ANALISIS PENGARUH INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER KONVENSIONAL DAN INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER ISLAM TERHADAP KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
Di susun oleh : HARRY ANDRA 106084003587
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa
: Harry Andra
NIM
: 106084003587
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atas rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyususn skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.
Jakarta, 09 Desember 2010
(Harry Andra)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama
: Harry Andra
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 15 Januari 1987
Alamat
: Jl. Daud no. 11 Rawa Belong Jakarta Barat
No. Kontak
: 08999335344
Email
:
[email protected]
Status Marital
: Single
Moto Hidup
: Man Jadda Wa Jada
Cita-Cita
: Menjadi yang Berguna Bagi Agama, Orang Tua, dan Manusia Lainnya
Hobi
: Berolahraga
IPK
: 3,34
Pendidikan Formal
Tk Bhayangkari Lulus Tahun 1993
SDN Depok Baru VI Lulus Tahun 1999
SLTPN 9 Depok Lulus Tahun 2002
SMA 1 Barunawati Lulus Tahun 2005
UIN Syarif Hidayatullah SI Ekonomi Islam
Pendidikan Nonformal
English Course (ILP), Foundation Level Tahun 2003
English Course (LIA), Basic Level Tahun 2004 v
Computer Course at SMA 1 Barunawati (Program Ms. Word, Ms. Exel, Ms. Power Point, Adobe Photoshop and Internet) Tahun 2004
Broadcasting Course at CMC Broadcasting Study Tahun 2006
Pengalaman Organisasi Selama di Kampus
Ketua Divisi Litbang BEMJ IESP Tahun 2006
Ketua Pelaksana Seminar Ekonomi Islam Tahun 2007
Mentor Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Tahun 2007
Divisi Humas BEMJ IESP Tahun 2007
Divisi Litbang Komisariat Dakwah LDK FEIS Tahun 2008
Pengalaman Penelitian
Interviewer Penelitian DEPAG tentang Potensi Wakaf di DKI Jakarta tahun 2007
Pengalaman Kerja
Design Cover Majalah Grip Musik Tahun 2006
Interviewer pada Quick Count dan Exit Poll Harian Kompas Tentang PILKADA DKI Jakarta Tahun 2007
Interviewer Polling Divisi Litbang Harian Kompas Tahun 2007-2009
Asisten Peneliti Divisi Litbang Harian Kompas Tahun 2009-Sekarang
Interviewer
Tentang
Survei
Pemilihan
Presiden
2009
yang
Diselenggarakan oleh Litbang Kompas tahun 2009
Design Isi buku “Komunikasi Politik di Era Industri Citra” Tahun 2010
Layout buku “Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid Seputar Isu Sekularisasi Dalam Islam” Tahun 2010
vi
ABSTRACT This study aims to analyze the performance of conventional banks and Islamic banks are seen from its financial ratios in the period January 2007December 2009. In addition, this study also aims to analyze the effect of conventional monetary policy instruments and monetary policy instruments of Islam on the performance of conventional banks and Islamic banks. The analytical tool used in this research are multiple linear regression equation, using the method of Ordinary Least Square (OLS). Monetary policy instrument used is the Bank Indonesia Certificates (SBI) and Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS). While financial ratios used are non-performing loans (NPL) or non-performing financing (NPF), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) or Financing to Deposit Ratio (FDR). The result showed: (1) By using multiple regression analysis test partially conventional bank NPL ratio is influenced by the respective monetary policy instruments that are used well, SBI and SBIS with t-statistic value that is equal to 3.27 and -5.89, while the Islamic bank NPF only influenced by SBIS only with tstatistic value that is equal to -3.39. For conventional bank ROA is also influenced by the monetary policy instrument used by value t-statistic that is equal to 2.62 and -4.35, while for ROA Islamic banks all monetary policy instruments used, namely, SBI and SBIS no effect. Meanwhile, conventional banks LDR was also influenced by the SBI and SBIS with t-statistic value that is equal to -3.50 and 6.24, and for FDR Islamic banks only influenced by the SBI alone with t-statistic value that is equal to 2.99. (2) Simultaneously conventional bank financial ratios namely, NPLs, ROA, and LDR are all influenced by monetary policy instruments used, namely, SBI, and SBIS with F-statistic value of 17.45 for the NPL, 9.63 for ROA, and 19.61 for the LDR. As for the ratio of Islamic banks finance only the NPF and FDR are influenced by monetary policy instruments simultaneously with the F-statistic value that is equal to 6.37 and 12.38. Keywords: monetary policy instrument, the performance of banks, and financial ratios.
vii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bank konvensional dan bank syariah yang dilihat dari rasio keuangannya pada periode Januari 2007Desember 2009. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linear berganda, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Instrumen kebijakan moneter yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sedangkan rasio keuangan yang digunakan adalah Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian menunjukan : (1) Dengan menggunakan uji analisis regresi berganda secara parsial rasio NPL bank konvensional dipengaruhi oleh masingmasing instrumen kebijakan moneter yang digunakan baik, SBI dan SBIS dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 3.27 dan -5.89, sedangkan NPF bank syariah hanya dipengaruhi oleh SBIS saja dengan nilai t-hitung yaitu sebesar -3.39. Untuk ROA bank konvensional juga dipengaruhi oleh seluruh instrumen kebijakan moneter yang digunakan dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 2.62 dan 4.35, sedangkan untuk ROA bank syariah semua instrumen kebijakan moneter yang yang digunakan yaitu, SBI dan SBIS tidak ada yang berpengaruh. Sementara itu untuk LDR bank konvensional ternyata juga dipengaruhi oleh SBI dan SBIS dengan nilai t-hitung yaitu sebesar -3.50 dan 6.24, dan untuk FDR bank syariah hanya dipengaruhi oleh SBI saja dengan nilai t-hitung yaitu sebesar 2.99. (2) Secara simultan rasio keuangan bank konvensional yaitu, NPL, ROA, dan LDR semuanya dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter yang digunakan yaitu, SBI, dan SBIS dengan nilai F-hitung sebesar 17.45 untuk NPL, 9.63 untuk ROA, dan 19.61 untuk LDR. Sedangkan untuk rasio keuangan bank syariah hanya NPF dan FDR saja yang dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter secara simultan dengan nilai F-hitung yaitu sebesar 6.37 dan 12.38. Kata Kunci : instrumen kebijakan moneter, kinerja bank, dan rasio keuangan.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia ini dan memberikan nafas gratis yang dengannya kita dapat merasakan keindahan untuk bisa menyembah-Mu. Sungguh tidak ada satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua sudah terencana, semua telah ditentukan atas qodho dan qodhar-Nya. Shalawat serta Salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita mendapat safa’atnya dihari akhir yang pasti terjadi. Ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita dimudahkan oleh-Nya untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan dapat menjaga ilmu tersebut dengan penuh kerendahan hati. Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berdoa dan berusaha. Seperti Hadits Rasulullah “Man Jadda Wa Jada” yang artinya, barang siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini yang lebih baik. Itulah sepenggal kalimat yang menjadi penggugah demi terselesaikannya skripsi yang sederhana ini, yang berjudul “Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional dan Instrumen Kebijakan Moneter Islam terhadap Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah”. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibunda Penny Sulistiawati dan Ayahanda Mochammad Taufik. Mama, papa, engkau ibarat “baju perang” dalam mencapai mimpi-mimpiku, untukku mampu berperang melawan bayang-bayangku sendiri. Doa-doa kalian adalah salah satu “fast track” untuk setiap kesuksesan langkahku. Tiada kata
ix
yang patut diucap oleh seorang anak, kecuali doa untuk kedua orang tuanya
“Allahummagfirlii
waliwalidayya
warhamhumaa
kamaa
rabbayanii shogiiraa”. 2. My Brothers…
Badon yang telah banyak membantu didalam tiap
momen hidupku, semoga sukses bang dengan apa yang ingin diraih. Adikku Trisko Rachmanda yang baru memulai pendidikannya di bangku universitas, semoga ilmu yang akan kau pelajari dapat bermanfaat untuk hidupmu kelak. 3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukkan FEB. 4. Bapak Abbas Ghozali, Ph.D, selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaikbaiknya balasan. 5. Dr. Suhenda Wiranata, ME selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah. 6. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pembantu Dekan bidang Akademik FEB yang menanamkan dan memberi teladan tentang kedisiplinan kepada mahasiswa. 7. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM sebagai penguji ahli I dan dosen pasar modal syariah dan moneter syariah, serta sebagai penemu sinlammin dan 319-913-616 yang sudah meluangkan waktunya untuk
tempat
berdiskusi
dan
meluapkan
keluh
kesah
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga keikhlasan Bapak dapat menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak. 8. Drs. Lukman, M.Si sebagai penguji ahli II dan selaku Ketua Jurusan IESP yang telah bekerja keras untuk memajukkan IESP.
x
9. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan IESP yang telah banyak
memberikan
masukkan
kepada
penulis,
sehingga
dapat
terselesaikannya skripsi ini. 10. Ryan Munggaran Nitha terima kasih untuk senyummu setiap pagi yang memberikanku semangat untuk bisa dan yakin menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu. 11. Sahabat-sahabatku… Imam Fathoni, Randy Al-Safasi, Maulana Ulya, Fauzy Hidayat, Yoga Ikhwan Maulana, Indrawan Kusuma, Febri Mandra, yang tidak pernah membungkus pukulan dengan senyuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah. Yakin bro… bahwa kalian juga pasti bisa mencapai titik ini. 12. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda tawanya selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk setiap langkahmu… semoga kita semua bisa menjadi bagian dari impian-impian kita. 13. Orang-orang yang berjasa tanpa kenal lelah atas segala pelayanan administrasinya, Ibu Liliek, Ibu Siska dkk. Semoga Allah mencatat dan membalas segala kebaikannya.
Harry Andra Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………
v
ABSTRACT ………………………………………………………......
vii
ABSTRAK ………………………………………………………...….
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………......
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………
xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….....
xvi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….....
xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….....
xviii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….…………….
1
A.
Latar belakang ………...……………….…………….…
1
B.
Rumusan Masalah …..…………………………………
10
C.
Tujuan dan manfaat penelitian ...………………………
11
1. Tujuan Penelitian .…………………………………
11
2. Manfaat Penelitian ………………………………...
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….
13
A.
Pengertian Kebijakan Moneter ….…………………......
13
B.
Pengertian Kebijakan Moneter Islam ..…………...……
15
C.
Tujuan Kebijakan Moneter ….……………………..…..
15
D.
Tujuan Kebijakan Moneter Islam ………………...……
16
E.
Instrumen Kebijakan Moneter …………………...…….
17
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ……………………
18
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) …………………..
20
Kinerja Perbankan ……………………………………..
24
1. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ……………
24
F.
xii
2. Rasio Rentabilitas (Earning) …………………..…..
26
3. Rasio Likuiditas (Liquidity) …………………..……
27
Keterkaitan Antara Variabel ………………………..….
27
1. Pengaruh SBI terhadap NPL/NPF ………………...
29
2. Pengaruh SBI terhadap ROA ………………………
29
3. Pengaruh SBI terhadap LDR/FDR ………………...
30
4. Pengaruh SBIS terhadap FDR/LDR ………………
32
H.
Penelitian Terdahulu …………………………………..
33
I.
Kerangka Penelitian …………………………………...
36
G.
BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………………..
39
A.
Ruang Lingkup Penelitian .….………………………...
39
B.
Metode Pengumpulan Data ……………………………
39
C.
Metode Analisis ………………………………………..
42
1. Analisis Regresi ……………………………………
42
2. Uji Asumsi Klasik ………………………………….
43
a. Uji Normalitas …………………………………
43
b. Uji Multikolinearitas …………………………...
44
c. Uji Autokorelasi ……………………………….
45
d. Uji Heteroskedastisitas …………………...……
46
Operasional Variabel Penelitian ...…………………..….
46
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ...………………….
47
D.
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ………….. 47 3. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) ……………………………...….....
48
6. Return on Assets (ROA) ….…….…………………....
48
7. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) …………………………………….…..
48
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .........………………….
49
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………… 49
B.
Deskriptif Statistik Variabel Penelitian …..……………… 50
xiii
1. Analisis Deskriptif …………………………………... 50 C.
Uji Asumsi Klasik Bank Konvensional …………………. 53 1. Uji Normalitas ……………………………………….. 53 a. Hasil Uji Normalitas NPL ……………………….. 54 b. Hasil Uji Normalitas ROA ………………………. 54 c. Hasil Uji Normalitas LDR ……………………….. 55 2. Uji Multikolinearitas …………………………………. 55 3. Uji Autokorelasi ……………………………………… 56 a. Hasil Uji Autokorelasi NPL ……………………… 57 b. Hasil Uji Autokorelasi ROA ……………………... 58 c. Hasil Uji Autokorelasi LDR ……………………… 58 4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 59 a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL ……………….. 59 b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA ………………. 60 c. Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR ……...……….. 60
D.
Uji Asumsi Klasik Bank Syariah ……..……….…………. 61 1. Uji Normalitas ……………………………………….. 61 a. Hasil Uji Normalitas NPF ……………………….. 61 b. Hasil Uji Normalitas ROA ………………………. 62 c. Hasil Uji Normalitas FDR ……………………….. 62 2. Uji Multikolinearitas …………………………………. 63 3. Uji Autokorelasi ……………………………………… 64 a. Hasil Uji Autokorelasi NPF ……………………… 65 b. Hasil Uji Autokorelasi ROA ……………………... 65 c. Hasil Uji Autokorelasi FDR ……………………… 66 4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 66 a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF ……………….. 67 b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA ………………. 68 c. Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR ……………….. 68
E.
Hasil Analisis Regresi …………………... ………………. 69
xiv
1. Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah………………....................................………... 69 2. Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah …………………………………….…………. 72 3. Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah ……………………………………………….. 76 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI …………………………… 80 A.
KESIMPULAN ………………………………………….. 80
B.
IMPLIKASI ……………………………………………… 83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 84 LAMPIRAN ……………………………………………………………… 88
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional
1.2
Rasio Keuangan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional 7
4.1
Hasil Olah Data Deskriptif
50
4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
56
4.3
Hasil Uji Autokorelasi NPL Bank Konvensional
57
4.4
Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Konvensional
58
4.5
Hasil Uji Autokorelasi LDR Bank Konvensional
58
4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL Bank Konvensional
59
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Konvensional
60
4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR Bank Konvensional
60
4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
63
4.10
Hasil Uji Autokorelasi NPF Bank Syariah
65
4.11
Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Syariah
65
4.12
Hasil Uji Autokorelasi FDR Bank Syariah
66
4.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF Bank Syariah
67
4.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Syariah
68
4.15
Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR Bank Syariah
68
4.16
Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah
4.17
69
Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah
4.18
2
72
Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah
76
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
36
4.1
Hasil Uji Normalitas NPL Bank Konvensional
54
4.2
Hasil Uji Normalitas ROA Bank Konvensional
54
4.3
Hasil Uji Normalitas LDR Bank Konvensional
55
4.4
Hasil Uji Normalitas NPF Bank Syariah
61
4.5
Hasil Uji Normalitas ROA Bank Syariah
62
4.6
Hasil Uji Normalitas FDR Bank Syariah
62
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Rasio Keuangan Bank Konvensional
87
2
Rasio Keuangan Bank Syariah
88
3
Instrumen Kebijakan Moneter
89
4
Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah
90
5
Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah
91
6
Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah
92
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah telah melakukan berbagai cara, tindakan, maupun upaya untuk memperbaiki perekonomian di Indonesia setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 lalu. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah di sektor perbankan adalah dengan pengembangan bank syariah yang
dilakukan
melalui
diterapkannya
dual
banking
system
yaitu
terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan. Strategi ini dilakukan berdasarkan pengalaman sewaktu krisis dimana bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Dalam aktivitasnya terdapat perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah. Pada perbankan syariah, hubungan antara bank dengan nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan. Perbedaan lain dari karakteristik kegiatan usaha bank syariah dengan bank konvensional diantaranya adalah bank syariah melarang bunga bank (riba) dan melarang transaksi keuangan yang bersifat spekulatif.
1
Keberadaan dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) yang berkembang secara paralel dan yang mempunyai hubungan keuangan terbatas satu sama lain diharapkan akan dapat meminimalkan risiko yang timbul yang pada gilirannya akan mengurangi masalah systemic risk pada saat terjadi krisis keuangan. Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat menjadikan penyeimbang bagi dunia perbankan konvesional yang sudah berdiri sejak lama. Terlebih lagi setelah diterapkannya dual banking system sebagai salah satu terobosan bagi dunia perbankan, khususnya bagi perbankan nasional cara ini diterapkan agar adanya keseimbangan yang saling mengisi antara sistem konvensional yang sudah sejak lama dipergunakan dengan sistem syariah yang bisa menjadi salah satu alat solusi perekonomian. Hal ini dapat dilihat dengan terus berkembangnya indikator-indikator pendukung seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang diberikan, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional
Bank Syariah (Miliar Rp)
Bank Konvensional (Miliar Rp)
Tahun
Tahun
Indikator
2005
2006
2007
2008
2009
Aset
20,879
26,722
36,54
40,012
51,701
DPK
15,593
20,672
28,01
36,852
Kredit/Pembiayaan
15,270
20,445
27,944
38,19
2005
2006
2007
2008
2009
1,469,827
1,693,850
1,986,501
2,310,557
2,534,106
52,271
1,127,937
1,287,102
1,510,834
1,753,292
1,973,042
46,886
695,648
792,297
1,002,012
1,307,688
1,437,930
Sumber : Bank Indonesia 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan bank syariah terhadap Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Pembiayaan yang diberikan selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp. 5,8 miliar dari tahun sebelumnya sehingga pada akhir periode laporan total asset yang dimiliki mencapai Rp. 26,722 miliar. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4 persen pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6 persen pada akhir 2006 (Direktori Perbankan Syariah Bank Indonesia). Untuk tahun 2007 perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp. 9,8 milliar dari tahun sebelumnya sehingga total aset yang dimiliki menjadi Rp. 36,54 miliar. Pada tahun 2008, dan 2009 peningkatan volume usaha masing-masing sebesar Rp. 3,47 miliar dan Rp. 11,6 miliar, peningkatan volume usaha pada tahun 2009 merupakan peningkatan volume usaha terbesar selama lima tahun terakhir sehingga total aset yang dimiliki ikut meningkat tajam mencapai Rp. 51,701 miliar. Di sisi penghimpunan dana, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp. 5,079 miliar dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp. 7,338 miliar dan Rp. 8,842 miliar, sementara pada tahun 2009 merupakan peningkatan DPK terbesar selama lima tahun terakhir yaitu sebesar
Rp.
15,419 miliar dari tahun sebelumnya sehingga total DPK yang dimiliki
3
mencapai Rp. 52,271 miliar. Dari segi pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah dari tahun 2005–2009 setiap tahun pembiayaan yang diberikan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 merupakan peningkatan pembiayaan terbesar dibanding tahun-tahun lainnya yaitu sebesar Rp. 10,246 miliar. Dan total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan konvensional pada akhir 2009 mencapai Rp. 46,886 miliar. Begitupun dengan bank konvensional dalam lima tahun terakhir ini, dari segi aset yang dimiliki, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Kredit yang diberikan semuanya mengalami peningkatan. Dari sisi aset pada tahun 2006 perbankan konvensional mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp, 224,023 miliar dibanding tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2007 peningkatan volume usaha perbankan konvensional sebesar Rp. 292,651 miliar. Untuk tahun 2008 peningkatan volume usaha perbankan konvensional merupakan peningkatan yang terbesar dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp. 324,056 miliar. Dan pada akhir laporan tahun 2009 total aset yang dimiliki oleh perbankan konvesional mencapai Rp. 2,534 triliun. Peningkatan indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan konvensional dalam kurun waktu 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing sebesar Rp. 159,165 miliar, Rp. 223,732 miliar, Rp. 242,458 miliar, dan Rp. 219,75 miliar. Sehingga total DPK yang terhimpun pada akhir tahun 2009 mencapai Rp. 1,973 triliun. Kredit yang diberikan oleh perbankan konvensional dari tahun 2005-2009 juga terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tahun 2009 merupakan peningkatan pemberian kredit yang
4
terbesar selama lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp. 130,242 miliar, sehingga total kredit yang diberikan oleh perbankan konvensional menjadi Rp. 1,437 triliun. Dari peningkatan indikator-indikator perbankan yang terjadi tersebut, merupakan suatu hasil yang positif khususnya bagi perbankan nasional. Baik bagi perbankan syariah maupun perbankan konvensional, karena dengan terus membaiknya likuiditas suatu perbankan maka akan turut membantu menjaga stabilitas perekonomian di Indonesia. Sitompul (2002:1) mengatakan restrukturisasi perbankan dilakukan melalui dua cara yaitu : 1. penyehatan perbankan, dengan cara yakni melalui program penjaminan, rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi kredit 2. peningkatan ketahanan sistem perbankan, dengan cara yakni melalui peningkatan mutu pengelolaan perbankan (good corporate governance), pemantapan
pengawasan
Pengembangan
bank
infrastruktur
dan antara
pengembangan lain
infrastruktur.
diwujudkan
melalui
pengembangan bank dengan prinsip syariah. Menurut Sonakul (2000:1-2) pentingnya dilakukan restrukturisasi perbankan mengingat suatu negara bisa saja memiliki sistem perbankan yang kuat, dengan perekonomian yang lemah. Tapi, tidak pernah ada dalam sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dengan sistem perbankan yang
lemah
memiliki perekonomian yang kuat. Agar berjalan baik, restrukturisasi perbankan tersebut memerlukan landasan hukum yang kuat. Untuk itu diperlukan pendekatan pembaharuan
5
hukum yang mampu memecahkan permasalahan perbankan. Tujuannya adalah untuk menciptakan bank yang dapat mendukung sistem moneter yang aman dan efisien, sumber kredit yang stabil dan dapat dipercaya, sekaligus mencegah pengambilan risiko berlebihan dan mencegah terjadinya pasar keuangan yang tidak stabil. Di Indonesia pengembangan ekonomi Islam telah diadopsi ke dalam kerangka besar kebijakan ekonomi. Paling tidak, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air telah menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual banking system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang lebih luas sesuai cetak biru perbankan syariah. Sarkaniputra (2006:1) mengatakan keberadaan bank syariah lebih diperkuat dengan diterbitkannya undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan, dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, undang-undang tersebut merupakan perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Landasan hukum ini menjamin adanya kekuatan hukum bahwa di Indonesia menyepakati penerapan sistem perbankan ganda atau dual banking system, yaitu penggunaan perbankan konvensional dan perbankan syariah yang berjalan secara parallel. Kinerja bank konvensional dan bank syariah merupakan tolak ukur yang sangat penting dalam melihat seberapa jauh sistem perbankan ganda berperan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan usaha dalam dunia perbankan.
6
Kinerja dari bank konvensional dan bank syariah dapat kita lihat dari rasio keuangannya. Dimana, rasio keuangan tersebut diantranya terdiri dari : 1. Rasio Permodalan (Solvabilitas) Rasio solvabilitas diantaranya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif diantranya adalah Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) 3. Rasio Rentabilitas (Earning) Rasio rentabilitas diataranya adalah Return on Assets (ROA) 4. Rasio Likuiditas (Liquidity) Rasio likuiditas diantaranya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR).
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Perbankan Syariah vs Perbankan Konvensional
Bank Syariah (Juta Rp)
Bank Konvensional (Miliar Rp)
Tahun
Tahun
Rasio keuangan (%) 2005
2006
2007
2008
2009
2005
2006
2007
2008
2009
CAR
12,41
13,73
10,67
12,81
10,77
19,30
21,27
19,30
16,76
17,42
NPF/NPL
2,82
4,75
4,05
1,42
4,01
14,75
10,70
4,07
3,20
3,31
ROA
1,35
1,55
2,07
1,42
1,48
2,55
2,64
2,78
2,33
2,60
FDR/LDR
97,75
98,90
99,76
103,65
89,70
59,66
61.56
66,32
70,27
72,88
Sumber : Bank Indonesia
7
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio keuangan perbankan di Indonesia selama lima tahun terakhir (periode 2005-2009) baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional yang diwakili oleh CAR, NPF/NPL, ROA, dan FDR/LDR masing-masing mengalami fluktuasi persentase nilai. Ada kalanya rasio keuangan meningkat dan ada kalanya rasio keuangan mengalami penurunan nilai dibanding tahun sebelumnya. Hanya Loan to Deposit Ratio (LDR) dari bank konvensional saja yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan persentase
nilai.
Hal ini menunjukkan bahwa
likuiditas perbankan
konvensional dari tahun ketahun terus membaik, fakta ini didukung oleh adanya peningkatan secara simultan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat pemberian kredit, dan total aset yang dimiliki oleh perbankan konvensional sepanjang tahun 2005-2009. Karena likuiditas suatu perbankan dipengaruhi oleh baik buruknya indikator-indikator tersebut. Sementara untuk FDR perbankan syariah pada tahun 2009 mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun dari sisi DPK, pemberian pembiayaan, dan total aset yang dimiliki semuanya mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena rasio NPF pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 2,59 persen dibanding tahun sebelumnya. Rasio NPF merupakan rasio aktiva produktif perbankan syariah dimana jika terjadi pembiayaan bermasalah, maka akan turut mempengaruhi rasio likuiditas perbankan syariah (Financing to Deposit
8
Ratio). Semakin tinggi peningkatan rasio NPF maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap tingkat likuiditas perbankan syariah. Sejak evaluasi dari sistem perbankan, sejumlah teori yang dapat dipertimbangkan sudah mulai dipublikasikan untuk pengembangan sistem perbankan dan moneter Islam, tapi menurut yousafi (1997:1) hanya beberapa studi empiris yang dibuat menggunakan model stabilitas moneter dibawah sistem keuangan Islam. Semua studi ini telah berusaha untuk membuktikan bahwa instrumen-instrumen moneter Islam sama stabilnya dengan sistem berbasis bunga atau bahkan bisa lebih baik dari sistem konvensional dan bisa menjadi salah satu alat alternatif bagi perekonomian . Kaleem (2000:3) menyatakan bagaimanapun juga sejauh ini tidak ada yang serius untuk membuat studi yang empiris untuk menganalisa efektifitas instrumen-instrumen moneter Islam, dalam kasus dual banking system. Untuk tujuan itu, penulis ingin mencoba menganalisa sejauh mana efektifitas instrumen moneter Islam dan instrumen moneter konvensional khususnya dalam mempengaruhi kinerja perbankan baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah di Indonesia. Indonesia dipilih karena merupakan contoh paling sempurna dimana hampir semua bank komersial menawarkan simulasi dua instrumen perbankan. Berdasarkan latar belakang inilah penulis mencoba menganalisis tentang “Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional dan Instrumen
Kebijakan
Moneter
Islam
Terhadap
Kinerja
Bank
Konvensional dan Bank Syariah”
9
A. Rumusan Masalah Instrumen kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral tentunya akan berdampak kepada kinerja dari perbankan. dari pengambilan instrumen kebijakan moneter konvensional maupun instrumen kebijakan moneter Islam, dapat dilihat sejauh mana instrumen yang diambil tersebut mempengaruhi kinerja dari bank umum konvensional dan bank umum syariah secara keseluruhan di Indonesia. Kinerja bank umum konvensional maupun bank umum syariah dapat dilihat dari rasio keuangannya, rasio keuangan tersebut diantranya adalah Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR). Berdasarkan hal yang telah ditulis diatas, maka peneliti akan merumuskan masalahnya, yaitu : 1. Bagaianakah pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah ? 2. Bagaimanakah pengaruh instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap kinerja Bank konvensional dan bank syariah ?
10
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini untuk turut serta memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik dual banking system di Indonesia yang sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah b. Untuk mengetahui pengaruh instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah.
2.
Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh instrumeninstrumen kebijakan moneter, baik instrumen kebijakan moneter konvensional maupun instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja bank konvensional dan bank syariah, akan diperoleh manfaat bagi pihakpihak sebagai berikut : a. Bagi dunia perbankan konvensional dan perbankan Islam dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk tetap mempertahankan dan
11
meningkatkan kinerja yang sudah diterapkan, sekaligus memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia untuk mengetahui seberapa besar instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam mempengaruhi kierja bank konvensional dan bank syariah c. Bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Islam khususnya masalah dual banking system, studi kasus ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat d. Bagi para akademisi/peneliti, dapat dijadikan referensi untuk membuat penelitian lebih lanjut.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebijakan Moneter Berbagai definisi tentang kebijakan moneter dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya yaitu, Nopirin (2000:45) mengatakan, Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997:126). Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output
keseimbangan
(http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-
moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya).
13
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan laju inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_ moneter). kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatkan output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh sekaligus mengendalikan inflasi (Rahardja dan Manurung, 2008:256). Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Ekspansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. 2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Kontraktif Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
14
A. Pengertian Kebijakan Moneter Islam Diterbitkannya undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang menyatakan bahwa BI dapat menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 dan pasal 11. Undang-undang tersebut menjadi acuan baru bagi Bank Indonesia selaku pengambil keputusan, yang dapat menerapkan kebijakan moneternya baik secara konvensional maupun dengan menggunakan prinsipprinsip syariah. Jadi instrumen kebijakan moneter yang digunakan pun dapat menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional ataupun instrumen kebijakan moneter Islam. Kebijakan moneter sebenarnya bukan hanya mengutamakan suku bunga. Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrumen bunga sama sekali. Di dalam Islam tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi dan keyakinan, sepanjang tujuan tersebut didasarkan pada Al Quran dan Sunnah maka menjadi keharusan bukan persoalan tawar menawar dan untunguntungan prinsip moneter Islam (http://www.cybermq.com/pustaka/detail/ opini/527/kebijakan-moneter-rasulullah-saw).
B. Tujuan Kebijakan Moneter tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti uang beredar atau suku bunga. Secara operasional, pengendalian
15
sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian
moneter
berdasarkan
prinsip
syariah
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/). kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan,
yang
kemudian
ditransfer
pada
sektor
riil
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter).
D. Tujuan Kebijakan Moneter Islam Menurut Iqbal dan Khan (1997:112) tujuan kebijakan moneter Islam adalah kesejahteraan ekonomi yang dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan yang optimal, keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata, serta stabilitas uang. Menurut Chapra (2000:2) tujuan kebijakan moneter Islam adalah kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan tingkat
16
pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil, serta penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan. Dari tujuan-tujuan kebijakan moneter Islam yang coba didefinisikan oleh para ahli ekonomi Islam diatas, sekilas hampir sama dengan tujuan-tujuan kebijakan moneter yang diterapkan oleh sistem kapitalis. Akan tetapi jika dikaji lebih dalam, ada perbedaan penekanan dan komitmen yaitu tentang nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi, dan persaudaraan manusia.
E. Instrumen Kebijakan Moneter 1. Instrumen kebijakan moneter konvensional menurut Bank Indonesia terdiri dari : a. Tingkat Diskonto (Discount Rate) b. Giro Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirment) c. Himbauan Moral (Moral Suasion) d. Operasi Pasar terbuka (Open Market Operation). Dalam Operasi Pasar Terbuka, BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga yang diantranya terdapat Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
17
2. Instrumen kebijakan moneter Islam menurut Karim (2002:203-204) adalah: a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) atau yang saat ini dikenal sebagai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) b. Giro Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirment) c. Sertifikat Investasi mudharabah antar Bank Syariah (Sertifikat IMA) Dari dua insturmen kebijakan moneter baik konvensional maupun Islam yang disebutkan diatas, penelitian ini mencoba menggabungkan instrumen kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam yang masing-masing diwakili oleh :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2010 tentang operasi moneter Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. Untuk itu SBI diterbitkan dan dijual oleh BI guna mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
18
Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, SK Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor No. 11/12/PBI/2010 tentang operasi moneter. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2010 tentang operasi moneter, maka : a. SBI memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan 2) Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar 3) Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta 4) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini: Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = -----------------------------------------------------360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)] 5) Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 6) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 persen
19
7) SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless) 8) SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan monoter. Dalam melaksanakan
rangka
mendukung
kebijakan
moneter,
tugas
dalam
Bank
menetapkan
Indonesia
dan
melakukan
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia memiliki wewenang menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang dilakukan
berdasarkan
prinsip
syariah
(http://www.bi.go.id
/NR/rdonlyres/832B1697-87E5-4735-9A7E-BAF6805E5F69/12307/pbi_1 01108.pdf). Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS dapat digunakan oleh
20
bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek guna menjaga asetnya. SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad ju’alah yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaaan. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Bank Indonesia, maka : a. SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) 2) Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan 3) Diterbitkan tanpa warkat (scripless) 4) Dapat digunakan kepada Bank Indonesia 5) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. b. Mekanisme penerbitan SBIS 1) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang 2) Penerbitan
SBIS
menggunakan
Bank
Indonesia-Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS) 3) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS 4) BUS atau UUS wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
21
5) BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian SBIS secara langsung dan/atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. c. Repo SBIS 1) BUS atau UUS dapat mengajukan Repo SBIS kepada Bank Indonesia 2) Repo SBIS berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn 3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo, harus menandatangani perjanjian penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia 4) Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo SBIS. d. Transaksi SBIS 1) BUS atau UUS yang melakukan transaksi SBIS wajib memiliki rekening giro dan Rekening Surat Berharga untuk penyelesaian transaksi SBIS 2) BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS
22
3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo rekening surat berharga dan saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS. e. Sanksi 1) Transaksi SBIS dinyatakan batal dalam hal BUS atau UUS tidak memenuhi kewajiban 2) Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa : a) Teguran tertulis b) Kewajiban membayar sebesar 1 per seribu dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal; dan 3) Dengan tidak mengurangi sanksi dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu enam bulan, BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa : a) Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya b) Larangan mengajukan Repo SBIS selama lima hari kerja berturut-turut, terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis. 23
F. Kinerja Perbankan Kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif mungkin dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto, 1998 dalam Prasnanugraha, 2007:20). Penilaian kinerja perbankan menjadi sangat penting dilakukan karena perbankan
operasi
sangat
berpengaruh
terhadap
maju
mundurnya
perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan dapat dinilai dengan pendekatan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan (Usman, 2003 dalam Prasnanugraha, 2007:24). Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam
24
Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan: a. Prospek usaha b. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur c. Kemampuan membayar Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi: a. Lancar (Pass) b. Dalam perhatian khusus (special mention) c. Kurang lancar (sub standard) d. Diragukan (doubtful) e. Macet (loss) Aktiva produktif bermasalah yaitu Non Performing Loan (NPL) untuk bank konvensional atau Non Performing Financing (NPF) untuk bank syariah merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL/NPF dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPL/NPF =
Total kredit/Pembiayaan Bermasalah ------------Total Seluruh Kredit/Pembiayaan
25
2. Rasio Rentabilitas (Earning) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROA menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan ratarata total aset. Dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai indikator performance atau kinerja bank. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA maka menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Rumus yang digunakan adalah : ROA = Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
26
3. Rasio Likuiditas (Liquidity) Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk bank konvensional atau Financing to Deposit Ratio (FDR) untuk bank syariah. FDR/LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit/pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: FDR/
G. Keterkaitan Antara Variabel Stabilitas sistem perbankan dan stabilitas moneter merupakan dua aspek yang saling terkait dan menentukan satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan
27
masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi seperti ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektifitas pelaksanaan kebijakan moneter (Warjiyo, 2006:430). Keterkaitan kebijakan moneter dengan perbankan terjadi melalui dua tahap transmisi moneter dalam proses perputaran uang. Salah satunya adalah interaksi antara bank sentral dengan perbankan dalam berbagai transaksi di pasar uang yang berkaitan dengan operasi moneter bank sentral dan manajemen likuiditas oleh perbankan. Dengan interaksi ini, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, dan perkembangan transaksi pasar uang yang dilakukan oleh perbankan (Warjiyo dan Agung, 2002:443). Guitan (1997 dalam warjiyo 2006:437) mengatakan, pencapaian sasaran kestabilan moneter dapat didukung oleh pencapaian kesehatan dan kestabilan perbankan melalui beberapa aspek. Sistem perbankan yang sehat diperlukan agar sinyal kebijakan moneter dapat ditransmisikan secara efektif ke berbagai aktivitas ekonomi.
28
1. Pengaruh SBI terhadap NPL/NPF Amalia (2006:89-90) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank terhadap laba perbankan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series bulanan dari tahun 2001-2005. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model (VECM) dan memperoleh hasil bahwa Hasil analisis IRF menunjukkan guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi berpengaruh cukup besar terhadap perubahan NPL. Ketika suku bunga SBI naik maka bank-bank akan lebih tertarik menanamkan dananya pada surat berharga ini dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, hal ini berarti suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap NPL.
2. Pengaruh SBI terhadap ROA Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009-98) mengenai analisis pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku bunga SBI terhadap ROA. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dengan metode OLS dan memperoleh hasil bahwa berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hal tersebut
menunjukkan
bahwa
kenaikan
suku
bunga
SBI
tidak
mempengaruhi besarnya Return on Asset (ROA).
29
3. Pengaruh SBI terhadap LDR/FDR Amalia (2006:90-91) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank terhadap laba perbankan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series bulanan dari tahun 2001-2005. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model (VECM) dan memperoleh hasil bahwa Respon yang negatif ditunjukkan oleh variabel LDR apabila guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi terjadi. Dampak yang negatif ini dikarenakan ketika suku bunga SBI naik, bank enggan untuk mengeluarkan pinjamannya karena resiko pengembalian pinjaman cukup tinggi dan bank lebih memilih menyimpan dananya pada SBI karena lebih aman dan memiliki nilai pengembalian yang tinggi. Lestari dan Sugiharto (2005:53), dalam penelitiannya mengenai kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa selama periode 2002-2006. Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata untuk menganalisis perbedaan kinerja dan uji regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruh indikator makro ekonomi (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, dan suku bunga SBI) terhadap ROA, ROE, dan LDR. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa salah satu indikator ekonomi makro yaitu suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap salah satu rasio keuangan bank yaitu LDR.
30
Penelitian mengenai pengaruh suku bunga konvensional, SBI, dan SWBI terhadap sumber dan penggunaan dana pada bank syariah yang dilakukan oleh Williyanti (2007:62). Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, dan memperoleh hasil bahwa korelasi yang kuat atau hubungan yang signifikan terjadi antara SBI dengan sumber dana perbankan syariah, begitupun korelasi antara SBI terhadap penggunaan dana perbankan syariah menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan hubungan yang signifikan Cahyono (2009:96) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh indikator makro ekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, yang menggunakan analisis regresi linear berganda selama periode Maret 2003-Desember 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi (suku bunga SBI, inflasi, kurs, IHSG, dan PDB) memberikan pengaruh terhadap DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif terhadap DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian yang dilakukan oleh Fatah (2010:87) mengenai analisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), nilai tukar rupiah, uang beredar, dan inflasi terhadap volume transaksi Pasar Uang Antar Bank Syariah dan pembiayaan perbankan syariah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan menggunakan AMOS 18, dan memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara variabel suku bunga SBI terhadap pembiayaan perbankan syariah.
31
4. Pengaruh SBIS terhadap FDR/LDR Prasetyo
(2005:63)
melakukan
penelitian
mengenai
analisis
hubungan kausalitas granger antara tingkat imbal jasa agregat dengan tingkat pembiayaan perbankan syariah dan tingkat kredit perbankan konvensional di Indonesia periode 2001.I-2004.XII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat imbal jasa secara agregat yaitu SWBI dan SBI dengan pembiayaan pada perbankan syariah dan kredit pada perbankan konvensional di Indonesia pada periode 2001.I2004.XII yang melaksanakan kebijakan dual banking system. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam periode 2001.I-2004.XII pada seluruh variabel yaitu SWBI, SBI, pembiayaan bank syariah, dan kredit perbankan konvensional terjadi hubungan kointegrasi. Dikeahui bahwa arah hubungan kausalitas berbeda-beda pada model yang diuji, dimana hubungan antara SWBI dengan kredit perbankan konvensional arah hubungannya unilateral hal ini dikarenakan SWBI masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007:85) mengenai pengaruh penempatan dana pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap FDR perbankan syariah, data yang digunakan mulai bulan Januari 2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, dan memperoleh hasil bahwa kedua variabel bebas yaitu SWBI dan PUAS secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan syariah. Kedua variabel tadi dapat menjelaskan variabel terikat
32
sebesar 50,6 persen dan sisanya yaitu 49,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Walaupun secara bersamasama kedua variabel bebas dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah, namun hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel SWBI yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDR perbankan syariah. Penelititan yang dilakukan oleh Fatimah (2008:98) mengenai pengaruh penempatan dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah. Memperoleh hasil bahwa variabel independen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap FDR perbankan syariah, dikarenakan BI rate yang realatif kecil sehingga tidak menarik perbankan syariah untuk menempatkan kelebihan dana likuiditasnya pada instrumen SBIS karena dianggap tidak terlalu menguntungkan.
H. Penelitian Terdahulu Amalia (2006:98) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kinerja bank terhadap laba perbankan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih Bank, CAR, NIM, NPL, LDR, dan suku bunga SBI dengan menggunakan alat anasis vector autoregressive (VAR) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa :
33
1. Dalam jangka pendek yang signifikan mempengaruhi laba bank hanya Non Performing Loan (NPL) satu periode sebelumnya, sedangkan dalam jangka panjang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara laba dengan Net Interest Margin (NIM) dan Non Performing loan (NPL), namun berhubungan negatif dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan suku bunga SBI 2. Respon laba akibat guncangan kinerja bank menunjukkan pengaruh yang positif sedangkan pengaruh guncangan suku bunga SBI akan direspon negatif oleh laba bank 3. Hasil analisis Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) menunjukkan bahwa suku bunga SBI hanya berpengaruh kecil terhadap perubahan laba. Variabel yang paling berpengaruh terhadap perubahan laba bank adalah variabel laba itu sendiri, hal ini berarti komponen
pendapatan
dan
pengeluaran
laba
lebih
berpengaruh terhadap perubahan besarnya laba 4. Dari hasil simulasi kebijakan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suku bunga SBI maka semakin kecil pula proporsi guncangan yang diberikan terhadap laba. Penelitian mengenai pengaruh suku bunga konvensional, SBI, dan SWBI terhadap sumber dan penggunaan dana pada bank syariah yang dilakukan oleh Williyanti (2007:62). Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil analisis yang diperoleh adalah suku bunga konvensional terhadap sumber dana menunjukkan hasil yang beragam, yaitu suku bunga
34
tabungan konvensional menunjukkan korelasi yang lemah atau tidak signifikan terhadap sumber dana, korelasi SWBI dengan sumber dana menunjukkan korelasi yang cukup kuat atau hubungan yang signifikan, korelasi yang kuat terjadi antara SBI dengan sumber dana atau hubungan yang signifikan. Sementara hasil analisis hubungan suku bunga konvensional terhadap penggunaan dana memiliki korelasi yang beragam, yaitu sangat lemah hingga kuat, suku bunga deposito konvensional menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap penggunaan dana, SWBI memiliki korelasi yang beragama tetapi secara umum memiliki hubungan yang signifikan terhadap penggunaan dana, korelasi antara SBI terhadap penggunaan dana menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan hubungan yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007:85) mengenai pengaruh penempatan dana pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap FDR perbankan syariah, data yang digunakan mulai bulan Januari 2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, dan memperoleh hasil bahwa kedua variabel bebas yaitu SWBI dan PUAS secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan syariah. Kedua variabel tadi dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 50,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Walaupun secara bersama-sama kedua variabel bebas dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah, namun hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel SWBI yang signifikan mempengaruhi FDR perbankan syariah.
35
I. Kerangka Pemikiran Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang tentunya juga akan berdampak kepada kinerja dari perbankan. Bank sentral sebagai salah satu otoritas moneter dapat melaksanakan kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam. Penelitian ini mencoba menggabungkan instrumen kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam dan pengaruhnya terhadap kinerja bank, baik bank konvensional maupun bank syariah, seperti pada gambar 2.1 dibawah ini :
SBI
NPL/NPF ROA
SBIS
LDR/FDR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Dari
gambar
diatas,
gabungan
instrumen
kebijakan
moneter
konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam masing-masing diwakili oleh, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Dari instrumen kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, dapat dilihat sejauh mana instrumen yang diambil mempengaruhi kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan di Indonesia. Kinerja bank konvensional maupun bank syariah dapat dilihat dari rasio keuangannya, rasio keuangan tersebut terdiri dari rasio Kualitas Aktiva 36
Produktif (KAP) yang diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), rasio rentabilitas (earning) yang diwakili oleh Return on Assets (ROA), dan rasio likuiditas (liquidity) yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR). Dalam penelitian ini, sesuai dengan dengan telaah pustaka dapat disusun suatu logika bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dijadikan sebagai proksi variabel instrumen kebijakan moneter konvensional mempunyai hubungan yang positif terhadap NPL, semakin besar nilai SBI akan mengakibatkan naiknya NPL sehingga Aktiva produktif bermasalah perbankan konvensional meningkat. Sementara variabel SBI terhadap NPF bank syariah mempunyai hubungan yang positif, Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya NPF bank syariah, sehingga aktiva produktif bermasalah perbankan syariah meningkat. Variabel SBI mempunyai hubungan yang Positif terhadap ROA. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya ROA, sehingga profitabilitas perbankan konvensional meningkat. Begitupun variabel SBI terhadap ROA bank syariah mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya ROA bank syariah, sehingga profitabilitas perbankan syariah meningkat. Variabel SBI mempuyai hubungan yang negatif terhadap LDR. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada turunnya LDR,
sehingga likuiditas perbankan
konvensional menurun. Begitupun variabel SBI berpengaruh negatif terhadap FDR bank syariah. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada turunnya FDR, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun.
37
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) digunakan sebagai proksi instrumen kebijakan moneter Islam. SBIS mempunyai pengaruh negatif terhadap NPL, semakin besar nilai SBIS akan mengakibatkan turunnya NPL sehingga Aktiva produktif bermasalah perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBIS terhadap NPF bank syariah mempunyai hubungan yang positif, semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada naiknya NPF bank syariah, sehingga aktiva produktif bermasalah perbankan syariah meningkat. Variabel SBIS mempunyai hubungan yang negatif terhadap ROA. Semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada turunnya ROA, sehingga profitabilitas perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBIS terhadap ROA bank syariah mempunyai hubungan yang negatif. Semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada turunnya ROA bank syariah. Variabel SBIS mempunyai hubungan yang negatif terhadap LDR. Jadi jika nilai SBIS turun, maka LDR akan naik, sehingga likuiditas perbankan konvensional juga akan mengalami kenaikan. Sementara itu variabel SBIS juga berpengaruh negatif terhadap FDR bank syariah. Semakin tinggi nilai SBIS, maka semakin rendah FDR bank syariah, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun. Untuk mengolah data dalam penelitian ini, akan dihitung dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dengan memasukan nilai dari masing-masing variabel. Setelah itu, data-data berformat Excel tersebut akan dikonversi ke program Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda dengan menggunakan metode OLS.
38
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan yang ada di Indonesia sejak bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009 dengan menggunakan data bulanan. Kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan dilihat dari rasio keuangan yang dimilikinya. Rasio keuangan yang diteliti tersebut antara lain adalah rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), rasio rentabilitas (Earning) yang diwakili oleh Return on Assets (ROA), dan rasio likuiditas (Liquidity) yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR).
B. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan didapatkan dari hasil usaha observasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti, namun data sekunder diperoleh dari pihak lain yang telah mengolah data primer atau data yang paling pertama kali diperoleh dari suatu peristiwa sehingga menjadi bentuk data jadi yang tentunya data tersebut berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti atau biasanya disebut dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu
39
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman dan Akbar, 2003:54). Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan komprehensif berdasarkan data empiris. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif, seorang analis akan berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan (Anderson, 1994:73). Langkah pertama untuk melihat seberapa besar pegaruh instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja bank umum konvensional dan bank umum syariah adalah mengambil data sekunder dari setiap viariabel-variabel yang ingin diteliti melalui sumber-sumber data yang terpercaya. Langkah selanjutnya adalah memasukan variabel-variabel yang sudah diperoleh tersebut ke dalam Software Microsoft Excel 2007 kemudian di konversi ke Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda dengan menggunakan metode OLS. Adapun data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
40
1. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 2. Return on Assets (ROA) datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia. 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) datanya diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (Indonesian Financial Statistics) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) datanya diperoleh dari Statistik Keuangan Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia.
41
B. Metode Analisis 1. Analisis Regresi Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Istilah regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi manusia. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi. Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slope (tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Jadi, dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula (Hasan, 1999:246). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linear berganda dengan metode persamaan kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS), yaitu persamaan matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak bebas (variabel dependen) dengan beberapa variabel bebas (variabel independen). (Wijaya, 2001:80). Persamaan garis regresi adalah suatu model persamaan garis yang menunjukkan kepekaan variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikatnya. Persamaan untuk regresi berganda dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut :
42
Persamaan : instrumen kebijakan moneter terhadap kinerja bank
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €i
Dimana:
2.
Y
= Kinerja Bank
a
= Intersept
b1-b3
= Koefisien Regresi
X1
= Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
X2
= Giro Wajib Minimum (GWM)
X3
= Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
€i
= Error term
Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model regresi variabel dependen, dan varibel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
43
Salah satu metode untuk mengetahui Normalitas adalah dengan
menggunakan
metode analisis grafik secara histogram
dengan melihat nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika probabilitas bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas Istilah koleniaritas ganda (Multicolinearity) yang berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak di antara variabelvariabel bebas dalam model regresi diciptakan oleh Ranger Fish di dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regressions Systems”. Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubahpengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi Multikolinearitas. Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang
44
cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi bahwa adanya Multilinearitas.
c. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik adalah bahwa tak ada autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serial correlation) antara kesalahan pengganggu (€i). Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Kendall dan Buckland (1986:211) adalah autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time-series) atau menurut urutan tempat atau ruang (seperti data cross-section), atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya
suatu
data
dipengaruhi
oleh
data
sebelumnya.
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika trerjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5
45
persen maka dapat dikatakan tidak terjadi Autokorelasi, dan sebaliknya jika probabilitasnya bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan terjadi Autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas Supranto (1983:42) mengatakan, Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas dan sebaliknya jika probabilitasnya kurang dari 5 persen maka data dikatakan bersifat Heteroskedastisitas.
46
C. Operasional Variabel Penelitian. Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2. Sertifikat Bank indonesia Syariah (SBIS) SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek guna menjaga asetnya.
47
3. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit/pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas
kredit/pembiayaan
bank
yang
menyebabkan
jumlah
kredit/pembiayaan bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
4. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
5. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) LDR/FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit/pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit/pembiayaan yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
48
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja bank umum konvensional dan bank umum syariah secara keseluruhan yang ada di Indonesia serta instrumen kebijakan moneter yang biasa digunakan oleh Bank Indonesia, baik instrumen kebijakan moneter konvensional maupun instrumen kebijakan moneter Islam. Sejak bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bualan Desember tahun 2009, dengan menggunakan data bulanan statistik perbankan Indonesia (Indonesian Bank Statistics) yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia. Kinerja dari bank umum konvensional dan bank umum syariah secara keseluruhan dilihat dari rasio keuangan yang dimilikinya. Rasio keuangan yang digunankan dalam penelitian ini diantaranya adalah rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF), rasio rentabilitas (Earning) yang diwakili oleh Return on Assets (ROA), dan rasio likuiditas (Liquidity) yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan Instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam masing-masing diwakili oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
49
A. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi, rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi (σ), dan jumlah sampel (observasi) untuk masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel NPL, ROA, LDR, untuk bank konvensional, NPF, ROA, FDR, untuk bank syariah dan SBI, GWM, SBIS untuk instrumen kebijakan moneter. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
1. Analisis Deskriptif Tabel 4.1 Hasil Olah Data Deskriptif
Mean Maximum Minimum Std. Dev. Observations
Bank Konvensional NPL ROAĸ LDR 4.359167 2.758889 70.35333 6.200000 3.340000 79.02000 3.200000 2.330000 60.55000 0.994124 0.190245 5.382825 36 36 36
NPF 5.060833 6.630000 3.950000 0.840025 36
Bank Syariah ROAs 1.841111 2.440000 1.380000 0.241268 36
FDR 101.3856 113.0200 89.70000 5.035263 36
Instrumen Moneter SBI SBIS 8.364722 7.098889 11.24000 10.49000 6.460000 4.530000 1.244266 1.387983 36 36
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah observasi atau jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel data selama periode pengamatan (2007:01-2009:12) yang diambil dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI). Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak bahwa Non Performing Loan (NPL) bank konvensional memiliki nilai terendah sebesar 3.2 persen dan yang tertinggi sebesar 6.2 persen, sementara Non Performing Financing (NPF) bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 3.95 persen dan yang tertinggi sebesar 6.63 persen. Hal 50
tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya NPL bank konvensional dan NPF bank syariah di Indonesia melebihi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu di bawah 5 persen. Rata-rata NPL bank konvensional adalah 4.3592 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.9941, sementara rata-rata NPF bank syariah adalah 5.0608 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.8400. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel NPL bank konvensional dan NPF bank syariah mempunyai sebaran yang kecil karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga simpangan data pada variabel NPL bank konvensional dan NPF bank syariah ini dapat dikatakan baik. Return on Assets (ROAĸ) bank konvesional memiliki nilai terendah sebesar 2.33 persen dan nilai tertinggi sebesar 3.34 persen, sedangkan Return on Assets (ROAs) bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 1.38 persen dan nilai tertinggi sebesar 2.44 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya ROAĸ bank konvensional dan ROAs bank syariah di Indonesia sudah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu diatas 1.5 persen. Sedangkan nilai rata-rata ROAĸ bank konvensional adalah 2.7589 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.1902, sementara nilai rata-rata ROAs bank syariah adalah 1.8411 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 0.2413. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel ROAĸ bank konvensional dan bank syariah mempunyai sebaran yang kecil karena
51
standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga simpangan data pada variabel ROAĸ bank konvensional dan ROAs bank syariah ini dapat dikatakan baik. LDR bank konvensional memiliki nilai terendah sebesar 60.55 persen dan yang tertinggi sebesar 79.02 persen, sementara itu Financing to Deposit Ratio (FDR) bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 89.70 persen dan yang tertinggi sebesar 113.02 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik, selama periode penelitian besarnya LDR bank konvensional di Indonesia masih belum bisa memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan besarnya FDR bank syariah di Indonesia sudah bisa memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu berkisar antara 80-110 persen. Nilai rata-rata LDR bank konvensional adalah 70.3533 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 5.3828, sementara nilai rata-rata FDR bank syariah adalah 101.3856 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 5.0353. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam variabel LDR bank konvensional dan FDR bank syariah mempunyai sebaran yang kecil karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean), sehingga simpangan data pada variabel LDR bank konvensional dan FDR bank syariah dapat dikatakan baik. Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki nilai rata-rata sebesar 8.3647 persen dan 7.0989 persen dengan nilai standar deviasi sebesar 1.2443 dan 1.3879. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
52
yang digunakan dalam variabel SBI dan SBIS mempunyai sebaran yang kecil karena standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya, sehingga simpangan data pada variabel SBI dan SBIS ini dapat dikatakan baik.
B. Uji Asumsi Klasik Bank Konvensional Sebelum dilakukan pengujian regresi linear berganda terhadap hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar asumsiasumsi klasik yang mendasari model regresi linear berganda. Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,
variabel
dependen,
variabel
independen
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
memiliki
distribusi
data
normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui Normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik secara histogram dengan melihat nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika probabilitas bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang
53
dari 5 persen maka dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Uji Normalitas dengan melihat grafik secara histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 di bawah ini :
a. Hasil Uji Normalitas NPL 8 Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 6 Mean Median 4
2
3.15E-16 -0.005068
Maximum
0.416986
Minimum
-0.255344
Std. Dev.
0.149423
Skewness
0.519044
Kurtosis
3.003273
Jarque-Bera
1.616455
Probability
0.445647
0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas NPL Bank Konvensional Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Normalitas NPL bank konvensional dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 1.6165 dan probabilitasnya bernilai 0.4456 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas ROA 8 Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 6
4
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness
-7.85E-17 -0.019688 0.196771 -0.203834 0.098616 -0.105215
2
Kurtosis
2.376176
Jarque-Bera Probability
0.451497 0.797919
0 -0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Konvensional Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
54
Pada hasil uji Normalitas ROA bank konvensional dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 0.4515 dan probabilitasnya bernilai 0.7979 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
c. Hasil Uji Normalitas LDR 14 Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36
12 10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
8 6 4 2
Jarque-Bera Probability
-1.91E-15 0.001928 0.108222 -0.162905 0.052655 -0.384710 4.328353 3.534791 0.170777
0 -0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas LDR Bank Konvensional Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Normalitas LDR bank konvensional dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 3.5348 dan probabilitasnya bernilai 0.1708 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
55
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi Multikolinearitas. Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi bahwa adanya Multilinearitas. Uji Correlation Matrix dapat dilihat seperti pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix
LSBI LSBIS
LSBI 1.000000 0.497807
LSBIS 0.497807 1.000000
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji Correlation Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variabel SBI dan SBIS memiliki koefisien sebesar 0.50. sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antara kedua variabel tersebut.
3. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
56
problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan tidak terjadi Autokorelasi, dan sebaliknya jika probabilitasnya bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan terjadi Autokorelasi. Uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.3, 4.4, dan 4.5 dibawah ini:
a. Hasil Uji Autokorelasi NPL Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi NPL Bank Konvensional Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.442865 Probability
0.035750
Obs*R-squared
0.057984
23.14288
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi NPL bank konvensional dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 23.1429 dan probabilitasnya bernilai 0.0580 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
57
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Konvensional Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.409703 Probability
0.953073
Obs*R-squared
0.870430
8.347820
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi ROA bank konvensional dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 8.3478 dan probabilitasnya bernilai 0.8704 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
c. Hasil Uji Autokorelasi LDR Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi LDR Bank Konvensional Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.829635 Probability
0.109522
Obs*R-squared
0.110426
20.66880
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi LDR bank konvensional dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 20.6689 dan probabilitasnya bernilai 0.1104 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
58
4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda
disebut
Heteroskedastisitas,
Model
yang
baik
adalah
Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*Rsquared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat dikatakan
tidak
terjadi
Heteroskedastisitas
dan
sebaliknya.
Uji
Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6, 4.7, dan 4.8 dibawah ini:
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPL Bank Konvensional White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.026862
Probability
0.419689
Obs*R-squared
Probability
0.384886
5.260817
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas NPL bank konvensional dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*Rsquared bernilai 5.2608 dan probabilitasnya bernilai 0.3849 (lebih besar dari 5 persen).
Maka
dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas. 59
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Konvensional White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0.451112
Probability
0.809074
Obs*R-squared
Probability
0.773873
2.517398
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas ROA bank konvensional dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 2.5173 dan probabilitasnya bernilai 0.7739 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas LDR Bank Konvensional White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.178423
Probability
0.342882
Obs*R-squared
Probability
0.315092
5.909825
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas LDR bank konvensional dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*Rsquared bernilai 5.9098 dan probabilitasnya bernilai 0.3150 (lebih besar dari 5 persen).
Maka
dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
60
D. Uji Asumsi Klasik Bank Syariah 1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi,
variabel
dependen,
variabel
independen
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui Normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik secara histogram dengan melihat nilai probabilitas dari Jarque-Bera, jika probabilitas bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal, dan sebaliknya jika probabilitas bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Uji Normalitas dengan melihat grafik secara histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.4, 4.5, dan 4.6 di bawah ini : a. Hasil Uji Normalitas NPF 8 Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36 6 Mean Median 4
2
1.48E-16 0.035435
Maximum
0.204702
Minimum
-0.251799
Std. Dev.
0.139938
Skewness
-0.443593
Kurtosis
1.905941
Jarque-Bera
2.976095
Probability
0.225813
0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas NPF Bank Syariah Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Normalitas NPF bank syariah dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 61
2.9760 dan probabilitasnya bernilai 0.2258 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Normalitas ROA 14 Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12
12
Observations 36 10 Mean Median
8
6
4
2
-1.20E-16 -0.007026
Maximum
0.276769
Minimum
-0.292950
Std. Dev.
0.127988
Skewness
-0.523329
Kurtosis
3.352369
Jarque-Bera
1.829487
Probability
0.400619
0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas ROA Bank Syariah Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Normalitas ROA bank syariah dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 1.8295 dan probabilitasnya bernilai 0.4006 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
c. Hasil Uji Normalitas FDR 10
Series: Residuals Sample 2007:01 2009:12 Observations 36
8
Mean 6
0.008328
Maximum
0.082889
Minimum 4
9.64E-18
Median
-0.074675
Std. Dev.
0.037067
Skewness
-0.117271
Kurtosis
2.759283
Jarque-Bera
0.169432
Probability
0.918773
2
0 -0.05
0.00
0.05
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas FDR Bank Syariah Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
62
Pada hasil uji Normalitas FDR bank syariah dengan melihat grafik secara histogram diatas, dapat dilihat bahwa angka Jarque-Bera bernilai 0.1694 dan probabilitasnya bernilai 0.9188 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel lainnya. Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi bahwa adanya Multilinearitas. Uji Correlation Matrix dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 dibawah ini: Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix LSBI
LSBIS
LSBI
1.000000
0.497807
LSBIS
0.497807
1.000000
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
63
Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji Correlation Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variabel SBI dan SBIS memiliki koefisien sebesar 0.50. sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antara kedua variabel tersebut.
3. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Breusch-Godfrey dengan melihat probabilitas dari Obs*R-squared. Jika probabilitasnya bernilai lebih besar dari 5 persen maka dapat dikatakan tidak terjadi Autokorelasi, dan sebaliknya jika probabilitasnya bernilai kurang dari 5 persen maka dikatakan terjadi Autokorelasi. Uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.10, 4.11, dan 4.12 dibawah ini:
64
a. Hasil Uji Autokorelasi NPF Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi NPF Bank Syariah Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.521708 Probability
0.194555
Obs*R-squared
0.163846
19.02894
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi NPF bank syariah dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 19.0289 dan probabilitasnya bernilai 0.1638 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
b. Hasil Uji Autokorelasi ROA Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ROA Bank Syariah Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.939328 Probability
0.056744
Obs*R-squared
0.068657
19.91777
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi ROA bank syariah dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 19.9178 dan probabilitasnya bernilai 0.0687 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
65
c. Hasil Uji Autokorelasi FDR Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi FDR Bank Syariah Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.662108 Probability
0.028237
Obs*R-squared
0.064252
26.59681
Probability
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Autokorelasi FDR bank syariah dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*R-squared bernilai 26.5968 dan probabilitasnya bernilai 0.0642 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas Supranto (1983:42) mengatakan, Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
66
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari Obs*Rsquared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka dapat dikatakan
tidak
terjadi
Heteroskedastisitas
atau
data
bersifat
Homoskedastisitas, begitupun sebaliknya. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.13, 4.14, dan 4.15 dibawah ini:
a. Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF Bank Syariah White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.529199
Probability
0.060436
Obs*R-squared
Probability
0.064754
8.857807
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas NPF bank syariah dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*Rsquared bernilai 8.8578 dan probabilitasnya bernilai 0.0648 (lebih besar dari 5 persen).
Maka
dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
67
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ROA Bank Syariah White Heteroskedasticity Test: F-statistic
2.525871
Probability
0.054335
Obs*R-squared
15.06171
Probability
0.089255
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas ROA bank syariah dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*Rsquared bernilai 15.0617 dan probabilitasnya bernilai 0.0893 (lebih besar dari 5 persen). Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas FDR Bank Syariah White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
0.700175
Probability
0.627599
Obs*R-squared
3.762034
Probability
0.584160
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Pada hasil uji Heteroskedastisitas FDR bank syariah dengan menggunakan uji White diatas, dapat dilihat bahwa angka Obs*Rsquared bernilai 3.7620 dan probabilitasnya bernilai 0.5841 (lebih besar dari 5 persen).
Maka
dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi
Heteroskedastisitas atau data bersifat Homoskedastisitas. 68
E. Hasil Analisis Regresi 1. Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional dan NPF Bank Syariah Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
1.833675 0.662032 -0.918588
0.381746 0.201899 0.155828
4.803388 3.279027 -5.894868
0.0000 0.0025 0.0000
R-squared 0.514043 Adjusted R-squared 0.484591 S.E. of regression 0.153884 Sum squared resid 0.781449 Log likelihood 17.86045 Durbin-Watson stat 1.941342 Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.449005 0.214347 -0.825581 -0.693621 17.45363 0.000007
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.18 diatas adalah : LNPL = 1.833674615 + 0.6620319864*LSBI - 0.9185878378*LSBIS Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi NPF Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
2.273947 0.140856 -0.496099
0.357514 0.189083 0.145937
6.360440 0.744942 -3.399405
0.0000 0.4616 0.0018
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.278673 0.234956 0.144116 0.685390 20.22137 1.845323
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.608275 0.164766 -0.956743 -0.824783 6.374496 0.004562
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.21 diatas adalah : LNPF = 2.273947011 + 0.1408559267*LSBI - 0.4960987816*LSBIS 69
Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas, diperoleh nilai F-hitung NPL bank konvensional sebesar 17.453 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung NPF bank syariah sebesar 6.374 dengan nilai probabilitas sebesar 0.004. Oleh karena nilai probabilitas dari NPL bank konvensional dan NPF bank syariah adalah < 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel NPL bank konvensional maupun terhadap NPF bank syariah secara bersama-sama (simultan). Sementara itu nilai koefisien determinasi (R²) NPL bank konvensional adalah sebesar 0.514, sedangkan koefisien determinasi (R²) NPF bank syariah adalah sebesar 0.279. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 51 persen untuk NPL bank konvensional dan 28 persen untuk NPF bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.16 untuk variabel SBI sebesar 3.279 dengan nilai probabilitas sebesar 0.002, sedangkan pada tabel 4.17 nilai thitung variabel SBI adalah sebesar 0.745 dengan nilai probabilitas sebesar 0.4616. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL bank konvensional tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional meningkat
70
sebesar 0.662032, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai suku bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik menanamkan dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas bank berkurang. Untuk itu bank menaikkan suku bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas bank tetap terjaga, namun disisi lain bank juga meningkatkan suku bunga pinjamannya. Dengan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi akan mendorong tingkat NPL menjadi tinggi. Sementara tidak signifikannya SBI dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Sehingga jumlah pembiayaaan bermasalah (NPF) bank syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Amalia (2006:89-90) yang menunjukkan bahwa SBI berpengaruh positif signifikan terhadap NPL bank konvensional. Sementara itu, pada tabel 4.16 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar -5.895 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.17 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar -3.399 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL bank konvensional maupun terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1
71
persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional maupun perbankan syariah menurun sebesar 0.918588 dan 0.496099, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku bunga pinjaman bank konvensional tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank syariah. Hal itu menyebabkan berkurangnya jumlah kredit bermasalah pada bank konvensional. Sementara ketika nilai bonus SBIS tinggi bank syariah lebih tertarik mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dibanding untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Sehingga berdampak pada menurunnya jumlah pembiayaan bermasalah bank syariah.
2. Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah Tabel 4.18 Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
1.084041 0.190446 -0.244064
0.137184 0.072554 0.055998
7.902116 2.624885 -4.358421
0.0000 0.0130 0.0001
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.368679 0.330417 0.055299 0.100915 54.70412 2.315055
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.012580 0.067580 -2.872451 -2.740491 9.635672 0.000506
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.19 diatas adalah : LROA = 1.084040967 + 0.190446054*LSBI - 0.2440638696*LSBIS
72
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ROA Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
0.525957 -0.126398 0.176729
0.326984 0.172936 0.133475
1.608511 -0.730894 1.324067
0.1173 0.4700 0.1946
R-squared Adjusted R-squared
0.050633
Mean dependent var
0.602018
-0.006905
S.D. dependent var
0.131356
S.E. of regression
0.131809
Akaike info criterion
-1.135270
Sum squared resid
0.573330
Schwarz criterion
-1.003310
Log likelihood
23.43486
F-statistic
0.880000
Durbin-Watson stat
1.759934
Prob(F-statistic)
0.424291
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.22 diatas adalah : LROA = 0.5259572263 - 0.1263979922*LSBI + 0.1767292263*LSBIS Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas, diperoleh nilai F-hitung ROA bank konvensional sebesar 9.636 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung ROA bank syariah sebesar 0.880 dengan nilai probabilitas sebesar 0.424. Oleh karena nilai probabilitas dari ROA bank konvensional adalah < 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap
variabel ROA bank
konvensional
secara
bersama-sama
(simultan). Sedangkan variabel SBI dan SBIS secara simultan tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah, Sementara itu nilai koefisien determinasi (R²) ROA bank konvensional adalah sebesar 0.369, sedangkan koefisien determinasi (R²) ROA bank syariah adalah sebesar 0.051. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-
73
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 36 persen untuk ROA bank konvensional dan 5 persen untuk ROA bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.18 untuk variabel SBI sebesar 2.625 dengan nilai probabilitas sebesar 0.013, sedangkan pada tabel 4.19 nilai thitung variabel SBI adalah sebesar -0.731 dengan nilai probabilitas sebesar 0.470. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka profitabilitas perbankan konvensional meningkat sebesar 0.190446, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena bank-bank konvensional lebih tertarik menyalurkan dananya pada surat berharga ketika suku bunga SBI tinggi, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas bank berkurang, untuk itu bank menaikkan suku bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas bank tetap terjaga, dengan meningkatnya suku bunga deposito memaksa bank untuk meningkatkan juga suku bunga pinjamannya, Dengan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan profitabilitas bank konvensional menjadi meningkat. Sementara tidak signifikannya SBI terhadap ROA bank syariah dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan
74
prinsip syariah. Sehingga profitabilitas bank syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI. Sementara itu, pada tabel 4.18 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar -4.358 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.19 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.324 dengan nilai probabilitas sebesar 0.195. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah. Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka profitabilitas perbankan konvensional menurun sebesar 0.244064, cateris paribus. Ini disebabkan karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku bunga SBI naik maka biasanya akan diikuti oleh kenaikan SBIS. Bankbank syariah lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada sektor rill, sementara bank konvensional lebih tertarik untuk menanamkan dananya pada SBI dan berakibat suku bunga pinjaman bank konvensional menjadi tinggi. Oleh karena itu, masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank syariah daripada bank konvensional. Hal itu menyebabkan berkurangnya nasabah yang ingin mengajukkan kredit kepada bank konvensional, dan berimbas pada menurunnya profitabilitas bank. Tidak signifikannya SBIS terhadap ROA bank syariah dikarenakan bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah.
75
3. Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
4.111855 -0.249506 0.342997
0.134524 0.071147 0.054913
30.56592 -3.506883 6.246234
0.0000 0.0013 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.543097 0.515406 0.054227 0.097040 55.40889 2.115951
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.250616 0.077899 -2.911605 -2.779645 19.61273 0.000002
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.20 diatas adalah : LLDR = 4.111854539 - 0.2495058919*LSBI + 0.3429971619*LSBIS Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi FDR Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
4.153987 0.149783 0.075818
0.094698 0.050084 0.038656
43.86565 2.990631 1.961370
0.0000 0.0052 0.0583
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.428758 0.394137 0.038173 0.048088 68.04674 1.654029
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.617752 0.049042 -3.613708 -3.481748 12.38444 0.000097
Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.23 diatas adalah : LFDR = 4.153986778 + 0.1497830803*LSBI + 0.07581796147*LSBIS 76
Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas, diperoleh nilai F-hitung LDR bank konvensional sebesar 19.613 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung FDR bank syariah sebesar 12.384 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena nilai probabilitas dari LDR bank konvensional dan FDR bank syariah adalah < 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel LDR bank konvensional maupun terhadap FDR bank syariah secara bersama-sama (simultan). Sementara itu nilai koefisien determinasi (R²) LDR bank konvensional adalah sebesar 0.543, sedangkan koefisien determinasi (R²) FDR bank syariah adalah sebesar 0.429. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 54 persen untuk LDR bank konvensional dan 43 persen untuk FDR bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.20 untuk variabel SBI sebesar -3.507 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001, sedangkan pada tabel 4.21 nilai thitung variabel SBI adalah sebesar 2.991 dengan nilai probabilitas sebesar 0.005. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR bank konvensional dan berpengaruh positif signifikan terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka likuiditas perbankan konvensional menurun sebesar
77
0.249506, sementara likuiditas perbankan syariah meningkat sebesar 0.149783, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai suku bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik menanamkan dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas bank konvensional berkurang. Sementara ketika suka bunga SBI naik menyebabkan bank konvensional meningkatkan suku bunga pinjamannya guna menjaga likuiditas, dengan suku bunga pinjaman yang tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank syariah untuk melakukan pembiayaan yang tingkat marginnya lebih rendah dari suku bunga pinjaman bank konvensional. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya likuiditas (FDR) perbankan syariah. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Amalia (2006:90-91) yang menunjukkan bahwa SBI berpengaruh negatif
signifikan
terhadap
LDR bank
konvensional. Sementara itu, pada tabel 4.20 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar 6.246 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.21 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.961 dengan nilai probabilitas sebesar 0.058. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR bank konvensional, tetapi tidak berpengaruh terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05 persen). Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka likuiditas perbankan konvensional meningkat
78
sebesar 0.342997, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai bonus SBIS naik maka bank syariah akan mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dan mengurangi alokasi dananya terhadap pembiayaan, untuk menjaga likuidatas bank syariah tetap baik, maka bank syariah meningkatkan margin pembiayaannya, dengan tingkat margin yang tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank konvensional untuk melakukan kredit. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya likuiditas (LDR) perbankan konvensional. Tidak signifikannya SBIS terhadap FDR bank syariah dikarenakan bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat, dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas bank syariah.
79
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif dan statistik dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
a Pada rasio kredit bermasalah (NPL/NPF), bank konvensional mempunyai rata-rata (mean) NPL sebesar 4.36 persen lebih kecil jika dibandingkan rata-rata NPF bank syariah, yaitu sebesar 5.06 persen. Hal ini menunjukkan NPL bank konvensional mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank syariah, semakin rendah NPL/NPF semakin bagus, karena semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit bermasalah yang terjadi, dan bank akan mengalami kesulitan keuangan. Sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009. b.
Pada rasio profitabilitas (ROA), bank konvensional mempunyai rata-rata (mean) ROA sebesar 2.68 persen lebih besar jika dibandingkan rata-rata bank syariah yaitu sebesar 1.85 persen. Hal ini menunjukkan ROA bank konvensional mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibanding dengan bank syariah, semakin besar ROA semakin bagus, karena perolehan laba yang dihasilkan pada bank tersebut semakin tinggi. Sehingga laba yang
80
dimiliki bank konvensional dan bank syariah telah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu diatas 1.5 persen selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember 2009. c.
Pada rasio likuiditas (LDR/FDR), bank konvensional mempunyai rata-rata (mean) LDR sebesar 70.35 persen lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata bank syariah, yaitu sebesar 101.35 persen. Hal ini menunjukkan FDR bank syariah mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional, semakin besar LDR/FDR semakin bagus, karena semakin besar LDR/FDR akan memperlihatkan likuiditas bank yang semakin baik dalam memberikan kredit/pembiayaan kepada masyarakat. Selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009 LDR bank konvensional belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan FDR bank syariah telah mampu memehui standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2.
a.
Hasil analisis regresi berganda pada NPL bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05) secara parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai Fhitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.514. Sementara hasil analisis regresi berganda pada NPF bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α =
81
0.05) secara parsial hanya variabel SBIS yang ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.279. b.
Hasil analisis regresi berganda pada ROA bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai Fhitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.369. Hasil regresi berganda pada ROA bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara parsial semua variabel baik SBI, maupun SBIS tidak ada yang signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang tidak signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.050.
c.
Hasil analisis regresi berganda pada LDR bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05) secara parsial semua variabel independen yaitu, SBI, dan SBIS signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai Fhitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.543. Sementara hasil analisis regresi berganda pada FDR bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 0.05) secara parsial hanya variabel SBI yang ternyata signifikan. Tetapi pengujian ini secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.429.
82
B. Implikasi Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlunya memperhatikan instrumen kebijakan moneter yang diambil bank sentral, baik instrumen kebijakan moneter Islam maupun instrumen kebijakan moneter konvensional guna mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Karena instrumen yang digunakan tersebut ternyata berpengaruh cukup besar bagi kinerja perbankan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. 2. Perlunya untuk terus menggalakan upaya-upaya yang dapat mendorong kearah peningkatan kinerja bank. Untuk maksud tersebut, tentunya diperlukan berbagai kebijakan dan program bank yang dapat merangsang keinginan dari para investor atau nasabah untuk menitipkan uangnya ke bank. 3. Perlunya bank-bank, baik bank konvensional maupun bank syariah untuk terus memperhatikan rasio keuangannya. Bagaimanapun rasio-rasio tersebut menunjukkan performa atau kinerja bank, yang menentukan sehat atau tidaknya kondisi dari bank tersebut.
83
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Indah Nurfitri. “Pengaruh Penempatan Dana Pada SWBI dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) Terhadap FDR Perbankan Syariah”. Depok, 2007.
Amalia, Lia. “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Kinerja Bank Terhadap Laba Perbankan”, Bogor, 2006.
Bacha, Obiyathulla Ismath. “Dual Banking Systems & Interest Rate Risk for Islamic Banks”, Bimaquest, Malaysia, 2006.
Boediono. “Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5”, BPFE, Yogjakarta., 1982.
Bank Indonesia. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Jakarta, 2002.
Chapra, M Umer. “Sistem Moneter Islam”, Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
Chapra, M Umer. “Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil”, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Huda, Nurul et al. “Ekonomi Makro Islam”, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.
Husein, Umar. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis ”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskalinstrumen-serta-penjelasannya
84
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/832B1697-87E5-4735-9A7E-BAF6805E5F 69/12307/pbi_101108.pdf
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BF6C08DA-A036-449D-89E3-9F71773D7A BB/14798/PBI_102508f.pdf
http://www.cybermq.com/pustaka/detail/opini/527/kebijakan-moneter-rasulullahsaw
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
http://hendrakholid.net/blog/
Iswardono. “Uang dan Bank”, BPFE, Yogyakarta, 1997.
Kaleem, Ahmad. “Modeling Monetary Stability under dual banking system: The Case of Malaysia”,International Jurnal of Islamic Financial Services Vol. 2 No. 1, Malaysia, 2000.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro”, IIIT, Jakarta, 2002.
Nasuhi, Hamid et al. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skirpsi, Tesis, dan Disertasi)”, CeQDA, Jakarta, 2007.
Nopirin. “Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogjakarta, 2000.
85
Puspitasari, Diana. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)”, Semarang, 2009.
Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya Di Indonesia”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Prasnanugraha, Ponttie. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia”, Semarang, 2007.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi)”, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2008.
Rusydiana, Aam Slamet. “Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2009.
Sarkaniputra, Murasa. “Ruang Lingkup Ekonomi Syariah: Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia”, Semarang, 2006.
Sitompul, Zulkarnaen. “Kemungkinan Penerapan Universal Banking System di Indonesia: Kajian Perspektif dari Bank Syariah”, Jurnal Hukum Bisnis, Jakarta, 2002.
Sutjipto, Hady. “Menyoroti Kebijakan Moneter dalam Membangun Perekonomian Syariah di Indonesia”, Bandung, 2007.
Tampubolon, Pamela Ramauli. “Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing Dikaitkan dengan Penyaluran Kredit Bank”, Medan, 2009.
Teniwut, Wellem A. “Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum (GWM) Terhadap Tingkat Kinerja Perbankan Indonesia”, Bogor, 2006.
Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter: Keterkaitan dan Perkembangannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakara, 2006.
86
Warjiyo, Perry dan Juda Agung. “Transmission Mechanism of Monetary Policy in Indonesia”, Bank Indonesia, Jakarta, 2002.
Williyanti, Winda. “Pengaruh Suku Bunga Konvensional SBI, SWBI, Terhadap Sumber dan Penggunaan Dana Pada Bank Syariah”, Depok, 2007.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Yogyakarta, 2007.
Yusanto, M Ismail dan M Arif Yusuf, “Pengantar Ekonomi Islam”, Al-Azhar Press, Bogor, 2009.
87
RASIO KEUANGAN BANK KONVENSIONAL BULAN/TAHUN Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09
NPL 6.19 6.20 6.04 6.16 6.10 5.78 5.81 5.74 5.17 5.05 4.84 4.07 4.24 4.21 3.75 3.82 3.76 3.54 3.50 3.42 3.32 3.34 3.49 3.20 3.59 3.72 3.93 4.06 4.14 3.94 4.06 3.98 3.80 3.84 3.82 3.31
88
ROA 3.34 3.03 2.96 2.92 2.98 2.93 2.89 2.87 2.84 2.83 2.78 2.78 3.16 2.93 2.72 2.56 2.62 2.53 2.68 2.71 2.64 2.68 2.60 2.33 2.69 2.60 2.76 2.71 2.70 2.70 2.69 2.67 2.63 2.65 2.61 2.60
LDR 60.55 61.02 61.98 62.54 63.09 63.57 63.22 64.16 65.24 66.01 66.94 66.32 67.06 67.89 70.66 71.65 72.80 73.89 76.00 79.02 77.72 77.48 77.60 74.58 73.76 73.50 73.08 72.86 73.19 73.20 74.07 74.07 73.55 73.90 73.67 72.88
RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH BULAN/TAHUN Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09
NPF 5.17 5.54 5.73 6.14 6.17 6.20 6.58 6.63 6.29 6.23 5.64 4.05 4.18 4.16 4.17 4.39 4.94 4.23 4.17 4.04 4.12 4.49 4.97 3.95 4.39 4.61 5.14 5.17 4.77 4.39 5.15 5.61 5.72 5.51 5.54 4.01
89
ROA 1.69 1.68 1.75 1.75 1.76 1.86 1.88 1.90 1.85 1.93 1.86 1.78 1.75 1.85 1.83 1.83 1.82 1.81 1.82 1.76 1.84 1.81 1.68 1.42 2.11 2.15 2.44 2.29 2.22 2.16 2.12 2.08 1.38 1.46 1.48 1.48
FDR 98.56 97.19 95.14 97.03 97.12 101.12 101.96 105.70 103.68 102.65 103.47 99.76 97.87 97.61 100.26 99.86 101.85 103.18 106.97 113.02 112.25 111.66 111.93 103.65 100.02 100.50 103.33 101.36 101.06 100.22 99.59 99.71 98.11 97.30 95.49 89.70
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER BULAN/TAHUN Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09
SBI 9.50 9.25 9.00 9.00 8.75 8.75 8.25 8.25 8.25 8.25 8.25 8.00 8.00 7.93 7.96 7.99 8.31 8.73 9.23 9.28 9.71 10.98 11.24 10.83 9.50 8.74 8.21 7.59 7.25 6.95 6.71 6.58 6.48 6.49 6.48 6.46
90
SBIS 8.07 4.53 6.48 6.27 6.26 5.33 5.71 5.15 6.61 6.47 6.87 6.80 5.95 6.06 6.32 7.17 7.36 7.41 7.70 7.93 8.60 10.34 9.41 10.49 9.29 8.69 7.47 7.75 7.66 7.44 6.95 6.90 6.30 4.96 6.71 6.15
Hasil Uji Regresi NPL Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
1.833675 0.662032 -0.918588
0.381746 0.201899 0.155828
4.803388 3.279027 -5.894868
0.0000 0.0025 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.514043 0.484591 0.153884 0.781449 17.86045 1.941342
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.449005 0.214347 -0.825581 -0.693621 17.45363 0.000007
Hasil Uji Regresi NPF Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
2.273947 0.140856 -0.496099
0.357514 0.189083 0.145937
6.360440 0.744942 -3.399405
0.0000 0.4616 0.0018
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.278673 0.234956 0.144116 0.685390 20.22137 1.845323
91
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.608275 0.164766 -0.956743 -0.824783 6.374496 0.004562
Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
1.084041 0.190446 -0.244064
0.137184 0.072554 0.055998
7.902116 2.624885 -4.358421
0.0000 0.0130 0.0001
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.368679 0.330417 0.055299 0.100915 54.70412 2.315055
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.012580 0.067580 -2.872451 -2.740491 9.635672 0.000506
Hasil Uji Regresi ROA Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
0.525957 -0.126398 0.176729
0.326984 0.172936 0.133475
1.608511 -0.730894 1.324067
0.1173 0.4700 0.1946
R-squared Adjusted R-squared
0.050633
Mean dependent var
0.602018
-0.006905
S.D. dependent var
0.131356
S.E. of regression
0.131809
Akaike info criterion
-1.135270
Sum squared resid
0.573330
Schwarz criterion
-1.003310
Log likelihood
23.43486
F-statistic
0.880000
Durbin-Watson stat
1.759934
Prob(F-statistic)
0.424291
92
Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
4.111855 -0.249506 0.342997
0.134524 0.071147 0.054913
30.56592 -3.506883 6.246234
0.0000 0.0013 0.0000
R-squared Adjusted R-squared
0.543097 0.515406
Mean dependent var S.D. dependent var
4.250616 0.077899
S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.054227 0.097040 55.40889
Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic
-2.911605 -2.779645 19.61273
Durbin-Watson stat
2.115951
Prob(F-statistic)
0.000002
Hasil Uji Regresi FDR Bank Syariah Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LSBI LSBIS
4.153987 0.149783 0.075818
0.094698 0.050084 0.038656
43.86565 2.990631 1.961370
0.0000 0.0052 0.0583
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.428758 0.394137 0.038173 0.048088 68.04674 1.654029
93
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.617752 0.049042 -3.613708 -3.481748 12.38444 0.000097