BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti khusus. Namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, tidak termasuk golongan anak tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1980) masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Hurlock (1980) mengatakan bahwa remaja harus mampu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebayanya, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
1 Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
2
bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga dan memperoleh perangkat nilai dan sitematis etis sebagai pegangan berperilaku untuk mengembangkan ideologi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlansung pesat. Perubahan-perubahan ini diantaranya, pertama meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap ditimbuni masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan bertambahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
3
sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. Menurut Monks (2002), beberapa tugas perkembangan pada masa remaja yang harus dipenuhi oleh remaja adalah mencapai hubungan sosial yang lebih matang, dapat menjalankan peran sosial yang lebih matang, dapat menjalankan peran sosial sesuai jenis kelaminnya, memperhatikan perilaku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan dan memperoleh serta menginternalisasikan norma menjad pedoman hidupnya. Masa remaja ditandai dengan timbulnya berbagai macam kebutuhan dalam diri remaja.Wilis (1981) mengatakan bahwa remaja mempunyai tiga kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan psikis (seperti kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan agama), kebutuhan biologis (seperti kebutuhan akan makan dan minum) dan kebutuhan sosial (seperti kebutuhan untuk berkelompok, kebutuhan untuk dibutuhkan). Kebutuhan-kebutuhan dasar inilah yang mendorong remaja berperilaku dalam memenuhi kebutuhannya. Lingkungan dan keadaan di dalam kehidupan remaja tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga sering kali menimbulkan masalah pada remaja. Oleh karena itu, remaja banyak memerlukan dukungan serta pengarahan positif dari kedua orangtuanya maupun orang dewasa yang menanganinya. Pada umumnya remaja yang diasuh oleh keluarga akan memperoleh kehangatan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan remaja, ada yang beruntung mendapatkan suatu keluarga yang mampu
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
4
memberi kehidupan yang layak, mampu bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi untuk dapat meraih cita-citanya. Tetapi ada banyak anak yang tidak dapat terpenuhi harapannya karena berbagai alasan antara lain ditelantarkan orang tuanya, karena orang tuanya meninggal dunia, atau tidak mempunyai sanak keluarga yang tidak mau mengasuh atau tidak mampu membiayai sehingga anak tersebut tinggal di panti asuhan. Setiap individu yang tinggal di panti asuhan mempunyai hak yang sama yaitu mendapatkan kasih sayang, perhatian dan cinta. Dengan tinggal di panti asuhan kebutuhan hidup akan terpenuhi seperti tempat tinggal, makanan, pakaian dan juga sekolah. Memasuki masa remaja berarti memasuki tahap storm and stress dalam perkembangan jiwa manusia, yaitu masa remaja yang penuh dengan masalah, tuntutan, dan tekanan dalam hidupnya. Salah satu lingkungan yang berperan membantu remaja agar menjadi lebih baik dan siap dalam menghadapi tugas perkembangan adalah keluarga. Penelitian Hartini (2001) yang hasil penelitiannya menunjukkan gambaran kebutuhan psikologis anak Panti Asuhan memiliki kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Peran orang tua di panti asuhan digantikan oleh pengasuh. Keberadaan pengasuh sangat penting, pengasuh memberikan kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang dibutuhkan oleh anak-anak panti asuhan tersebut. Nawir (2008,http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=6 74) kenyataannya pengasuhan di Panti Asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif,
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
5
khususnya kebutuhan materi sehari-hari, sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Hal ini juga dijelaskan dalam hasil penelitian Margareth (Hurlock, 1999) yang menunjukkan bahwa perawatan anak di Panti Asuhan masih sangat kurang layak, karena anak dipandang sebagai mahluk biologis bukan sebagai mahluk psikologis dan mahluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan fisiologis, anak juga membutuhkan kasih sayang untuk pemenuhan kebutuhan psikologisnya serta hubungan dengan lingkungannya sebagai kebutuhan sosial. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Dalam hal ini, remaja panti asuhan yang mampu mengetahui tentang kepribadian, kekhasan dirinya, watak dan temperamennya seperti mengenal kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya akan membantunya untuk mengetahui konsep yang jelas tentang dirinya sendiri (Gea dalam Malikah, 2013). Remaja yang mampu mengetahui hal tersebut mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard (dalam Corey.G, 2010), semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang. Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Dalam penelitian Malikah (2013) mengatakan bahwa, kesadaran diri dapat diartikan positif tatkala proses penemuan kesadaran diri tersebut membawa manusia menuju kearah kesempurnaan karakter Islam. Kesadaran
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
6
diri dalam arti positif adalah kesadaran diri yang mampu menemukan konsep diri yang dibarengi dengan penyempurnaan dan perbaikan diri serta secara aktif menggunakan unsur-unsur keagamaan (religius) dan selalu mampu memperbaiki karakter menuju kesempurnaan pribadi (insan kamil). Kesadaran diri dalam artian negatif adalah kesadaran diri yang tidak membawa kepribadian manusia menuju kearah kesempurnaan karakter. Kesadaran diri ini hanyalah penemuan sebuah konsep diri secara utuh, yang tidak dibarengi (tidak diteruskan) dengan mekanisme perbaikan dan penyempurnaan pribadi sejalan dengan adanya potensi-potensi dan kekurangan-kekurangan diri. Selain itu, Duval dan Silvia (2002) melakukan penelitian kualitatif terkait kesadarandiri dan diperoleh hasil bahwa keberhasilan dan kegagalan seseorang dikelola oleh kesadaran diri dan kemampuan diri yang baik. Kesadaran diri adalah perhatian yang berlangsung ketika seseorang mencoba memahami keadaan internal dirinya. Prosesnya berupa semacam refleksi dimana seseorang secara sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikut emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut. Orang yang memiliki kemampuan ini berarti dapat mengenali emosi dirinya. Menurut Goleman (1999) menjelaskan kesadaran diri yaitu perhatian terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Dalam keadaan refleksi diri ini, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi. Sementara itu, Steven (2000) mendefinisikan kesadaran diri sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa kita merasakannya seperti itu dan pengaruh perilaku kita terhadap orang lain. Kemampuan
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
7
tersebut diantaranya; kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif), kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi yang kita raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi (aktualisasi). Kesadaran diri memang penting karena dengan hal tersebut individu akan lebih mengerti mengapa apa yang sedang dirasakan, apa yang akan dilakukan dan memiliki pemahaman akan kemampuan yang mereka miliki Oleh sebab itu, manusia harus pandai-pandai mencari tahu siapa dirinya. Maka remaja perlu meningkatkan kesadaran dirinya sehingga mampu melihat kesalahannya untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab, sehingga adanya pengendalian atas hidupnya dan tahu bagaimana harus mengambil keputusan di dalam hidup. Menurut Boyatzis (1999) dimensi kesadaran diri mengandung tiga kompetensi, antara lain kesadaran emosi, penilaian diri secara akurat dan percaya diri. Dimana kesadaran emosi yaitu mengetahui tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap mood atau perasaan, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan keputusan. Kemudian penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kelebihan-kelebihan dan batas-batas kemampuan pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
8
diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Dimensi ketiga yaitu percaya diri, dimana keberanian datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan tujuan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 November 2015 di Panti Asuhan Dharmo Yuwono. Hasil dari wawancara tersebut yaituremaja panti asuhan tidak mengetahui potensi apa yang ada dalam dirinya, tidak mempunyai sikap percaya diri, dan sering mengacuhkan saran yang di berikan oleh pengasuh ketika terjadi permasalahan di Panti Asuhan. Setelah itu, peneliti mewawancarai beberapa penghuni Panti Asuhan Dharmo Yuwono. Hasil dari wawancara tersebut yaitu rata-rata remaja yang tinggal di Panti Asuhan tidak menyadari tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka. Terbukti ketika peneliti bertanya, penghuni panti tersebut menjawab “ngga tau mba”. Remaja Panti Asuhan cenderung tidak memikirkan atau acuh tak acuh ketika mereka mengalami suatu permasalahan yang sedang menimpa dirinya. Kemudian kurangnya rasa percaya diri remaja Panti Asuhan. Terbukti ketika dilakukan wawancara, remaja Panti Asuhan yang menjadi narasumber terlihat malu-malu untuk menjawab pertanyaan peneliti dan saat peneliti bertanya ketika mengerjakan tugas mereka cenderung tidak yakin dengan jawabannya, akhirnya memilih mengerjakan tugas tersebut di kelas bersama teman-temannya. Saat perasaan mereka sedang senang maupun sedih tidak akan berpengaruh pada proses pembelajaran. Remaja
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
9
Panti Asuhan merasa belum puas dengan diri sendiri karena belum tercapainya semua keinginan yang diinginkannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, hal ini dapat di artikan bahwa remaja yang tinggal di Panti Asuhan tidak mengetahui potensi apa yang ada dalam dirinya, tidak memiliki rasa percaya diri dan emosi yang sedang dirasakan tidak memperngaruhi apa yang akan mereka kerjakan sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Studi Deskriptif Kesadaran Diri Pada Remaja Di Panti Asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan “Bagaimana kesadaran diri pada remaja di Panti Asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan tentang kesadaran diri pada remaja di Panti Asuhan Dharmo Yuwono Purwokerto
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016
10
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat kepada pembaca atau pihak terkait yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan teori-teori dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan bagi remaja yang tinggal di Panti Asuhan. 2. Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi remaja yang tinggal di Panti Asuhan untuk dapat memahami dirinya, menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya serta keterkaitan antara perasaan dengan yang mereka pikirkan. Bagi para pengasuh panti asuhan, penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai kesadaran diri remaja yang tinggal di panti asuhan seperti remaja harus memiliki rasa kepercayaan diri, sadar tentang kelebihan dan kekurangan yang di miliki dan mengetahui keterkaitan emosi terhadap pengambilan keputusan.
Studi Deskriptif Kesadaran…, Deka Indah Satika, Fakultas Psikologi UMP, 2016