BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bank dalam melakukan bisnisnya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian dan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan
oleh otoritas moneter, khususnya Bank Indonesia sebagai bank sentral. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi suatu keputusan manajemen perbankan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara faktor eksternal meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar dan tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga, dan inovasi instrumen keuangan. Banyaknya peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah untuk meningkatkan peran perbankan. Salah satunya yaitu peraturan yang berkenaan dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. Peraturan yang menyangkut intermediasi perbankan sangat diperlukan untuk memajukan peranan perbankan dalam stabilitas keuangan. Pada kenyataannya peraturan Bank Indonesia sering mengalami perubahan, karena disesuaikan dengan kondisi perekonomian dan perbankan itu sendiri. Diterapkannya Peraturan baru Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing untuk mencabut PBI No.10/19/PBI/2010 sebagaimana telah
1
2
diubah terakhir dengan PBI No.10/25/PBI/2008, telah memberikan reaksi yang beragam baik dari perbankan itu sendiri maupun dari praktisi keuangan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010, dikeluarkan pada
tanggal 1 November 2010, khususnya yang menyangkut ketetapan GWM LDR
dan mulai diberlakukan pada 1 Maret 2011 dilatar belakangi oleh tekanan inflasi serta kondisi ekses likuiditas perbankan yang tinggi dan persisten perlu dikendalikan agar tidak berdampak pada peningkatan ekspektasi inflasi yang
dapat berpengaruh pada stabilitas moneter. Selain itu, stabilitas sektor keuangan perlu terus didukung oleh penguatan kondisi sektor perbankan dalam menghadapi berbagai risiko dan pengoptimalan fungsi intermediasi perbankan. Guna mendukung stabilitas moneter dan sektor keuangan perlu dilakukan pengelolaan ekses likuiditas perbankan secara optimal, antara lain melalui kebijakan giro wajib minimum dengan memperhatikan kondisi likuiditas perbankan serta peran bank dalam menjalankan fungsi intermediasi. Kebijakan Bank Indonesia memperketat fungsi intermediasi perbankan dengan peraturan loan to deposit ratio (LDR) yang baru memberikan sinyal ganda. Di satu sisi, bank dituntut lebih menggiatkan fungsi perbankannya untuk menambah likuiditas pasar. Di sisi lain, bank harus membayar giro wajib minimum (GWM) yang lebih tinggi, yang berarti mengurangi likuiditas. Berdasarkan aturan baru, LDR bank umum diharuskan memiliki rasio pengucuran kredit terhadap simpanan dana pihak ketiga dalam rentang 78-100 persen. Jika LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena penalti berupa tambahan setoran giro wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali simpanan
3
rupiahnya untuk setiap 1 persen kekurangan LDR tersebut. Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas (100 persen) dan memiliki rasio
kecukupan modal (CAR) kurang dari 14 persen akan dikenai disinsentif berupa
tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1 persen kelebihan LDR. Penalti
tidak berlaku jika CAR melebihi 14 persen. Tujuan BI membatasi LDR perbankan untuk mendorong bank meningkatkan kreditnya, namun juga menjaga agar adalah tingkat keuangan bank tetap prudent, akan tetapi kebijakan ini mengundang pro-
kontra. Aturan ini dibuat untuk mendorong perbankan agar lebih giat dalam menyalurkan kredit untuk menggerakkan ekonomi. Selain itu, BI ingin kelebihan likuiditas di bank-bank bermodal besar bisa diserap agar tidak memicu inflasi. Bauran kebijakan inilah yang di mata para bankir terasa tidak konsisten dan membingungkan. Bahkan muncul kekhawatiran, jika dipaksa menyalurkan kredit dalam jumlah besar berpotensi menurunkan kualitas kredit. Bank Indonesia mencatat sekitar 10 bank masih memiliki Rasio Kredit terhadap Pendanaan (Loan to Deposit Ratio/LDR) di bawah 78% hingga akhir Desember 2010. Namun bank sentral optimistis ke-10 bank tersebut dapat memenuhi tingkat LDR di posisi 78% pada Maret 2011 dimana ketentuan LDR yang dihubungkan dengan Giro Wajib Minimum (GWM) diberlakukan. Bahkan diantara ke-10 bank tersebut masih ada Bank BUMN. LDR bank pemerintah sepanjang 2010 anjlok menjadi 71,54% dibandingkan dengan November yang berada pada level 77,89%. Data Bank Indonesia mengungkapkan posisi LDR bank pemerintah pada Desember 2010 mencapai titik terendah selama lima bulan terakhir yang berkisar pada level
4
77,89%-79,18%. Penurunan LDR itu menunjukkan rendahnya kontribusi bank pemerintah dalam penyaluran kredit dibandingkan perolehan dana. Jika
dibandingkan dengan kelompok bank asing yang mencapai posisi 90,86% dengan
nilai kredit Rp113 triliun dan perolehan dana pihak ketiga (DPK) mencapai
Rp124,376 triliun.
Tabel 1.1
Perbandingan LDR 10 Bank Terbesar (Per Desember 2010) BANK
BCA Mandiri BNI BRI Panin BII Permata CIMB Niaga Danamon BTN
DANA PIHAK KETIGA (RP TRILIUN) 277,5 332,7 189,3 328,7 75,1 59,9 59,5 117,8 80,2 47,5
KREDIT (RP TRILIUN)
LDR (%)
153,1 217,8 132,4 241,0 55,7 50,1 51,5 102,7 75,3 51,4
55,1 65,4 69,9 73,3 74,1 83,6 86,5 87,1 93,9 108,2
Sumber : Statistik Bank Indonesia, Desember 2010
Dalam Indonesian Financial Review (IFR) Maret 2011, menunjukkan bahwa kondisi kelebihan likuiditas perbankan atau ekses likuiditas sepanjang 2010 disebabkan menumpuknya dana dalam instrumen surat berharga jangka pendek. Data per Desember 2010, ada dana Rp 494 triliun yang parkir di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Selain itu, dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN), dana yang mengendap senilai Rp 229,9 triliun. Bahkan jumlah undisbursed loan atau kredit yang sudah disetujui pihak bank tapi belum dicairkan sebesar Rp 556,8 triluin. Sehingga, hal ini menunjukkan masih rendahnya peran
5
perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya untuk lebih berkontribusi meyalurkan kredit guna menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui implementasi dan respon dari
bank umum terhadap kisaran LDR yang wajib dipenuhi. Kebijakan ini akan
dikatakan berhasil jika pada saat setelah diberlakukan, ditandai dengan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga, sehingga mendorong LDR pada kisaran yang ditetapkan. Jika pencapaian LDR telah dipenuhi
maka
memungkinkan adanya peningkatkan laba yang diukur dengan imbal hasil aset atau (return on aset/ROA). ROA digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Sehingga variabel ROA dalam penelitian ini dihubungkan dengan kebijakan LDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan baru tentang batasan LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 akan mempengaruhi bank-bank yang selama ini kelebihan likuiditas untuk lebih agresif dalam melakukan ekpansi kredit. Serta jika bank telah giat melakukan ekspansi kredit dan selektif dalam menghadapi risiko, maka kemampuan memperoleh laba yang diindikasikan dengan ROA akan ikut berpengaruh. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Perbandingan Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA) Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 (Studi Kasus Pada
6
Bank Kategori LQ45 Periode Maret 2010 - Februari 2012)”. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak langsung dari Peraturan
Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 terhadap variabel LDR dan ROA.
Diharapkan dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini terhadap variabel-
variabel yang diuji dapat memberikan pemahaman dan wawasan.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Perbandingan Loan to Deposit Ratio Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45. 2. Bagaimana Perbandingan Return on Asset Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45. 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Loan to Deposit Ratio Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR dalam
Peraturan Bank
Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45. 4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara Return on Asset Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR dalam
Peraturan Bank
Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45.
7
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Subjek dalam penelitian ini merupakan perbankan yang termasuk dalam
kategori LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan status tetap dari periode Februari 2010 sampai dengan Juli 2012 yang terdiri dari 5
(lima) bank yaitu BCA, BNI, BRI, DANAMON dan MANDIRI.
2. Periode pengujian dalam penelitian ini yaitu maret 2010 sampai dengan
februari 2012, atau menganalisis 2 semester Sebelum dan Sesudah
Penerapan
GWM
LDR
dalam
Peraturan
Bank
Indonesia
No.12/19/PBI/2010. Selain itu, penulis membatasi permasalahannya hanya pada perubahan ketentuan LDR yang dihubungkan dengan GWM.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis perbandingan Loan to Deposit Ratio Sebelum dan Sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45. 2. Untuk menganalisis perbandingan Return on Asset Sebelum dan Sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45. 3. Untuk mengetahui perbedaan Loan to Deposit Ratio Sebelum dan Sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45.
8
4. Untuk mengetahui perbedaan Return on Asset Sebelum dan Sesudah
penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 pada bank kategori LQ45.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Sebagai implementasi dari kebijakan Bank Indonesia terhadap batasan
LDR yang dikaitkan dengan GWM bagi perbankan nasional khususnya bank kategori LQ45 dan untuk mengetahui respon perbankan, serta ketepatan terhadap sasarannya.
2. Bagi perbankan khususnya bank yang dijadikan subjek dalam penelitian ini, dapat mengambil keputusan dan menentukan strategi yang paling efektif untuk menyesuaikan dengan peraturan baru. 3. Bagi penulis merupakan tambahan khasanah pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga yang disinkronkan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah, serta sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan Diploma III program studi Keuangan dan Perbankan.
1.4 Kerangka Pemikiran Pengendalian tekanan inflasi serta pengelolaan kondisi ekses likuiditas perbankan yang tinggi dan persisten, merupakan hal yang sangat diperlukan agar tidak berdampak pada peningkatan ekspektasi inflasi yang dapat mengganggu stabilitas moneter. Selain itu, stabilitas sektor keuangan perlu terus didukung oleh
9
penguatan kondisi sektor perbankan dalam menghadapi berbagai risiko dan pengoptimalan fungsi intermediasi perbankan. Salah satu pendekatan yang
digunakan oleh Bank Indonesia untuk mendukung stabilitas moneter dan sektor
keuangan adalah melalui penerapan kewajiban memelihara giro wajib minimum.
Penerapan kebijakan giro wajib minimum perlu disesuaikan dari waktu ke waktu dengan kondisi likuiditas perbankan serta dengan memperhatikan peran sesuai dalam pelaksanaan fungsi intermediasi sejalan dengan arah kebijakan Bank bank
Indonesia. Analisis rasio keuangan merupakan langkah awal yang biasa dilakukan oleh investor sebelum menanamkan investasinya. Rasio likuiditas, dan rentabilitas adalah dua dari rasio penting lainnya yang sering dilihat oleh investor untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Likuiditas yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah dari aktiva lancar dan sebaliknya. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 12/19/PBI/2010 bank umum diharuskan memiliki rasio LDR dalam rentang 78-100 persen. Jika LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena penalti berupa tambahan setoran giro wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali simpanan rupiahnya untuk setiap 1 persen kekurangan LDR tersebut. Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas (100 persen) dan memiliki rasio kecukupan modal (CAR) kurang dari 14 persen akan dikenai disinsentif berupa tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1 persen kelebihan LDR. Penalti tidak berlaku jika CAR
10
melebihi 14 persen. Tujuan BI membatasi LDR perbankan adalah untuk mendorong bank meningkatkan kreditnya, namun juga menjaga agar tingkat
keuangan bank tetap prudent. Dengan adanya peraturan baru tersebut diharapkan
perbankan nasional dapat memenuhi ketentuan LDR, dengan tetap manjaga
kualitas kreditnya Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat atau
pihak ketiga. Sedangkan Return On Asset (ROA) adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. BI mengklaim bahwa kondisi bank umum terjaga baik. Tujuh indikator digunakan sebagai argumentasinya yaitu (1) Pertumbuhan kredit sebesar Rp 350,8 Triliun atau 23,8 persen, (2) Dana pihak ketiga (DPK) naik Rp 364,9 Triliun atau 18,5 persen, (3) rasio loan deposit ratio (LDR) perbankan naik dari 75,15 persen per Desember 2010 menjadi 77,98 persen per April 2011, (4) Rasio kredit bermasalah (NPL) secara bruto dan neto per Maret 2011 masing-masing tercatat sebesar 2,8 persen dan 0,5 persen, (5) Tingkat efisiensi perbankan pun cukup baik, yang ditunjukkan dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional, atau BOPO, menjadi 77,8 persen pada Maret 2011, (6) Pada Maret 2011, ROA industri perbankan tercatat sebesar 3,1 persen atau meningkat dibandingkan posisi Desember sebesar 2,7 persen, (7) CAR industri perbankan tercatat sebesar 17,6 persen atau jauh di atas batas minimum sebesar 8 persen.
11
Fungsi intermediasi tersebut bisa saja bukan inisiatif murni dari pihak
bank umum. Dalam hal ini, BI bisa dikatakan berhasil dalam membuat kebijakan
perhitungan Giro Wajib Minimum (GWM) yang baru, yaitu Peraturan Bank
Indonesia (PBI) Nomor 12/19/PBI/2010. Dalam skema perhitungan GWM yang
baru, BI memberikan disinsentif kepada bank yang LDR tidak sesuai dengan kisaran yang ditentukan oleh BI. Jika LDR bank tinggi maka GWM nya bisa lebih dibandingkan bank lain yang LDR-nya lebih rendah. Bank terkesan kecil
menghindari GWM yang terlalu besar karena tidak memperoleh keuntungan dalam bentuk jasa giro dari simpanan gironya di BI. Jadi tetap ada motif pengelolaan dana bank yang optimal dari sisi bank umum. Daripada tidak memperoleh jasa giro dari BI, lebih baik dana tersebut disalurkan ke kredit yang lebih menguntungkan. Apalagi kualitas kreditnya dianggap baik oleh BI, yang diukur dengan angka NPL yang relatif rendah. BI berharap bahwa penyaluran dana bank harus produktif tetapi tetap berkualitas. Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian dengan uji perbedaan pada kelompok bank LQ45. Berdasarkan uraian di atas maka skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
12
Gambar 1.1
Gambaran Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank LQ 45
Sebelum
Sesudah
Penerapan GWM
Penerapan GWM
LDR dalam PBI
LDR dalam PBI
No.12/19/PBI/2010
No.12/19/PBI/2010
Kinerja Bank :
Kinerja Bank :
LDR ROA
UJI BEDA
LDR ROA
1.5 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas penelitian. Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini yaitu berbentuk perbandingan dua variabel terhadap subjek penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho1
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia
13
Nomor 12/19/PBI/2010
Ha1
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR Sebelum dan Sesudah
Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19
/PBI/2010
Ho2
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA Sebelum dan
Sesudah Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/19/PBI/2010
Ha2
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19 /PBI/2010
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Pendefinisian Variabel Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu : Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat atau pihak ketiga. LDR sebelum dan sesudah penerapan GWM LDR per Maret 2011 dirumuskan dengan : LDR
Total Loan
x100%
Dana Pihak Ketiga
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROA maka semakin baik pula optimalisasi aktiva. Pengukuran ROA sebelum dan sesudah
14
penerapan GWM LDR per Maret 2011, dapat dicari dengan rumus berikut (Bank Indonesia, 2006) :
ROA
Laba Sebelum Pajak
x100%
Total Aset
1.6.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah analisis
deskriptif, yaitu metode penelitian yang menggambarkan suatu keadaan nyata yang diperoleh melalui penelitian, mengumpulkan data yang berhubungan dengan topik yang diteliti, kemudian dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan.
1.6.3 Data Penelitian 1.6.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka atas hasil pengukuran. Data kuantitatif yang digunakan yaitu berupa laporan keuangan bulanan bank LQ45 sebelum dan sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010. Antara lain laporan neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan yang dipublikasikan.
15
1.6.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau historis yang tersusun dalam arsip
atas dokumenter yang dipublikasikan. Data penelitian ini diperoleh dengan
download via internet.
1.6.3.3 Teknik Pengumpulan Data Untuk menunjang penggunaan sumber data tersebut, maka teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik Kepustakaan Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan cara tinjauan pustaka yaitu mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas bank, kinerja bank, undang-undang tentang kebijakan BI, serta referensi lain dalam jurnal keuangan bank. 2. Purposive Sampling Purposive sampling merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan sampel yang diambil berdasarkan maksud atau tujuan tertentu secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Sesuatu diambil sebagai
16
sampel karena peneliti menganggap bahwa sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan
sampel adalah 5 (lima) bank berstatus tetap yang tercatat dalam indeks LQ45
periode Februari 2010 sampai dengan Juli 2012. 3. Browsing internet
Dengan
mengakses
website
seperti
www.bi.go.id,
www.idx.com,
www.yahoo.finance.com.
4. Wawancara Untuk menunjang data dan memperoleh kepastian tentang kebijakan BI yang terkait dalam penelitian ini serta untuk memperkuat hasil penelitian, penulis melakukan wawancara dengan salah satu narasumber Bank Indonesia di Bandung.
1.6.4 Alat Analisis Data Dalam penyusunan penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif serta uji perbedaan dengan alat analisis menggunakan Paired Sample T test dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 16.0. 1. Analisis Data Deskriptif Analisis data deskriptif dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio keuangan likuiditas yaitu LDR, dan rasio profitabilitas yang diukur oleh ROA. LDR merupakan perbandingan antara total kredit dan dana pihak ketiga.
17
Sedangkan ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dan total asset.
2. Uji Paired sample t test
Uji Paired sample t test adalah teknik analisa statistik yang dipakai untuk melihat ada tidaknya perbedaan dari dua kelompok sampel. Dimana sampelnya berasal dari distribusi sampel yang sama. Paired sample t test merupakan uji beda
dua sampel berpasangan. Yang dimaksud dengan sampel berpasangan ialah menggunakan sampel yang sama, tetapi pengujian dilakukan terhadap sampel tersebut dua kali dalam waktu yang berbeda atau dengan menggunakan interval waktu tertentu dengan memberikan suatu perlakuan khusus (Jonathan Sarwono, 2008). Dengan teknik analisa ini dapat diketahui perbedaan LDR dan ROA sebelum dan sesudah Penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010. Menurut M. Sopiyudin Dahlan (2009 : 66-67) langkah-langkah melakukan uji paired samples test adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa syarat uji t untuk kelompok berpasangan. a. Distribusi data harus normal (wajib); b. Varians data tidak perlu diuji karena kelompok data berpasangan. 2. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal), maka dipilih uji t berpasangan. 3. Jika tidak memenuhi syarat (data tidak berdistribusi normal) dilakukan transformasi data terlebih dahulu.
18
4. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal, maka dipakai uji
t berpasangan.
5. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal, maka
dipilih uji Wilcoxon.
Hasil dari pengujian Paired sample t test yaitu : a. Paired Samples Statistic untuk menunjukkan rata-rata LDR dan ROA
sebelum dan sesudah penerapan PBI. b. Paired Samples Correlation untuk menunjukkan hubungan antara LDR dan ROA sebelum dan seudah penerapan PBI. c. Paired Samples Test untuk melakukan pengujian hipotesis.
3. Hasil uji hipotesis Untuk melihat T-hitung dan menggunakan taraf signifikansi sebesar 0.05. Jika Sig > 0.05 maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR dan ROA Sebelum dan Sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010. Sebaliknya, jika sig < 0.05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR dan ROA Sebelum dan Sesudah penerapan GWM LDR dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010. Uji hipotesis dilakukan secara dua sisi (two tailed).
19
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data laporan
keuangan dari bank umum yang menjadi subjek penelitian maupun dari laporan
keuangan yang dipublikasikan Bank Indonesia Periode Maret 2010 sampai dengan Februari 2012, melakukan wawancara ke Bank Indonesia untuk kemudian
mengolah data dan proses lainnya sampai hasil dan interpretasi data. Penelitian
dimulai bulan Maret sampai bulan Mei 2012.
Tabel 1.2 Waktu Penelitian Tugas Akhir Februari
Maret
April
Keterangan
Revisi TA dan Pengesahan TA
Juni
Juli
Minggu (ke) 1
Konsultasi Judul 1 Konsultasi Judul 2 Pengajuan Proposal TA Revisi Proposal TA Bimbingan Proposal TA Baru Penyerahan Bab I Revisi Bab I Revisi 2 Bab I Revisi 3 Bab I + Penyerahan Bab II Acc Bab I dan Bab II Interview ke Bank Indonesia-Bandung Bimbingan Bab III Revisi Bab III, Penyerahan Bab IV Penyerahan Kelengkapan Draft TA Review Kelengkapan TA ACC Bab I,II,III,IV Sidang Tugas Akhir
Mei
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1
2