BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa latinadolescere
berati tumbuh menjadi
dewasa.
Menurut
World
Health
Organization (WHO) tahun 1975, remaja didefinisikan sebagai masa terjadinya perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan sebesar 26,67% penduduk Indonesia adalah remaja. Melihat jumlah penduduk remaja yang cukup besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan mental spiritual (Wahyuni dan Rahmadewi, 2011). Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang tergolong rentan. Terdapat beberapa alasan mengapa remaja dikategorikan rentan yaitu pertama, masa remaja terjadi pertumbuhan fisik paling pesat yang disebut dengan growth spurt sehingga menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori dan gizi. Kedua, masa remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat akan meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu, tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas. Selain itu, remaja juga menghadapi tantangan berupa masalah lanjutan dari masalah gizi pada usia anak seperti anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan gizi (Arisman, 2010). Malnutrisi merupakan kondisi patologis akibat kekurangan atau kelebihan gizi secara relatif atau absolut dari salah satu atau lebih zat gizi. Malnutrisi dapat berupa gizi kurang, kekurangan zat gizi tertentu, gizi lebih, dan disproporsi zat 1
gizi. Malnutrisi pada remaja menjadi masalah penting sehingga penilaian status gizi sangat penting dilakukan. Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam variabel tertentu (Supariasa et al, 2002). Gambaran status gizi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013, diketahui prevalensi status gizi remaja usia 1315 tahun di Indonesia berdasarkan IMT/U adalah sebesar 11,1% kurus yang terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Sedangkan untuk prevalensi remaja gemuk sebesar 10,8% terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas). Secara umum, di Indonesia masih terdapat 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus diatas prevalensi nasional dan 13 provinsi dengan prevalensi anak gemuk diatas prevalensi nasional (Kemenkes, 2013). Sedangkan pada remaja berumur 16-18 tahun, prevalensi nasional anak kurus sebesar 9,4% yang terdiri dari 1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus. Secara umum, masih terdapat 11 provinsi dengan prevalensi remaja kurus diatas prevalensi nasional. Untuk prevalensi remaja gemuk sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Secara umum terdapat 15 provinsi dengan prevalensi remaja obesitas diatas prevalensi nasional termasuk provinsi DI Yogyakarta (Kemenkes, 2013). Menurut World Health Organization (WHO), malnutrisi merupakan faktor risiko penting penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di seluruh dunia. Malnutrisi berpengaruh pada semua organ tubuh, menghentikan pertumbuhan dan perkembangan anak, merusak fungsi imunitas sehingga meningkatkan kecenderungan untuk infeksi kronis maupun akut (Radu dan
2
Ciotaru, 2007). Berdasarkan alasan inilah, penilaian status gizi menjadi hal penting untuk mendeteksi adanya malnutrisi pada remaja. Status gizi dapat dipengaruhi oleh asupan makanan dan status kesehatan. Asupan makan sendiri dipengaruhi oleh zat gizi dalam makanan, daya beli keluarga, ada tidaknya pemberian makanan di luar keluarga, dan kebiasaan makan. Sedangkan status kesehatan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan dan sosial (Call dan Levinson, 1871 dalam Supariasa et al, 2012). Menurut Intiful et al (2013), anak-anak yang tinggal di asrama memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan gizi dibandingkan dengan yang tidak tinggal di asrama karena dimungkinkan adanya kendala keuangan dalam menyediakan fasilitas asrama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luo et al (2013) di Cina menunjukkan anak yang tinggal di luar asrama memiliki asupan lemak, Vit C, dan Vitamin B1 yang lebih tinggi daripada anak yang tinggal di asrama. Hal ini dikarenakan anak yang tidak tinggal di asrama memiliki akses lebih luas terhadap makanan rumah maupun lingkungan luar sekolah dibandingkan dengan anak yang tinggal di asrama. Penelitian yang dilakukan oleh Kaenong et al (2014) pada santri di Pondok Pesantren Ummul Mukminin, Makassar diketahui sebesar 15,52% memiliki status gizi kurus; 6,9% overweight; 3,4% mengalami obesitas. Penelitian serupa dilakukan oleh Fahmi (2011) pada remaja putra di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta diketahui sebesar 15,5% santri underweight dan 84,5% normal. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ayubi (2007) pada
3
remaja di Pondok Pesantren Darul Amin, Sampit diketahui sebesar 18,6% santri memiliki status gizi kurang dan 1% anak mengalami obesitas. Pola makan sebagai faktor yang menentukan status gizi pada remaja masih perlu diperhatikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2007) pada remaja yang tinggal di Pondok Pesantren Muallimat Yogyakarta, diketahui sebanyak 11,2% pola konsumsi santri terhadap jenis bahan makanan tidak beragam, 92% santri tidak mengonsumsi buah, asupan energi sebanyak 38,4% santri masih kurang, asupan protein sebanyak 96% masih kurang dengan frekuensi asupan protein hewani tidak sering sebanyak 16,8%, serta adanya santri yang sering mengonsumsi makanan lain-lain sebanyak 21,6%. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Susanti (2012) di pondok Pesantren diketahui bahwa tingkat kecukupan santri terhadap energi dan protein yang kurang sebesar 100% dan tidak ada santri yang memiliki kecukupan baik maupun lebih. Asupan makan yang tidak baik pada remaja menimbulkan dampak buruk terutama pada anak sekolah. Asupan makan yang buruk dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, menyebabkan penurunan kemampuan belajar, konsentrasi yang rendah, dan prestasi sekolah yang kurang baik (California Department of Public Health, 2012). Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi status gizi remaja adalah peran makanan keluarga. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran makanan keluarga sangat berpengaruh terhadap status gizi maupun status kesehatan anak terutama pada remaja. Hasil penelitian menyatakan bahwa makanan keluarga pada awal masa remaja mempengaruhi kebiasaan makan remaja sampai 5 tahun kedepan (Burgess-Chompoux et al,
4
2009). Sebuah hasil penelitian dengan metode meta-analisis mengatakan bahwa frekuensi makan bersama dengan keluarga secara signifikan mempengaruhi keadaan gizi anak dan remaja. Anak dan remaja yang makan bersama lebih dari tiga kali dalam satu minggu memiliki rata-rata berat badan yang normal dan memilki pola makan yang sehat. Sebaliknya, anak dan remaja yang kurang dari tiga kali makan bersama keluarga cenderung mengalami disordered eating (Hammons dan Fiese, 2011). Penyediaan makan bagi santri ataupun sekolah berasrama tidak terlepas dari pentingnya penyediaan makanan yang bergizi dengan pengaturan pola makan yang baik. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada di pondok pesantren maka para santri rentan terhadap berbagai masalah gizi (Wahyuni dan Notobroto, 2004). Berdasarkan survei penyelenggaraan makan pesantren pada beberapa penelitian sebelumnya disebutkan masih terdapat masalah antara lain tidak adanya siklus menu, makanan yang disediakan kurang bervariasi dan tidak beragam, penyediaan sumber protein hewani yang kurang terkait dengan anggaran belanja, unit penyelenggaraan makan belum memenuhi syarat, teknik pengolahan makan tidak baik, serta higiene dan sanitasi makanan yang belum memenuhi syarat (Purwaningtiyas, 2013; Darmiati, 2008; Dewi,2004). SMA Islam Terpadu Abu Bakar merupakan salah satu sekolah berbasis islam terpadudi Yogyakarta di bawah yayasan MULIA yang juga mengelola TK, SD, dan SMP. Sekolah ini memberikan fasilitas asrama bagi para siswanya namun tidak semua siswa tinggal di asrama tersebut. Asrama yang tersedia dibedakan antara asrama putra dan putri. Selain mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas sekolah, siswa yang tinggal di asrama juga mengikuti kegiatan
5
pendalaman materi agama islam yang dilaksanakan 19.45 hingga pukul 20.45 WIB. Sistem penyelenggaraan makanan di asrama dilakukan oleh katering yayasan. Penyelenggaraan makan dilakukan sebanyak tiga kali makan besar meliputi dua kali untuk makan pagi dan malam di asrama, dan satu kali makan siang disekolah. Selain itu, sekolah juga menyediakan snack siang yang diberikan pada waktu istirahat. Fasilitas makan siang dan snack juga diberikan kepada siswa yang tidak tinggal di asrama. Meskipun demikian, siswa tidak dilarang jajan di lingkungan sekolah. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dengan mewancarai beberapa siswa diketahui hampir semua siswa sering jajan di luar sekolah walaupun sudah disediakan oleh katering sekolah. Mereka merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan rasa, merasa bosan dengan menu, dan kurang menarik. Mengingat pentingnya penilaian status gizi dan pola makan siswa serta melihat adanya fenomena diatas, maka penulis ingin meneliti apakah ada perbedaan pola makan dan status gizi antara siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama dengan siswa yang tidak tinggal di asrama sekolah. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan pola makan dan status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah dibandingkan dengan yang tidak tinggal di asrama sekolah?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Mengetahui perbedaan pola makan dan status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah dengan yang tidak tinggal di asrama sekolah. Tujuan khusus : 1. Mengetahui pola makan siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah 2. Mengetahui pola makan siswa SMA IT Abu Bakar yang tidak tinggal di asrama sekolah 3. Mengetahui status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah 4. Mengetahui status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tidak tinggal di asrama sekolah 5. Mengetahui perbedaan pola makan siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah dengan yang tidak tinggal di asrama sekolah. 6. Mengetahui perbedaan status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah dengan yang tidak tinggal di asrama sekolah. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti : a.
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian
b.
Mendapatkan informasi mengenai pola makan dan status gizi siswa SMA IT Abu Bakar yang tinggal di asrama sekolah dan siswa yang tidak tinggal di asrama sekolah
c.
Sebagai rujukan bagi penulis maupun peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut
2. Bagi institusi SMA IT Abu Bakar :
7
a. Dapat digunakan sebagai masukan dalam membuat kebijakan terutama dalam upaya penyediaan makanan bagi siswa yang tinggal di asrama sekolah E. Keaslian penelitian Sejauh telaah kepustakaan yang peneliti lakukan, belum pernah ada penelitian mengenai “Perbedaan Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMA IT Abu Bakar yang Tinggal di Asrama Sekolah Dibandingkan dengan Siswa yang Tidak Tinggal di Asrama Sekolah”. Adapun penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1.
Penelitian oleh Intiful et al
(2013) dengan judul : Nutritional Status of
Boarding and Non-Boarding Children in Selected School In The Accra Metropolis, Ghana. Penelitian studi cross-sectional yang melibatkan 124 anak-anak berumur 8-10 tahun di tiga private school yang memliliki fasilitasasrama.Tujuan penelitian adalah menilai dan membandingkan status gizi anak-anak berumur 8-10 tahun yang tinggal di asrama dan tidak tinggal di asrama di Accra Metropolis, Ghana. Hasil penelitian ini adalah stunting (0,8%), underweight (0,8%), overweight (12,1%), dan obesitas (11,3%). Untuk asupan energi dan asupan kalsium pada dua kelompok sama-sama inadekuat. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada statusnutrisi dan rata-rata asupan antara anak yang tinggal asrama dengan yang tidak tinggal di asrama. Persamaan: a.
Menggunakan jenis dan rancangan penelitian yang sama yaitu observasional dengan rancangan cross-sectional
b.
Variabel yang diteliti yaitu status gizi dan survei konsumsi makan
8
Perbedaan: a.
Responden: responden oleh Intiful et aladalah anak berusia 8-10 tahun, sedangkan responden ini siswa SMA Kelas XI
b.
Pengukuran status gizi: i.
Intiful et al(2013):status gizi menggunakan indeks height-for-age Zscore (HAZ),Weight for age Z-score (WAZ) and Body mass index for age Z-score (BAZ). Sedangkan pengukuran konsumsi makan menggunakan metode recall-24 jam.
ii.
Penelitian ini: status gizi menggunakan indeks IMT/U, pengukuran konsumsi makan dengan Food Frequency Questionnaire (FFQ)
2.
Penelitian oleh Widayati (2006) dengan judul:
Perbedaan Status Gizi,
Tingkat Kucukupan Gizi, dan Aktifitas Fisik Siswa Asrama dengan Non Asrama (Studi di SD Al-Amin Ngruki Grogol Kab. Sukoharjo Tahun 2006). Penelitian ini merupakan studi survei analitik dengan rancangan crosssectional dengan populasi penelitian siswa SD kelas 4-5 sebanyak 192 siswa. Sampel terdiri dari 30 siswa asrama dan 60 non asrama diambil secara proportional random sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan status gizi, tingkat kecukupan konsumsi gizi dan aktifitas fisik siswa asrama dan non asrama. Hasil penelitian ini adalah status gizi responden tergolong normal dengan rata-rata siswa asrama (-0,561) dan non asrama (-0,178) dengan p=0,702, tingkat kecukupan energi tergolong difisit dengan rata-rata asrama (66,7%) non asrama (15,67%) p=0,262 dan tingkat kecukupan protein tergolong difisit siswa asrama (36,67%) non asrama (33,33%) p=0,553,aktifitas fisik rata-rata siswa asrama (KM=1,86)
9
dan non asrama (KM=1,82) p=0,516. Terbukti tidak ada perbedaan status gizi tingkat kecukupan gizi dan aktifitas fisik siswa asrama dan non asrama. Persamaan : a.
Menggunakan rancangan penelitian yang sama yaitu cross-sectional
b.
Uji statistik berupa uji komparatif/perbedaan status gizi anak asrama dengan anak yang tidak tinggal di asrama
Perbedaan: a.
Variabel : i. Widayati (2006) mengukur status gizi, kecukupan gizi, aktivitas fisik ii. Penelitian ini mengukur status gizi dan pola makan
b.
Responden: Widayati (2006) adalah anak Sekolah Dasar (SD), sedangkan penelitian ini anak Sekolah Menengah Atas (SMA ) kelas XI
3.
Penelitian oleh Al Ayubi pada tahun 2007 dengan judul : Hubungan Asupan Makanan, Pengetahuan Gizi, Sikap Santri (Pelayanan Kesehatan, Higiene, dan Perilaku Hidup Bersih) dengan Status Gizi Santri Remaja di Pondok Pesantren Darul Amin Sampit Kalimantan Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 97 orang. Sampel merupakan santri remaja di Pondok Pesantren Darul Amin Sampit Kallimantan Tengah yang diambil berdasarkan metode total populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan asupan makanan, pengetahuan gizi, sikap santri (pelayanan kesehatan, higiene, dan perilaku hidup bersih) dengan status gizi santri remaja di Pondok Pesantren Darul Amin Sampit Kalimantan Tengah. Hasil penelitian ini adalah sebanyak 80,4% santri memiliki status gizi baik dan sebanyak 18,6% santri memiliki status gizi kurang. Sebanyak 55,7%
10
santri memiliki asupan energi yang baik, asupan protein yang baik 79,4%, dan 1% santri dengan asupan protein kurang. Sebagian besar (57,7%) tidak mendukung terhadap pelayanan kesehatan di ponpes, dan untuk sikap santri terhadap higiene dan perilaku hidup bersih sebagian besar (60%) mendukung. Terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi dengan arah positif, ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi dengan arah korelasi negatif, tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan satus gizi. Persamaan :Menggunakan rancangan penelitian yang sama yaitu crosssectional Perbedaan : a.
Responden: responden oleh Ayubi (2007)adalah remaja berusia 10-18 tahun yang tinggal di asrama saja, sedangkan responden yang akan dilaksanakan penulis merupakan remaja SMA kelas XI yang tinggal di asrama dan yang tidak tinggal di asrama
b.
Variabel yang diteliti i.
Ayubi (2007) mengukur asupan makanan, pengetahuan gizi, sikap (pelayanan kesehatan, higiene, dan perilaku hidup bersih)
ii. c.
Penelitian ini mengukur status gizi dan pola makan
Penelitian Ayubi (2007) menggunakan uji statistik korelasi, sedangkan penelitian ini menggunakan uji statistik perbedaan/komparatif
4.
Penelitian oleh Fahmi pada tahun 2011 dengan judul: Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja Putra di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
observasional
dengan
rancangan
cross-sectional.
Sampel
11
sebanyak 58 anak berusia 13-18 tahun yang tinggal di Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi remaja putra di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Hasil peneltian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara pola makan yaitu pada frekuensi lauk hewani, jumlah asupan energi, protein, dan karbohidrat dengan status gizi (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi. Persamaan:Menggunakan jenis dan rancangan penelitian yang sama yaitu observasional dengan rancangan cross-sectional Perbedaan: a.
Responden dalam penelitian Fahmi (2011) hanya yang tinggal di asrama, sedangkan penelitian ini anak yang tinggal di asrama dan anak yang tidak tinggal di asrama
b.
Variabel yang diteliti i.
Fahmi (2011) mengukur pola konsumsi, aktivitas fisik, dan status gizi
ii. c.
Penelitian ini mengukur status gizi dan pola makan
Penelitian Fahmi (2011) menggunakan uji statistik korelasi, sedangkan penelitian ini menggunakan uji statistik perbedaan/komparatif
12