BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash seperti paper based (Cek dan Giro) dan card based (kartu debit dan kartu kredit) tidak menghilangkan fungsi dan peran uang kartal sebagai alat pembayaran yang utama, hal ini di buktikan pada tahun 2005 dari total uang yang diedarkan 43.4% merupakan uang kartal. Pengelolaan kas di industri perbankan menjadi perhatian khusus karena sangat terkait dengan resiko likuiditas, resiko operasional, dan profitabilitas dari suatu bank, untuk itu perlu adanya pengelolaan yang baik atas uang kas tersebut tersebut. Resiko likuiditas dipertimbangkan sebagai resiko yang utama dalam bisnis perbankan, karena resiko ini dapat menyebabkan kebangkrutan bagi sebuah bank, (Bessis, 2000). Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya resiko likuiditas tersebut, maka bank harus mempunyai asset yang likuid minimal sebanyak kewajiban lancarnya. Kewajiban bank kepada pihak ketiga diklasifikasikan sebagai dana pihak ketiga dalam kewajiban lancar pada neraca bank. Kewajiban kepada pihak ketiga merupakan kewajiban bank kepada nasabah yang menginvestasikan dananya untuk di kelola oleh bank yang umumnya berasal dari produk tabungan, giro dan deposito. Ketidak mampuan suatu bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah dapat menimbulkan resiko likuiditas
1
sehingga menurunkan percayaan masyarakat kepada mekanisme perbankan dalam mengelola aktiva mereka. Pada sisi pasiva bank, Dana Pihak Ketiga di urutkan berdasarkan jatuh tempo bank harus mengembalian dana kepada nasabah atau jangka waktu dimana nasabah meminta bank untuk mengembalikan dana yang di simpannya di Bank. Secara garis besar jatuh tempo Dana Pihak Ketiga di bagi menjadi 2: 1. Berdasarkan Permintaan Nasabah, yaitu tabungan dan Giro, dan 2. Berdasarkan perjanjian antara pihak bank dan nasabah yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Deposito Walaupun deposito pada dasarnya hanya dapat dicairkan pada waktu tertentu, namun nasabah dapat mencairkan Deposito tersebut kapan saja dengan kompensasi nasabah tidak mendapatkan bunga atau bahkan diberikan denda berupa potongan pokok. Dari sisi resiko operasional, uang kartal yang merupakan aktiva yang paling likuid memerlukan pengelolaan khusus terkait dengan pengendalian internal yang memadai untuk mengantisipasi adanya fraud baik oleh pekerja bank itu sendiri maupun pihak lain. Potensi terjadinya pencurian uang kartal lebih besar di bandingkan dengan potensi pencurian uang giral, hal ini di sebabkan: 1. Pengendilan internal dalam menjaga uang kartal pada umumnya masih bersifat manual. 2. Pengendalian internal dalam menjaga uang giral umumnya sudah bersifat sistematis dan otomasi
2
Dalam keterkaitannya kepada resiko profitabilitas pengelolaan uang kartal pada bank memerlukan biaya yang material dalam hal absolute nilai uang, biaya pengelolaan kas umumnya terdiri dari. 1. Biaya untuk memperoleh kas 2. Biaya menyimpan kas Untuk dapat menjaga tingkat likuiditas bank perlu memiliki sejumlah uang kartal untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, namun dengan menyimpan sejumlah uang kartal tersebut bank harus mengeluarkan biaya untuk penyimpanan dan akan kehilangan kemungkinan peluang memperoleh penghasilan atas idle cash tersebut (oppurtunity cost). Berdasarkan data dari Bank Indonesia jumlah uang yang dikeluarkan dibandingkan dengan uang yang diterima lebih besar dengan rata-rata sisa uang yang tersisa di masyarkat setiap bulannya sebesar 14% dari jumlah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulannya. Hal ini mengindikasikan Bank sebagai lembaga keuangan yang membantu pemerintah untuk mengedarkan dan mengelola uang masyarakat harus memiliki strategi untuk mengoptimalkan saldo Kas.
3
Tabel 1 Peredaran uang kartal Dalam triliun Rupiah KETERANGAN Uang Kartal Yang Beredar di Masyarakat dan Perbankan Outflow Uang Kartal Inflow Uang Kartal % Uang Kartal Yang Beredar di Masyarakat dan Perbankan % Outflow Uang Kartal % Inflow Uang Kartal Sisa Uang yang beredar % Sisa Uang yang beredar atas uang keluar
Apr
254 17 14
2010 Agt
Mei
Jun
Jul
Sept.
Okt
Nov
Des
263 19 10 3% 12% -27% 9 45%
269 19 13 2% 0% 22% 6 33%
274 295 289 283 290 319 22 35 34 14 21 42 17 15 41 20 14 14 2% 8% -2% -2% 2% 10% 13% 61% -4% -60% 52% 107% 33% -13% 178% -52% -28% -2% 5 20 -7 -6 6 29 22% 58% -21% -45% 31% 67%
Rata-rata 285 26 18 3% 23% 14% 8 24%
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia No.9/37/DPU tanggal 27 Desember 2007 perihal Penyetoran dan Penarikan uang Rupiah oleh Bank Umum di Indonesia, seluruh Bank di Indonesia tidak dapat setiap saat menyetorkan kelebihan uang kartal yang dimilikinya kepada bank, maupun menarik dananya di BI jika terdapat kebutuhan akan uang kartal. Untuk dapat memenuhi likuiditasnya dengan tetap meminimalisasi biaya, di tambah lagi dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia , No.9/37/DPU Bank XYZ perlu menentukan pagu kas yang optimum sehingga seluruh Visi dan Misi dan perusahaan tesebut dapat tercapai. Berbeda dengan industri lain, pengelolaan uang kas di bank memuliki kesulitan yang lebih dikarenakan: 1. Penerimaan uang kas dari penyetoran dana pihak ketiga nasabah sulit untuk di perkirakan. 2. Kesulitan dalam menyalurkan kelebihan uang yang dimiliki, antara lain disebabkan:
4
a. Bank tidak dapat melakukan penyetoran uang kas ke Bank Indonesia setiap saat. b. Transaksi penukaran uang antar Bank (TUKAB) dilakukan dengan biaya yang tinggi dan harus menunggu c. Bank tidak dapat menginvestasikan idle kas yang dimiliki secara langsung pada instrumen investasi.
I.2. Identifikasi Masalah Dalam perkembangannya manajemen PT Bank XYZ telah menggunakan beberapa metode dalam menentukan Saldo Kas Optimum, antara lain: 1. Sampai dengan tahun 2009, saldo kas di nilai optimum ketika saldo kas akhir hari maksimal sama dengan nilai pertanggungan asuransi yang di berikan, metode ini tidak efektif karena dapat dilakukannya tranfer resiko kepada perusahaan penyedia jasa penyimpanan uang. 2. Tahun 2009 – 2010, saldo kas di nilai optimum ketika saldo kas rata harian sebesar 3% dari total nilai DPK. Potensi masalah yang dapat terjadi dari metode ini adalah tidak dapat diperhitungkannya perbedaan siklus bisnis uang kas dari setiap cabang maupun area. 3. Tahun 2010 – sekarang, saldo kas di nilai optimum ketika saldo rata-rata harian maksimal sebesar 1,5 Trilliun. Potensi masalah yang dapat terjadi dari metode ini adalah tidak memperhitungkan perkembangan bisnis yang menjadi pusat masuk dan keluarnya uang kas seperti penambahan cabang dan mesin ATM.
5
Berdasarkan data selama tahun 2010, rata-rata saldo akhir bulan sebesar 1,63 trilliun dan salo rata-rata setiap hari sebesar 1.84 triliun, berdasarkan angka ini kas yang di kelola perusahaan belum mencapai optimal, jika dibandingkan dengan saldo kas optimum yang di tetapkan manajemen yaitu rata-rata harian sebesar 1.5 trilliun rupiah. Biaya yang dikeluarkan untuk mencapai posisi rata-rata harian kas sebesar 1.84 trilliun adalah sebesar 24 Milyard per tahun. Jika dibandingkan dengan posisi rata-rata harian nilai ini hanya sebesar 1.3%, namun jika dilihat dari absolute, nilai ini sangat material. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan dan penetapan uang saldo kas optimum dari Bank XYZ yang dapat memaksimalkan mitigasi resiko pengembalian dana pihak ketiga, biaya yang rendah dengan potensi pendapatan yang di dapat dengan melakukan investasi.
I.3 Rumusan Masalah Masalah dalam pengelolaan uang kartal tidak hanya di hadapi oleh Bank XYZ sebagai objek penelitian. Dalam thesisinya yang berjudul “Optimation of cash Supply
in
X
bank
branch
of
Jatinegara,
Jakarta”,
Tavifansyah
mengungkapkan: “.....manajemen bank menghadapi masalah terutama jika transaksi kas yang terjadi jauh melebihi persediaan kas yang ada. Sebaliknya, jika persediaan kas terlalu besar dibandingkan kebutuhan, maka akan terdapat dana yang menganggur. Semakin besar dana yang menganggur maka akan semakin besar peluang yang
6
hilang (loss oppurtunity).1. lebih lanjut Tavifansyah menyatakan kesulitan dalam menentukan pagu uang kartal dari cabang Bank X adalah tidak menentunya pola transaksi nasabah Bank X cabang Jatinegara. Dimana tidak dapat dicontrolnya (uncontroable) jumlah transaksi maupun nominal transaksi nasabah. Hal ini menyebabkan standar deviasi yang ditentukan sangat tinggi. Permasalah pengelolaan uang kartal juga di hadapi oleh bank yang berbeda sebagai mana yang di tulis oleh Ade Fitria Imelda: “...masing-masing cabang memiliki uang kas sendiri dengan batas saldo ditentukan oleh manajemen cabang "Y". Batas saldo kas ( pagu kas ) untuk masing-masing cabang berbeda tergantung pada volume transaksi nasabah dimasing-masing KLN”2. Permasalahan pengelolaan kas dari sisi mitigasi resiko operasional dihadapi oleh perusahaan pertambangan. “Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada kas adalah adanya penggelapan uang kas oleh pemegang dana kas dengan melakukan “pinjaman” tanpa persetujuan dari pejabat yang berwenang. “Pinjaman” ini dapat dilakukan dengan cara yang lazim disebut lapping”.3 1
Tavifansyah, 2008, Optimation of cash Supply in X bank branch of Jatinegara, Jakarta. http://elibrary.mb.ipb.ac.id
2
Ade Fitria Imelda, 2006. Analisis Pengelolaan Persediaan Cash Reserve Optimum pada Kantor
Layanan Pluit Kencana PT. Bank X Cab Y. http://elibrary.mb.ipb.ac.id 3
ANALISIS PENGENDALIAN MANAJEMEN ATAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT PERTAMINA, WWW.CONTOHSKRIPSITESIS.COM
7
Berdasarkan permasalahan di atas, pertanyaan yang ingin di jawab dari penelitian ini menentukan pagu kas atau saldo optimum kas dari Bank XYZ dengan menggunakan Metode Miller Orr dan Boumul.
I.4 Batasan Masalah Ruang lingkup penentuan saldo kas kartal optimum pada Direktorat Operation Bank XYZ dalam karya akhir ini yaitu: 1. Periode yang digunakan adalah data saldo uang kartal dan biaya-biaya yang ditimbulkan atas aktivitas pengelolaan uang kartal April – Juni 2010. 2. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode Boumul dan Miller Orr.
I.5 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah: 1. Berapa Saldo Optimum kas yang ditentukan dengan menggunakan metode perhitungan Boumul. 2. Berapa Saldo Optimum kas yang ditentukan dengan menggunakan metode perhitungan Miller Orr
I.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang di gunakan bersifat kuantitatif, diambil dari sumber internal maupun external perusahaan. Data yang di gunakan merupakan data primer dengan periode waktu bulan April – May 2010, dengan rincian sebagai berikut:
8
1. Data transaksi arus kas masuk 2. Data transaksi arus kas keluar 3. Data Dana Pihak Ketiga 4. Data Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) 5. Data Rata-rata tingkat SBI rate 6 Data Saldo Harian Uang Kartal 7. Data biaya asuransi 8. Laporan Cash Ratio 9. Neraca perusahaan
I.7 Sistematika Penelitian Dalam penulisan ini masing-masing bab akan membahas sebagai berikut : 1.
BAB 1 : PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat dari penilitian, metode penilitian dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran dari karya tulis ini.
2.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat dari penilitian, metode penilitian dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran dari karya tulis ini.
3.
BAB 3 : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini diuraikan mengenai sejarah, perkembangan dan kendalakendala yang dihadapi oleh PT Bank XYZ Indonesia
9
4.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tujuan Cash Management, manfaat Cash Managemet, Biatya-biaya terkait dengan transaksi uang kartal, Menentukan Saldo optimum uang kartal.
5.
BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dari penulisan Thesis yang mengemukakan simpulan, yaitu temuan-temuan yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan atas dasar simpulan itu akan
10