BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Munculnya Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 dilatarbelakangi upaya untuk mengelola kota dengan cerdas yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta kualitas hidup penduduknya. Kondisi ini tidak
dapat
dilepaskan
dari
peningkatan
jumlah
penduduk
serta
kompleksitas seluruh permasalahan perkotaan. Permasalahan kota yang kompleks, seperti meningkatnya tingkat pengangguran, kurangnya lapangan kerja, tingkat kemiskinan yang tinggi akan sulit untuk diatasi tanpa adanya strategi tata kelola kota yang tepat, sehingga akan menghambat perkembangan kota. Pengembangan perkotaan memiliki dua pilar yang penting, yaitu lingkungan kewirausahaan dan kualitas hidup. Dua elemen (perusahaan dan sumber daya manusia) yang signifikan diperlukan untuk mengembangkan kota agar dapat bersaing lebih kompetitif dengan kota lain (Pietkiewicz dalam Szczech, 2014). Szczech, 2014 dalam tulisannya yang berjudul Concept of “Smart City” and its Practice in Poland, studi kasus di Kota Łódź, menjelaskan bahwa kota cerdas paling sering didefinisikan sebagai daerah yang menggunakan dan yang memungkinkan untuk melakukan akses terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pemerintah dan masyarakat harus menggunakannya dalam manajemen kota, tata kelola kota, administrasi dan komunikasi dengan penduduk. Oleh karena itu kota akan
1
dilengkapi
dengan
sistem
cerdas
manajemen
transportasi,
sistem
pemantauan keamanan dan nirkabel publik jalur akses internet. Definisi lainnya dikemukakan oleh Indrajit, 2012 dimana kota cerdas adalah sebuah kota yang mampu mengetahui secara dini (unsur pintar, preventif) kebutuhan riil masyarakatnya sehingga senantiasa dapat terpenuhi atau terantisipasi keinginan publik tersebut melalui beragam aplikasi dan inovasi teknologi informasi. Kota cerdas sering ditandai dengan konsentrasi intensif tenaga kerja yang berkualitas dan menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kota cerdas seperti yang dikutip dalam dokumen Bappeda Kota Pontianak, 2015 adalah kota yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan penyelenggaraan berbagai kegiatan dan kebijakan di kota, mengurangi biaya dan pemakaian konsumsi, serta untuk lebih terlibat lebih aktif dan efektif dengan warganya. Inovasi dalam bidang teknologi yang berhasil akan memperbaiki kualitas hidup warga, hal tersebut yang kemudian menjadi faktor pendorong bagi suatu kota untuk menerapkan konsep kota cerdas. Studi terkait yang dilakukan oleh Szczech, 2014 melakukan penelitian menjelaskan bahwa konsep kota cerdas dapat diimplementasikan melalui enam komponen penyusun, diantaranya yaitu cerdas ekonomi, cerdas manusia, cerdas lingkungan, cerdas pemerintahan, cerdas mobilitas dan cerdas hidup. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan suatu kota dalam penerapan kota cerdas. Keenam proxy penyusun indeks kota cerdas tersebut kemudian ditransfermasi lalu
2
dibobot hingga menghasilkan angka indeks dari masing-masing kota. Angka indeks yang dihasilkan tersebut digunakan oleh penulis untuk menganalisis 27 kota dari aspek kemampuan dan daya dukungnya dalam penerapan kota cerdas. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan hasil indikator penyusun angka indeks kota cerdas 27 kota di Eropa :
Tabel 1.1. Hasil Perhitungan Indeks Kota Cerdas 27 Kota di Eropa Kota
IKC
Cerdas
Cerdas
Cerdas
Cerdas
Cerdas
Cerdas
Ekonomi
Manusia
Pem
Mobilitas
Lingk
Hidup
Bordeaux
3,97
2,50
4,33
5,00
4,33
3,67
4,00
Groningen
3,96
3,75
3,33
5,00
3,00
3,67
5,00
Rotterdam
3,61
3,00
3,00
4,67
4,00
2,67
4,33
Lille
3,49
2,25
4,00
5,00
3,67
2,67
3,33
Bologna
3,47
4,50
3,67
3,67
4,00
3,33
1,67
Hamburg
3,40
3,75
2,00
3,33
4,00
3,67
3,67
Praha
3,35
4,75
2,33
3,00
4,33
3,67
2,00
Krakow
3,33
3,00
3,67
4,33
3,67
2,33
3,00
Bialystok
3,28
2,00
3,33
4,00
2,67
3,67
4,00
Amsterdam
3,26
4,25
2,67
3,33
3,33
2,33
3,67
Warszawa
3,21
4,25
3,00
2,33
3,67
3,00
3,00
Paris
3,18
3,75
3,67
3,33
3,33
2,00
3,00
Manchester
3,15
2,25
3,33
4,33
2,33
2,33
4,33
Berlanjut ke halaman 4
3
Lanjutan Tabel 1.1. Hasil Perhitungan Indeks Kota Cerdas 27 Kota di Eropa Leipzig
3,06
2,00
2,33
3,00
3,33
4,00
3,67
Ljubljana
3,06
4,00
1,33
3,33
3,00
4,33
2,33
Liege
2,92
1,50
2,67
3,00
3,67
3,67
3,00
London
2,89
3,00
3,00
3,67
3,00
2,00
2,67
Brussel
2,85
2,75
3,67
2,67
3,67
2,33
2,00
Bratislava
2,81
3,50
3,00
2,00
2,00
4,67
1,67
Berlin
2,64
2,50
1,67
1,67
2,67
3,33
4,00
Kosice
2,64
1,50
3,00
3,67
1,00
4,67
2,00
Vilnus
2,58
2,50
3,67
1,33
2,67
3,00
2,33
Madrid
2,56
2,00
2,33
2,67
3,33
2,33
2,67
Tallinn
2,56
3,00
3,33
2,00
1,67
2,67
2,67
Barcelona
2,51
2,75
2,67
2,00
3,33
1,67
2,67
Riga
2,38
2,25
3,33
1,00
2,00
2,67
3,00
Sofia
2,29
2,75
2,33
1,00
2,67
3,00
2,00
(greater city)
Sumber: Szczech, 2014
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa indeks tertinggi dicapai oleh Bordeaux yang merupakan kota menengah ke bawah dan jauh dari pusat-pusat perdagangan yaitu dengan indeks kota cerdas sebesar 3,97 sedangkan kota maju seperti Paris menduduki peringkat 12 dengan indeks sebesar 3,18. Namun Paris memiliki nilai yang tinggi dan cukup signifikan untuk dapat dikategorikan sebagai kota global. Beberapa kota di Eropa Timur menempati peringkat lebih rendah dalam indeks kota cerdas sehingga layak mendapatkan perhatian karena kenyataannya kota-kota tersebut
4
menempati posisi rendah bukan karena indeksnya melainkan diakibatkan oleh kualitas faktor hidup dan tata kotanya. Dari tabel 1.1. dapat dilihat bahwa Indeks Kota Cerdas terdiri dari berbagai indikator penyusun. Indikator-indikator tersebut memberikan pengaruh terhadap perhitungan indeks kota cerdas di masing-masing kota dalam penelitian ini. Pemilihan indikator dapat berbeda-beda, namun harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kota yang akan diteliti. Menurut OECD dalam Szczech, 2014 menjelaskan bahwa kriteria yang dipilih untuk analisis pemilihan indikator harus signifikan untuk mendukung pembuatan kebijakan dan mudah untuk diaplikasikan, serta memiliki kekuatan yang besar dalam analisis sehingga dapat dilakukan pengukuran. Studi terkait juga telah dilakukan oleh Pratiwi (2015), namun ruang lingkup substansinya hanya melihat konsep kota cerdas (smart city) yang berfokus pada salah satu dimensinya yaitu dimensi mobilitas cerdas yang dilihat dari berbagai sumber dan literatur. Penelitian ini melihat keberadaan aspek-aspek mobilitas cerdas di Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kota Surakarta telah siap namun dengan beberapa syarat dalam capaian tahap aksesibilitas lokal, akses multi moda, aksesibilitas
internasional,
infrastruktur
TIK
pendukung
mobilitas.
Sedangkan untuk capaian transportasi berkelanjutan dan aman, kota Surakarta masih belum siap. Studi terkait kota cerdas yang disampaikan oleh Purnomowati, 2014 menjelaskan bahwa dari arah pembangunan jangka panjang kota Malang nampak pemerintah daerah telah mempersiapkan SDM dan Iptek untuk
5
mewujudkan Kota Malang sebagai smart city (kota cerdas). Namun pengertian smart city yang diimplementasikan kota Malang lebih menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, dan dianggap dapat meningkatkan tata kelola pariwisata di kota Malang, oleh karena itu konsep ini lebih tepat disebut sebagai digital city. Dalam studi terkait lain yang telah dilakukan di Indonesia oleh kompas yang bekerjasama dengan Perusahan Gas Negara (PGN) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), 2015, secara umum komponen Kota Cerdas disusun dari tiga komponen yaitu cerdas ekonomi, cerdas sosial, dan cerdas lingkungan. Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) bermanfaat untuk mendapatkan gambaran mengenai seberapa besar kesiapan dan daya dukung kota-kota di Indonesia dalam meningkatkan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan, bagi pihak-pihak pengusaha, terciptanya Kota Cerdas bermanfaat untuk mendapatkan gambaran secara umum kotakota yang potensial untuk berinvestasi1. Kota cerdas ditandai dengan terselenggaranya aspek ekonomi, soisal dan lingkungan secara terpadu. Aspek yang mencakup pusat perekonomian, tata kelola keuangan, sumber daya, pendidikan, kesehatan, lingkungan, tata kota, dan pelayanan publik harus semakin berkembang dan berkelanjutan. Dalam kenyataannya, aspek tata kelola keuangan di berbagai kota di Indonesia mengalami berbagai masalah, salah satunya yaitu kinerja
1
Kompas.com. 2015. Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 (IKCI 2015) yang diakses dari http://lipsus.kompas.com/kotacerdas/about, bab apa saja manfaat pemeringkatan kota cerdas Indonesia? pada tanggal 10 Januari 2016 pukul 10:45
6
pemerintah daerah yang pada umumnya masih mengalami hambatan (Bappeda, 2015). Hambatan tersebut menurut Tjahjo Kumolo2, disebabkan oleh hampir 66 persen daerah belum mampu mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Daerah itu meliputi 34 provinsi serta 533 kota dan kabupaten. Sejauh ini, baru 48 persen pemerintah daerah yang bisa mempertanggungjawabkan keuangan daerahnya dengan baik. Indikasinya, 416 pejabat, mulai dari kementerian sampai daerah, tersangkut masalah hukum pada tahun 2014. Perbaikan sistem penyelenggaran pemerintahan
perlu
mendapatkan
perhatian
khusus,
hal
tersebut
mengindikasikan bahwa setiap elemen dalam suatu daerah baik pemerintah daerah maupun masyarakat yang ada di masing-masing daerah harus saling bersinergi supaya dapat mewujudkan tata kelola yang seimbang antara perekonomian, modal manusia, kondisi lingkungan, dengan pembangunan daerah. Di Indonesia sebagian besar kota maju dan berkembang terletak di ibukota provinsi. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan sampel 33 kota di Indonesia yang merupakan ibukota Provinsi yang ada di Indonesia dan sejauh ini kota-kota tersebut tergolong kota maju dan berkembang sehingga kota-kota tersebut secara kontinu dapat melakukan upaya dan pembaharuan di berbagai bidang guna menerapkan prinsip kota
2
BAPPEDA Pontianak. 2015. Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 Menuju Kota Pontianak yang “Smart” yang diakses dari http://bappeda.pontianakkota.go.id/berita-33-indeks-kota-cerdasindonesia-ikci-2015-menuju-kota-pontianak-yang-%E2%80%9Csmart%E2%80%9D.html pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 19:07
7
cerdas. Prinsip utama yang harus tercapai antara lain aspek perekonomian, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesehatan lingkungan, maupun pemerintahan. 33 kota tersebut diantaranya yaitu Kota Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Tanjung Pinang, Jambi, Palembang, Pangkal Pinang, Bengkulu, Bandar Lampung, Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya,
Denpasar,
Mataram,
Kupang,
Pontianak,
Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Mamuju, Palu, Makasar, Kendari, Gorontalo, Manado, Ambon, Ternate, Jayapura, dan Manokwari. Dilakukannya studi ini dengan harapan besar dapat memberikan hasil analisis yang tepat untuk mengidentifikasi pengaruh aspek ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap tingkat kota cerdas yang didukung dengan penggunaan teknologi untuk melaksanakan tata kelola di suatu kota. Analisis ekonomi, sosial dan lingkungan dalam kota cerdas diterjemahkan dengan mengidentifikasi variasi variabel-variabel seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Indeks Pencemaran Udara (IPU) terhadap Indeks Kota Cerdas. Riset ini dilakukan untuk mengetahui dampak serta kontribusi penting variabel-variabel di atas yang akan digunakan sebagai tolak ukur dalam penilaian kota cerdas, sehingga pemerintah dapat mengetahui sampai tahap dimana kesiapan kota dalam penerapan kota cerdas.
8
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Apakah aspek ekonomi yang direpresentasikan oleh Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia? 2. Apakah aspek sosial yang direpresentasikan oleh Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia? 3. Apakah aspek lingkungan yang direpresentasikan oleh Indeks Pencemaran Udara berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui
apakah
aspek
ekonomi
yang
direpresentasikan oleh Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah aspek sosial yang direpresentasikan oleh Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia.
9
3. Untuk
mengetahui
apakah
aspek
lingkungan
yang
direpresentasikan oleh Indeks Pencemaran Udara berpengaruh terhadap tingkat kota cerdas di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil
penelitian
ini
diharapkan
akan
memberikan
manfaat
sebagaimana berikut ini: 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia sebagai upaya peningkatan dalam menerapkan komponen indeks kota cerdas di seluruh wilayah di Indonesia. 2.
Sebagai bahan acuan bagi pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan kinerja ekonomi regionalnya, kualitas manusia dan kesehatan lingkungannya berdasarkan indeks penilaian tersebut dengan harapan wilayahnya dapat bertumbuhan dan berkembang dengan baik sehingga dapat mencapai penerapan kota cerdas.
3.
Sebagai informasi ilmiah dan wawasan pengetahuan yang luas tentang berbagai variabel yang dapat menjadi pengukuran dalam indeks kota cerdas di suatu wilayah.
4.
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk melanjutkaan penelitian dengan tema yang sama dengan perkembangan penelitian lebih lanjut.
10