BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi 2.1.1. Definisi Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Secara terminologis, menurut Neuman (2002: 13-17) komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain. Namun, komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oleh makhluk-makhluk yang lainnya. Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan. Definisi komunikasi oleh beberapa ahli sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam
Universitas Sumatera Utara
dalam kegiatan komunikasi (Astrid). 2. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh
pihak yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi (Astrid). 3. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). 4. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981). 5. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain 6. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi). Menurut William (2004) manfaat yang dapat diperoleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif di antaranya adalah: 1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan. 2. Adanya kesepahaman antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi. 3. Menjaga hubungan baik dan silaturahmi dalam suatu persahabatan atau komunitas.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Unsur-Unsur Dalam Komunikasi Unsur-unsur dalam komunikasi menurut Green (2000: 35-39) antara lain: 1. Komunikator: pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi 2. Komunikan: penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon. 3. Media : saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya. 4. Pesan: isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi 5. Tanggapan: merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
2.1.3. Proses Komunikasi Hewitt (2001: 22-27), menjabarkan
proses komunikasi secara spesifik sebagai
berikut: 1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu 2. Memengaruhi perilaku seseorang
Universitas Sumatera Utara
3. Mengungkapkan perasaan 4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain 5. Berhubungan dengan orang lain 6. Menyelesaian sebuah masalah 7. Mencapai sebuah tujuan 8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik 9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain Berikut ini diagram proses komunikasi menurut Liliweri (2007): Gangguan
Gangguan Balikan Penerima Pesan
Pengirim Pesan
Media
Simbol/Isyarat
Mengartikan
(Saluran)
Kode/Pesan
Gambar 2.1 : Proses Komunikasi (Liliweri,2007)
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan
dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan
atau diekspresikan
oleh pengirim pesan.
Pesan dapat verbal
Universitas Sumatera Utara
(dilakukan secara langsung melalui tanya jawab, wawancara, sharing) atau non verbal (melalui media poster, gambar, leafleat dan lainnya) dan pesan akan lebih efektif (dapat lebih mudah diserap oleh penerima pesan) bila diorganisir secara baik dan jelas melalui teknik dan metode yang dapat disesuikan dengan situasi dan kondisi audience (lingkungan tempat sipenerima pesan berada). Materi pesan dapat berupa : a. Informasi b. Ajakan c. Rencana kerja d. Pertanyaan dan sebagainya 2. Simbol/ isyarat Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu. 3. Media/penghubung Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengartikan kode/isyarat Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan
harus dapat mengartikan
simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti /dipahaminya. 5. Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan
dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim 6. Balikan (feedback) Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan pemberi balikan sebagai reaksi
dari pesan
menggambarkan perilaku penerima pesan
yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan
Universitas Sumatera Utara
membantu untuk menumbuhkan
kepercayaan serta keterbukaan diantara
komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi. 7. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi
akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat
komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan
yang
diterimanya. 2.1.4. Bentuk-Bentuk Komunikasi Bentuk Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk menurut Monica, (2004) sebagai berikut: Bentuk Komunikasi berdasarkan jenisnya dapat dibedakan 2 jenis yaitu: a. Komunikasi langsung Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita. A-------------------B b. Komunikasi tidak langsung Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima
penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan
geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll.
Universitas Sumatera Utara
Tempat Sampah
Contoh : “ Buanglah sampah pada tempatnya Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran : a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi masa yang baik harus : Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami Bentuk gambar yang baik Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio) b. Komunikasi kelompok Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. Perawat----- → ← ------Pengunjung puskesmas c. Komunikasi perorangan. Adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon. Perawat----- → ← ------Pasien Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan : a. Komunikasi satu arah
Universitas Sumatera Utara
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio. A ------------------→ B b. Komunikasi timbal balik. Pesan disampaikan kepada sasaran
dan sasaran memberikan umpan balik.
Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik. 2.1.5. Media Komunikasi 1. Ceramah Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Lunandi,1993). Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka ceramah inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993: 110-112) Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa
Universitas Sumatera Utara
yang akan diceramahkan.Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik,lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya. Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apbila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai beerikut : sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmodjo,2007: 104-118) 2. Diskusi Diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Diskuasi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningaktan pemecahan masalah secara efisien, dan untuk mempengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Kartono, 1988: 77-79). Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang didiskusikan (Lunandi, 1993:109-113). Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya- jawab yang teratur dengan tujuan mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan (kartono,1998).
Diskusi
merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graff,1996: 41-47). Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo, 2007). Selama berlangsungnya diskuasi, penilaian atau kritik tidak dibenarkan, sebab kritik akan mematikan kreatifitas (Effendi, 1992: 90-91). Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta, memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja, membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaran dan menyusun saran-saran yang diajukan, memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu atau beberapa orang saja. Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan suatu pokok masalah, sebaiknya hal yang berkontroversial (Ewless, 1994: 114-117). Menurut Suprijanto (2008: 123-125), ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain : 1.
Kelompok buzz (Buzz Groups) Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, hasil
diskusi kelompok kecil ini dilaporkan pada kelompok besar.
Caranya sekretaris
kelompok kecil membuat catatan tentang ide-ide yang disarankan oleh anggota kelompok dan menyiapkan kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok besar setelah diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi Buzz memerlukan waktu 10 – 20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan. Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan, menjamin
partisipasi semua anggota kelompok dan peserta
dihadapkan pada suasana yang tidak terlalu formal, sehingga peserta lebih mudah mengeluarkan pendapat secara spontan, selain itu teman-teman sekitar dapat langsung memberi sambutan. 2. Diskusi mangkuk ikan (fishbowl discission)
Universitas Sumatera Utara
Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dalam dan kelompok luar. Kelompok dalam bertugas mendiskusikan sesuatu, sedangkan kelompok luar menyaksikan jalannya diskusi, tetapi boleh juga berpartisipasi dalam diskusi. Partisipasi tersebut dapat berupa pertanyaan atau menyumbangkan gagasan. 3. Teknik urun pendapat Teknik
ini
digunakan
dalam
memecahkan
suatu
masalah
dengan
mengumpulkan gagasan atau saran-saran dari semua peserta. Dalam teknik ini tidak ada gagasan atau saran-saran dari semua peserta yang disalahkan. Semua peserta diberikan kesempatan yang leluasa untuk berbicara, mengungkapkan gagasan maupun saran-sarannya. Gagasan tersebut dicatat ketika mjuncul dari setiap peserta. Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa sub kelompok dan membahas gagasan tersebut. Kesimpulan dari hasil diskusi ditentukan masing-masing peserta sesuai dengan pengalaman dan menurut sudut pandang mereka. 2.2. Penyuluhan Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi adalah penyuluhan. Teknik pemberian penyuluhan untuk menyampaikan ide dan gagasan adalah suatu tindakan yang paling sering dilakukan oleh komunikator untuk melakukan perubahan perilaku. Penyuluhan juga sering dilakukan oleh petugas kesehatan untuk merubah perilaku pola hidup sehat. Menurut Liliweri (2007: 34-38) penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan. Pada umumnya kebutuhan akan
Universitas Sumatera Utara
penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa membutuhkan pada orang yang menerima pesan. Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan mereka. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan
pengetahuan
dapat
dilakukan
perubahan
dengan
memberikan
pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003: 56-59) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan waktu, dan lama proses tersebut tidak sama untuk setiap orang. Untuk tercapainya proses tersebut harus terjadi perubahan sikap mengenai materi yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pekerja bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian kepribadian, sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau objek kognitif. Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang pasien yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap keteraturan berolahraga, mungkin tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien yang telah berniat untuk makan sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri, kadang-kadang keluar dari jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang mendukung. Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya orang tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok penerima pesan dengan kepatuhan tinggi, sehingga sebagai dampak kepatuhannya dapat terkendali. Apabila penerima pesan telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Tatap muka dengan penyuluhan tetap harus dilakukan secara teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi. Dalam penyuluhan
sebelum kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus
ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini harus jelas mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan umum biasanya yang menyangkut seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan penyuluhan kesehatan. Sedangkan pada tujuan khusus disini merupakan uraian dari
Universitas Sumatera Utara
tujuan umum, ialah tujuan yang terkandung dalam setiap penyuluhan dan setiap masalah. Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau behavioral objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable) b. Tujuan tersebut harus dapat diamati (observable) c. Tujuan tersebut harus dapat dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan tersebut harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Pada penyuluhan yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah selain penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang sering atau hampir setiap hari berhubungan dengan penderita. Dalam penyampaian penyuluhan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya dapat dibagi dalam beberapa kegiatan yang berkesinambungan, misalnya: a. Lokakarya mini: untuk menyiapkan tenaga penyuluh. b. Uji coba lapangan : mencoba ( try and error) sistem untuk metoda penyuluhannya. c. Pelaksanaan kegiatan : yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan poster, pembuatan leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah dan sebagainya. Sasaran langsung penyuluhan
adalah masyarakat yang membutuhkan
informasi tentang objek penyuluhan tetapi untuk mencapai program yang berdaya guna dan sekaligus berhasil guna, kita perlu menentukan sasaran tidak langsung yang
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari petugas kesehatan dan berbagai komunitas dimana pasien berada di dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
2.3. Peran Penyuluh Menurut Mardikanto (2002: 117) peran penyuluh diutamakan pada kewajiban menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang disampaikan. Liliweri (2002: 98) menguraikan peran penyuluh sebagai berikut: menjadi penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan masyarakat, serta menggerakkan masyarakat untuk mau berubah. Mosher (2006: 77) menguraikan peran penganalisa, penasehat, dan sebagai organisator
penyuluh, yaitu: sebagai guru, sebagai pengembang kebutuhan
perubahan, penggerak perubahan, dan pemantab hubungan dengan masyarakat. Kartasapoetra (2004: 90-91) menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan mental pekerja secara modern. Pembangunan modern yaitu pembangunan peneliti,
mencari
berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: (1) sebagai masukan
terkait
dengan
ilmu
dan
teknologi,
penyuluh
menyampaikan, mendorong, mengarahkan, dan membimbing petani mengubah kegiatan usaha tani dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) sebagai pendidik, yang meningkatkan pengetahuan atau memberi informasi kepada petani, penyuluh
Universitas Sumatera Utara
harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja agar dapat mengelola usahanya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) sebagai penyuluh, menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para pekerja beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat yang mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, oleh karena itu, kualitas diri penyuluh harus
terus
ditingkatkan sehingga selalu mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan. Jarmie (2000: 23-27) menjelaskan tentang peran penyuluh yang bervariasi dengan kadar penekanan yang berbeda, yaitu mulai dari motivator, edukator, penghubung, dinamisator, organisator, komunikator, sampai dengan penasehat. Kadar penerapan peran-peran tersebut tergantung pada ciri wilayah setempat, yaitu wilayah mulai menerima ide baru, wilayah sedang berkembang maju dan wilayah maju. Peran-peran tersebut selanjutnya akan dikaji dalam penelitian ini, dan digunakan sebagai variabel untuk mengetahui peran penyuluh saat ini. Sesuai dengan perubahan situasi, maka peran-peran tersebut ada yang mengalami pengurangan tetapi ada yang makin menguat, sesuai dengan paradigma pembangunan pertanian yang sesuai dengan sistem otonomi daerah.
2.4. Pengetahuan Menurut Bloom yang dikutip dalam Notoadmodjo (2003: 71-73) pengetahuan merupakan salah satu dari tiga domain dari perilaku selain sikap. Pengetahuan juga
Universitas Sumatera Utara
disebutkan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (1993: 45-47) unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri manusia terdiri dari : 1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan. 2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang dilakukannya. 3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya. 4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya. Kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu rangsangan menurut Andi (2002: 20-21) dapat diklasifikasikan berdasarkan 6 (enam) tingkatan yaitu : 1. Tahu (know) : sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajarinya. 2. Memahami (comprehension) : suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) : kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Dengan kata lain pengguna hukumhukum, rumus, metode dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis (Analysis) : kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) : menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) : berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Makmuri (2004: 206-207) menyatakan bahwa sebelum seseorang melakukan suatu tindakan, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat yang dilakukannnya bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi : 1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat. 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata berlaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003: 65-67).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prihadi (2004: 110-111), bahwa karakteristik individu ditunjukkan dalam kemampuan yang dimilikinya berupa pengetahuan yang ada dalam dirinya. Individu akan berperilaku berdasarkan karakteristik yang sudah melekat dalam dirinya. Menurutnya Notoatmodjo (2003: 88-89) pengetahuan juga merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih tinggi; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru ( Sirait, 2006: 12-13).
2.5. Sikap Sikap mencerminkan suatu ekspresi atau ungkapan tentang bagaimana perasaan seseorang atau tanggapan seseorang terhadap suatu faktor tertentu. Artinya sikap yang terungkap tersebut berguna dalam riset motivasi yang berkaitan dengan motif pembeli (buyer motive) untuk menerima atau menolak dari faktor–faktor penunjang komunikasi promosi sasaran, seperti advertising appeals, product features, package design, life style,model, product image dan lain–lain. Sikap tersebut dapat bersifat positif dan negatif yang muncul saling berbeda di antara pembeli.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Barbara (2002: 401) sikap dibedakan menjadi dua. yaitu, sikap sosial dan sikap individual. Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap juga dapat pula dibedahkan atas sikap positif dan sikap negatif. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap ada dua. Pertama, faktor intern, sikap yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri yang berupa selectivity. Kedua, faktor ekstern. Sikap yang terdapat di luar pribadi manusia, yang berupa interaksi sosial. Menurut Niven (2004: 77-78) sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap diantaranya adalah. 1. sikap itu dipelajari (learnability), 2. memiliki kestabilan (stability). 3. Personal-societal significance. 4. Berisi kognisi dan afeksi. 5. Approach-avoidance directionality. Sedangkan fungsi sikap dibagi empat bagian yaitu: pertama, sebagai alat menguraikan diri, kedua, sebagai alat pengatur tingkah laku, ketiga, sebagai alat pengatur pengalaman, keempat, sebagai pernyataan kepribadian. Bahkan menurut Liliweri (2007: 44) berpikir positip ternyata memberikan peluang seseorang untuk membuat orang lebih sukses,
oleh karenanya “berpikir
positip” merupakan materi penting yang diberikan dalam training CEO (Chief Executive Officer) bagi orang-orang yang ingin sukses. 2.6. Penyakit Kulit Akibat Kerja 2.6.1. Definisi Menurut Sudoyo (2006: 35-36), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah. Penyakit kulit menurut Ganong (2006: 27-28), merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen (bakteri, jamur). Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak merah, lepuh, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif, dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya, maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis Numularis yang memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang basah dan gatal, biasanya penderita memiliki infeksi setempat berupa gigi berlubang, bila hal tersebut ditangani dan eksim tersebut diobati, bukannya tidak mungkin kesembuhan mencapai 100%. 2.6 2. Dermatitis Kontak Akibat Kerja Menurut Roesyanto - Mahadi (1993: 57-58) berbagai macam reaksi dapat terjadi bila kulit terpapar dengan bahan-bahan kimia, yaitu dapat terjadi urtikaria, akne, hipopigmentasi/ hiperpigmentasi, fotosintesis, atropi, purpura dan eksema. Bila bahan kimia berkontak atau terpapar dengan kulit dapat terjadi DK (dermatitis kontak iritan dan dermatitis alergik). Dikenal dengan lebih kurang 3000 bahan sebagai alergen sedang bahan iritan jauh lebih banyak dari pada bahan alergen. Menurut pemisahannya dermatitis terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari 2 (dua) buah yaitu: DKI dan DKA (dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik). 2.6.2.1. Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak toksik/ iritan: terjadi akibat kulit terkena bahan yang bersifat sebagai primary iritan. Terjadinya dermatitis tidak berdasarkan immunologi. DKI sering akibat pemaparan yang berulang-ulang atau bersifat kumulatif pada kulit oleh bahan-bahan kimia/fisis. Menurut Chew (1999: 201-202 ) pekerja yang terpapar dengan minyak dan air serta bahan-bahan kimia seperti detergen lebih dari 2 (dua) jam perhari akan memberi peluang besar terkena dermatitis iritan. Disebutkan juga bahwa dalam kurun waktu 10 (sepuluh) minggu pekerja yang memiliki pemaparan dengan bahan-bahan tersebut di atas akan mengalami gejala dan risiko yang lebih besar. Iritasi tersebut sering terihat pada tangan, lengan dan permukaan kulit lainnya. Dermatitis kontak iritan pada stadium mula-mula lebih cenderung adanya rasa terbakar. Ada lima kategori bahan yang dapat menyebabkan DKI yaitu: a. Sabun, detergen dan bahan-bahan pembersih lainnya. b. Bahan pelarut (solvent). c. Fiber glass d. Produk-produk dari makanan e. Lain-lain seperti misalnya plastik dan resin. 2.6.2.2. Dermatitis Kontak Alergik Dermatitis kontak alergik adalah suatu reaksi immunologik dimana antibodi tubuh kurang mampu menangkal reaksi yang terjadi. Dermatitis kontak alergik dapat
Universitas Sumatera Utara
terjadi bila bahan alergen pada pemaparan pertama pekerja tidak memperhatikan reaksi atau perubahan pada kulit yang sensitif sehingga pada pemaparan berikutnya baru terjadi dermatitis. Phase dimana kulit menjadi sensitif disebut juga dengan sensitization phase. Reaksi alergik kulit yang terjadi disebabkan oleh karena masuknya bahanbahan penyebab alergen ke dalam kulit dan menyebabkan peradangan pada cell. Dermatitis alergen terjadi oleh karena adanya proses degradasi antibodi dan gangguan pada HLA-DR. Proses penyerapan bahan-bahan alergen oleh cell masuk ke dalam lymphatics melalui pori-pori dan menyebabkan interaksi yang spesifik dengan sel T CD4+ . Antigen HLA-DR komplek juga berinteraksi dengan spesifik reseptor sel T (TCR) dan CD3 komplek. 2.6.2.3.Hand Dermatitis Dermatitis kontak pada tangan merupakan kasus terbanyak dibeberapa industri di seluruh dunia. Hasil penelitian yang pernah dilakukan dermatitis kontak pada tangan disebabkan oleh dua faktor yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergan. Tapi menurut Mayer (1938) kasus dermatitis kontak pada tangan sebanyak 32 – 77% bersifat persisten dan periodik. Dalam banyak kasus dermatitis kontak pada tangan adalah disebabkan oleh reaksi alergik, dimana sensitifitas kulit berkurang. Penelitian yang dilakukan di negara Eropah pada tahun 1996 dan 1992 ditemukan hasil bahwa penyebab terbanyak dermtitis kontak pada tangan disebabkan oleh: nickel Sulphate 25 %, balsam 25 %, colophony 20 %, tetramethylthiuram
Universitas Sumatera Utara
disulphide 2 %, p-phenilenediamine 1 %, mercaptobenzothiazhole 25 %, formalin 2 %, pottasium dichromate 0,5 %, alkohol 3 %, dan sisanya dari bahan lainnya. Dari hasil pemeriksaan oleh beberapa dokter dijelaskan bahwa pada pemeriksaan pertama hasil tes masih negatif. Sehingga banyak pasien yang datang melakukan pemeriksaan sudah dalam kondisi dermatitis pada tingkat lanjut. Dermatitis kontak pada tangan ini bersifat persistent atau menetap oleh karena kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan-bahan penyebab alergi. Untuk kondisi ini seharusnya harus ada tindakan hati-hati oleh para pekerja dalam melakukan aktifitasnya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, higiene perusahaan, dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam melakukan perlindungan diri adalah sangat penting. 2.6.3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Dermatitis Menurut Adams (1982: 335-336) penyebab penyakit kulit akibat kerja sebagai berikut: 1. Bahan bahan kontak iritan (akut dan kronis), alergen. 2. Faktor fisik dan mekanis : panas, dingin, vibrasi, friksi, tekanan. 3. Faktor biologik: infeksi (bakteri, virus, jamur), insek, kutu. 4. Dan lain-lain: perubahan pigmmen (tumor, granuloa, ulserasi). Menurut Mathias (2001: 119-120) faktor penyebab terjadinya penyakit kulit akibat kerja dapat digolongkan atas:
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Mekanik Gesekan, tekanan, trauma menyebabkan hilangnya barrier sehingga memudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan kronis menimbulkan penebalan kulit seperti kuli-kuli pelabuhan. 2.
Faktor Fisik a. Suhu tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan miliaria, combustio, intertrigo excoreasi. b. Suhu terlalu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, frosbite. c. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran pernapasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada kulit dan selaput lendir. d. Radiasi electromagnetic non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah. e. Kelembaban yang tinggi menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat menyebabkan macerasi, paronychia dan penyakit jamur. f. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut atau fume menjadi lebih besar.
3.
Faktor Biologik Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit kulit pada karyawan perkebunan, rumah potong, peternakan, pertambangan, tukang cuci, dan lain-lain.
4.
Tanaman dan bahan-bahan yang berasal dari padanya
Universitas Sumatera Utara
Dijumpai pada pekerja-pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja perkayuan dan perusahaan meubel. 5.
Mental psikologis Seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan-pekerjaan yang monoton dan faktor-faktor psikis lainnya.
6.
Faktor kimia (penyebab terbanyak). Penyakit kulit akibat kerja menurut Hetler (2002) dapat disebabkan antara lain: A.
Iritasi Primer Bahan-bahan yang bersifat perangsang primer menyebabkan kelainan kulit
dengan cara: 1.
Melarutkan lapisan sebum dipermukaan kulit sehingga kulit banyak kehilangan air, akibatnya keseimbangan kulit terganggu menyebabkan timbulnya penyakit kulit, misalnya sabun dan detergen.
2.
Pengeringan permukaan
kulit oleh bahan-bahan perangsang yang mudah
menguap menyebabkan kulit retak-retak (fissure). Hal ini menyebabkan mudahnya masuk kuman sehingga terjadi dermatitis, misalnya oleh asam-asam kuat atau pelarut organik. 3.
Bahan kimia merusak lapisan corneum/lapisan keratin sehingga fungsi pelindung kulit menurun dengan segala akibat-akibatnya, misalnya oleh bahan alkali dan detergen kuat.
Universitas Sumatera Utara
4.
Merangsang lapisan keratin,
keratin
formation
menyebabkan
terjadinya
hyperkeratosis atau pertumbuhan ganas pada kulit, misalnya oleh arsen, teradiasi ultraviolet. 5.
Mengendapkan protein kulit sehingga terjadi koagulasi protein, misalnya oleh logam-logam berat dan asam kuat.
6.
Bahan perangsang bersifat photo sensitivity, sehingga apabila sesudah kontak lalu kena sinar matahari, maka kerusakan kulit akan menjadi lebih berat, misalnya oleh bahan-bahan parfum, dan senyawa hidrokarbon lainnya. Sebanyak 70-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh
perangsang primer yang menimbulkan dermatitis kontak iritasi. Berat ringannya iritasi kulit tergantung pada: konsentrasi bahan kimia, lama pemaparan, sifat-sifat bahan iritasi, pemakaian alat pelindung diri. B. Sanitasi Tempat Kerja a. Sebanyak 15-20% dari penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh bahanbahan yang bersifat alergen yang menyebabkan dermatitis kontak alergi apabila pekerja kontak dengan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan alergen menyebabkan kelainan kulit pada orang-orang yang sensitif berdasarkan reaksi immunologik tipe IV yang berjalan lambat, biasanya gejala-gejala klinis timbul 5 sampai 14 hari atau lebih lama setelah kontak pertama, oleh karena itu bisa diragukan dengan reaksi iritasi lemah. Menurut Olishifski (2001:47) reaksi alergik timbul antara beberapa hari sampai beberapa bulan.
Universitas Sumatera Utara
b. Sedangkan menurut Rutherford (1999: 117) reaksi sensitasi terhadap chrom dan nikel kebanyakan timbul pada tahun pertama pemaparan, tetapi pernah ditemui kasus dermatitis kontak alergi sesudah kontak atau terpapar 10 tahun. Menurut WHO, 3 sampai 4 minggu setelah pemaparan atau dapat lebih lama. Menurut Ganong (2006: 402-403) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit kulit akibat kerja/predisposing factor: 1.
Ras : Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan industri karena kulitnya kaya akan melanin. Mereka jarang menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka terhadap debu kimia, bahan pelarut dan alkali.
2.
Tipe kulit : kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan pelarut dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit kering kurang tahan terhadap chemical dehydration seperti asam, basa, detergen dan bahan pelarut lemak, misalnya terpentine, benzol dan sabun. Kulit yang banyak rambutnya mudah terkena folliculitis bila kontak dengan minyak, gemuk, coklat ataupun debu.
3.
Umur: Pekerja muda lebih sering menderita dermatitis kontak akut karena lalai dalam bekerja, sering keluar perusahaan sehingga terkena sinar matahari, lingkungan basa, dan panas tinggi. Umumnya keterampilan mereka juga kurang.
4.
Pengeluaran keringat : Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan menghanyutkan bahan-bahan iritan. Hyperhidrosis menyebabkan miliaria dan macerasi kulit di lipatan ketiak, pangkal paha atau pusat, dan mudah terjadi sekunder infeksi. Keringat dapat juga merubah bahan-bahan yang larut dalam air menjadi bentuk lain dan mempermudah absorbsi melalui pori-pori kulit. Gas-gas
Universitas Sumatera Utara
yang mudah larut dalam air seperti hydrogen chlorida dan ammonia bila dihisap akan segera larut dalam cairan mucosa saluran napas bagian atas yang selalu basah sehingga sering menyebabkan iritasi dan lesi seperti rhinitis dan infeksi saluran napas bagian atas lainnya. 5.
Iklim/musim : Occupational dermatoses banyak dijumpai pada musim panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang senang memakai alat pelindung diri bahkan lebih suka pakai celana pendek, kaus singlet atau tanpa baju sehingga lebih mudah kontak dengan bahan kimia. Cuaca dingin menyebabkan pekerja malas mandi atau mencuci tangan.
6.
Terdapat penyakit kulit lainnya : Pekerja yang sebelumnya atau yang sedang sakit kulit non occupational cenderung lebih mudah mendapat occupational dermatoses, seperti pekerja-pekerja dengan acne yang bekerja terpapar dengan cutting oil dan ter, sering menderita dermatitis. Pekerja dengan riwayat atopic dermatitis bila bekerja di lingkungan panas atau terpapar debu
kimia dan
pengaruh faktor psikis, akan kambuh dalam stadium yang lebih berat. Karyawan dengan psoriasis atau dermatitis kronik akan menjadi lebih berat bila tempat lesi dikenai bahan kimia atau terjadi penekanan. Pekerja dengan hyperhidrosis mudah mendapat penyakit kulit bila kontak dengan bahan yang larut dalam air. 7.
Personel hygiene : pekerja yang kurang bersih misalnya tidak membersihkan badan sehabis bekerja, tidak memakai alat pelindung atau memakai pakaian yang telah terkontaminer akan lebih mudah dermatoses akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara
8.
Neurosis: antara lain karena faktor kerja yang berat dan kurangnya pengaturan jam istirahat di rumah.
9.
Pengalaman kerja Pekerja-pekerja baru biasanya belum beradaptasi dengan pekerjaannya dan belum beraklimitasi dengan lingkungan tempatnya bekerja serta keterampilannya kurang. Beberapa jenis
penyakit kulit akibat kerja menurut Suryadi (2004: 217-218)
antara lain: 1.
Dermatitis kontak : merupakan kelainan kulit yang terbanyak dijumpai. Sukar dibedakan antara dermatitis kontak iritan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk membedakannya diperlukan anamnese yang teliti dan dengan uji tempel.
2.
Chlor acne : dijumpai pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan persenyawaan chlor seperti chlornaphtalene, chlordiphenyl, persenyawaan brom atau ter terutama bentuk uapnya. Dapat juga disebabkan oleh cutting oil dan waxes/lilin.
3.
Follikulitis: adalah perdagangan pada folikel rambut, bisa superficial atau dalam.
4.
Hyper/hypopigmentasi disebabkan: garukan–garukan atau penekanan kulit karena gatal misalnya pada dermatitis kronik, pemaparan lama pada tempat kerja yang panas tinggi. Photosensitizer dermatitis, radiodermatitis karena radiasi elektromagnetik, bahan-bahan kimia: arsenik, perak, emas, petrolatum keras, coal tar, bismuth, dan creosote yang merangsang pembentukan melanin
Universitas Sumatera Utara
2.7. Alat Pelindung Diri
2.7.1. Definisi Menurut Endif (2005: 79-80) alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. Menurut Sumaryanto (2005: 67) Alat pelindung diri adalah perlindungan terhadap tenaga kerja melalui usaha-usaha teknik pengaman tempat dan lingkungan kerja dengan menggunakan alat-alat pelindung diri agar tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman sehingga terciptanya suatu produktivitas kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit dermatitis. Pemakaian alat pelindung diri perorangan juga disebutkan bertujuan melindungi pemakai dari kemungkinan cedera, sebab bahaya / kecelakaan tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Demikian pula alat pelindung diri kita tersebut sama sekali tidak menghilangkan / mengurangi bahaya yang akan timbul karena bahaya dan kecelakaan masih mungkin terjadi karena faktor mekanis yang lain. Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria hazard telah diidentifikasi. APD yang dipakai sesuai dengan hazard yang dituju. Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya. Kriteria hazard yang harus dipenuhi berdasarkan jenis-jenis APD dan penggunaannya yaitu: alat pelindung kepala, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung telinga, alat pelindung pernafasan, alat pelindung tangan, alat pelindung
Universitas Sumatera Utara
kaki, pakaian pelindung, safety belt. Kriteria hazard lainnya adalah telah lulus pengujian seperti: 1) pengujian mekanik, 2) pengujian daya tahan terhadap api, 3) pengujian listrik. 2.7.2. Jenis-Jenis Alat pelindung Diri Alat-alat pelindung diri gunanya adalah untuk melindungi pekerja dari bahayabahaya yang mungkin menimpanya sewaktu menjalankan pekerjaan. Adapun fungasi dari alat pelindung diri (APD) untuk mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Syarat-syarat alat pelindung diri yang baik yaitu nyaman di pakai, tidak mengganggu proses pekerjaan, memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya, memberikan rasa aman, nyaman terhadap pemakai, dan praktis/mudah di pakai. Alat pelindung diri dapat di golongkan menjadi beberapa jenis menurut bagian tubuh yang dilindunginya: 1. Alat Pelindung Kepala. Pemakaian alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dan terpukul yang dapat menyebabkan luka juga melindungi kepala dari panas, radiasi, api, dan bahan-bahan kimia berbahaya. Serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin yang berputar. Macam dari alat pelindung kepala di antaranya topi pelindung (helm), tutup kepala, atau bahan khusus dan hats atau cap yang biasanya terbuat dari katun. 2. Alat Pelindung Mata. Kaca mata pengaman di perlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang elektromagnetis. Terdapat tiga bentuk alat pelindung diri mata yaitu kaca mata
Universitas Sumatera Utara
dengan atau tanpa pelindung samping (side shield), goggles (cup type dan box type), dan tameng muka. 3. Alat Pelindung Telinga. Selain berguna untuk melindungi pemakainya dari bahaya percikan api atau logam-logam panas, alat ini juga bekerja untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Ada dua macam alat pelindung telinga yaitu sumbat telinga (ear plug).dan tutup telinga (ear muff). 4. Alat Pelindung Pernapasan. Merupakan alat yang berfungsi untuk melindungi pernapasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosif maupun rangsangan. Alat pelindung pernapasan dapat berupa masker yang berguna untuk mengurangi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernapasan, yang biasanya terbuat dari kain dan respirator yang dapat berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap, dan gas. Respirator dapat dibedakan atas Chemical Respirator. Mechanical Respirator, dan Cartidge atau Canister Respirator dengan Salt Contained breathing Apparatus (SCBA) yang di gunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen serta Air Supplay Respirator yang mensuplay udara dari tabung oksigen. 5. Alat Pelindung Tangan. Sarung tangan merupakan salah satu keperluan di dalam bidang kerja. Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam atau cidera pada waktu kerja, dalam memilih sarung tangan perlu di pertimbangkan beberapa faktor antara lain bahaya terpapar, apakah berbentuk bahan korosif, panas,
Universitas Sumatera Utara
dingin, tajam atau kasar. Alat pelindung tangan dapat terbuat dari karet, kulit dan kain katun. 6. Alat Pelindung Kaki (safety shoes). Alat ini berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam, larutan kimia, benda panas, dan kontak listrik. Dapat terbuat dari kulit yang di lapisi Asbes atau Chrom, sepatu keselamatan yang di lengkapi dengan baja di ujungnya dan sepatu karet anti listrik. Tidak memakai safety shoes pada saat melakukan handling dapat menyebabkan jari kaki luka karena kejatuhan, tergores maupun terhimpit benda berat. 7. Pakaian Pelindung. Alat ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, panas, dingin, cairan kimia, dan oli. Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, asbes, atau kain yang di lapisi aluminium. Pada pabrik yang aktivitasnya banyak menggunakan tangan biasanya mengharuskan pekerjanya minimal menggunakan sarung tangan sebagai alat pelindung diri pada saat bekerja. Seorang pekerja yang bekerja dengan mengoperasikan mesin melibatkan tangan harus dilindungi dengan sarung tangan atau pelindungan tangan. Pemakaian sarung tangan bagi beberapa orang menimbulkan masalah seperti perasaan kaku, risih, maupun mengganggu penampilan. Meskipun begitu pada bidang industri, sarung tangan memberikan perlindungan terhadap bahaya yang mungkin terjadi di mana pekerjaan tersebut menimbukan kemungkinan resiko kecelakaan yang berbahaya bagi diri dan anggota badan pekerja tersebut. Sarung tangan dapat
Universitas Sumatera Utara
melindungi pekerja dari kemungkinan celaka seperti kejutan aliran listrik, terbakar, maupun percikan logam panas. Pada pabrik yang banyak bersentuhan dengan zat-zat kimia biasanya menggunakan jenis sarung tangan yang terbuat dari karet dan tahan terhadap ancaman terkontaminsasi cairan yang berbahaya. Sarung tangan tersebut harus tipis dan lentur melapisi ketat melekat pada tangan hingga siku tangan pekerja secara kuat sehingga tidak boleh kendur. Jenis sarung tangan dan penggunaan pada bidang ini adalah sarung tangan sekali pakai, begitu setelah dipakai kemudian dibuang.
2.8. Landasan Teori Kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif terhadap berbagai macam penyakit.. Penyakit kulit ditempat kerja bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti peraturan, faktor lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Kurang baiknya sanitasi lingkungan kerja bila tidak dijaga dengan baik dapat menjadi sumber munculnya berbagai penyakit kulit. Selain faktor lingkungan disebutkan juga faktor peraturan seperti adanya peraturan penggunaan alat pelindung diri dapat mengakibatkan pekerja cenderung mengalami penyakit akibat kerja. Peraturan yang diterapkan jika tidak didukung dengan perilaku yang baik oleh pekerja juga tidak akan mampu menghindarkan pekerja dari hal-hal yang mungkin menyebabkan penyakit pada dirinya. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
Universitas Sumatera Utara
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja. Undang – undang tersebut juga menegaskan bahwa masalah kesehatan pada diri pekerja dapat memberi dampak kepada kesehatan keluarganya secara khusus dan juga dampak kesehatan masyarakat dan lingkungan disekitarnya secara umum. Pada pekerja yang sering bersentuhan dengan bahan-bahan kimia, penyakit kulit yang paling sering mengenai pekerja adalah dermatitis (eksema). Gejala yang ditimbulkan adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal, dapat berupa penebalan/bintil kemerahan, multipel mengelompok atau tersebar, kadang bersisik, berair dan lainnya. Akibat permukaan kulit terkena bahan atau unsur-unsur yang ada di lingkungannya (faktor eksogen). Namun demikian, untuk terjadinya suatu jenis dermatitis atau beratnya gejala dermatitis, kadang-kadang dipengaruhi pula oleh faktor kerentanan kulit seseorang (faktor endogen). Untuk mengantisipasi hal ini perlu selalu membersihkan
kulit dengan
menggunakan bahan yang tidak bersifat iritatif atau melukai permukaan kulit. Untuk pencegahannya, perlu alat pelindung yang tepat di tempat kerja, setelah dilakukan pengamatan oleh petugas yang berkompeten. Selain itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan pekerja melalui penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pemeriksaan kesehatan berkala dianjurkan dilakukan dengan selang waktu 6 bulan sampai 2 tahun, tergantung pada tingkat paparan di tempat kerja (Ganesha, 2003: 11)
Universitas Sumatera Utara
Program perlindungan kulit ini tidak hanya melibatkan pekerja tapi juga pemberi kerja sebagai penyedia sarana. Yang juga penting adalah keterlibatan peraturan atau perundang-undangan. Program pencegahan penyakit dermatitis sebaiknya
melalui peningkatan
pengetahuan dan sikap sebaiknya memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunaan prosedur perlindungan. Sebagai contoh, program perlindungan kulit pada pekerja di ”pekerjaan basah.” yakni, mencuci tangan dengan air biasa, lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna setelah mencuci. Karena kulit yang tidak dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka disarankan memakai sarung tangan untuk melindungi kulit terhadap bahan-bahan kimia yang bersentuhan di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat digambarkan kerangka konsep pada Gambar 2.2, sebagai berikut:
Variabel Independen (X1)
Penyuluhan: Variabel Dependen (Y) 1. Metode Penyuluhan (Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Perubahan : Praktek) 1. Pengetahuan 2. Materi 2. Sikap a. Motivasi perubahan perilaku lama ` b. Kesehatan Kerja Faktor Pendukung (Dermatitis) 1. Umur c. Melatih 2. Pengalaman Kerja 3. Kebersihan DiriKonsep Penelitian Gambar 2. Kerangka
Pencegahan Dermatitis
Universitas Sumatera Utara