ONTOLOGI
Etika dan Filsafat Komunikasi
Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, On/Ontos ada, dan Logos=ilmu. Logos ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut islitah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak.
Etika dan Filsafat Komunikasi
1
Ontologi adalah tentang yang ada Pengindraan
penelaahan
Ada
Tidak ada
Ada
A
B
Tidak ada
C
D
Wujud
Etika dan Filsafat Komunikasi
Objek ilmu, dimulai di awal kehidupan manusia dan berhenti di akhir kehidupan manusia. Artinya, sesuatu yang ada. Ada dan tidak ada. A = Ada di keberadaannya y B = Tidak ada di keberadaannya C = Ada di ketidak beradaannya D = Tidak ada di ketidak beradaannya
Etika dan Filsafat Komunikasi
2
Ontologi menurut tokoh-tokoh Filsafat Aristoteles mengatakan g “the first Philosophy” p y dan merupakan p ilmu mengenai esensi benda Amsal Bakhtiar ontologi adalah teori tentang wujud, hakikat yang ada Jujun S. S ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau suatu pengkajian mengenai tentang teori yang ada. ada
Etika dan Filsafat Komunikasi
Objek Forma Filsafat Objek foma ontologi Adalah hakikat seluruh realitas. Dimana akan tampil menjadi aliran materialisme, idealisme dan naturalisme.Dalam tafsiran para ahli ontologi selanjunya dipahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Sina objek pemikiran menjadi objek sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendir
Etika dan Filsafat Komunikasi
3
Keberadaan ontologi dipandang dari segi jumlah Monoisme. Yaitu alitan yang mengatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.Kenyataan fundamental Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi dan Tuhan. Dualisme. Yaitu aliran yang menganggap adanya dua substansiyang masing-masing berdiri sendiri. Pluralisme. Adalah aliran yang menganggap bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan dan semuanya nyata.
Etika dan Filsafat Komunikasi
Keberadaan ontologi dipandang dari segi sifatnya Materialisme. Adalah aliran yyang g menyatakan y bahwa tiak ada sesuatu yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi yang dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Spiritualisme/idealisme. Bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh.
Etika dan Filsafat Komunikasi
4
Keberadaan ontologi segi proses, kejadian dan perubahan Mekanisme. Bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik (mesin). Teleologi. Bahwa yang berlaku dalam keadaan alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan. Vitalisme. Aliran yang memandang bahwa kehidupan tidak sepenuhnya dijelaskan secara fisika-kimiawi, karena pada hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup.
Etika dan Filsafat Komunikasi
Aliran lain yang berkaitan dengan ontologi Nihilisme, adalah sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yyang g fositif. Agnitisisme,adalah faham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruh
Etika dan Filsafat Komunikasi
5
Kajian Ontologi Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Etika dan Filsafat Komunikasi
Obyek Ontologi 1. Objek Materi Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi yang dipelajari dalam plural ilmu pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makhluk. Kenyataan itu mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, prulalitas ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek materinya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
6
Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses kausalistik. k li tik Keberasaan K b manusia i didahului did h l i dengan d keberadaan binatang; keberadaan binatang didahului keberadaan tumbuh-tumbuhan; dan keberadaan tumbuhtumbuhan didahului oleh zat kebendaan. Secara sistematis, masing-masing berada dalam sistem saling bergantung (interdependence), dan zat kebendaan terkecil (atom) secara eksistensial berfungsi sebagai sumber ketergantungan makhluk-makhluk lain sesudahnya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
Tetapi secara substansial, keberadaan atom sebagai zat kebendaan terkecil itu bukanlah dalam tingkat kesempurnaan (berdiri sendiri), melainkan berada pada tingkat aksidental, artinya berada dengan cara ditentukan. Keberadaan zat kebendaan demikian ditentukan oleh penyebab terdahulu, sekaligus sebagai penyebab pertama dan terakhir, yang disebut ‘causa prima’. Oleh karena itu, pada tingkat substansi tertinggi, seluruh pluralitas ilmu pengetahuan, sebagai akibat prulalitas objeknya, berada dalam satu kesatuan di dalam diri causa prima-nya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
7
2. Objek Formal Objek formal ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan p g berkembang g menjadi j prular, berbeda-beda dan p cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain. Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau filsafat. Ilmu pengetahuan pada umumnya atau filsafat, ilmu pengetahuan mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret dan objektif, yang selanjutnya desebut kebenaran objektif, yang selanjutnya disebut kebenaran objektif. Kebenaran demikian tingkat kepastiannya lebih kuat, karena didukung oleh fakta-fakta konkret dan empirik objektif.
Etika dan Filsafat Komunikasi
Dalam hubunganya dengan perilaku, kebernaran objektif memberikan landasan stabil dan establish sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak. Sedangkan objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak pada keseluruhan tetapi pada bagian-bagian kecil dari objek itu. Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagian-bagian yang prular, dan mengingat keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek prular memilah-milah objek studi t di ke k dalam d l b i b i bagian-bagian, d kemudian dan k di memilih ilih salah l h satu bagian sebagai lapangan studi. Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan objek formal.
Etika dan Filsafat Komunikasi
8
Pokok Pemikiran 1. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin ada dua. Harusla satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monism oleh Thomas Davidson disebut Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran:
Etika dan Filsafat Komunikasi
a. Materialisme Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalism. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu. Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalism, sebenarnya ada sedikit perbedaan diantara dua paham itu.
Etika dan Filsafat Komunikasi
9
Namun begitu, materlialisme dapat dianggap seatu penampakan diri dari naturalism. Naturlisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya diluar alam tidak ada. Yang dimaksud alam disini ialah segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi bnda dan ruh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya, materlialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda dan ruh seperti dalam naturalisme.
Etika dan Filsafat Komunikasi
b. Idealisme Sebagai lawan materialism adalah aliran idealism yang dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Idealism diambil dari kata “Idea”, yyaitu sesuatu yyang g hadir dalam jjiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menepati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelasan ruhani.Materi bagi penganut idealism sebenarnya tidak ada. Segala kenyataan ini termasuk kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai manusia perorangan, tetapi juga kebudayaan. Etika dan Filsafat Komunikasi
10
2. Dualisme Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Ubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam ala mini. mini Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Etika dan Filsafat Komunikasi
3. Pluralisme Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme ddalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah substansi yang ada itu terbentuk dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Etika dan Filsafat Komunikasi
11
4. Nihilisme Dokrin tentang nihilism sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (483360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tid k ada. tidak d B k k h Zeno Bukankah Z j juga perna sampaii pada d kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu selalu tiba pada paradox. Kita harus menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi tidak dapat diterima, maka pemikiran lebih baik tid menyatakan apa-apa tentag realitas.
Etika dan Filsafat Komunikasi
bila sesuatu itu ada, ia dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Akal juga tidak mampu menyakinkan kita tentang alam semesta ini karena kita telah dikukung oleh dilema subjektif. Kita berfikir dengan kemauan, ide kita, yang kita terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Etika dan Filsafat Komunikasi
12
5. Agnotisisme Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi ataupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancedent. Agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan manusia mengetahui hakikat benda baik materi ataupun ruhani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yyang g berpendapat bahwa manusia diragukan g kemampuannya mengetahui hakikat. Namun tampaknya agnotisisme lebih baik dari itu karena menyerah sama sekali.
Etika dan Filsafat Komunikasi
Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Etika dan Filsafat Komunikasi
13
1. APriori Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Contoh : Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana Badan itu sesuatu yang lahiri Jadi, badan itu fana’
Etika dan Filsafat Komunikasi
2. Aposteriori Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut: Contoh : Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan
Etika dan Filsafat Komunikasi
14
Manfaat Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut: 1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada. 2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi. 3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika. etika
Etika dan Filsafat Komunikasi
15