1
Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di luar diri kita. Ketika diperhadapkan pada serangkaian perubahan dalam kehidupannya, tak jarang manusia merasa kehilangan kendalinya atas kehidupan ini. Mereka menjadi bingung bahkan putus asa, tidak tahu lagi apa yang seharusnya diperbuat. Masa-masa ini sering disebut sebagai masa krisis. Jika seseorang mampu mengatasi krisis yang muncul dalam kehidupannya, maka dia akan dimampukan untuk memasuki tahapan perkembangan yang lebih tinggi. Namun jika tidak mampu, maka dia akan mengalami krisis yang tidak berkesudahan.
Salah satu rentang usia yang paling rentan terhadap krisis adalah tahapan usia remaja. Para ahli psikologi sering menggambarkan rentang usia remaja sebagai masa yang penuh badai dan tofan. Erikson menyebutkan bahwa pada masa remaja, seseorang mengalami dilema yang membawa dia pada krisis identitas. Berikut ini adalah penjelasan Erikson tentang krisis identitas : Kaum muda yang sedang bertumbuh dan berkembang, yang dihadapkan dengan revolusi fisiologis dalam diri mereka dan dengan tugas-tugas nyata sebagai orang dewasa yang menantang mereka kini, terutama lebih merasa prihatin bagaimana mereka tampil dalam pandangan orang-orang lain daripada mereka merasa dirinya, dan prihatin bagaimana menghubungkan peran-peran dan keterampilan yang telah dilatih sebelumnya dengan prototip-prototip pekerjaan sekarang . 1
Menurut Erikson, remaja itu berada pada tahap identitas versus kebingungan peran. Pada tahap ini remaja ingin menemukan gambaran diri sendiri yang utuh sebagai seseorang yang unik. Calvin D. Hall & Garner Lindzey menjelaskan yang dimaksudkan sebagai seseorang yang unik menurut Erikson adalah sebagai berikut : Pada masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa dia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau bersifat memperbarui. Pada masa ini juga pribadi mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidak sukaannya, 2 tujuan yang dikejarnya di masa depan, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri.
Kesulitan utama yang dihadapi remaja dalam masa krisis identitas ini adalah bagaimana menentukan perannya dalam relasi dengan lingkungan, orang tua, guru, dan teman sebaya. Misal 1 2
Erik H. Erikson, Identitas Dan Siklus Hidup Manusia, Gramedia, Jakarta, 1989, p. 295 Calvin D. Hall & Garner Lindzey, Teori-teori psikodinamik (klinis), Kanisius, Yogyakarta, 1993, p. 149
2 saja pada beberapa kasus yang penyusun temui ada 2 alasan yang menyebabkan kesulitan ini. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. 3 Dari alasan kedua di atas sangat terlihat bagaimana remaja ingin membuktikan bahwa diri mereka mampu mengatasi setiap masalah, ingin membuktikan bahwa mereka bukan lagi anak kecil, mereka ingin diakui sekaligus dipercaya bahwa mereka mampu mengatasi masalah yang sedang mereka alami. Tetapi alasan pertama, juga memperlihatkan bahwa mereka belum punya pengalaman dalam mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi. Menurut penyusun, ini adalah sebuah persoalan yang harus disikapi dengan benar oleh pendamping, dimana pendamping mencoba menolong remaja tetapi di sisi lain, remaja ingin membuktikan kemandiriannya. 4
Masa-masa ini menjadi masa yang sulit bagi remaja maupun pendamping. Tak jarang mereka mengalami krisis karena sama-sama tidak mengetahui apa yang harus diperbuat. Dalam situasi ini, diperlukan
satu bentuk pelayanan yang menopang, menyembuhkan, membimbing,
memperbaiki, mengasuh/memelihara. 5 Bentuk pelayanan yang dimaksud adalah pendampingan dan konseling pastoral. Pelayanan pendampingan dan konseling pastoral adalah salah satu tugas utama gereja. Konseling adalah proses pertolongan antara seorang penolong dengan seorang/beberapa orang yang ditolongnya dengan maksud meringankan penderitaan dari yang ditolong. 6 Melalui proses ini, diharapkan seseorang yang ditolong itu dapat memperoleh kekuatan baru dan wawasan baru untuk memahani dan jika mungkin mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Sifat pastoral adalah bersedia merawat, memelihara, melindungi, dan menolong orang lain. 7 Ini juga adalah tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh gereja dimana gereja harus bersedia merawat, memelihara, melindungi, dan menolong orang lain untuk meringankan penderitaan.
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Kehidupan, Jakarta, Erlangga, 1980, p. 208 4
Sepanjang Rentang
Pendamping menurut penyusun disini adalah orang tua, guru, pendeta, dan kaum awam yang tertarik mendampingi remaja. 5 Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral, Satya Wacana, Semarang, 1987, pp. 10-12 6 Scn 5, p. 6 7 Scn 5, p. 6
3 Pendampingan dan konseling pastoral adalah sebuah tanggung jawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta. Mengapa hal tersebut tidak boleh diabaikan? Karena bila seorang pendeta mengabaikan tanggung jawab dan kewajiban dalam pendampingan dan konseling pastoral, dampaknya akan terjadi ketimpangan dalam pelayanan serta dalam kehidupan bergereja. Pendampingan dan konseling pastoral adalah sebuah kebutuhan mengingat salah satu fungsi gereja adalah memelihara iman jemaatnya. Di sisi lain, jemaat terus mengalami perubahan pada dirinya dan lingkungan yang berujung pada krisis.
Salah satu elemen gereja
adalah remaja. Remaja merupakan bagian dari gereja yang membutuhkan pendampingan dan konseling pastoral, dimana remaja sedang mencari identitas dan perannya. Bila gereja tidak mampu mendampingi anak remaja mereka maka bahaya yang dihadapi oleh gereja adalah gereja akan kehilangan generasi penerusnya. Jadi adalah sebuah tanggung jawab dan kewajiban gerejalah untuk mendampingi, merawat, memelihara, melindungi, dan menolong anak remaja mampu menemukan perannya baik dalam keluarga, gereja dan masyarakat.
Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan seperti apa yang dijelaskan diatas maka pada penyusunan skripsi ini, penyusun lebih memfokuskan diri dengan melihat permasalahan pada: -
Krisis apa saja yang dialami remaja dalam menemukan perannya?
-
Konseling pastoral seperti apa yang bisa diharapkan untuk membantu remaja dalam menyikapi krisis yang terjadi?
2. Alasan Pemilihan Judul
Untuk menjawab pertanyaan diatas maka penyusun dalam menyusun skripsi ini memberi judul : Relevansi Konseling Krisis Bagi Penemuan Peran Remaja
Adapun alasan pemilihan judul adalah sebagai berikut : Pertama: seperti apa yang dijelaskan Erikson bahwa pada masa remaja, mereka sedang sedang menghadapi kebingungan peran atau dengan kata lain sedang mengalami krisis identitas. Kebingungan untuk menemukan perannya itu seringkali memunculkan krisis dalam diri mereka ketika bersimpangan peran dengan orang tua mereka yang mencoba menolong serta memberi perhatian. Tetapi sebaliknya orang tua seringkali lupa bahwa peranan orang tua sangat dibutuhkan anak remaja mereka dalam menemukan identitasnya. Dalam hal ini remaja membutuhkan pertolongan serta pendampingan untuk menemukan perannya.
4
Kedua : Setelah melihat adanya permasalahan remaja yang sedang mengalami kebingungan dalam mengatasi krisis yang sedang dialami oleh remaja dalam menemukan perannya. Dalam rangka menolong remaja mengatasi krisisnya tersebut dibutuhkan proses pendampingan dan konseling yang tepat. Layaknya sebuah penyakit berat yang butuh diagnosa yang tepat untuk mengetahui, menolong, menyembuhkan, dan menentukan usaha pro-aktif dan prefentif, maka demikian juga dengan menolong remaja mengatasi krisisnya dibutuhkan upaya pendampingan yang tepat.
3. Tujuan Penulisan Skripsi 1. Menggali krisis apa saja yang dialami anak remaja ketika sedang menemukan perannya. 2. Menggali konsep dasar, tujuan, dan proses konseling krisis yang sesuai untuk penemuan peran remaja. 3. Memberikan usulan konseling krisis bagi remaja dalam menentukan perannya.
4. Metode Penulisan Dalam membahas judul diatas, penyusun akan menggunakan metode penulisan deskriptifanalitis. Dalam rangka itu dibutuhkan sumber-sumber yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research). Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data dari berbagai literatur. Tujuannya adalah untuk menemukan landasan teori, prinsip, pendapat atau gagasan yang dapat dipergunakan untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang diteliti.
5. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Dalam Bab I ini berisi tentang latar belakang permasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Penentuan Peran Remaja Dalam bab II ini penyusun mencoba mengenali serta menggali krisis apa saja yang dialami anak remaja
ketika
sedang
mencoba
menemukan
peran
dan
identitasnya
dalam proses
perkembangannya. Tentunya dalam mengenali krisis yang dialami anak remaja itu penyusun mendasari dengan teori-teori psikologi perkembangan. Dalam bab ini juga penyusun mencoba
5 melihat bagaimana sikap remaja dalam memegang peranan dalam perubahan sosial, serta bagaiman sikap orang tua terhadap remaja mereka yang sedang dalam perkembangan.
Bab III : Prinsip-prinsip konseling Krisis Dalam bab III ini penyusun mencoba mendeskripsikan serta menggali konsep dasar, tujuan, dan proses konseling krisis yang mengacu pada teori konsenling Krisis.
Bab IV : Relevansi Konseling Krisis bagi Penentuan Peran Remaja. Dalam bab IV ini penyusun mencoba menemukan relevansi konseling krisis untuk anak remaja dan orang tuanya dalam menentukan peran masing-masing. Setelah melalui proses analisis dengan mengacu pada teori konseling krisis yang diusulkan oleh para ahli pastoral, penyusun mencoba memberikan usulan konseling bagi remaja dari perspektif konseling krisis.
Bab V : Penutup Dalam bab V ini setelah melihat hasil usulan dari penyusun di Bab IV penyusun mencoba memberikan kesimpulan dan juga memberikan saran terutama bagi anggota jemaat awam yang tertarik untuk mendampingi anak remaja.