit Umum PKU Muhamadiyah Bantul
D. Manfaat Penelitian Terdapat
beberapa manfaat
dengan
dilakukannya
penelitian
ini.
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1.
Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan untuk rumah sakit dalam analisis kebutuhan tenaga kerja pendaftaran pasien, khusunya pendaftaran pasien BPJS
5
2.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi dan pengembangan ilmu rekam medis di bagian perancangan unit kerja rekam medis khususnya pada analisa kebutuhan petugas rekam medis
3.
Bagi Peneliti a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama berada di bangku perkuliahan b. Menambah wawasan peneliti tentang perhitungan beban kerja dan pelayanan BPJS yang baik
4.
Bagi Peneliti Berikutnya Sebagai sumber referensi, masukan, dan evaluasi bagi peneliti berikutnya, khususnya pelayanan BPJS dan perhitungan beban kerja petugas rekam medis.
E. Keaslian Penelitian 1.
Utami (2011) dengan penelitian yang berjudul “Beban Kerja Petugas Rekam Medis dalam Penerapan Sistem INA-DRG’s di Rumah Sakit Ghrasia”. Pada penelitian tersebut peneliti mengobservasi tentang pelaksanaan sistem INA-DRG’s di Rumah Sakit Ghrasia dan menghitung beben kerja petugas rekam medis yang menerapkannya. Pada kesimpulan dan saran, peneliti Utami menyarankan penambahan petugas rekam medis sebanyak 2 orang dalam penerapan system INA-DRG’s. Jumlah tersebut didapkan dari perhitungan beban kerja petugas rekam medis.
6
Kesamaan
penelitian Utami
(2011)
dengan
penelitian
ini
adalah
pengambilan tema, yaitu tentang beban kerja petugas rekam medis. Perbedaan penelitian Utami (2011) dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian,
subjek
penelitian,
teknik
pengambilan
data,
dan
cara
perhitungan beban kerja. Pada tujuan penelitian, penelitian Utami (2011) hanya meneliti tengtang pelaksanaan dan perhitungan beben kerja petugas INA-DRG’s, sedangkan pada penelitian ini, peneliti meneliti, pelaksanaan, hambatan, upaya, dan perhitungan kebutuhan petugas pendaftaran pasien BPJS. Subjek penelitian Utami (2011) adalah petugas rekam medis yang menggunakan system INA-DRG’s. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan
petugas
pendaftaran
pasien
BPJS
sebagai
subjek
penelitian. Selain itu terdapat perbedaan pula pada pengambilan data penelitian. Peneliti Utami (2011) menggunakan metode wawancara, obsevasi, dan kuisioner untuk mendapatkan data. Sedangkan pada penelitian ini mengguakan metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Selain itu, pada cara perhitungan beban kerja, peneliti Utami (2011) menggunakan rumus WISN, sedangkan pada penelitian ini menggunakan 2 rumus, yaitu rumus WISN dan FTE. 2.
Anggraini (2012) dengan penelitian yang berjudul “Perhitungan Kebutuhan Petugas di UPT Puskesmas Ngawen II”. Pada penelitian tersebut, peneliti Anggraini menghitung beban kerja dan merencanakan kebutuhan petugas medis baik medis maupun non medis.
7
Persamaan penelitian Anggraini (2012) dengan penelitian ini adalah dari tema penelitian yaitu tentang beban kerja petugas rekam medis. Perbedaan penelitian Anggraini (2012) dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian, subjek penelitian, karakteristik lokasi penelitian, dan cara perhitungan beban kerja. Pada tujuan penelitian, penelitian Anggraini (2012) hanya meneliti tentang perhitungan beben kerja dan perencanaan petugas di UPT Puskesmas Ngawen II, sedangkan pada penelitian ini, peneliti meneliti, pelaksanaan, hambatan, upaya, dan perhitungan kebutuhan petugas pendaftaran pasien BPJS. Subjek penelitian Anggraini (2012) adalah seluruh petugas medis maupun non medis di Puskesmas Ngawen II. Sedangkan subjek penelitian ini hanya berfokus pada petugas pendaftaran pasien BPJS di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Dilihat dari karakteristik lokasi penelitiannya, penelitian Anggraini bertempat di puskesmas sedangkan penelitian ini berkempat di Rumah Sakit tipe C. Selain itu, pada cara perhitungan beban kerja, peneliti Anggraini menggunakan rumus WISN, sedangkan pada penelitian ini menggunakan 2 rumus, yaitu rumus WISN dan FTE. 3.
Utami (2012), dengan penelitian yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia Terkait Perencanaan Kebutuhan Tenaga Rekam Medis di RSUD Prambanan”. Pada penelitian tersebut peneliti Utami (2012) meneliti kebutuhan SDM seluruh petugas rekam medis di RSUD Prambanan. Penelitian dilakukan dengan cara menghitung beban kerja berdasarkan rumus WISN. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa RSUD Prambanan,
8
membutuhkan 7 petugas rekam medis tambahan agar kinerja Instalasi Rekam Medis di RSUD Prambanan bisa berjalan dengan baik. Persamaan penelitan Utami (2012) dengan penelitian ini adalah dari tema dan jenis penelititian yang dilakukan. Tema yang diangkat adalah tentang kebutuhan
SDM
dan
beban
kerja
petugas
rekam
medis.
Jenis
penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian Utami (2012) dengan penelitian ini adalah pada tujuan penelitian, subjek penelitian dan metode perhitungan beban kerja. Pada tujuan penelitian, penelitian Utami (2012) hanya meneliti tentang perhitungan beban kerja dan perencanaan petugas rekam medis, sedangkan pada penelitian ini, peneliti meneliti, pelaksanaan, hambatan, upaya, dan perhitungan kebutuhan petugas pendaftaran pasien BPJS. Subjek peneltian Utami (2012) adalah seluruh etugas rekam medis di RSUD Sleman, sedangkan subjek penelitian dari penelitian ini adalah petugas pendaftaran pasien BPJS. Metode perhitungan beban kerja yang digunakan dalam penelitian Utami (2012) adalah degan rumus WISN, sedangkan penelitian ini menggunakan dua rumus yaitu WISN dan FTE. 4.
Lestari (2012), dengan penelitian yang berjudul “Prediksi Kebutuhan Tenaga Kerja di Bagian Pendaftaran Pasien Rawat Jalan berdasrkan Rumus FTE di RSUD Kota Surakarta”. Pada penelitian tersebut peneliti meneliti kebutuhan petugas pendaftaran di RSUD Kota Surakarta dimana rumah sakit tersebut adalah rumah sakit baru yang hanya memiliki satu loket pendaftaran. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa RSUD Kota
9
Surakarta membutuhkan 2 petugas pendaftaran tambahan yakni 1 petugas di bagian Askes dan 1 lagi di non askes. Persamaan penelitian Lestari (2012) dengan peneltian ini adalah tema penelitian dan subjek penelitian. Tema penelitian adalah tentang perencanaan kebutuhan SDM dan beban kerja petugas. Subek penelitian yang diteliti adalah sama-sama petuga pendaftaran. Perbedaan penelitian Lestari (2012) dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian, danmetode perhitungan beban kerja. Pada tujuan penelitian, penelitian Lestari (2012) hanya meneliti perhitungan beben kerjadan perencanaan petugas pendaftaran, sedangkan pada penelitian ini, peneliti meneliti, pelaksanaan, hambatan, upaya, dan perhitungan kebutuhan
petugas
pendaftaran
pasien
BPJS.
Penelitian
Lestari
menggunakan rumus FTE saja, sedangkan penelitian ini menggunakan rums FTE dan WISN.
10