1
Bab I PENDAHULUAN 1.1.
PERMASALAHAN
1.1.1. Latar Belakang Permasalahan
Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Agar tidak ketinggalan zaman, mau tidak mau manusia harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Penyesuaian diri tersebut sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Apa yang dahulu dianggap lazim dilakukan bisa jadi berubah menjadi tidak lazim (tabu), begitu pun sebaliknya.
Sama halnya dengan organisasi atau komunitas (baik profit / non-profit; rohani / sekuler). Jika organisasi atau komunitas tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, maka organisasi atau komunitas tersebut akan mengalami ketertinggalan. Hal ini akan mempengaruhi kelangsungan organisasi atau komunitas tersebut. Untuk itu setiap organisasi atau komunitas selalu berusaha mengadakan perubahan-perubahan atau inovasi ke arah yang lebih baik dengan menggunakan berbagai teori perkembangan organisasi. Salah satu teori mengenai perkembangan organisasi tersebut adalah teori Pembangunan Jemaat1. JOY2 merupakan komunitas kristiani di kota Yogyakarta yang penyusun pilih sebagai objek penelitian Pembangunan Jemaat. Sebagai salah satu komunitas kristiani, JOY juga terus berupaya mengembangkan dirinya dengan berbagai inovasi. Sejak berdirinya pada tahun 1992, komunitas JOY terus berinovasi; misalnya pada tahun 2000, bahasa pengantar dalam berbagai pertemuan yang diadakan oleh komunitas JOY berubah dari bahasa Inggris menjadi bahasa 1 2
Secara khusus teori Pembangunan Jemaat ini ditujukan untuk pengembangan gereja atau jemaat. Kantor JOY berada di jln.Chandra Kirana no.14, Sagan.
2
Indonesia, istilah ‘FM’ (Friday Meeting) berubah menjadi ‘JNP’ (J-Nite Party) pada tahun 2005, promo di kampus-kampus melalui pembagian brosur JNP dan JOY Goes to Campus, penyediaan bis antar-jemput bagi daerah-daerah kampus yang jauh dari tempat penyelenggaraan J-Nite Party3, dan yang terakhir dan terbaru adalah program Natural Campus Ministry Development (NCMD). Tentu saja inovasi-inovasi yang dilakukan oleh komunitas JOY ini dimaksudkan untuk menyesuaikan komunitas ini dengan perkembangan zaman.
Sebagai komunitas, JOY juga memiliki Visi dan Misi yang menjadi tujuan komunitas yang hendak dicapai. Visi dan misi JOY ini ‘dirumuskan’ pada tahun 1997 (lima tahun setelah berdirinya komunitas JOY) oleh Mr.Chang Nam Son4, seorang misionaris dari Korea Selatan dan menjadi pendiri komunitas JOY ketika ia kembali dari Amerika. Di Amerika, Mr.Son mengunjungi Gereja Willow Creek di Chicago dan Gereja Saddleback di Los Angles dan melihat bahwa kedua gereja ini terus berkembang karena memiliki visi dan misi yang jelas. Perjalanan Mr.Son ke Amerika inilah yang mengilhaminya untuk segera merumuskan visi dan misi JOY . Rumusan visi dan misi komunitas JOY adalah sebagai berikut:5
Visi JOY :
Misi JOY :
1. To be Committed Christian
“We are ambassadors for
2. To be Contagious Christian
Heaven to the earth”
3. To be Contemporary Christian
Dalam komunitas JOY inilah mahasiswa (anggota JOY) dibentuk menjadi pribadi yang Committed Christian (orang Kristen yang komitmen), yaitu menjadi pribadi yang menyerahkan segala hal yang dimiliki termasuk di dalamnya waktu, tenaga, dan talenta (bakat/kemampuan) kepada Tuhan; Contagious Christian (orang
3
J-Nite Party diadakan setiap hari Jumat jam 18.30 Museum TNI AD, jln. Jend. Sudirman. Mr.Chang Nam Son pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi UKDW Yokyakarta pada tahun 1992-2000. 5 Bdk. Chang Nam Son, Vision of JOY, dalam 5th Anniversary JOY; JOY English, Yogyakarta, tahun 1997. 4
3
Kristen yang ‘menular’), yaitu menjadi pribadi yang bersemangat dalam memberikan pengaruh kekristenan kepada teman-temannya (lingkungannya); dan Contemporary Christian (orang Kristen yang tidak ketinggalan jaman), yaitu menjadi pribadi yang tidak hanya memegang “tradisi” saja, melainkan berusaha menjadi kreatif tanpa keluar dari jalur iman Kristen.6
Proses pembentukan pribadi-pribadi yang sesuai dengan Visi JOY (Committed, Contagious, dan Contemporary Christian) inilah yang secara khusus akan dianalisis oleh penyusun dengan menggunakan teori Pembangunan Jemaat yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Adapun proses Pembangunan Jemaat yang akan dianalisis adalah seperti terdapat dalam bagan berikut:
Cita-cita/Visi JOY : 1. To be Committed Christian 2. To be Contagious Christian 3. To be Contemporary Christian
Alasan Apakah anggota JOY sudah Committed, Contagious, Contemporary Christian?
Tujuan Proses PJ: Aktor & Sistem
Anggota JOY menjadi Committed, Contagious, Contemporary Christian.
Kenyataan?
Menurut penyusun, ada beberapa hal yang menarik dalam rumusan visi komuitas JOY. Pertama, Visi JOY ini dirumuskan dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan menggunakan rumusan visi dalam bahasa Inggris, apakah anggota JOY lebih dapat menangkap maknanya dari pada jika menggunakan rumusan visi dalam bahasa Indonesia? Jika tidak, maka akan sulitlah bagi JOY untuk mendorong partisipasi anggota dalam ‘mewujudkan’7 visi tersebut. Kedua, masa 6
7
Bdk. Son, Vision of JOY, dalam 5th Anniversary JOY; 1997. Visi JOY ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab II. Mewujudkan Visi berarti bahwa setiap anggota komunitas JOY hidup secara Committed, Contagious, Contemporary Christian.
4
keanggotaan secara aktif di komunitas JOY adalah kurang lebih 4-5 tahun (diukur dari masa studi mahasiswa pada umumnya)8. Apakah setiap kegiatan yang dilakukan oleh JOY sudah efektif untuk menyampaikan / menanamkan Visi JOY sebagai visi bersama dalam komunitas JOY?
1.1.2. Kerangka Teori
Pembangunan Jemaat adalah subdisiplin Teologi Pastoral yang paling muda, di samping Katekese, Liturgi, dan Penggembalaan. Pembangunan Jemaat selalu berkaitan dengan gereja atau jemaat. Meskipun demikian, penyusun mencoba mengambil inti (prinsip) dari teori Pembangunan Jemaat untuk diterapkan dalam komunitas JOY yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Hal ini dikarenakan menurut penyusun, istilah ‘jemaat’ dalam Pembangunan Jemaat mencakup pula komunitas JOY yang terdiri dari mahasiswa/i yang beriman kepada Allah Tritunggal, yang bersekutu dan melayani bersama-sama dalam komunitas JOY.9
Dalam buku Batu-Batu yang Hidup, Hooijdonk menjelaskan bahwa Jemaat adalah persekutuan orang-orang yang beriman [kepada Allah Tritunggal]. Sedangkan pembangunan adalah campur tangan aktif (intervensi) dalam tindaktanduk jemaat, baik secara empiris maupun teologis. Jadi Pembangunan Jemaat (PJ) menurut van Hooijdonk adalah: 10
“Intervensi sistematis dan metodis dalam tindak-tanduk jemaat beriman [Kristen] setempat [paroki]. Pembangunan Jemaat menolong jemaat beriman [Kristen] lokal untuk — dengan bertanggung jawab penuh — berkembang menuju persekutuan
8
Penghitungan masa aktif 4-5 tahun ini adalah jika mahasiswa bergabung dan menjadi anggota komunitas JOY sejak semester 1 (untuk jenjang S1). 9 Bdk. Dr.P.G. van Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup, Yokyakarta: Kanisius dan BPK GM, thn.1996, h.31. 10 Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup, h.31-32.
5
iman, yang mengantarai keadilan Allah dan kasih Allah, dan yang terbuka terhadap masalah manusia di masa kini [kontekstual].”
Dalam pemaparannya mengenai pembangunan jemaat (PJ), van Hooijdonk menyinggung tentang Perspektif Aktor dan Persepektif Sistem. Perspektif Aktor berbicara mengenai keterlibatan para pelaku PJ dalam proses PJ, sedangkan Perspektif Sistem berbicara mengenai pengaruh sistem dalam proses PJ. Baik dimensi waktu (masa lalu ÅÆ
ÅÆ
masa depan), maupun dimensi normatif (cita-cita
kenyataan) dapat didekati melalui kedua perspektif ini.11
Perspektif Aktor terbagi menjadi dua, yaitu Perspektif Aktor Horisontal dan Perspektif Aktor Vertikal. Perspektif Aktor Horizontal adalah Perspektif Aktor yang terletak pada sumbu horisontal yang menghubungkan polaritas masa lalu dan masa depan.12 Dalam polaritas yang terdapat pada sumbu horisontal ini, setiap aktor harus terlibat secara aktif dalam melakukan proses perubahan dan hal itu dimulai dari perubahan diri mereka sendiri terlebih dahulu (mereka menjadi bagian dari perubahan tersebut).
Perspektif Aktor Vertikal adalah Perspektif Aktor yang terletak pada sumbu vertikal yang menghubungkan polaritas cita-cita dan kenyataan. Dalam Perspektif Aktor
Vertikal,
setiap
usaha
berpikir
(cita-cita)
dan
usaha
untuk
merealisasikannya (kenyataan) haruslah dibarengi dengan proses pergumulan iman para aktor PJ, yaitu mana yang sesuai dengan “kehendak” Allah dan mana yang tidak.
Sedangkan Perspektif Sistem adalah usaha untuk memahami kompleksitas dan interdependensi gejala sosial yang terjadi dalam suatu organisasi (dalam hal ini gereja atau jemaat). Perspektif Sistem juga terdapat pada sumbu vertikal dan horisontal. Pada sumbu horisontal (masa lalu 11 12
ÅÆ
Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup, h.80. Lih. Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup, h.80 (bagan 2).
masa depan), sistem menjadi
6
objek perubahan. Sedangkan pada sumbu vertikal, sistem menjadi pokok ketegangan antara cita-cita dan kenyataan.
*Intisari: Intisari dari teori Perspektif Aktor dan Perspektif Sistem di atas adalah bagaimana kita menganalisis keadaan masa lampau dan masa kini serta peran Aktor dan Sistem di dalamnya baik secara vertikal maupun horisontal, kemudian merencanakan sesuatu yang lebih baik di masa depan sehingga ‘organisasi’ mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Semakin dekat jarak antara cita-cita atau visi yang telah dirancang dengan keadaan di masa ‘kini’ (kenyataan), maka proses Pembangunan Jemaat dapat dikatakan ‘berhasil’ meskipun belum mencapai tujuan akhir. Ini adalah sebuah proses yang panjang. Untuk memperjelas hal ini, secara sederhana penyusun menggambarkan proses Pembangunan Jemaat dalam sebuah bagan di bawah ini13:
Alasan: Situasi yang tidak diinginkan (masa kini)
Cita-cita / visi
Proses PJ: Perspektif Aktor & Sistem
Tujuan: Situasi yang diinginkan (masa depan)
Kenyataan
Melalui bagan di atas kita dapat melihat bahwa ada hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya Pembangunan Jemaat. Alasan ini dapat berupa fenomena-fenomena (situasi) negatif yang muncul dalam organisasi atau komunitas. Dalam bagan juga terlihat garis cita-cita dan garis kenyataan yang terus berproses menuju situasi atau keadaan yang baik dan yang diharapkan (tujuan akhir). Sedangkan garis putus-putus vertikal yang menghubungkan antara garis cita-cita dan garis kenyataan adalah menunjukan proses Pembangunan Jemaat yang ideal, yaitu jarak cita-cita yang secara berkala mendekati kenyataan. Keseluruhan proses ini 13
Bdk. Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup, h.92 (bagan 4).
7
disebut proses Pembangunan Jemaat (PJ) yang di dalamnya terdapat peran / intervensi Aktor dan Sistem.
Secara khusus penyusun akan membahas mengenai pembangunan jemaat di komunitas JOY, berkaitan dengan pencapaian visi komunitas JOY. Visi dalam suatu organisasi atau komunitas berperan sebagai tujuan akhir yang harus dicapai. Segala aktifitas yang dilakukan oleh organisasi harus terarah kepada visi. Oleh karena itu, pemahaman anggota organisasi terhadap visi organisasi juga sangat mempengaruhi proses pencapaian visi tersebut, sehingga dibutuhkan kesamaan pemahaman tentang visi.
1.1.3. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penyusun merumuskan pertanyaan yang menjadi fokus pembahasan dalam penyusunan skripsi ini yaitu: 1. Bagamanakah tingkat pemahaman anggota komunitas JOY mengenai Visi JOY, khususnya bagi anggota yang lebih dari 1 tahun bergabung dalam komunitas JOY? 2. Apakah 3 pilar JOY (Ministry, Cell Group dan kelas-kelas pelatihan) dapat membantu
anggota
JOY
(JOYers14)
menjadi
pribadi-pribadi
yang
Committed, Contagious, dan Contemporary Christian? 3. Apakah ‘Aktor’ dan ‘Sistem’ (menurut teori Perspektif Aktor dan Perspektif sistem15) di JOY mendukung dan mengarah kepada pencapaian Visi JOY?
14
JOYers adalah sebutan khusus bagi setiap anggota komunitas JOY , termasuk staf. Akan tetapi dalam kesehariannya, sebutan JOYers ini hanya ditujukan kepada anggota JOY diluar jajaran staf JOY. 15 Hooijdonk; Batu-Batu yang Hidup.
8
1.1.4. Batasan pembahasan
Pembangunan Jemaat dalam komunitas JOY sangatlah luas. Oleh karena itu pembahasan dalam skripsi ini difokuskan pada aktifitas pelayanan JOY16 dalam rangka pencapaian visi komunitas JOY. Untuk lebih menyempitkan fokus penelitian,
maka
penyusun
mencoba
membatasinya
dengan
membuat
penggolongan terhadap anggota JOY yang menjadi aktor PJ, yaitu golongan staf, leader mahasiswa, dan anggota lama (lebih dari 1 tahun bergabung dalam komunitas JOY). Penggolongan ini berdasarkan peran/fungsi dari ketiga golongan tersebut dalam komunitas JOY.
Penyusun juga membuat batasan tahun (jangka waktu yang akan diteliti). Adapun jangka waktu yang akan diteliti berkaitan dengan proses Pembangunan Jemaat dalam komunitas JOY adalah mulai dari tahun 2000 s/d tahun 2007. Penyusun mengambil jangka waktu ini untuk diteliti karena menurut penyusun dalam kurun waktu tersebut terdapat banyak perubahan besar dalam komunitas JOY, antara lain berakhirnya keterlibatan Mr.Son secara langsung di komunitas JOY karena ia harus kembali ke Korea.
1.2.
TUJUAN PENYUSUNAN
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui pemahaman anggota komunitas JOY mengenai visi komunitas JOY dan bagaimana peran serta anggota dalam pencapaian visi tersebut. 2. Untuk mengetahui bagaimana komunitas JOY membentuk anggotanya menjadi pribadi-pribadi yang Committed, Contagious, dan Contemporary Christian melalui 3 pilar JOY? 16
Cell Group, Ministry, J-Nite Party, serta melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh HRD Department.
9
3. Apakah ‘Aktor’ dan ‘Sistem’ (menurut teori Perspektif Aktor dan Perspektif sistem) di dalam komunitas JOY mendukung dan mengarah kepada pencapaian Visi JOY ?
Berdasarkan tiga tujuan penyusunan skripsi di atas, maka skripsi ini diberi judul: “PROSES PENCAPAIAN VISI DALAM KOMUNITAS JOY ”
Di satu sisi, penyusun berharap bahwa skripsi ini dapat memberi gambaran dan masukan bagi orang-orang yang hendak terjun dalam bidang pelayanan kaum muda, baik dalam lembaga-lembaga pelayanan di luar institusi gereja (parachurch) maupun institusi gereja itu sendiri. Di sisi lain, penyusun berharap bahwa tulisan ini juga dapat memberi masukan bagi komunitas JOY dalam pengembangan pelayanannya ke depan.
1.3.
METODE PENYUSUNAN
Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan teori Perspektif Aktor dan Perspektif Sistem dari van Hooijdonk dengan metodologi penelitian Kualitatif. Alasan penggunaan metodologi ini adalah karena menurut penyusun kekayaan dan keluwesan (fleksibilitas) dari metodologi penelitian kualitatif lebih dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini.
Tujuan dari metodologi penelitian kualitatif adalah berusaha membangun sebuah teori baru yang berasal dari data-data penelitian yang telah dilakukan (grounded theory).17 Pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh si peneliti haruslah bersifat interaktif antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti harus memandang ‘obyek’ penelitian sebagai ‘subyek’ penelitian, dan secara bersama-sama (sebagai 17
Bdk. Dr. Lexy J.Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan ke-3, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, h.6
10
subyek) membangun data-data penelitian.18 Oleh karena itu, peneliti harus terlibat secara aktif (berperan serta) dalam berbagai kegiatan yang ada di lapangan.19
1.4.
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Adapun sistematika penyusunan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I
: PENDAHULUAN 1.1.
Permasalahan 1.1.1. Latar belakang permasalahan 1.1.2. Kerangka teori 1.1.3. Permasalahan 1.1.4. Batasan pembahasan
Bab II
1.2.
Tujuan penyusunan
1.3.
Metode penyusunan
1.4.
Sistematika penyusunan
: KOMUNITAS JOY 2.1.
Sejarah JOY 2.1.1. Fase kelahiran (1992-1995) 2.1.2. Fase pertmbuhan (1995-1997) 2.1.3. Fase transisi (1997-2000) 2.1.4. Fase pendewasaan (2000-2007)
2.2.
Visi, Misi dan nilai-nilai dalam JOY . 2.2.1. Visi JOY . 2.2.2. Misi JOY . 2.2.3. Nilai-nilai dalam JOY .
18
Bdk. Prof.Dr. H. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi III; Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, h.108. 19 Manusia sebagai alat (instrumen) pengumpul data penelitian. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.4-5.
11
2.3.
Pembinaan-pembinaan dalam JOY dilihat dari 3 (tiga) pilar JOY . 2.3.1. Pembinaan mental dan spiritual JOYers dalam ministry 2.3.2. Pembinaan mental dan spiritual JOYers dalam Cell Group (CG).
Bab III
:
ANALISIS
PEMBANGUNAN
JEMAAT
DALAM
KOMUNITAS JOY 3.1.
Pemahaman
dan
partisipasi
anggota
JOY
dalam
mewujudkan visi JOY 3.2.
Analisis pencapaian visi komunitas JOY 3.2.1. Committed Christian 3.2.2. Contagious Christian 3.2.3. Contemporary Christian
3.3.
Tiga pilar JOY sebagai suatu proses pembentukan anggota JOY
menjadi
committed,
contagious,
contemporary
Christian. 3.3.1. Kesatuan tiga pilar JOY 3.4.
Analisis ‘Aktor’ dan analisis ‘Sistem’ di JOY. 3.4.1. Analisis ‘Aktor’ 3.4.2. Analisis ‘Sistem’
Bab IV
: PENUTUP 4.1.
Kesimpulan dan Saran
4.2.
Jawaban Atas Permasalahan 4.2.1. Pemahaman anggota JOY mengenai visi JOY 4.2.2. Peran 3 pilar JOY dalam proses pembentukan para JOYers sesuai dengan visi JOY 4.2.3. Peran aktor dan sistem dalam proses pencapaian visi JOY