1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Keterbukaan ekonomi dan politik, perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat membuat perubahan yang dramatis di pasar kerja dan keluarga. Secara tradisional, pria memainkan peran sebagai kepala keluarga dan menghidupi keluarga sedangkan wanita lebih banyak di rumah untuk mengurus keluarga. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, telah terjadi pergeseran peran wanita, dimana semakin banyak wanita bekerja, terlibat di dalam dunia kerja yang selama ini didominasi oleh pria. Masalah keluarga dan masalah pekerjaan saling berinteraksi dan mempunyai relevansi satu dengan yang lain, individu harus menghadapi dan beradaptasi dengan konflik antar peran. Tuntutan pengelolaan peran antara pekerjaan dan keluarga menjadi tantangan yang kritis bagi individual dan organisasi serta menjadi topik yang semakin penting di bidang Perilaku Organisasional dan Sumber Daya Manusia (Kossek & Ozeki, 1998) Pada dasarnya seluruh pekerjaan mempunyai kapasitas stress, namun tingkatannya berbeda-beda, beberapa pekerjaan dan organisasi secara potensial
2 menghadapi stress yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. CranwellWard (1987) mengidentifikasi organisasi di dalam industri jasa sebagai organisasi yang lebih potensial terhadap stress. Hal ini bisa terjadi karena posisi pekerjaannya berhubungan langsung dengan publik atau pelanggan/klien yang mungkin lebih sensitif terhadap pengaruh negatif dari stress Dalam usaha menghadapi persaingan dan mempertahankan hidupnya, organisasi sebaiknya tidak hanya memenuhi tuntutan teknis dalam organisasi, tetapi juga harus merespon tekanan yang berbeda-beda dari beberapa lembaga dan memenuhi tuntutan dalam bentuk peraturan, norma, hukum, dan harapan sosial. Tuntutan ini berasal dari beberapa pihak, seperti; negara, profesional, publik dan kelompok tertentu. Pilihan respon perusahaan terhadap beberapa tuntutan tersebut merupakan sebuah pilihan strategis yang dipengaruhi oleh tujuan organisasi, sehingga organisasi tidak “menelan mentah-mentah” tuntutan-tuntutan tersebut dan cenderung memilih kebijakan-kebijakan yang dapat diadaptasi dan dapat meningkatkan kinerja mereka (Goodstein ,1994). Akhir-akhir ini terdapat tuntutan yang meningkat terhadap pemilik perusahaan untuk memahami bahwa kehidupan berkeluarga dan pekerjaan telah berubah dan tidak merupakan dua hal yang terpisah. Perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan suami-isteri yang
3 keduanya bekerja telah meningkatkan hubungan ketergantungan antara pekerjaan dan keluarga dan mendorong konflik antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Perubahan ini juga meningkatan perhatian publik dan menuntut pemilik perusahaan untuk mengadaptasi kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga (Goodstein ,1994). Adaptasi terhadap kebijakan yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga dapat disebut sebagai investasi jangka panjang perusahaan karena dapat menunjang peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang. Adaptasi kebijakan ini juga dapat mencegah kemungkinan terjadinya konflik antara tuntutan pekerjaan dan keluarga yang disebut work-family conflict. Dari beberapa studi mengenai konflik pekerjaan keluarga terbentukmkonstruk bidirectional yang membedakan konflik menjadi dua jenis yang berbeda yaitu pekerjaan yang mengganggu kehidupan keluarga disebut Konflik Pekerjaan Keluarga (KPK) dan kehidupan keluarga yang mengganggu tanggung jawab pekerjaan disebut Konflik Keluarga Pekerjaan (KKP) (Gutek et al.,1991; Mac Ewen & Barling, 1994; O’Driscoll et al., 1992; Williams & Alliger, 1994; Netemeyer et al., 1996). Salah satu contoh yang mengganggu pekerjaan atau Konflik Keluarga Pekerjaan (KKP) adalah orang tua yang melewatkan pertandingan sepak bola anaknya karena panggilan tugas di lapangan. Sedangkan contoh kehidupan keluarga yang mengganggu pekerjaan atau Konflik Keluarga Pekerjaan (KKP) adalah orang tua yang harus absen atau terlambat bekerja karena anaknya sakit.
4 Beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengindikasikan bahwa konflik pekerjaan keluarga behubungn dengan kepuasan kerja keseluruhan (Boles & Babin, 1996). Namun riset yang dilakukan selama ini hanya memfokuskan pada kepuasan kerja secara umum (Kossek & Ozeki, 1998). Mengingat banyak aspek pekerjaan yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan, maka pengukuran setiap aspek pekerjaan merupakan hal yang penting. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH KONFLIK PEKERJAAN KELUARGA, KONFLIK KERJA”
KELUARGA
PEKERJAAN
TERHADAP
KEPUASAN
5
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah konflik pekerjaan keluarga secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja?
2.
Apakah konflik keluarga pekerjaan secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja?
3.
Antara konflik keluarga pekerjaan dan pekerjaan keluarga mana yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja?
1.3 Batasan Masalah Beberapa batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian dilakukan pada Dosen Universitas Kristen Duta Wacana
2.
Menurut Heidjrahman dan Suad husnan (1990 : 231), konflik mempunyai arti ketidak setujuan, antara dua atau lebih anggota organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama dan karena mereka mempunyai status, tujuan nilai-nilai persepsi yang berbeda. Variable-variabel dari konflik meliputi (Gribson, 1996 : 450) :
6 a. Penurunan komunikasi : Komunikasi diantara kelompok yang berkonflik biasanya menjadi terputus sehingga pengambilan keputusan menjadi terganggu b.Destrosi persepsi : Terciptanya kecurigaan dan menjauhkan seseorang dari persepsi yang benar terhadap kelompok lawan. Setiap kelompok melihat diri mereka sebagai paling baik dalam kinerja dan lebih penting untuk kelangsungan hidup organisasi disbanding kelompok lain c. Stereotip yang negatif : Anggota suatu kelompok cenderung menciptkan persepsi yang negatif terhadap kelompok lawan seperti tamak, tidak jujur dan tidak bersahabat. 3.
Konflik pekerjaan keluarga Burke (1994, 1993) telah melaporkan bahwa konflik pekerjaan keluarga merupakan suatu variabel yang penting di dalam menilai sikap kerja seperti kesejahteraan emosional dan fisik yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan, sehingga terlihat ada hubungan langsung antara konflik pekerjaan keluarga dan kepuasan kerja. Keterbatasan waktu merupakan aspek utama yang berhubungan dengan konflik ini. Seorang individu yang peran kerjanya mengganggu peran keluarga, tidak dapat memenuhi kedua peran tersebut pada saat yang bersamaan. Konflik biasa terjadi karena
7 kelebihan waktu atau jadwal pekerjaan (Pleck et al., 1980) sehingga peran pekerjaan memiliki beban cukup tinggi (Kahn et al., 1964). Konflik pekerjaan keluarga dapat didefinisikan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Frone,2000). Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu, seperti; pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain (Yang,Chen,Choi,&Zou,2000). Greenhaus dan Beutell (1985) mengidentifikasikan tiga jenis work-family conflict, yaitu:
8
1. Time-based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga). 2. Strain-based conflict. Terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lainnya. 3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).
4.
Konflik keluarga pekerjaan Konflik keluarga pekerjaan menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab keluarga di dalam kehidupan rumah tangga dengan tanggung jawab pekerjaan di tempat kerja. Artinya sebagian besar waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga sehingga mengganggu kewajiban pekerjaan seperti bermain dengan anak, mengasuh anak, orang tua yang harus absen atau terlambat bekerja karena anaknya sakit. seorang individu juga akan cenderung merasa kurang puas terhadap pekerjaan secara keseluruhan.
9 5.
Kepuasan kerja dapat dijelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian atau cermin dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya (As’ad, 1987).
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik pekerjaan keluarga, konflik keluarga pekerjaan terhadap kepuasan pekerjaan 2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja Dosen Universitas kristen Duta Wacana 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Universitas Kristen Duta Wacana dapat memberikan informasi bagi Universitas Kristen Duta Wacana dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan Universitas Kristen Duta Wacana yang terkait dengan upaya Universitas Kristen Duta Wacana untuk menciptakan kepuasan kerja Dosen secara baik
2.
Bagi penulis bermanfaat untuk menerapkan ilmu dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang masalah faktor-faktor kepuasan kerja dalam mengukur kepuasan kerja Dosen
10 3.
Bagi pihak lain penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan, bahan bacaan, dan sumber informasi, bagi kelengkapan suatu penelitian khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah personalia.